WASIRAN
INTI
F. 4 2 . 11 5 . 0 0 . 1 4 5 . 1 M E L AK S A N A K A N P E N E TAPA N
H AS I L P E M E L I H AR A A N P E M B AN G K I T TE N AG A
L I S TR I K B AG I AN A L I S M AD YA
F. 4 2 . 11 5 . 0 0 . 0 9 0 . 1 M E M E L I H AR A K O N TR O L D AN
I N S TR U M E N B AG I AN A L I S M AD YA
Indonesia selama ini mengalami masalah besar dalam memenuhi kebutuhan bahan
bakar minyak (BBM) nya. Peningkatan kebutuhan BBM telah meningkat menjadi 1.6
juta barel per hari di tahun 2017, sedangkan produksinya hanya mencapai 0.8 juta barel
per hari dan menurun terus . Selisih antara kebutuhan dan produksi dipenuhi dengan
1)
Biaya pokok produksi listrik terbagi menjadi 4 bagian, yaitu: komponen A (biaya
pengembalian investasi total), komponen B (biaya O&M tetap, seperti: gaji dan asuransi
pegawai,
pajak dan sewa properties, pemeliharaan periodik yang utama), komponen C (biaya bahan
bakar),
dan komponen D (biaya O&M tidak tetap, seperti: pemeliharaan yang tak terencana,
penggunaan
dan pengolahan air, penggunaan bahan kimia, penggunaan energi internal). Dari semua
komponen
di atas, untuk PLTD, yang terbesar adalah komponen C, yakni sekitar 75-80% dari total biaya.
Karena komponen C mempunyai andil yang sangat besar dalam total biaya produksi
pembangkitan
listrik, maka selanjutnya hanya akan dibahas perhitungan komponen C saja.
Komponen C (biaya bahan bakar) PLTD dipengaruhi oleh 3 kondisi sebagai berikut :
1. Kondisi ekonomi (nilai tukar US$, harga bahan bakar yang digunakan)
2. Kondisi teknis mesin PLTD (heat rate PLTD, specific fuel consumption)
3. Kondisi bahan bakar yang digunakan (nilai kalor bahan bakar, densitas)
. CPO vs Biodiesel
Untuk mempengaruhi harga CPO di pasar dunia,
maka kelebihan pasokan CPO diserap melalui
penggnaan biodiesel di dalam negeri. Pemerintah
Indonesia secara agresif terus berusaha
meningkatkan pencampuran biodiesel ke dalam
minyak diesel sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Menteri ESDM no,.12 tahun 2015. Di awal tahun 2020 ditargetkan untuk
dicampurkan 30% biodiesel ke dalam minyak diesel, sehingga dapat menyerap kelebihan
pasokan CPO sebannyak 8.6 juta ton per tahunnya. Agar kegiatan ini dapat berlansung terus,
dan tidak terpengaruh harga BBM dan CPO di pasar, maka Pemerintah memberikan insentif
kepada baik biaya pengolahan biodiesel maupun biaya transportasinya ke depo Pertamina.
Insentif biaya pengolahan ditetapkan sebesar harga CPO/ton + 100 USD, dikoreksi dengan
faktor densitas dan dikurangi dengan harga MOPS (harga minyak diesel di Singapura). Dengan
adanya insentif ini maka harga biodiesel per liternya setara dengan minyak diesel yang berasal
dari fosil.
Penggunaan MFO untuk bahan bakar sering terkendala ketersediaan di pasaran. Alternatif
yang baik dan pro-energi terbarukan adalah menggantikannya dengan biodiesel, atau pilihan
lain adalah CPO. Secara kelayakan finansial, alternatif terakhir lebih laya. Apabila PLTD
memungkinkan secara teknis, maka kelebihan PLTD berbbahan bakar CPO dibandingkan
biodiesel antara lain.
Jumlah insentif yang harus dikeluarkan lebih sedikit, karena tidak ada faktor biaya konversi
CPO menjadi biodiesel sebesar USD 100 per tonnya.
Jika di sekitar PLTD terdapat pabrik kelapa sawit maka ada penghematan insentif biaya
angkut
Dengan demikian maka PLTD berbahan bakar CPO dapat dijadikan insrtumen pengendali an
harga CPO yang membutuhkan biaya yang lebih sedikit, dibandingakan penggunaan instrumen
biodiesel yang selama ini dijalankan
Kesimpulan
Pemanfaatan PLTD berbahan bakar CPO sangat bagus bagi
Indonesia, karena dapat menyerap kelebihan pasokan CPO
sehingga dapat menahan dari kejatuhan harga yang lebih
dalam. Secara teknis hal ini layak dilaksanakan karena telah
tersedia mesin diesel yang spesial didesain berbahan bakar
CPO. Indonesia juga telah mempunyai SNI untuk CPO untuk
bahan bakar mesin diesel putaran rendah yang masuk dalam
rentang spesifikasi mesin diesel ini. Kelayakan finansial jika
dibandingkan dari bahan bakar Marine Fuel Oil masih kurang
menguntungkan. Namun kelayakan finansialnya sangat bagus
untuk menggantikan biodiesel untuk PLTD. Insentif yang
dibutuhkan untuk PLTD berbahan bakar CPO lebih sedikit
untuk jumlah CPO terserap yang sama.
Selesai