KIMIA ORGANIK II
“ Kromatografi Lapis Tipis”
Kelompok
Penyusun :
Amelia Destiana Palupi (0220002)
Ponny Nur Bonita (0220007)
Reza Pratama Saoutra (0220009)
Dosen :
Aden Dhana Rizkita, S.Si., M.Si
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ada banyak teknik pemisahan tetapi kromatografi merupakan teknik paling
banyak digunakan. Kromatografi sangat diperlukan dalam kefarmasian dalam
memisahkan suatu campuran senyawa. Kromatografi merupakan metode
pemisahan yang sederhana. Dalam kromatografi, komponen-komponen
terdistribusi dalam dua fase. Salah satu fase adalah fase diam.
Kromatografi mencakup berbagai proses yang berdasarkan pada perbedaan
distribusi dari penyusunan cuplikan antara dua fasa. Satu fasa tetap tinggal pada
system dan dinamakan fasa diam. Fasa lainnya dinamakan fasa gerak
menyebabkan perbedaan migrasi dari penyusun cuplikan. Prosedur kromatografi
masih dapat digunakan, jika metode klasik tidak dapat dilakukan karena jumlah
cuplikan rendah, kompleksitas campuranyang hendak dipisahkan atau sifat
berkerabat zat yang dipisah
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Untuk mengetahui jarak. masing masing benda setelah pelarut merembet ke atas.
2. Untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut terhadap hasil kromatografi.
3. Untuk mengetahui prinsip kerja dai kromatografi kertas.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
C. LANSADAN TEORI
a) Pengertian Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis Yaitu kromatografi yang menggunakan
lempeng gelas atau alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina,
silika gel, atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis pada umumnya
dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan kromatografi.
Kromatografi lapis tipis digunakan untuk pemisahan senyawa secara
cepat, dengan menggunakan zat penjerap berupa serbuk halus yang dipaliskan
serta rata pada lempeng kaca. Lempeng yang dilapis, dapat dianggap sebagai
“kolom kromatografi terbuka” dan pemisahan dapat didasarkan pada
penyerapan, pembagian atau gabungannya, tergantung dari jenis zat penyerap
dan cara pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis pelarut. Kromatografi lapis
tipis dengan penyerap penukar ion dapat digunakan untuk pemisahan senyawa
polar. Harga Rf yang diperoleh pada kromatografi lapis tipis tidak tetap, jika
dibandingkan dengan yang diperoleh pada kromatografi kertas. Oleh karena
itu pada lempeng yang sama di samping kromatogram zat yang di uji perlu
dibuat kromatogram zat pembanding kimia, lebih baik dengan kadar yang
berbeda-beda (Dirjen POM, 1979, hal. 782).
d) Nilai RF
Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif. Oleh karena itu,
diperlukan suatu perhitungan tertentu untuk memastikan spot yang terbentuk
memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak plat nya berbeda. Nilai
perhitungan tersebut adalah nilai Rf, nilai ini digunakan sebagai
nilai perbandingan relatif antar sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat
retensi suatu komponen dalam fase diam sehingga nilai Rf sering juga disebut
faktor retensi.]Nilai Rf dapat dihitung dengan rumus berikut :
Rf = Jarak yang ditempuh substansi/Jarak yang ditempuh oleh pelarut
Semakin besar nilai Rf dari sampel maka semakin besar pula jarak
bergeraknya senyawa tersebut pada plat kromatografi lapis tipis. Saat
membandingkan dua sampel yang berbeda di bawah kondisi kromatografi
yang sama, nilai Rf akan besar bila senyawa tersebut kurang polar dan
berinteraksi dengan adsorbent polar dari plat kromatografi lapis tipis.
Nilai Rf dapat dijadikan bukti dalam mengidentifikasikan senyawa.
Bila identifikasi nilai Rf memiliki nilai yang sama maka senyawa tersebut
dapat dikatakan memiliki karakteristik yang sama atau mirip. Sedangkan, bila
nilai Rfnya berbeda, senyawa tersebut dapat dikatakan merupakan senyawa
yang berbeda.
Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran
menjadi komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi berkerja
berdasarkan prinsip ini.Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran
berdasarkan perbedaan kecepatanperambatan komponen dalam medium
tertentu. Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara
dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak.Fase diam akan menahan
komponen campuran sedangkan fase gerak akanmelarutkan zat komponen
campuran. Komponen yang mudah tertahan pada fasediam akan tertinggal.
Sedangkan komponen yang mudah larut dalam fase gerak akanbergerak lebih
cepat. Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan,atau
kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase
gerakmengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang
terdapat dalamcampuran. Komponen-komponen yang berbeda bergerak pada
laju yang berbeda Proseskromatografi juga digunakan dalam metode
pemisahan komponen gula dari komponennon gula dan abu dalam tetes
menjadi fraksi-fraksi terpisah yang diakibatkanolehperbedaan adsorpsi, difusi
dan eksklusi komponen gula dan non gula tersebut terhadap adsorbent dan
eluent yang digunakan.
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis
silika atau aluminayang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau
plastik yang keras. Jel silika(atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam
untuk kromatografi lapis tipisseringkali juga mengandung substansi yang
mana dapat berpendar flour dalam sinarultra violet.Fase gerak merupakan
pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Fase diamlainnya yang biasa
digunakan adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium
padapermukaan juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel
silikakemudian digunakan serupa untuk alumina.
Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting
pada proses elusibagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam
(adsorbent). Interaksi antaraadsorbent dengan eluent sangat menentukan
terjadinya pemisahan komponen. Olehsebab itu pemisahan komponen gula
dalam tetes secara kromatografi dipengaruhi oleh lajualir eluent dan jumlah
umpan. Eluent dapat digolongkan menurut ukuran kekuatanteradsorpsinya
pelarut atau campuran pelarut tersebut pada adsorben dan dalam hal
iniyang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina atau sebuah lapis
tipis silika.Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik pelarut. Suatu
pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pelarut yang relatif
tak polar dari ikatannyadengan alumina (jel silika).
BAB III
METODOLOGI
A. ALAT
1. Chamber
2. Gelas ukur
3. Erlenmeyer
4. Pipa kapiler
5. Beakerglass
6. Pipet tetes
7. Plat KLT
8. Corong pisah
9. Klem dan statief
B. BAHAN
C. CARA KERJA
1. Fase gerak yang sudah dipisahkan bagian bawahnya lalu dimasukan ke dalam
chamber, sebelum di gerakan fase gerak ini harus di jenuhkan dengan cara
masukan kertas sari warna ke dalam chamber kemudian tutup dan tunggu
elusinya mencapai atas kertas sari warna,diamkan fase gerak,lalu cek Kembali
jika sudah jenuh
2. Lakukan preparasi dari lempeng KLT, ukur panjang dan lebar KLT
3. Buatlah dua totolan dari ekstrak daun andong merah kemudian pada totolan
kedua standar pembanding plafoloit yaitu kuersetin, beri jarak sebanyak 1cm
di setiap penotolan, buatlah penolotan 1cm dari batas bawah lalu beri tanda
1cm untuk tempat berakhirnya elusi
4. Gunakan pipa kapiler untuk menotol sampel pada KLT totol secara berkala
tunggu kering untuk setiap totolan berikutnya
5. Cek fase gerak sudah mengalami kejenuhan atau belum, jika sudah ambil
kertas sari warna
6. Masukan fase diam yang telah di totolkan oleh sampel dan kuersetin ke dalam
chamber yang berisi fase gerak,tunggu hingga elusi terjadi dengan sempuran
7. Bila elusi telah mencapai batas, ambil KLT dari dalam chamber
8. Angin anginkan supaya lempeng KLT kering
9. Amati KLT
10. Amati KLT dengan menggunakan uv visible 254mm,amati lalu catat hasil
11. Amati KLT dengan menggunakan uv visible 366mm, amati lalu catat hasil
BAB IV
A. HASIL PENGAMATAN
Hasil uji KLT pada ekstrak andong merah dilihat menggunakan lampu UV
pada panjan gelombang 245 nm dan 366 nm.
Hasil yang di dapat dari praktikum dengan dengan sampel dan kuersetin
dapat dilihat jelas pada gambar dimana jarak elusi dari sampel yaitu 3,5
cm dan jaarak elusi dari kuersetin yaitu 3,7 cm
B. PEMBAHASAN
Dik :
Panjang elusi = 8 cm
Dit : Rf?
a. Kesimpulan
Kromatografi Lapis Tipis Yaitu kromatografi yang menggunakan
lempeng gelas atau alumunium yang dilapisi dengan lapisan tipis alumina,
silika gel, atau bahan serbuk lainnya. Kromatografi lapis tipis pada umumnya
dijadikan metode pilihan pertama pada pemisahan dengan kromatografi
b. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun agar dalam pembuatan makalah selanjutnya bias lebih baik lagi,
atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.
DARTAR PUSTAKA
http://www.atlm.web.id/2016/12/makalah-kromatografi-lapis-tipis.html?
m=1