Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH

TENTANG GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER

‘’PADA KASUS CHF (GAGAL JANTUNG KONGESTIF).’’

Dosen Pengampu : Kurniati Prihatin.,Ners., M. Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

NAMA ANGGOTA

1. Lalu Afandy yusuf


2. Muhammad Taobi
3. Serlindawati
4. Ulfa Triana

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PRODI STUDI KEPERAWATAN JENJANG DIII

MATARAM

2019
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Gangguan
Sistem Kardiovaskuler Pada kasus CHF( Gagal Jantung Kongestif).

Makalah ini kami susun sebagaimana materi yang terdapat dalam mata kuliah KMB. Materi
ini kami ambil dari beberapa sumber dibuku, dengan demikian pembaca dapat memperluas
wawasannya.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami ingin pembaca untuk memberikan saran serta kritik agar dapat
membangun makalah kami. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.

Selasa, 4 Oktober 2019

Penyusun

Kelompok 7
DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Makalah
1. Tujuan Umum
2. Tujuam Khusus

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori CHF ( Gagal Jantung Kongestif).

2.2 Anatomi dan Fisiologi

2.3 Etiologi

2.4 Klasifikasi

2.5 Tanda dan Gejala

2.6 Patofisiologi
2.7 Pathway

2.8 Pemeriksaan Diagnostik

2.9 Komplikasi

2.10 Penatalaksanaan

BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.2 Diagnosa Keperawatan

3.3 Intervensi Keperawatan

3.4 Implementasi Keperawatan

3.5 Evaluasi Kperawatan

3.6 Dokumentasi Keperawatan

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini congestive Hearth Failure (CHF) atau yang biasanya disebut gagal jantung
kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat
insiden dan prevalensinya. Resiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10%
pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal
jantung berat. Selain itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering
memerlukan perawatan ulang di rumah sakit (readmission) meskipun pengobatan rawat
jalan telah diberikan secara optimal.
CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Resiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia (lansia) karena penurunan fungsi
ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik apabila disertai dengan
penyakit-penyakit seperti : hipertensi, penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-
lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada
miokard infark.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka didapatkan rumusan masalah yaitu

“ Bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler Pada Kasus Congestive Hearth Failure (CHF) dengan baik dan
benar.”

1.3 Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler
pada kasus Congestive Hearth Failure (CHF).

2. Tujuan Khusus

Penulis mampu :

a. Melakukan pengkajian keperawatan dengan baik dan benar pada klien dengan
gangguan sistem kardiovaskuler pada kasus CHF.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan dengan baik dan benar pada klien gangguan
sistem kardiovaskuler pada kasus CHF
c. Menentukan dan menyusun rencana asuhan keperawatan dengan baik dan benar
pada klien gangguan sistem kardiovaskuler pada kasus CHF
d. Melakukan tindakan keperawatan dengan baik dan benar pada klien gangguan
sistem kardiovaskuler pada kasus CHF
e. Melakukan evaluasi dan penilaian tingkat keberhasilan selama merawat klien
dengan gangguan sistem kardiovaskuler pada kasus CHF
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler pada kasus CHF.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori CHF ( Gagal Jantung Kongestif).

A. Pengertian

Congestive Hearth Failure (CHF) adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan
gejala), ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung (Nurarif dan Hardhi, 2013).

Congestive Hearth Failure (CHF) adalah kondisi dimana fungsi jantung sebagai
pompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk
memenuhi keperluan-keperluan tubuh (Saferi dan Yessie, 2013).

Congestive Hearth Failure (CHF) yang sering disebut juga gagal jantung adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif sering
digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan.

2.2 Anatomi dan Fisiologi

Gambar anatomi jantung


1. Anatomi jantung

Menurut syaifuddin (2012), jantung merupakan organ Muscular berongga,


ukurannya menyerupai Pyramid atau jantung pisang yang merupakan pusat
sirkulasi darah keseluruh tubuh, terletak dalam rongga torak pada bagian
Mediastinum, ujung jantung mengarah ke bawah, kedepan bagian kiri : basis
jantung mengarah ke atas, kebelakang, dan sedikit ke arah kanan. Pada basis
jantung terdapat Aorta, batang nadi paru, pembuluh balik atas dan bawah
dan pembuluh balik paru. Hubungan jantung dengan alat sekitarnya :

a. Dinding dengan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalitas


setinggi kosta III-I
b. Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilasis
c. Atas setinggi torakal IV dan servikal II, berhubungan dengan aorta
pulmonalis, bronkus dekstra, dan bronkus sinistra.
d. Belakang alat-alat mediastinum posterior, nasofagus, aorta desenden,
vena azigos, dan kolomna vertebra torakalis.
e. Bagian bawah berhubungan dengan diafragma.

Menurut syaifuddin (2011) lapisan jantung terdiri dari :

a. Pericardium, lapisan yang merupakan kantong pembungkus jantung,


terletak di dalam mediastinum minusa, terletak di belakang korpus
seterni dan rawan iga II-VI.
b. Miokardium, lapisan otot jantung menerima darah dari arteri koronaria.
Arteri korkarnia kiri bercabang menjadi arteri desending anterior dan
arteri sirkumfleks, Arteri korokarnia kanan memberikan darah untuk
sinoatrial node, ventrikel kanan, permukaan diafragma ventrikel kanan,
vena korokarnia mengembalikan darah kesinus kemudian bersirkulasi
langsung kedalam paru.
c. Endokardium, ( permukaan dalam jantung). Dinding dalam atrium di
liputi oleh membrane endokardium, kecuali aurikula dan bagian depan
sinus vena kava, disini terdapat bundelan otot parallel berjalan kedepan
Krista. Kearah aurikula dari ujung bawah Krista terminalis terdapat
sebuah lipatan endokardium yang menonjol dikenal sebagai valvula vena
kava inverior, berjalan didepan muara vena inferior menuju ketepi
disebut fossa ovalis. Antara antrium kanan dan ventrikel kanan terdapat
hubungan melalui orifisium artikular.

Menurut syaifuddin (2012) bagian-bagian dari jantung :

a. Basis Kordis : bagian jantung sebelah atas yang berhubungan


dengan pembuluh darah besar (aorta asendens, arteri
pulmonalis,/vena pulmonalis, dan vena kava superior), dibentuk
oleh atrium sinistra dan sebagian atrium dekstra, bagian posterior
berbatasan dengan aorta desendens, Esophagus, Vena Azigos,
Duktustorasikus, terdapat setinggi Vertebrae Torakalis ( vertebra
ruas VIII).
b. Apeks kordis : bagian bawah jantung berbentuk puncak kerucut
tumpul. Bagian ini dibentuk oleh ujung ventrikel Sinistra dan
Ventrikel Dekstra. Bagian efek tertutupi oleh paru dan pleura
Sinistra dari dinding toraks.

Menurut syaifuddin (2012) permukaan jantung terdiri atas :

a. Fascies Stemokostalis : permukaan menghadap kedepan


berbatasan dengan dinding depan torak, dibentuk oleh atrium
dekstra, Ventrikel Dekstra, dan sedikit Ventrikel Sinistra.
b. Fascies Dorsalis : permukaan jantung menghadap kebelakang
berbentuk segi empat berbatas dengan Mediastinum Posterior
dibentuk oleh dinding atrium sinistra, sebagian atrium dekstra,
dan sebagian kecil dinding Ventrikel Sinistra.
c. Fascies Diafragmatika : permukaan bagian bawah jantung yang
berbatas dengan Sentrum Tendinium Diafragma dibentuk oleh
dinding Ventrikel Sinistra dan sebagian kecil Ventrikel Dekstra.

Menurut syaifuddin (2012), bagian dari tepi jantung antara lain :

a. Margo Dekstra : bagian jantung tepi kanan membentang mulai


dari vena kava superior sampai ke Apeks kordis, dibentuk oleh
dinding atrium dekstra dan dinding ventrikel dekstra,
memisahkan fascies sternokostalis dengan fascies diafragmatika
sebelah kanan.
b. Margo Sinsitra : bagian ujung jantung sebelah tepi membentang
dari bagian bawah muara vena pulmonalis sinistra inferior
sampai ke apeks kordis, dibentuk oleh dinding atrium sinistra
akan berkontraksi maksimal, sebab susunan otot jantung sensitive
sehingga impuls jantung segera dapat mencapai semua bagian
jantung. Jantung selalu berkontraksi dengan kekuatan yang sama.
Kekuatan kontraksi dapat berubah-ubah bergantung pada factor
tertentu, misalnya serat otot jantun, suhu, dan hormone tertentu.
c. Tidak dapat berkontraksi tetanik : repraktor absolute pada otot
jantung berlangsung sampai sepertiga masa relaksasi jantung
merupakan upaya tubuh untuk melindungi diri.
d. Kekuatan kontraksi dipengaruhi panjang awal otot : bila seberkas
otot rangka diregang kemudian dirangsang secara maksimal, otot
tersebut akan berkontraksi dengan kekuatan tertentu. Serta otot
jantung akan bertambah panjang bila volume diastoliknya
bertambah. Bila peningkatan diastolic melampaui batas tertentu
kekuatan kontraksi akan menurun kembali.

2.3 Etiologi

Ada beberapa etiologi / penyebab dari gagal jantung kongestif :

1. Kelainan Otot Jantung


Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung,
disebabkan menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari
penyebab kelainan fungsi otot mencakup ateriosklerosis koroner,
hipertensi arterial, dan penyakit degenerative atau inflamasi.
2. Aterosklerosis Koroner
Aterosklerosis Koroner mengakibatkan disfungsi miokardium karena
terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadinya hipoksia dan
asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium (kematian
sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Peradangan
dan penyakit miokardium degenerative, berhubungan dengan gagal
jantung Karena kondisi yang secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan kontraktilitas menurun.
3. Hipertensi Sistemik atau Pulmonal
Meningkatnya beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrophi serabut otot jantung.
4. Peradangan dan Penyakit Miokardium Degeneratif
Sangat berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara
langsung dapat merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.
5. Penyakit jantung lain
Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat penyakit jantung yang
sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi jantung. Mekanisme
biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang masuk jantung
( stenosis katup semiluner), ketidakmampuan jantung untuk mengisi
darah (tamponade, pericardium, perikarditif kontriktif, atau stenosis
AV), peningkatan mendadak afteer load.
6. Factor Sistemik
Terdapat sejumlah factor yang berperan dalam perkembangan dan
beratnya gagal ginjal.

2.4 Klasifikasi

A. Gagal Jantung akut-kronik

1. Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba, ditandai dengan penurunan kardiak
output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Ini dapat mengakibatkan adema paru
dan kolaps pembuluh darah.

2. Gagal jantung kronik terjadinya secara perlahan yang ditandai dengan penyakit
jantung iskemik, penyakit paru kronis. Pada gagal jantung kronik terjadi retensi air
dan sodium pada ventrikel sehingga menyebabkan hipervolemia, akibatnya
ventrikel dilatasi dan hipertrofi.

B. Gagal jantung kanan – kiri

1. Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa darah secara
adekuat sehingga menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi, dan kelainan pada
katub aorta/mitral.

2. Gagal jantung kanan terjadi disebabkan oleh peningkatan tekanan pulmo akibat
gagal jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga cairan yang terbendung
akan berakumulasi secara sistemik di kaki, asites, hepatomegali, efusi, pleura, dan
lain-lain.

C. Gagal jantung Sistolik-Diastolik

1. Sistolik terjadi karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri sehingga ventrikel


kiri tidak mampu memompa darak akibatnya kardiak output menurun dan ventrikel
hipertrofi.

2. Diastolik karena ketidakmampuan ventrikel dalam pengisian darah akibatnya


stroke volume cardiac output turun.

2.5 Tanda dan Gejala

CHF yang merupakan tahap akhir dari penyakit jantung memilki beberapa
gejala yang mungkin terjadi, berikut ialah beberapa gejala dari CHF menurut
Kasron (2012) antara lain :

1. sesak nafas
sesak nafas merupakan tanda paling sering dari CHF terutama gagal
jantung bagian kiri. Sesak nafas terjadi karena akumulasi cairan pada
paru-paru atau karena ketidakmampuan jantung memompa darah secara
cukup efisien keseluruh organ ketika waktu-waktu tertentu. Sesak nafas
bias terjadi ketika beristirahat, beraktivitas, ketika dalam posisi tiduran,
ketika bangun dari tidur.
2. Nyeri Dada
Nyeri dada atau angina pectoris bisa terjadi, umumnya ketika penyebab
dari CHF ialah penyakit jantung koroner.
3. Edema
Edema atau penumpukan cairan sering terjadi ketika gagal jantung
menyerang sisi kanan jantung. Penumpukan cairan ini terjadi karena
cairan bocor dari pembuluh darah karena penumpukan cairan pada
jantung membuat cairan mencair di tempat lain. Kebocoran cairan ini
bisa berakibat pada pembesaran liver (hepatomegali), penumpukan
cairan pada rongga perut (ascites). Hepatomegali dan ascites ini bisa
menimbulkan gangguan sistem pencernaan seperti : kembung, mual dan
nyeri perut. Selain hepatomegali dan ascites, bisa juga terjadi
penumpukan cairan pada kaki dan ligament.
4. Kelelahan
Kelelahan sangat mungkin terjadi karena tubuh yang mendapatkan
oksigen tidak terlalu optimal karena gangguan jantung dalam memompa
darah yang membawa oksigen.
5. Gejala yang berhubungan dengan otak.
Terdapat beberapa gejala yang berhubungan dengan otak seperti ;
kebingungan, gangguan memori, kecemasan, pusing, insomnia, mimpi
buruk, dll. Hal ini disebabkan karena oksigen yang tidak optimal di otak.
6. Oliguria
Oliguria atau jumlah urine sedikit bisa terjadi karena darah yang
mengalir tidak sebanyak darah orang normal sehingga darah ke ginjal
juga akan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah cairan yang akan di
saring ginjal menurut penyebab penurunannya jumlah urine.

 Menurut keparahannya, CHF terbagi menjadi 4 stage, berikut


ialah stage Gagal jantung kongestif :
1. Stage I : pada stage ini, seseorang mungkin tidak merasakan
gejala apapun ketika sedang beraktifitas fisik. Pada stage ini
CHF bisa dikelola dengan perubahan gaya hidup, obat-obatan
dan monitoring.
2. Stage II : stage ini, seseorang akan merasa nyaman ketika
sedang beristirahat namun aktifitas fisik bisa menimbulkan
gejala seperti ; kelelahan, jantung berdebar dan sesak nafas.
Pada stage ini, CHF dikelola dengan perubahan gaya hidup,
obat-obatan dan monitoring rutin.
3. Stage III : stage ini, seseorang akan nyaman ketika beristirahat
namun terdapat batasan aktivitas fisik yang bisa dilakukan,
olahraga ringan bisa memunculkan kelelahan, jantung berdebar
dan sesak nafas. Pengobatan pada stage ini menjadi lebih rumit.
4. Stage IV : pada stage ini, seseorang sudah tidak bisa
beraktifitas secara rutin, gejala bahkan bisa muncul ketika
sedang beristiraha. Pada stage ini, pengelolaan sudah semakin
rumit dan menyisakan pengobatan secara paliatif.

2.6 Patofisiologi

Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan


kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung normal. Konsep curah
jantung paling baik dijelaskan dengan persamaan CO = HR X SV dimana curah
jantung (CO = Cardial Output) adalah fungsi frekuensi jantung, Hearth x volume
sekuncup (SV = Stroke Volume). Frekuensi jantung adalah fungsi saraf otonom.
Bila curah jantung berkurang system saraf simpatis akan mempercepat frekuensi
jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila mekanisme kompensasi ini
gagal untuk mempertahankan fungsi jaringan yang memadai, maka volume
sekuncup jantunglah yang harus menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah
jantung. Tetapi pada gagal jantung dengan masalah utama kerusakan dan kekuatan
serabut otot jantung, volume sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih
dapat dipertahankan.

Volume sekuncup adalah jumlah darah yang dipompakan pada setiap


kontraksi tergantung pada tiga faktor ; Preload/Beban awal, kontraktilitas dan
Afterload/Beban akhir. Preload adalah jumlah darah yang mengisi jantung
berbanding dengan tekanan yang yang ditimbulkan oleh panjangnya renggangan
serabut jantung. Kontraktilitas mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang
terjadi pada tingkat sel dan berhubungan dengan perubahan panjang serabut jantung
dan kadar kalsium. Afterload, bergantung pada besarnya tekanan ventrikel yang
harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yang
ditimbulkan oleh tekanan afterload. Pada gagal jantung, jika satu atau lebih dari
ketiga faktor tersebut terganggu mengakibatkan curah jantung berkurang dan
mengakibatkan curah jantung berkurang.

2.7 Pathway
2.8 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut kasron (2012), pemeriksaan diagnostik yang perlu diperhatikan


untuk menegakkan diagnose CHF yaitu :

1. Pemeriksaan Fisik
Secara klinis pada penderita gagal jantung dapat ditemukan gejala dan
tanda seperti ; sesak nafas saat aktivitas, edema pada paru, peningkatan
JVP, hepatomegali, edema pada tungkai.
2. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah perlu dikerjakan untuk menyingkirkan anemia
sebagai penyebab susah bernafas, dan untuk mengetahui adanya
penyakit dasar serta komplikasi. Pada gagal jantung yang berat akibat
berkurangnya kemampuan mengeluarkan air sehingga dapat timbul
hiponatremia dilusional, karena itu adanya hiponatremia menunjukan
adanya gagal jantung yang berat. Pemeriksaan serum kreatinin perlu
dikerjakan selain untuk mengetahui adanya gangguan ginjal, juga
mengetahui adanya stenosis/penyempitan arteri renalis apabila terjadi
peningkatan serum kreatinin setelah pemberian angiotensin converting
enzyme inhibitor dan diuretic dosis tinggi. Pada gagal jantung berat
dapat menjadi proteinuria. Hipokalemia dapat terjadi pada pemberian
diuretic tanpa suplementasi kalium dan obat potassium sparring.
Hiperkalemia timbul pada gagal jantung berat dengan penurunan fungsi
ginjal, penggunaan ACE-inhibitor serta obat potassium sparring. Pada
gagal jantung kongestif tes fungsi hati ( bilirubin, AST dan LDH)
gambarnya abnormal karena kongestif hati. Pemeriksaan profil lipid,
albumin serum fungsi tiroid dianjurkan sesuai kebutuhan. Pemeriksaan
penanda BNP sebagai penanda biologis gagal jantung dengan kadar BNP
plasma 100pg/ml dan plasma NT-pro BNP adalah 300 pg/ml.
3. Rontgen Thorax
Pada pemeriksaan foto dada dapat ditemukan adanya pembesaran
sileut/gambar pada jantung(cardio thoraxic ratio > 50%), gambaran
kongesti vena pulmonaslis terutama di zona atas pada tahap awal, bila
tekanan vena pulmonal lebih dari 20 mmHg dapat timbul gambaran
cairan pada fisura horizontal dan garis kerley B pada sudut
kostofrenikus. Bila tekanan lebih dari 25 mmHg didapatkan gambaran
batwing pada lapangan paru yang menunjukkan adanya edema paru yang
bermakna. Dapat pula tampak gambaran efusi pleura bilateral, tetapi bila
unilateral, yang lebih banyak terkena adalah bagian kanan.
4. EKG
Pada elekrokardiografi 12 lead didapatkan gambaran abnormal pada
hampir seluruh penderita dengan gagal jantung, meskipun gambaran nya
normal dapat dijumpai pada 10% kasus. Gambaran yang sering
didapatkan antara lain Gelombang Q, abnormalitas ST-T, hipertrofi
ventrikel kiri, bundle branch block dan fibrilasi atrium. Bila gambaran
EKG dan foto dada keduanya menunjukkan gambaran yang normal,
kemungkinan pasien sangat kecil kemungkinnya.
5. Echokardiografi
Echokardiografi merupakan pemeriksaan non-invasif yang sangat
berguna pada gagal jantung. Echokardiografi dapat menunjukkan
gambaran yang obyaktif mengenai struktur dan fungsi jantung. Penderita
yang perlu dilakukan echokardiografi adalah ; semua pasien dengan
tanda gagal jantung, susah bernafas yang berhubungan dengan murmur,
sesak yang berhubungan dengan fibrasi atrium, serta penderita dengan
resiko disfungsi ventrikel kiri ( infark miokard anterior, hipertensi tak
terkontrol, atau aritmia). Echokardiografi dapat mengidentifikasi
gangguan fungsi sistolik, fungsi diastolic, mengetahui adanya gangguan
katup, serta mengetahui resiko adanya emboli.
6. Exercise Stress Test
Test ini dilakukan untuk mengetahui respon jantung terhadap exercise
stress apakah normal atau suplai darak ke koroner terganggu serta untuk
menentukan level dan jenis aktivitas yang sesuai dengan penderita.
7. Radionuklir Ventrikolography
Pemeriksaan radionuklir dapat mengetahui ejection fraction, laju
pengisian sistolik, laju pengosongan diastolic, dan abnormalitas dari
pergerakan dinding.
8. Coronari Angiography
Angiography dikerjakan pada nyeri dada berulang akibat gagal jantung,
angiography ventrikel kiri dapat mengetahui gangguan fungsi yang
global maupun segmental serta mengetahui tekanan diastolic, sedangkan
kateterisasi jantung kanan untuk mengetahui tekanan sebelah
kanan(atrium kanan, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis) serta
pulmonary artery capillary wedge pressure.

2.9 Komplikasi
a. Syok Kardiogenik
b. Episode Tromboemboli karena pembentukan bekuan vena karena statis
darah.
c. Efusi darah Tamponade Perikardium
d. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis.
2.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan berdasarkan kelas NYHA :
a. Kelas I : Non Farmakologi, meliputi diet rendah garam, batasi cairan,
menurunkan berat badan, menghindari alcohol dan rokok, aktifitas fisik,
manajemen stress.
b. Kelas II, III : Terapi pengobatan, meliputi diuretic, vasodilator, ace
inhibator, digitalis, dopamineroik, oksigen.
c. Kelas IV : kombinasi diuretic, digitalis, ACE inhibator, seumur hidup.
Penatalaksanaan CHF meliputi :
a. Non Farmakologis
1. CHF Kronik
 Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan
menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat atau
pembatasan aktivitas.
 Diet pembatasan natrium(< 4gr/hari) untuk menurunkan
edema
 Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti ;
(NSAIDS) karena efek prostaglandin pada ginjal
menyebabkan retensi air dan natrium
 Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500cc/hari)
 Olahraga secara teratur
2. CHF akut
 Oksigenasi (ventilasi mekanik)
 Pembatasan cairan (< 1,5 ltr/perhari)
b. Farmakologis
Tujuan : untuk mengurangi afterload dan preload
1. First Line Drugs ; diuretic
Tujuan : mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan obatnya
adalah : Thiazide diuretics untuk CHF sedang, loop diuretic, Metolazon
(kombinasi dari loop diuretic untuk meningkatkan pengeluaran cairan),
kalium sparing diuretic.
2. Second Line Drugs ; ACE inhibitor
Tujuannya : membantu meningkatkan COP dan menurunkan kerja
jantung. Obatnya adalah :
a. Digoxin ; meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan
untuk kegagalan diastolic yang mana dibutuhkan pengembangan
ventrikel untuk relaksasi.
b. Hidralazin; menurunkan afterload pada disfungsi sistolik
c. Isobarbide dinitrat; mengurangi preload dan afterload untuk
disfungsi sistolik, hindari vasodilator pada disfungsi sistolik
d. Calcium Channel Blocker ; untuk kegagalan diastolic, meningkatkan
relaksasi dan pengisian ventrikel(jangan dipakai pada CHF kronik).
e. Beta Blocker ; sering dikontraindikasikan karena menekan
respon miokard. Digunakan pada disfungsi diastolic untuk
mengurangi HR, mencegah iskemi miocard, menurunkan TD,
hipertrofi ventrikel kiri.
3. Pendidikan Kesehatan
a. Informasikan pada klien, keluarga dan pemberi perawatan
tentang penyakit dan penanganannya.
b. Informasikan difokuskan pada : monitoring BB setiap hari dan
intake natrium.
c. Diet yang sesuai untuk lansia CHF : pemberian makanan
tambahan yang banyak mengandung kalium seperti ; pisang,
jeruk, dll.
d. Teknik konservasi energy dan latihan aktivitas yang dapat
ditoleransi dengan bantuan terapi.
BAB III

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN GANGGUAN SISTEM KARDIOVASKULER PADA

KASUS ” CHF (GAGAL JANTUNG KONGESTIF). ”

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya, kemampuan
dalam mengatasi masalah keperawatan ( Rohmah dan Walid, 2014 )

Dalam pengkajian dan Data – data yang perlu dikaji antara lain :

1. Identitas Klien
a. Umur : Gagal jantung adalah penyakit sistem kardiovaskuler yang banyak
terjadi pada orang dewasa.
b. Pendidikan : Pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi terhadap
pengetahuan klien tentang penyakit gagal jantung.
c. Pekerjaan : Ekonomi yang rendah akan berpengaruh karena dapat menyebabkan
gizi yang kurang sehingga daya tahan tubuh klien rendah dan mudah jatuh
sakit.
d. Identitas Penanggung-jawab
meliputi : Nama, Pendidikan, Pekerjaan, dan Alamat dan Hubungan dengan
klien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien untuk meminta pertolongan
pada tenaga kesehatan seperti, dispnea, kelemahan fisik, dan edema sistemik
(Wijaya dan Putrid, 2013).
b. Pola Kesehatan Fungsional Menurut Gordon :
1. Pola Persepsi Kesehatan
Pada kasus CHF akan timbul ketakutan akan terjadinya ketidakmampuan
beraktifitas pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan
dan prosedur pengobatan secara rutin. Pengkajian juga meliputi kebiasaan
hidup klien seperti penggunaan obat Steroid yang dapat mengganggu
metabolism kalsium, Pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu
keseimbangan nya serta kepatuhan klien dalam berobat .
2. Pola Nutrisi dan Metabolism
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual dan muntah, penambahan berat
badan secara signifikan, perkembangan ekstremitas bawah, kebiasaan diet
tinggi garam dan kolestrol, penggunaan diuretik.
Tanda : Penambahan berat badan secara signifikan dan distensi
abdomen/asistes serta edema.
3. Pola Eleminasi
untuk kasus CHF perlu dikaji Frekuensi, Konsistensi, Warna serta bau feses
pada pola eleminasi alvi Sedangkan pada pola eleminasi urin dikaji
frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah pada kedua pola ini juga
dikaji ada kesulitan atau tidak.
Gejala yang ditemukan : Penurunan volume urin, Urin berwarna gelap,
Kebiasaan berkemih malam hari (Nokturia).
4. Pola Tidur dan Istirahat
Pada klien CHF sering ditemukan insomnia, dispnea saat istirahat dan
gelisah sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klie.
Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana
lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.
5. Pola Aktivitas
Pada klien dengan CHF sering ditemukan keletihan dan kelelahan
sepanjang hari, timbul gejala sesak pada aktivitas fisik berat, aktifitas fisik
sedang, aktifitas fisik ringan, sangat ringan/ istirahat .
6. Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat bila
klien harus menjalani rawat inap.
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbulpada klien CHF adalah rasa cemas, rasa ketidak
mampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan
terhadap dirinya yang salah (Gangguan Body Image).
8. Pola Sensori dan Kongnitif
Pada klien dengan CHF sering ditemukan perubahan status mental dan stress
dengan penyakitnya.
9. Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien CHF akan terjadi perubahan pemenuhan kebutuhan
seksual terutama karena nyeri dada dan sesak yg meningkat karena
aktivitas.
10. Pola Penanggulangan Stress
Pada klien CHF timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, mekanisme
koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif
11. Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien CHF dengan bedrest total tidak dapat melaksanakan kebutuhan
beribadah dengan baik terutama frekuensi. hal ini bisa disebabkan karena
nyeri dan sesak yang dirasakan klien.

3. Pemeriksaan Head To Toe


Tabel 2.1 Pemeriksaan Head To Toe

Head to toe Frekuensi Palpasi Perkusi Auskultasi


Kepala Biasanya Biasanya
didapatkan rambut didapatkan data
tipis dan rapuh, rambut terasa
mudah rontok, tidak lembut, tidak ada
ada ketombe, tidak lesi atau masa
ada nyeri tekan pada kulit kepala
Mata Biasanya Biasanya
didapatkan didapatkan tidak
konjutiva tanpak ada nyeri tekan,
anemis,pucat,palpeb tidak ada masa
ra simetris,pupil tidak ada
isikor sclera normal peningkatan
tekanan
Hidung Biasanya di Biasanya tidak ada
dapatkan pasien nyeri tekan, tidak
tampak sesak, ada edema
sianosis (kebiruan)
Leher Biasanya tekanan Biasanya tidak ada
vena jugularis pembesaran
normal atau bahkan kelenjar tiroid, ada
peningkatan teraba atau tidak
tekanan vena ada teraba
jugularis, tidak peningkatan
tampak kelenjar tekanan vena
tiroid trachea jugularis
selaras
Paru-paru Biasanya Biasanya adanya Biasanya Didapatkan
didapatkan dada nyeri tekan tidak ada suara nafas
tampak retraksi dinding gangguan tambahan
simetris,nyeri dada dada seimbang pada saat seperti ronkhi,
tidak ada ,nafas prekuensi wheezing
tidak cepat dan daerah dada suara perfusi
tidak dalam sonor
pengembangan
dada simetris,
pernafasan teratur
Jantung Ictus Cordis tidak Ictus cordis teraba Tidak ada Terdengar
terlihat di spatium bunyi bunyi jantung
intercosta (SIC) V jantung 1/s1 (lub) dan
batas jantung tidak tambahan 1/s (dub)
lebih dari 4,7,10
cm kearah kiri
dari garis mid
sternum
Abdomen Biasanya Biasanya Biasanya Biasanya
didapatkan didapatkan bising didapatkan didapatkan
abdomen tampak usus positif nyeri tekan asites(akumula
datar, tidak ada peristalitik usus pada si cairan)
asites, tidak ada normal 18x/menit abdomen suara pekak.
pembesaran
abdomen yang
abnormal
Genetalia Biasanya akan Biasanya tidak
didapatkan tidak terjadi gangguan
tampak ada pada alat genetalia
gangguan pada alat
kelamin
Ekstrimitas Biasanya Biasanya
bawah dan didapatkan didapatkan tidak
atas eksermitas atas ada nyeri tekan,
lemah, adanya teraba adanya
edema pada tanagn edema pada
kanan dan kiri dan tanagan dan kaki
bengkak pada kaki
Ekstermitas Biasanya Biasanya
kanan dan didapatkan didapatkan teraba
kiri atas ekstermitas bawah adanya edema
lemah pada ekstermitas
bawah kanan dan
kiri

4. Pemeriksaan Penujang
Menurut Karson, (2012) Pemeriksaan Penujang antara lain :
a. Laboratorium
Hipokalemia, peningkatan BUN dan kreatinin, penurunan filtrasi glomerulus,
peningkatan glukosa serum, proteinurea, glukosuria.
b. Arteri Gas Darah
Hipoksia, penurunan saturasi oksigen
c. Pemeriksaan EKG
Abnormalitas ST – T : Depresi ST dan inverse gelombang T pada lead V1-V4
dan II, III dan AVF.
d. Radiologi Dengan Thorak Pato
Radiologi dada menujukan adanya kongesti pulmonal, bayangan pembesaran
jantung area halus yang kabur dan berkabut, terdapat garis kerley B karena
adanya edema intraseptal, efusi pleura.

Menurut Saferi dan Yessie (2013) yaitu :


a. Radiogram Dada
1) Kongesti vena paru
2) Edistribusi vaskuler pada Lobus-lobus atas paru
3) Kardiomegali
4) EKG
b. Kimia Darah
1) Hiponatermia
2) Hiperkalemia pada tahap lanjut dari gagal jantung
3) BUN kreatinin meningkat
c. Urine
1) Lebih Pekat
2) BJ Meningkat
3) Na Meningkat
d. Jantung
1) Peningkatan CKMB> 3%
Nilai normal : <10 U/L
2) Peningkatan kadar protein T, peningkatan ini menjadi pertanda positif cedar
selmiokardium nilai normal: <0,3
3) EKG : Hipertonatrian atau ventikuler, penyimpangan aksis, iskemia dan
kerusakan pola mungkin terlihat.
e. Fungsi Hati
1) Pemanjangan Masa Protombin
2) Peningkatan Billirubin dan Enzyme hati ( SGOT dan SGPT meningkat ).

3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan objektif yang
telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan

(Nurarif dan Hardi, (2013).

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sesak nafas, mendesak diafragma,
Splenomegali dan edema paru.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi Na+ H20, peningkatan ADH
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembesaran abdomen dan anoreksia dan mual.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveoli
ditandai dengan dispnea, pernafasan abnormal, gelisah, cuping hidung, warna kulit
pucat,
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan dispnea akibat turunya
curah jantung
6. Ansietas berhubungan dengan kesulitan bernafas dengan kegelisahan akibat oksigen
yang tidak adekuat.

3.3 Intervensi Keperawatan


Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah mengurangi,
dan mengatasi masalah- masalah yang telah di indetifikasikan dalam diagnosis
keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu
menetapkan cara menyelesikan masalah dengan efektif dan efisien

( Rahma dan Walid, 2014).

Tabel 3.2 Rencana Keperawatan (Nanda, 2017)

Hari /tanggal Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1 Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan a. Identifikasi klien
efektif keperawatan selama 3x24 jam perlunya
diharapkan gangguan pertukaran gas pemasangan alat
dapat berkurang dengan kriteria hasil jalan nafas buatan
: b. Auskultasi suara
a. Mendemonstrasikan batuk nafas ,catat dan
efektif dan suara nafas yang suara nafas buatan
bersih c. Catat pergerakkan
b. Menunjukan jalan nafas yang dada, amati
paten kesimetrisan
c. Tanda-tanda vital dalam penggunaan alat
rentang normal TD<130/85 tambahan
mmHg, N:60-100x/Menit, R: d. Atur intake
16-20x/ menit S:36,5-37,5 C untukcairan
mengoptimalkan
keseimbangan
e. Monitor respirasi
dan status O2
2 Kelebihan volume Setelah dilakukan keperawatan a. Pertahankan
cairan selama 3x24 jam diharapkan tidak catatan intake dan
terjadi kelebihan volume cairan, output cairan yang
dengan kriteriahasil : akurat monitor
a. Terbatas dari edama, efusi, hasil hemoglabin
anasarka yang sesuai dengan
b. Bunyi nafas bersih , retensi cairan
c. Terbatas dari distensi (BUN, osmolalitas
fenajugularis urine)
b. Monitor tanda-
tanda vital
c. Monitor indikasi
retensi /kelebihan
cairan
d. Kaji lokasi dan
luas edama
e. Monitor masukan
makanan/cairan
dan hitung intake
kalori
f. Kolaborasi
pemberian diuretik
sesuai instruksi
3 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tidakan a. Kaji adanya alergi
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 jam makanan
kebutuhan tubuh diharapkan kebutuhan nutrisi b. Berikan informasi
tercukupi sesuai kebutuhan tubuh tentang kebutuhan
dengan kriteria hasil : nutrisi
a. Adanya peningkatan berat c. Kaji kemampuan
badan sesuai dengan tujuan klien untuk
b. Berat badan ideal seuai mendapatkan
dengan tinggi badan , rumus : nutrisi yang
BB ideal = (TB-100)-100% dibutuhkan
TB d. Monitor
c. Mampu mengidentifikasi pertumbuhan dan
kebutuhan nutrisi perkembangan
d. Tidak adatanda-tanda e. Anjurkan klien
malnutrisi untuk meninkatkan
e. Menunjukan peningkatan intake
fungsi pengcapan dari f. Anjurkan klien
menelan untuk
f. Tidak terjadi purunan berat meningkatkan
badan yang berarti protein dan vitamin
C
g. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menetukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dibutuh kan
klien

Hari/tg Diognosa NOC NIC


l
4 Gangguan Setelah dilakuakan tindakan keperawatan Mandiri :
pertukaran selama 3x24 jam diharapkan pasien dapat a. Kaji
gas menujukkan oksigenasi dan ventilasi adekuat pernafasanp
dengan kriteria hasil : asien
a. Mendemonstrasikan meningkatkan tiapdua jam
ventilasi dan oksigenasi yang adekuat (frekuensi,
b. Mendemonstrasikan batuk efektif dan iramadan
suara nafas yang bersih , tiada sianosis kedalaman
dan dyspnea (mamapu mengeluarkan b. Kaji
sputum , mampu bernafas dengan sianosis
mudah, jika ada
c. Tanda-tanda vital dalam rentang c. Ajarkan/
normal anjur kan
klien batuk
efektif,
nafas dalam
d. Pantau satu
rasio
oksigen
dengan
oksimetri
(alat untuk
pemantauan
kadar oksigen
dalam darah
dari Hb
pasien)
e. Berikan
tirah baring
f. Kaji adanya
perubahan
sensori :
perubahan
mental,
kepribadian
dan
penurunan
kesadaran
g. Pertahanka
n posisi
duduk
semifowler
h. Latih batuk
efektif jika
terjadi
batuk
Kolaborasi :
i. Pantau/gam
barkan seri
GDA
(gas darah
arteri)
j. Periksa
GDS(gas
darah
arteri)
Indikasi :
k. Kolaborasi
pemberian
obat/oksige
n tambahan
sesuai
indikasi
5 Intoeransitivitis Setelah dilakuakan tindakan keperawatan a. Bantu klien
selama 3x24 jam diharapkan untuk
intoleransiaktivitas dapat berkurang dengan mengidentif
kriteria hasil : ikasi
a. Berpartisipasi dalam beraktivitas fisik aktivitas
tanpa disertai peningkatan tekanan yang
darah ,nadi dan respirasi ,normal ttv disukai
:td:<130/<85mmhg N:60-100 mmhg b. Bantu klien
S:36’5-37,5 C untuk
RR: 16-20x/menit mengidentif
b. Mampu melakukan aktivitas sehari- ikasikan
hari secara mandiri aktivitas
c. Mampu berpindah atau alat yang
dilakukan
c. Bantu klien
untuk
mendapatka
n alat bantu
aktivitas
seperti
kursi roda.
d. Kolaborasi
dengan
tenaga
rehabilitas
medik
dalam
merencanak
an program
terapi yang
tepat bila
perlu
6 Ansietas Setelah melakukan tindakan e. Gunakan pendekatan
keperawatan selama 3 x 24 jam yang memunkinkan
diharapkanan asietas berkurang f. Nyatakan dengan jelas
dengan kriteria hasil : harapan klien
a. Mampu mengidentifikasi kan g. Jelaskan semua prosedur
dan mengukapkan gejalacemas dan apa yang di rasa kan
b. Mengidentifikasikan selama prosedur
mengungkapkan dan h. Temani klien untuk
menunjukkan tekhnik memberikan keamanan
untuk mengontrol dan mengurangi takut
cemas i. Dengar kan dengan
c. Vital sign dalam batas penuh perhatian
normal j. Identifiksikan tingkat
d. Potur tubuh dan tingkat kecemasan
aktivitas menunjukkan k. Bantu klien untuk
berkurangnya mengenal situasi yang
kecemasan menimbukan kecemasan
l. Dorong klien untuk
mengungkapkan
perasaan ketakutan
(prsepsi).
m. Intruksikan klien
menggunakan tekhnik
relaksasi
n. Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan.
Sumber : Nanda, (2017).

3.4 Implemenatsi Keperawatan

Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan yang mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berlanjutan, mengobsevasikan respon klien selama dan sudah pelaksanaan tindakan,
serta menilai data yang baru (RohmahdanWalid, 2014).

3.5 Evaluasi Keperawatan

1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan klien( hasil
yang diamati) dengan jumlah krteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan ( Rohman
dan Wahid, 2014).

2. Macam - macam Evaluasi

a. Evaluasi Proses

1. Evaluasi yang dilakukan setiap selesai lakukan tindakan

2. Beroroientasi pada etiologi

3. Dilakukan terus menerus sampai tujuan telah tercapai

b. Evaluasi Hasil ( Sumatif)

1. Evalausi yang dilakukan setelah tindakan keperawatan secara paripurna

2. Beriorentasi pada masalah keperawatan

3. Menjelaskan tindakan/keberhasialan
4. Rekapikulasi dan kesimpulan setatsus kesehatan pasien sesuai dengan kerangka
waktu yang ditetapkan

c. Komponen SOAP/SOAPIER

Untuk memudahakan perawat menevaluasi atau menatau perkembangan pasien , di


gunakan komponen SOAP/SOAPIER penggunaanya tergantung dari kebijakan
setempat

Pengertian SOAPIER adalah sebagai berikut :

1) S : Data Subjektif
Perawat menuliskan keluhan klien yang masih dirasakan setelah dilakaukan
tindakan perawat
2) O : Data Objektif
Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat
secara langsung kepada klien dan yang dirasakan klien setalah dilakukan tindakan
keperawatan
3) A : Analisis
Analisis adalah suatu maslah atau diagnosa kperawatan masih terjadi atau juga
dapat ditulis maslah/diagnose yang baru yang telah tejadi akibat perubahan setatus
kesehatan klien yang telah teridentifikasi adanya dalam data subjektif dan objektif.
4) P : Planning
Perencanan keperawatan yang akan dilanjutkan ,dihentikan,dimodifikasi atau
ditambahkan dari tindakan perencanan keperawatan yang telah direncanakan
sebelumnya.
5) I : Implemetasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang telah dilakukan sesuai dengan
intruksi yang telah teridentifiksi dalam komponen P ( rencana)
6) E : Evaluasi
Evaluasi adalah respon klien setelah dilakuakn tindakan keperawatan
7) R : Reasessment
Reasessment adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap perencanan setalah
diketahui hasil evaluasi apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan dimodifikasi
atau dilanjutakan

3.6 Dokumentasi Keperawatan

Dokumentasi penting dalam perawatan kesehatan sekarang ini. Dokumentasi


didefinisikan sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat
diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang catatan
medis harus mendeskripsikan tentang status atau kebutuhan pasien yang komperesif
juga layanan yang diberikan untuk perawatan pasien. Dokumentasi yang baik
mencerminkan tidak hanya kualitas perawatan tetapi juga membuktikan pertangung-
gugatan setiap anggota tim perawat dalam memberikan asuahan perawatan
( Rohman dan Walid, 2014).

BAB IV

PENUTUP
4.1Kesimpulan

Congestive Hearth Failure (CHF) yang sering disebut juga gagal jantung adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif sering
digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan.

4.2 Saran
Dapat menerapkan pola hidup sehat (tidak merokok, minum-minuman keras, narkoba, dll.)
Menjaga kesehatan jantung dengan rajin berolahraga dan mengkonsumsi makanan yang
bergizi seimbang.

DAFTAR PUSTAKA
Ardini, Desta N E. 2010. Perbedaan Etiologi Gagal Jantung Kongestif pada usia
Lanjut dengan Usia Dewasa.
Muttaqin , Arif. 2009. Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan kardiovaskuler
dan hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Aaronson PI, Ward JPT, At a Glance Ssitem Kardiovaskuler : Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik Kardiovaskuler, 3 th ed. Jakarta : Egc, 2010. P68.

Anda mungkin juga menyukai