7d452 Modul 2 Dasar-Dasar Pengukuran Topografi Untuk Pekerjaan Jalan
7d452 Modul 2 Dasar-Dasar Pengukuran Topografi Untuk Pekerjaan Jalan
B. DESKRIPSI SINGKAT
Mata pelatihan ini menjelaskan tentang persiapan bahan, peralatan dan
administrasi, pemasangan patok, pengukuran titik kontrol horizontal dan
vertikal, pengukuran detail situasi, staking out (pemasangan patok). Modul ini
disajikan melalui kegiatan ceramah dan diskusi. Penilaian peserta dilakukan
melalui tes lisan dan tulisan.
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan pembelajaran terdiri dari hasil belajar dan indikator hasil belajar sebagai
berikut:
1. Hasil Belajar
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta mampu menerapkan pelaksanaan
pengukuran topografi untuk pekerjaan jalan.
E. ESTIMASI WAKTU
Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
untuk mata pelatihan Dasar-dasar Pengukuran Topografi Untuk Pekerjaan Jalan
pada peserta pelatihan ini adalah 6 (enam) jam pelajaran.
A. UMUM
Tujuan dari tahap persiapan adalah untuk mengumpulkan informasi awal
mengenai kondisi topografi, geologi, tata guna lahan, lalulintas, serta
lingkungan.
Pelaksanaan pekerjaan yang diperhatikan dalam pedoman spesifikasi teknis
survey pengukuran topografi dan pemetaan yakni persiapan survey topografi,
meliputi persiapan bahan, peralatan dan administrasi.
D. PERSIAPAN ADMINISTRASI
Persiapan administrasi berupa :
1. Surat tugas personil pelaksana, surat izin survey
2. Hal-hal lain-lainnya yang diperlukan urutan kegiatan dari FS s/d kegiatan
Rencana pelaksanaan pembebasan tanah.
Persiapan Managerial
Selain dari persiapan administrasi tak kalah penting juga harus sediakan
persiapan manajerial sebagai pendukung kegiatan antara lain berupa:
1. SOP pelaksanaan pekerjaan.
E. LATIHAN
1. Didalam pengukuran topografi untuk pekerjaan jalan ada beberapa macam
kegiantan antara lain persiapan bahan/ data penunjang, apa yang
dimaksud dengan persiapan bahan/ data penunjang.
2. Peralatan apa saja yg dibutuhkan didalam pengukuran topografi pekerjaan
jalan.
3. Coba saudara uraikan persiapan administrasi apa saja yg dibutuhkan
didalam pengukuran topografi untuk pekerjaan jalan.
F. RANGKUMAN
1. PERSIAPAN BAHAN/ DATA PENUNJANG
Sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai harus ditentukan terlebih dahulu
persiapan bahan / data penunjang, peralatan yang akan digunakan. Peralatan
yang digunakan harus memenuhi spesifikasi teknis yang ada sehingga data
pengukuran memenuhi kriteria yang diinginkan.
2. PERSIAPAN PERALATAN
Berupa Alat ukur, Prisma target, Statif, Kompas (Shunto), GPS Handheld,
Formulir kertas pencatatan pengukuran, Meteran jalan, Handy Tallky (HT)
(untuk komunikasi di lapangan), Komputer (hardware dan software) + printer
ukuran A3, Kamera dan Perlengkapan lapangan.
3. PERSIAPAN ADMINISTRASI
a) Surat tugas personil pelaksana, surat izin survey
Gambar 6 Patok BM
B. PATOK POLIGON
Patok poligon adalah sebagai kerangka dasar pemetaan yang memiliki titik-titik,
dimana titik tersebut mempunyai sebuah koordinat X dan Y.
Poligon memiliki beberapa jenis dipandang dari benntuk dan titik referensi yang
digunakan sebagai sistem koordinat dan kontrol kualitas dari pengukuran
poligon.
Jenis-jenis poligon tersebut yakni : poligon tertutup, poligon terbuka tidak
terikat/lepas, poligon terbuka tidak terikat sempurna dan poligon terbuka
terikat sempurna.
Berikut ini akan diuraikan tata cara-cara pengukuran poligon.
a) Basis poligon meliputi medan ukur yang akan dipetakan. Poligon
tersebut merupakan jarring-jaring tertutup (closed loop) dan diikatkan
ke titik triangulasi yang ada atau ke titik-titik tetap poligon. Kaki-kaki
poligon harus sepanjang mungkin dan sistem statif tetal (fixed tripod)
Gambar 9 Theodolit
D. RANGKUMAN
1. Patok BM merupakan patok permanen yang terbuat dari beton yang
berada di suatu tempat dengan koordinat global dan elevasi yang tetap
atau sudah diketahui nilai XYZ. Penentuan koordinat dan elevasi patok BM
tersebut menggunakan alat GPS dengan akurasi yang tinggi.
2. Patok poligon adalah sebagai kerangka dasar pemetaan yang memiliki titik-
titik, dimana titik tersebut mempunyai sebuah koordinat X dan Y.
3. Poligon memiliki beberapa jenis dipandang dari benntuk dan titik referensi
yang digunakan sebagai sistem koordinat dan kontrol kualitas dari
pengukuran poligon.
4. Jenis jenis poligon tersebut yakno : poligon tertutup, poligon terbuka tidak
terikat/lepas, poligon terbuka tidak terikat sempurna dan poligon terbuka
terikat sempurna.
Indikator keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
menerapkan pengukuran titik kontrol horizontal.
P Q
Gambar 10 Arti posisi horizontal
(Sumber: Purwohardjo, 1986)
Keterangan:
PQRS : merupakan bidang datar (merupakan sebagian kecil permukaan
ellipsoida)
Sumbu Y : merupakan garis meridian melalui titik O
Sumbu X : garis tegak lurus Y di titik O
IV I
o
Sin tIV = - Cos (tIV – 270 ) Sin tI = +
Cos tIV = + Sin (tIV – 270o) Cos tI = +
III II
o
Sin tIII = - Sin (tIII – 180 ) Sin tII = + Cos (tII – 90o)
Cos tIII = - Cos (tIII – 180o) Cos tII = - Sin (tII – 90o)
∆ ∆
Catatan:
Sin Cos
Kwadran I di kanan atas maka fungsi + +
Kwadran I di kanan bawah, maka co-fungsi + -
Kwadran I di kiri bawah, maka fungsi - -
Kwadran I di kiri atas, maka co-fungsi - +
Co- fungsi ditentukan oleh tanda (+,-) yang berbeda.
Contoh soal
Berikut penyelesainnya terkait dengan perhitungan sudut jurusan adalah sebagai
berikut:
Diketahui koordinat 1(X1, Y1) dan 2(X2, Y2) sebagai berikut :
Titik X (meter) Y (meter)
Solusi:
Gambar titik 1 dan 2 dalam sistem koordinat kartesian untuk memperoleh ilustrasi
awal letak titik-titik tersebut pada kwadran ilmu ukur tanah! (Asumsi: sumbu Y
sejajar dengan arah utara).
Dari posisi titik-titik tersebut maka terlihat bahwa sudut jurusan α12 terletak pada
kwadran II dan sudut jurusan α21 terletak pada kwadran IV.
DX12 = X2 - X1 = + 130,537
DY12 = Y2 - Y1 = - 75,763 Terletak di kwadran II
DX21 = X1 - X2 = - 130,537
DY21 = Y1 - Y2 = + 75,763 Terletak di kwadran IV
Solusi:
a. Gambar titik 1 dan 2 dalam sistem koordinat kartesian. (Asumsi: sumbu Y
sejajar dengan arah utara).
Dari posisi titik-titik tersebut maka terlihat bahwa sudut jurusan α12 terletak pada
kwadran I dan sudut jurusan α21 terletak pada kwadran III.
DX12 = X2 - X1 = + 500,000
DY12 = Y2 - Y1 = + 200,000 Terletak di kwadran I
DX21 = X1 - X2 = - 500,000
DY21 = Y1 - Y2 = - 200,000 Terletak di kwadran III
500,000
2,5
200,000
= 68o 11’ 54,93” + 180o (karena terletak di kwadran III)
α 21 = 248o 11’ 54,93”
Catatan: Perhatikan rumusan penentuan sudut jurusan pada kwadran I & III
berbeda dengan kwadran II & IV (penyebut dan pembilang pada rumus inverse
tangen).
Sementara itu pada Gambar 12 digambarkan arti dari jarak horizontal dimana titik
Ao dan Bo terletak di permukaan bumi. Garis penghubung lurus AoBo disebut
sebagai jarak miring (slope distance). Garis-garis Ao A dan Bo B merupakan garis-
garis sejajar dan tegak lurus bidang PQRS. Jarak antara kedua garis ini disebut jarak
mendatar dari Ao ke Bo (AB = Ao B’ = jarak mendatar / horizontal distance).
Jarak B0 B’ disebut jarak tegak (vertical distance) dari Ao ke Bo dan lazim disebut
sebagai beda tinggi. Sudut BoAo B’ disebut sebagai sudut miring dimana
komplemennya (penyikunya) disebut sebagai sudut zenith. Antara sudut miring,
jarak miring, jarak mendatar dan beda tinggi terdapat hubungan matematik
sebagai berikut:
Bila besar sudut miring BoAo B’ = m, komplemennya adalah z = (90-m), maka:
a. Ao B’ = AB = Ao Bo cos m = Ao Bo sin z
b. Bo B’ = Ao Bo sin m = Ao Bo cos z
c. (Ao Bo )2 = (AB)2 + (Bo B’ )2
∆
Dengan cara yang sama maka sehingga dari persamaan (i) di atas
dapat disubsitusi menjadi:
XB = XA + dAB sin αAB dan YB = YA + dAB cos αAB (ii)
XC = XA + dAC sin αAC dan YC = YA + dAC cos αAC (Iii)
Apabila koordinat titik A, B dan C diketahui besarnya maka:
(iv)
(v)
(vi)
(vii)
Maka sudut jurusan αBC dapat dihitung dengan cara : α1B = αA1 + β1 - 180o. Apabila
jumlah titik sudutnya adalah n buah maka diperoleh persamaan umum penentuan
sudut jurusan :
∑ . 180 (viii)
1. Metode Polar
Seperti yang diperlihatkan pada Gambar 16 metode polar adalah menghitung satu
titik dari satu titik yang telah diketahui koordinatnya, sementara jarak AB (dAB) dan
sudut jurusan AB (αAB) diukur di lapangan. Koordinat titik B dihitung dengan rumus:
XB = XA + dAB sin αAB dan YB = YA + dAB cos αAB (ix)
dAB = − + −
Dapat dihitung dBC sebagai berikut:
= . = .
Dari koordinat A, B dan sudut-sudut β1, β2 dapat dihitung αAB, αAC, dan αBC.
Dimana:
−
= tan
−
dengan
= − = + 180 +
koordinat C dapat dihitung:
Xc = XA + dAC sin αAC dan Yc = YA + dAC cos αAC
. sin
αAH = αAB-
αHA = αAH-180o
dengan dAB dan αAB dapat dihitung dengan cara yang sama seperti pada rumus di
atas.
Koordinat H dihitung dengan XH=XA+dAHsin αAH dan YH=YA+dAHcos αAH. Oleh karena
H terletak pada garis DC, maka:
Dimana:
= . sin ;
sin +
= . sin ;
sin +
= −
D. METODE POLIGON
Metode Poligon adalah cara untuk penentuan posisi horizontal banyak titik dimana
titik yang satu dengan lainnya dihubungkan satu dengan yang lain dengan
pengukuran jarak dan sudut sehingga membentuk rangkaian titik-titik (Poligon).
Ditinjau dari cara menyambungkan titik satu dengan yang lainnya Poligon dapat
digolongkan sebagai Poligon terbuka, Poligon tertutup, Poligon bercabang atau
kombinasi dari dua atau ketiganya. Gambar 18 sampai Gambar 21 memperlihatkan
masing-masing tipe Poligon tersebut. Di dalam perhitungan poligon minimal satu
titik diketahui koordinatnya, satu sudut jurusan atau αi (umumnya sudut jurusan
awal), jarak antara masing-masing titik (dij) dan sudut-sudut mendatar (βi) harus
diukur di lapangan.
= ( − )− − . 180
Rumus koreksi di atas disebut rumus koreksi BOWDITCH, sementara itu metode
pemberian koreksi berdasarkan cara TRANSIT adalah sebagai berikut:
E. METODE TRIANGULASI
Metode Triangulasi adalah titik yang satu dengan yang lainnya dihubungkan
sedemikian hingga membentuk rangkaian segitiga atau jaring segitiga. Adapun
besaran-besaran yang diukur di lapangan adalah setiap sudut dalam setiap segitiga
disamping diperlukan satu titik yang koordinatnya diketahui sebelumnya, satu sisi
segitiga diketahui jarak dan sudut jurusannya. Gambar di bawah memperlihatkan
contoh rangkaian triangulasi.
F. METODE TRILATERASI
Bentuk geometri trilaterasi adalah seperti triangulasi hanya perbedaannya bukan
sudut-sudut yang diukur di lapangan tetapi semua sisi segitiga. Untuk
menyelesaikan atau menghitung titik-titik pada rangkaian trilaterasi minimal harus
diketahui satu koordinat misalnya titik A (XA, YA), sudut jurusan A ke 1 αA1, serta
diukur jarak dari A ke 1 dA1 , dan dA2. Seperti yang diperlihatkan pada Gambar di
bawah.
a) Perhitungan jarak
Jarak optis dihitung dengan persamaan:
Jo = (ba – bb) x 100
Gambar 34 Penentuan sudut luar pada poligon tertutup tak terikat titik tetap
Keterangan :
∑β = Jumlah sudut dalam/luar titik ukur poligon
n = Jumlah titik ukur poligon
2 = Konstanta
Gambar 37
Catatan:
Kedudukan lingkaran horizontal tidak bergerak
Kedudukan teropong dapat bergerak ke posisi titik bidik
I. RANGKUMAN
1. Dalam ilmu ukur tanah posisi titik di muka bumi, misalnya titik A0 pada bidang
datarnya dinyatakan oleh absis XA dan ordinat YA dalam sistem koordinat
kartesian.
IV I
III III
Indikator keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
menerapkan pengukuran titik kontrol vertikal.
2. Cara Pertama
Alat sipat datar ditempatkan di stasion yang diketahui ketinggiannya. Dengan
demikian dengan mengukur tinggi alat, tinggi garis bidik dapat dihitung. Apabila
pembacaan rambu di stasion lain diketahui maka tinggi stasion ini dapat pula
dihitung seperti yang diperlihatkan pada gambar di bawah. Untuk mengitung
tinggi stasion B digunakan rumus sebagai berikut:
HB = T – b; HB = HA + ta – b; HB = HA + hAB
Cara demikian disebut juga cara tinggi garis bidik.
Terdapat beberapa catatan dengan kondisi seperti diatas yaitu sebagai berikut:
a) ta dapat dianggap hasil pengukuran ke belakang karena stasion A
diketahui tingginya. Dengan demikian beda tinggi dari A ke B yaitu hAB = ta
– b. Hasil ini menunjukkan bahwa hAB adalah negatif (karena ta < b)
sesuai dengan keadaan dimana stasion B lebih rendah dari stasion A.
b) Beda tinggi dari B ke A yaitu hBA = b - ta hasilnya adalah positif. Jadi apabila
HB dihitung dengan rumus HB = HA + hAB hasilnya tidak sesuai dengan
keadaan dimana B harus lebih rendah dari A.
4. Cara ketiga
Alat sipat datar tidak ditempatkan diantara atau pada stasion seperti yang
diperlihatkan pada gambar berikut.
Dimana :
n : Jumlah seksi
hAB : Σhi
ĥ AB : HB - HA
D. LATIHAN
1. Bagaimana cara menentukan prosedur pengukuran kerangka kontrol vertikal.
2. Apa yang dimaksud dengan :
a. Stasion
b. Tinggi alat
c. Tinggi garis bidik
d. Pengukuran ke muka
e. Titik putar
f. Stasion antara dan
g. Seksi
3. Bagaimana caranya menentukan prosedur penggambaran suatu profil jalan
4. Di dalam silabus Ilmu Ukur Tanah, macam pengukuran yang termasuk
dalam pembahasann y a
E. RANGKUMAN
1. Pengukuran beda tinggi bermaksud untuk menentukan beda tinggi antara
titik-titik di muka bumi serta menentukan ketinggian terhadap suatu bidang
referensi atau bidang datum ketinggian tertentu
2. Pengukuran beda tinggi antara dua titik dapat ditentukan dengan cara-cara
antara lain sebagai berikut:
3. Keadaan lapangan serta jarak antara kedua titik yang hendak ditentukan beda
tingginya sangat menentukan pada pengukuran beda tinggi antara dua titik
dengan alat sipat datar. Persyaratan yang harus dipenuhi sebelum alat sipat
datar digunakanadalah garis bidik harus sejajar dengan garis jurusan nivo.
Indikator keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
menerapkan metode pengukuran detail situasi.
A. METODE TACHIMETRI
Untuk pengukuran situasi seringkali digunakan cara TACHYMETRY yaitu untuk
pemetaan luas dengan bentuk-bentuk detail yang tidak beraturan. Dengan cara ini
juga bentuk permukaan tanah dapat dengan mudah dipetakan. Jadi yang dimaksud
dengan pemetaan situasi atau detail adalah memetakan semua unsur-unsur yang
ada di permukaan tanah pada suatu area atau luasan tertentu. Unsur-unsur yang
dimaksud dapat berupa unsur alam seperti ketinggian tanah, batas vegetasi, batas
sungai maupun unsur buatan manusia seperti bangunan, saluran air, pagar. Untuk
dapat memetakan dengan cara tachymetry diperlukan alat yang dapat mengukur
arah dan sekaligus jarak seperti pada Theodolit WILD-T0. Dengan alat tersebut
dapat diukur besarnya sudut tegak dan jarak optis karena pada teropongnya
menggunakan benang silang diafragma (BA, BT dan BB). Dari jarak optis dan sudut
tegak dapat dihitung jarak mendatar dan beda tingginya.
Tergantung jaraknya dengan cara diatas titik-titik detail dapat diukur dari titik
kerangka dasar atau titik ikat dan atau dari titik penolong yang diikatkan ke titik
kerangka dasar/titik ikat. Besaran-besaran yang diukur adalah arah utara peta
(dapat juga dengan bantuan kompas), jarak (optis) dan sudut tegak.
∆ℎ= − 2 + − (xv)
Tanggal:
Pengukur:
Alat:
Umumnya data kolektor digunakan dengan cara dipegang dan dihubungkan ke alat
ukur dengan kabel yang lentur. Tetapi beberapa pabrik membuuat data kolektor
ini menjadi satu dengan alatnya, seperti pada TS-MK III dan pengoperasiannya bisa
dilakukan dengan remote control. Konfigurasi semacam ini mempunyai dua
keuntungan, yaitu:
1. Tidak ada kabel yang bergelantungan, yang akan menjadikan kurang bebas
bila alat diputar-putar,
2. Tidak perlu memegang atau menyentuh alat, yang mungkin dapat
mengganggu gerakan alat dalam mengontrol pengukuran dan pencatatan
data secara otomatis.
Total station Nikkon DTM 750 mempunyai card reader (upper reader) untuk
penggunaan card programme dan untuk data storage (lower reader). Data standar
PCM-CIA card reader, dan sekarang menjadi standar bagi sebagian besar komputer
jenis notebook. Perangkat lunak untuk mengoperasikan total station adalah MS-
Word yang compatible dengan perangka lunak tertentu. Beberapa pabrik (seperti
Untuk menggambarkan batas kolam diambil 10 buah titik detil dari #58 sampai
#67. Dengan menggunakan program MicroSurvey seperti telah disinggung di muka,
langkah-langkah editingnya adalah sebagai berikut:
Deskripsi dari titik-titik detil dipilih dari pull-down menu yang tersedia:
a) Titik yang perlu diberi deskripsi? 58 …….. 66 enter
b) Deskripsinya? ZPOND enter
c) Detil yang diberi deskripsi? 67 enter
Setelah titik-titik detil diberi deskripsi dan awalannya (previxed), baik pada saat di
lapangan maupun dengan teknik editing, perintah kedua diakses dari pull-down
menu selanjutnya yang secara sederhana (pada operasionalnya) mengkonversi file
detil tersebut sehingga bentuk dari kolam tergambar secara grafis.
Empat cara operasionalisasi deskriptor disini hanyalah sebagian contoh dari
sepuluh cara yang bisa dipakai di lapangan. Untuk pemetaan yang lebih luas
diperlukan umlah detil yang lebih kondusif utamanya pada post-survey discription
D. LATIHAN
1. Bagaimana caranya melakukan pengukuran situasi
2. Apa tujuan dari pengukuran situasi
3. Peralatan yang digunakan untuk pengukuran situasi dengan cara tachymetri
E. RANGKUMAN
1. Untuk pengukuran situasi seringkali digunakan cara TACHYMETRY yaitu untuk
pemetaan luas dengan bentuk-bentuk detail yang tidak beraturan. Dengan
cara ini juga bentuk permukaan tanah dapat dengan mudah dipetakan.
2. Jadi yang dimaksud dengan pemetaan situasi atau detail adalah memetakan
semua unsur-unsur yang ada di permukaan tanah pada suatu area atau luasan
tertentu.
3. Unsur-unsur yang dimaksud dapat berupa unsur alam seperti ketinggian
tanah, batas vegetasi, batas sungai maupun unsur buatan manusia seperti
bangunan, saluran air, dan pagar
4. Untuk dapat memetakan dengan cara tachymetry diperlukan alat yang dapat
mengukur arah dan sekaligus jarak seperti pada Theodolit WILD-T0. Dengan
alat tersebut dapat diukur besarnya sudut tegak dan jarak optis karena pada
Indikator keberhasilan
Dengan mengikuti pembelajaran ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
menerapkan pelaksanaan stake-out.
(xvii)
dengan R = radius atau jari-jari busur lingkaran (untuk jalan besar R = 500 sampai
dengan 5000 m).
Untuk titik 1:
,
1 1
Untuk titik 2:
Untuk titik 3:
3 9
Cara ini mempunyai jumlah perhitungan yang kurang dibandingkan cara yang
pertama tetapi titik-titik detail tidak terletak beraturan diatas busur lingkaran.
Semakin jauh letak titik dari titik T, semakin panjang busur lingkaran.
∆
1 cos
2
Dengan ini titik 1 dapat ditentukan untuk titik 2 yaitu 12’= a cos∆ ; 2’2= a sin ∆ .
D. LATIHAN
1. Bagaimana caranya menentukan ttitik/patok pada alinyemen geometrik jalan
2. Bagaimana Cara menngukur sudut tangen (PI) di lapangan
E. RANGKUMAN
1. Pematokan atau Stake Out adalah memindahkan atau mentransfer titik-titik
dari peta perencanaan (titik-titik rencana) ke lapangan. Titik-titik yang
direncanakan tersebut di patok di lapangan dari titik-titik ikat yang diketahui.
2. Pengertian titik rencana disini adalah titik yang direncanakan di peta, tetapi di
lapangan belum ada titiknya.
3. Sedangkan titik ikat atau titik kerangka adalah titik yang diketahui
koordinatnya dan titik tersebut terlihat di peta dan ada bentuk fisiknya di
lapangan.
4. Pematokan ini merupakan bagian sangat penting di dalam suatu proyek teknik
sipil seperti pembangunan jalan raya, jalan kereta api, saluran untuk
pengairan dan pelayaran, saluran pipa, saluran listrik dan telepon, lintasan
udara (airways), dsb.
5. Pekerjaan yang demikian sering juga disebut dengan istilah survey rute atau
Route Survey. Survey Rute ini mencakup semua pekerjaan lapangan dan
perhitungan termasuk pembuatan peta-peta, profil-profil yang berhubungan
dengan perencanaan dan pembuatan suatu rute.
6. Desain atau perencanaan suatu rute tergantung pada survey rute terutama
pada penentuan trase dan penempatan jalur ini di lapangan. Misalnya pada
perencanaan suatu jalan raya harus diketahui antara tempat mana, jumlah
jalur dan lebar trase, kemiringan maksimum, jari-jari lengkungan minimum,
jarak pandangan minimum, maksud jalan.
Hasil latihan diberitahukan kepada siswa dan diikuti dengan penjelasan tentang
hasil kemajuan siswa. Kegiatan memberitahukan hasil tes tersebut dinamakan
umpan balik. Hal ini penting artinya bagi siswa agar proses belajar menjadi efektif,
efisien, dan menyenangkan. Umpan balik merupakan salah satu kegiatan
instruksional yang sangat besar pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa.
Tindak lanjut adalah kegiatan yang dilakukan siswa setelah melakukan tes
formatif dan mendapatkan umpan balik. Siswa yang telah mencapai hasil baik
dalam tes formatif dapat meneruskan ke bagian pelajaran selanjutnya atau
mempelajari bahan tambahan untuk memperdalam pengetauan yang telah
dipelajarinya. Siswa yang mendapatkan hasil kurang dalam tes formatif harus
mengulang isi pelajaran tersebut dengan menggunakan bahan instruksional
yang sama atau berbeda. Petunjuk dari pengajar tentang apa yang harus
dilakukan siswa merupakan salah satu bentuk pemberian tanda dan bantuan
kepada siswa untuk memperlancar kegiatan belajar selanjutnya.
C. KUNCI JAWABAN
BAB II.
1. Didalam pengukuran topografi untuk pekerjaan jalan ada beberapa
macam kegiantan antara lain persiapan bahan/ data penunjang, apa
yang dimaksud dengan persiapan bahan/ data penunjang.
Jawab :
Yang dimaksud persiapan bahan/ data penunjang adalah persiapan
yang berkenaan dengan kebutuhan bahan/peralatan yang digunakan
harus memenuhi spesifikasi teknis yang ada sehingga data pengukuran
memenuhi kriteria yang diinginkan
BAB III
1. Didalam pengukuran suatu lokasi pekerjaan ada namanya titik ikat
referensi yang dilengkapi dengan koordinat, apa yang dimaksud dengan
titik ikat sebagai referensi ?
Jawab :
Titik Ikat sebagai referensi adalah data titik koordinat yang diletakan
sementara pada pohon atau tempat yang tidak berubah dalam jangka
waktu tertentu, karena data koordinat digunakan untuk data
pengukuran selanjutnya.
BAB IV
1. Apa yang dimaksud dengan metode penentuan posisi horizontal
Jawab :
Maksud dari penentuan posisi horizontal adalah menentukan koordinat
titik baru dari satu atau beberapa titik yang telah diketahui
koordinatnya.
Keterangan:
β = Besar sudut tiap titik ukur
αM = Pembacaan sudut jurusan ke depan
αB = Pembacaan sudut jurusan ke belakang
= Arah jalur ukuran
= Arah pembacaan sudut jurusan
Keterangan:
β = Besar sudut tiap titik ukur
αM = Pembacaan sudut jurusan ke depan
αB = Pembacaan sudut jurusan ke belakang
= Arah jalur ukuran
= Arah pembacaan sudut jurusan
BAB V
1. Bagaimana cara menentukan prosedur pengukuran kerangka kontrol
vertikal.
Jawab :
BAB VI
1. Apa yang dimaksud dengan pemetaan situasi ?
Jawab :
Yang dimaksud dengan pemetaan situasi atau detail adalah memetakan
semua unsur-unsur yang ada di permukaan tanah pada suatu area atau
luasan tertentu. Unsur-unsur yang dimaksud dapat berupa unsur alam
seperti ketinggian tanah, batas vegetasi, batas sungai maupun unsur
buatan manusia seperti bangunan, saluran air, pagar
2. Apa tujuan dari pengukuran situasi
Jawab :
Tujuan dari pengukuran situasi adalah untuk memetakan semua titik-
titik pojok bangunan / patok pengukuran. Selain titik-titik pojok
bangunan / patok pengukuran tidak menutup kemungkinan bahwa
ketinggian titik-titik tanah disekitar bangunan juga harus diukur (unsur
alam) sehingga dapat digambarkan garis kontur untuk memperoleh
bentuk permukaan tanah di sekitar bangunan tersebut.
Basuki, Slamet. (2016). Ilmu Ukur Tanah (Edisi Revisi), cetakan keempat. Gadjah
Mada university Press. Yogyakarta.
Frick, H, (1979), Ilmu dan Alat Ukur Tanah, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Priyantha Wedagama D.M. (2013), Diktat Kuliah Ilmu Ukur Tanah, Fakultas
Teknik Universitas Udayana, Bali.