Makalah CHF KMB Ibu Atin
Makalah CHF KMB Ibu Atin
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7
NAMA ANGGOTA
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “Gangguan
Sistem Kardiovaskuler Pada kasus CHF( Gagal Jantung Kongestif).
Makalah ini kami susun sebagaimana materi yang terdapat dalam mata kuliah KMB. Materi
ini kami ambil dari beberapa sumber dibuku, dengan demikian pembaca dapat memperluas
wawasannya.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami ingin pembaca untuk memberikan saran serta kritik agar dapat
membangun makalah kami. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Penyusun
Kelompok 7
DAFTAR ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.3 Etiologi
2.4 Klasifikasi
2.6 Patofisiologi
2.7 Pathway
2.9 Komplikasi
2.10 Penatalaksanaan
3.1 Pengkajian
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler
pada kasus Congestive Hearth Failure (CHF).
2. Tujuan Khusus
Penulis mampu :
a. Melakukan pengkajian keperawatan dengan baik dan benar pada klien dengan
gangguan sistem kardiovaskuler pada kasus CHF.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan dengan baik dan benar pada klien gangguan
sistem kardiovaskuler pada kasus CHF
c. Menentukan dan menyusun rencana asuhan keperawatan dengan baik dan benar
pada klien gangguan sistem kardiovaskuler pada kasus CHF
d. Melakukan tindakan keperawatan dengan baik dan benar pada klien gangguan
sistem kardiovaskuler pada kasus CHF
e. Melakukan evaluasi dan penilaian tingkat keberhasilan selama merawat klien
dengan gangguan sistem kardiovaskuler pada kasus CHF
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem
kardiovaskuler pada kasus CHF.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Congestive Hearth Failure (CHF) adalah sindrom klinis (sekumpulan tanda dan
gejala), ditandai oleh sesak nafas dan fatik (saat istirahat atau saat aktivitas) yang
disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung (Nurarif dan Hardhi, 2013).
Congestive Hearth Failure (CHF) adalah kondisi dimana fungsi jantung sebagai
pompa untuk mengantarkan darah yang kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk
memenuhi keperluan-keperluan tubuh (Saferi dan Yessie, 2013).
Congestive Hearth Failure (CHF) yang sering disebut juga gagal jantung adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif sering
digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan.
2.3 Etiologi
2.4 Klasifikasi
1. Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba, ditandai dengan penurunan kardiak
output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Ini dapat mengakibatkan adema paru
dan kolaps pembuluh darah.
2. Gagal jantung kronik terjadinya secara perlahan yang ditandai dengan penyakit
jantung iskemik, penyakit paru kronis. Pada gagal jantung kronik terjadi retensi air
dan sodium pada ventrikel sehingga menyebabkan hipervolemia, akibatnya
ventrikel dilatasi dan hipertrofi.
1. Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa darah secara
adekuat sehingga menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi, dan kelainan pada
katub aorta/mitral.
2. Gagal jantung kanan terjadi disebabkan oleh peningkatan tekanan pulmo akibat
gagal jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga cairan yang terbendung
akan berakumulasi secara sistemik di kaki, asites, hepatomegali, efusi, pleura, dan
lain-lain.
CHF yang merupakan tahap akhir dari penyakit jantung memilki beberapa
gejala yang mungkin terjadi, berikut ialah beberapa gejala dari CHF menurut
Kasron (2012) antara lain :
1. sesak nafas
sesak nafas merupakan tanda paling sering dari CHF terutama gagal
jantung bagian kiri. Sesak nafas terjadi karena akumulasi cairan pada
paru-paru atau karena ketidakmampuan jantung memompa darah secara
cukup efisien keseluruh organ ketika waktu-waktu tertentu. Sesak nafas
bias terjadi ketika beristirahat, beraktivitas, ketika dalam posisi tiduran,
ketika bangun dari tidur.
2. Nyeri Dada
Nyeri dada atau angina pectoris bisa terjadi, umumnya ketika penyebab
dari CHF ialah penyakit jantung koroner.
3. Edema
Edema atau penumpukan cairan sering terjadi ketika gagal jantung
menyerang sisi kanan jantung. Penumpukan cairan ini terjadi karena
cairan bocor dari pembuluh darah karena penumpukan cairan pada
jantung membuat cairan mencair di tempat lain. Kebocoran cairan ini
bisa berakibat pada pembesaran liver (hepatomegali), penumpukan
cairan pada rongga perut (ascites). Hepatomegali dan ascites ini bisa
menimbulkan gangguan sistem pencernaan seperti : kembung, mual dan
nyeri perut. Selain hepatomegali dan ascites, bisa juga terjadi
penumpukan cairan pada kaki dan ligament.
4. Kelelahan
Kelelahan sangat mungkin terjadi karena tubuh yang mendapatkan
oksigen tidak terlalu optimal karena gangguan jantung dalam memompa
darah yang membawa oksigen.
5. Gejala yang berhubungan dengan otak.
Terdapat beberapa gejala yang berhubungan dengan otak seperti ;
kebingungan, gangguan memori, kecemasan, pusing, insomnia, mimpi
buruk, dll. Hal ini disebabkan karena oksigen yang tidak optimal di otak.
6. Oliguria
Oliguria atau jumlah urine sedikit bisa terjadi karena darah yang
mengalir tidak sebanyak darah orang normal sehingga darah ke ginjal
juga akan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah cairan yang akan di
saring ginjal menurut penyebab penurunannya jumlah urine.
2.6 Patofisiologi
2.7 Pathway
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Fisik
Secara klinis pada penderita gagal jantung dapat ditemukan gejala dan
tanda seperti ; sesak nafas saat aktivitas, edema pada paru, peningkatan
JVP, hepatomegali, edema pada tungkai.
2. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah perlu dikerjakan untuk menyingkirkan anemia
sebagai penyebab susah bernafas, dan untuk mengetahui adanya
penyakit dasar serta komplikasi. Pada gagal jantung yang berat akibat
berkurangnya kemampuan mengeluarkan air sehingga dapat timbul
hiponatremia dilusional, karena itu adanya hiponatremia menunjukan
adanya gagal jantung yang berat. Pemeriksaan serum kreatinin perlu
dikerjakan selain untuk mengetahui adanya gangguan ginjal, juga
mengetahui adanya stenosis/penyempitan arteri renalis apabila terjadi
peningkatan serum kreatinin setelah pemberian angiotensin converting
enzyme inhibitor dan diuretic dosis tinggi. Pada gagal jantung berat
dapat menjadi proteinuria. Hipokalemia dapat terjadi pada pemberian
diuretic tanpa suplementasi kalium dan obat potassium sparring.
Hiperkalemia timbul pada gagal jantung berat dengan penurunan fungsi
ginjal, penggunaan ACE-inhibitor serta obat potassium sparring. Pada
gagal jantung kongestif tes fungsi hati ( bilirubin, AST dan LDH)
gambarnya abnormal karena kongestif hati. Pemeriksaan profil lipid,
albumin serum fungsi tiroid dianjurkan sesuai kebutuhan. Pemeriksaan
penanda BNP sebagai penanda biologis gagal jantung dengan kadar BNP
plasma 100pg/ml dan plasma NT-pro BNP adalah 300 pg/ml.
3. Rontgen Thorax
Pada pemeriksaan foto dada dapat ditemukan adanya pembesaran
sileut/gambar pada jantung(cardio thoraxic ratio > 50%), gambaran
kongesti vena pulmonaslis terutama di zona atas pada tahap awal, bila
tekanan vena pulmonal lebih dari 20 mmHg dapat timbul gambaran
cairan pada fisura horizontal dan garis kerley B pada sudut
kostofrenikus. Bila tekanan lebih dari 25 mmHg didapatkan gambaran
batwing pada lapangan paru yang menunjukkan adanya edema paru yang
bermakna. Dapat pula tampak gambaran efusi pleura bilateral, tetapi bila
unilateral, yang lebih banyak terkena adalah bagian kanan.
4. EKG
Pada elekrokardiografi 12 lead didapatkan gambaran abnormal pada
hampir seluruh penderita dengan gagal jantung, meskipun gambaran nya
normal dapat dijumpai pada 10% kasus. Gambaran yang sering
didapatkan antara lain Gelombang Q, abnormalitas ST-T, hipertrofi
ventrikel kiri, bundle branch block dan fibrilasi atrium. Bila gambaran
EKG dan foto dada keduanya menunjukkan gambaran yang normal,
kemungkinan pasien sangat kecil kemungkinnya.
5. Echokardiografi
Echokardiografi merupakan pemeriksaan non-invasif yang sangat
berguna pada gagal jantung. Echokardiografi dapat menunjukkan
gambaran yang obyaktif mengenai struktur dan fungsi jantung. Penderita
yang perlu dilakukan echokardiografi adalah ; semua pasien dengan
tanda gagal jantung, susah bernafas yang berhubungan dengan murmur,
sesak yang berhubungan dengan fibrasi atrium, serta penderita dengan
resiko disfungsi ventrikel kiri ( infark miokard anterior, hipertensi tak
terkontrol, atau aritmia). Echokardiografi dapat mengidentifikasi
gangguan fungsi sistolik, fungsi diastolic, mengetahui adanya gangguan
katup, serta mengetahui resiko adanya emboli.
6. Exercise Stress Test
Test ini dilakukan untuk mengetahui respon jantung terhadap exercise
stress apakah normal atau suplai darak ke koroner terganggu serta untuk
menentukan level dan jenis aktivitas yang sesuai dengan penderita.
7. Radionuklir Ventrikolography
Pemeriksaan radionuklir dapat mengetahui ejection fraction, laju
pengisian sistolik, laju pengosongan diastolic, dan abnormalitas dari
pergerakan dinding.
8. Coronari Angiography
Angiography dikerjakan pada nyeri dada berulang akibat gagal jantung,
angiography ventrikel kiri dapat mengetahui gangguan fungsi yang
global maupun segmental serta mengetahui tekanan diastolic, sedangkan
kateterisasi jantung kanan untuk mengetahui tekanan sebelah
kanan(atrium kanan, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis) serta
pulmonary artery capillary wedge pressure.
2.9 Komplikasi
a. Syok Kardiogenik
b. Episode Tromboemboli karena pembentukan bekuan vena karena statis
darah.
c. Efusi darah Tamponade Perikardium
d. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis.
2.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan berdasarkan kelas NYHA :
a. Kelas I : Non Farmakologi, meliputi diet rendah garam, batasi cairan,
menurunkan berat badan, menghindari alcohol dan rokok, aktifitas fisik,
manajemen stress.
b. Kelas II, III : Terapi pengobatan, meliputi diuretic, vasodilator, ace
inhibator, digitalis, dopamineroik, oksigen.
c. Kelas IV : kombinasi diuretic, digitalis, ACE inhibator, seumur hidup.
Penatalaksanaan CHF meliputi :
a. Non Farmakologis
1. CHF Kronik
Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan
menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat atau
pembatasan aktivitas.
Diet pembatasan natrium(< 4gr/hari) untuk menurunkan
edema
Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti ;
(NSAIDS) karena efek prostaglandin pada ginjal
menyebabkan retensi air dan natrium
Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500cc/hari)
Olahraga secara teratur
2. CHF akut
Oksigenasi (ventilasi mekanik)
Pembatasan cairan (< 1,5 ltr/perhari)
b. Farmakologis
Tujuan : untuk mengurangi afterload dan preload
1. First Line Drugs ; diuretic
Tujuan : mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan obatnya
adalah : Thiazide diuretics untuk CHF sedang, loop diuretic, Metolazon
(kombinasi dari loop diuretic untuk meningkatkan pengeluaran cairan),
kalium sparing diuretic.
2. Second Line Drugs ; ACE inhibitor
Tujuannya : membantu meningkatkan COP dan menurunkan kerja
jantung. Obatnya adalah :
a. Digoxin ; meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan
untuk kegagalan diastolic yang mana dibutuhkan pengembangan
ventrikel untuk relaksasi.
b. Hidralazin; menurunkan afterload pada disfungsi sistolik
c. Isobarbide dinitrat; mengurangi preload dan afterload untuk
disfungsi sistolik, hindari vasodilator pada disfungsi sistolik
d. Calcium Channel Blocker ; untuk kegagalan diastolic, meningkatkan
relaksasi dan pengisian ventrikel(jangan dipakai pada CHF kronik).
e. Beta Blocker ; sering dikontraindikasikan karena menekan
respon miokard. Digunakan pada disfungsi diastolic untuk
mengurangi HR, mencegah iskemi miocard, menurunkan TD,
hipertrofi ventrikel kiri.
3. Pendidikan Kesehatan
a. Informasikan pada klien, keluarga dan pemberi perawatan
tentang penyakit dan penanganannya.
b. Informasikan difokuskan pada : monitoring BB setiap hari dan
intake natrium.
c. Diet yang sesuai untuk lansia CHF : pemberian makanan
tambahan yang banyak mengandung kalium seperti ; pisang,
jeruk, dll.
d. Teknik konservasi energy dan latihan aktivitas yang dapat
ditoleransi dengan bantuan terapi.
BAB III
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan bagi tahap berikutnya, kemampuan
dalam mengatasi masalah keperawatan ( Rohmah dan Walid, 2014 )
Dalam pengkajian dan Data – data yang perlu dikaji antara lain :
1. Identitas Klien
a. Umur : Gagal jantung adalah penyakit sistem kardiovaskuler yang banyak
terjadi pada orang dewasa.
b. Pendidikan : Pendidikan yang rendah dapat mempengaruhi terhadap
pengetahuan klien tentang penyakit gagal jantung.
c. Pekerjaan : Ekonomi yang rendah akan berpengaruh karena dapat menyebabkan
gizi yang kurang sehingga daya tahan tubuh klien rendah dan mudah jatuh
sakit.
d. Identitas Penanggung-jawab
meliputi : Nama, Pendidikan, Pekerjaan, dan Alamat dan Hubungan dengan
klien.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien untuk meminta pertolongan
pada tenaga kesehatan seperti, dispnea, kelemahan fisik, dan edema sistemik
(Wijaya dan Putrid, 2013).
b. Pola Kesehatan Fungsional Menurut Gordon :
1. Pola Persepsi Kesehatan
Pada kasus CHF akan timbul ketakutan akan terjadinya ketidakmampuan
beraktifitas pada dirinya dan harus menjalani penatalaksanaan kesehatan
dan prosedur pengobatan secara rutin. Pengkajian juga meliputi kebiasaan
hidup klien seperti penggunaan obat Steroid yang dapat mengganggu
metabolism kalsium, Pengkonsumsian alkohol yang bisa mengganggu
keseimbangan nya serta kepatuhan klien dalam berobat .
2. Pola Nutrisi dan Metabolism
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual dan muntah, penambahan berat
badan secara signifikan, perkembangan ekstremitas bawah, kebiasaan diet
tinggi garam dan kolestrol, penggunaan diuretik.
Tanda : Penambahan berat badan secara signifikan dan distensi
abdomen/asistes serta edema.
3. Pola Eleminasi
untuk kasus CHF perlu dikaji Frekuensi, Konsistensi, Warna serta bau feses
pada pola eleminasi alvi Sedangkan pada pola eleminasi urin dikaji
frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah pada kedua pola ini juga
dikaji ada kesulitan atau tidak.
Gejala yang ditemukan : Penurunan volume urin, Urin berwarna gelap,
Kebiasaan berkemih malam hari (Nokturia).
4. Pola Tidur dan Istirahat
Pada klien CHF sering ditemukan insomnia, dispnea saat istirahat dan
gelisah sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klie.
Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada lamanya tidur, suasana
lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta penggunaan obat tidur.
5. Pola Aktivitas
Pada klien dengan CHF sering ditemukan keletihan dan kelelahan
sepanjang hari, timbul gejala sesak pada aktivitas fisik berat, aktifitas fisik
sedang, aktifitas fisik ringan, sangat ringan/ istirahat .
6. Pola Hubungan dan Peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat bila
klien harus menjalani rawat inap.
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Dampak yang timbulpada klien CHF adalah rasa cemas, rasa ketidak
mampuan untuk melakukan aktivitas secara optimal, dan pandangan
terhadap dirinya yang salah (Gangguan Body Image).
8. Pola Sensori dan Kongnitif
Pada klien dengan CHF sering ditemukan perubahan status mental dan stress
dengan penyakitnya.
9. Pola Reproduksi Seksual
Dampak pada klien CHF akan terjadi perubahan pemenuhan kebutuhan
seksual terutama karena nyeri dada dan sesak yg meningkat karena
aktivitas.
10. Pola Penanggulangan Stress
Pada klien CHF timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, mekanisme
koping yang ditempuh klien bisa tidak efektif
11. Pola Tata Nilai dan Keyakinan
Untuk klien CHF dengan bedrest total tidak dapat melaksanakan kebutuhan
beribadah dengan baik terutama frekuensi. hal ini bisa disebabkan karena
nyeri dan sesak yang dirasakan klien.
4. Pemeriksaan Penujang
Menurut Karson, (2012) Pemeriksaan Penujang antara lain :
a. Laboratorium
Hipokalemia, peningkatan BUN dan kreatinin, penurunan filtrasi glomerulus,
peningkatan glukosa serum, proteinurea, glukosuria.
b. Arteri Gas Darah
Hipoksia, penurunan saturasi oksigen
c. Pemeriksaan EKG
Abnormalitas ST – T : Depresi ST dan inverse gelombang T pada lead V1-V4
dan II, III dan AVF.
d. Radiologi Dengan Thorak Pato
Radiologi dada menujukan adanya kongesti pulmonal, bayangan pembesaran
jantung area halus yang kabur dan berkabut, terdapat garis kerley B karena
adanya edema intraseptal, efusi pleura.
Diagnosa Keperawatan adalah proses menganalisis data subjektif dan objektif yang
telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnosis keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sesak nafas, mendesak diafragma,
Splenomegali dan edema paru.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi Na+ H20, peningkatan ADH
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
pembesaran abdomen dan anoreksia dan mual.
4. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane kapiler alveoli
ditandai dengan dispnea, pernafasan abnormal, gelisah, cuping hidung, warna kulit
pucat,
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan dispnea akibat turunya
curah jantung
6. Ansietas berhubungan dengan kesulitan bernafas dengan kegelisahan akibat oksigen
yang tidak adekuat.
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan yang mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berlanjutan, mengobsevasikan respon klien selama dan sudah pelaksanaan tindakan,
serta menilai data yang baru (RohmahdanWalid, 2014).
1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan klien( hasil
yang diamati) dengan jumlah krteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan ( Rohman
dan Wahid, 2014).
a. Evaluasi Proses
3. Menjelaskan tindakan/keberhasialan
4. Rekapikulasi dan kesimpulan setatsus kesehatan pasien sesuai dengan kerangka
waktu yang ditetapkan
c. Komponen SOAP/SOAPIER
1) S : Data Subjektif
Perawat menuliskan keluhan klien yang masih dirasakan setelah dilakaukan
tindakan perawat
2) O : Data Objektif
Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat
secara langsung kepada klien dan yang dirasakan klien setalah dilakukan tindakan
keperawatan
3) A : Analisis
Analisis adalah suatu maslah atau diagnosa kperawatan masih terjadi atau juga
dapat ditulis maslah/diagnose yang baru yang telah tejadi akibat perubahan setatus
kesehatan klien yang telah teridentifikasi adanya dalam data subjektif dan objektif.
4) P : Planning
Perencanan keperawatan yang akan dilanjutkan ,dihentikan,dimodifikasi atau
ditambahkan dari tindakan perencanan keperawatan yang telah direncanakan
sebelumnya.
5) I : Implemetasi
Implementasi adalah tindakan keperawatan yang telah dilakukan sesuai dengan
intruksi yang telah teridentifiksi dalam komponen P ( rencana)
6) E : Evaluasi
Evaluasi adalah respon klien setelah dilakuakn tindakan keperawatan
7) R : Reasessment
Reasessment adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap perencanan setalah
diketahui hasil evaluasi apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan dimodifikasi
atau dilanjutakan
BAB IV
PENUTUP
4.1Kesimpulan
Congestive Hearth Failure (CHF) yang sering disebut juga gagal jantung adalah
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi. Istilah gagal jantung kongestif sering
digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan.
4.2 Saran
Dapat menerapkan pola hidup sehat (tidak merokok, minum-minuman keras, narkoba, dll.)
Menjaga kesehatan jantung dengan rajin berolahraga dan mengkonsumsi makanan yang
bergizi seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Ardini, Desta N E. 2010. Perbedaan Etiologi Gagal Jantung Kongestif pada usia
Lanjut dengan Usia Dewasa.
Muttaqin , Arif. 2009. Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan kardiovaskuler
dan hematologi. Jakarta : Salemba Medika.
Aaronson PI, Ward JPT, At a Glance Ssitem Kardiovaskuler : Anamnesis dan
Pemeriksaan Fisik Kardiovaskuler, 3 th ed. Jakarta : Egc, 2010. P68.