Ajaran Islam tidak mengandung banyak taklif. Kerangka dasar ajaran Islam meliputi tiga pilar, yaitu:
akidah, syariat dan hakikat. Landasan ketiga pilar tersebut adalah iman, Islam,dan ihsan. Secara
keilmuan, ketiga pilar tadi dapat dipisahkan yaitu dari akidah lahir ilmu akaid, ilmu tauhid atau ilmu
kalam. Dari syariat lahir ilmu syariat atau ilmu fikih .Adapun dari hakikat lahir ilmu tasawuf atau
disebut juga ilmu hakikat atau ilmu akhlak. Ketiga pilar tersebut tidak bisa dipisahkan, tetapi harus
terintegrasi.
Bertahap.
Yang dimaksud dari bertahap adalah Ajaran Islam diturunkan Allah kepada Rasulullah secara
bertahap, demikian dengan proses pembumiannya ketika ditengah masyarakat, contohnya ketika
proses pengharaman minuman keras kepada masyarakat Arab yang pada waktu itu minuman keras
menjadi gaya hidup dan budaya mereka. maka dari itu Islam menghentikannya dengan proses
bertahap dan pada akhirnya kebiasaan buruk tersebut ditinggalkan oleh masyarakat Arab secara
bertahap pula dengan kesadaran penuh.
Maksudnya, tidak ada ajaran Islam yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Orang yang beragama
islam berarti ia hidup sesuai dengan fitrah. Sebaliknya, orang yang tidak beragama berarti menjalani
hidup tidak sesuai dengan fitrah. Orang yang menjalani hidup tidak sesuai dengan fitrah, maka ia
hidup dalam ketakutan, kegalauan, ketidakpastian, dan kebimbangan.
Runtuhnya Dinasti Bani Abassiyah menjadi awal mula memudarnya Masa kejayaan Islam. Akhir
kekuasaan Dinasti Abassiyah merupakan periode pertengahan. Pada masa ini, terjadi kemunduran
karena umat Islam sibuk dengan urusan perang dengan tujuan mempertahankan sekaligus merebut
kekuasaan, namun tidak itu saja, ilmu pengetahuan juga mulai dilupakan serta berbuat hal yang
menyimpang dari ajaran ajaran islam.
Yaitu dengan membentuk organisasi terlebih dahulu yang bisa disebut dengan Remaja Masjid,
setelah itu membuat rencana yang berbau positif untuk masjid dan para jamaahnya seperti dengan
melaksanakan pengajian setiap minggu, rutin membersihkan masjid agar para jamaah nyaman
dalam beribadah, dibukanya tempat pembelajaran quran dari kalangan anak anak sampai dewasa,
mengadakan kegiatan wisata religi dalam setiap tahun untuk para jamaah agar tidak penat.
11. ketika mengetahui masjid di daerah menjadi tempat pengajian intoleran dengan ujraran
kebencian, apakah yang kamu lakukan
Yaitu dengan cara mendiskusikan hal tersebut dengan pengurus masjid terlebih dahulu, berdiskusi
tentang bagaimana caranya agar pengajian tetap dilaksanakan namun membawa dampak positif
untuk para jamaah, lalu tak lupa juga selalu selektif memilih pembicara yang baik dalam pengajian
agar hal yang tidak diinginkan tidak terulang kembali.
(Muttafaq Alaih).
kehidupan.
10. Sebagai generasi muda muslim, rencana saya dalam mengembangkan masjid di daerah saya
adalah dengan selalu ikut serta meramaikan masjid, baik dengan sholat berjamaah, mengaji/tadarus
Qur'an, belajar mengenai keislaman, dan lain-lain. Di sini peran saya adalah juga untuk
menggerakkan dan memotivasi pemuda muslim yang lain untuk turut berpartisipasi menjadikan
masjid di daerah kami terus mengalami kemajuan, bukan hanya dari infrastruktur, namun juga
kegiatan di dalamnya. Hal ini niscaya dapat membuat masjid selalu terasa hidup dan tersalurkan
perannya.
Ukhuwah wathoniyyah adalah persaudaraan antar sesama warga yang tinggal di wilayah yang sama.
Yang dapat mengokohkan yaitu dengan menutup aib saudara, saling memaafkan, saling membantu
dalam kebaikan, saling melindungi, dan mengedepankan toleransi
1. Label radikalisme pada umat islam bisa saja sedikit demi sedikit dihilangkan. Tanggung jawab
sebenarnya juga terletak pada umat muslim itu sendiri. Kita bisa memberikan beberapa aksi nyata
dalam pemberantasan radikalisme ini. Beberapa caranya di antara lain :
a. Menetralisasi pihak yang berpotensi menjadi sender atau pihak yang melakukan perekrutan
f. Melemahkan ideologi radikal yang mereka coba sebarkan dengan membuat ideologi tandingan
yang bersifat moderat