Anda di halaman 1dari 4

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yth. Tutor, ijin menjawab:

1. Jelaskan fungsi perumusan masalah?


2. Jelaskan kriteria perumusan masalah?
3. Mengapa peneliti kualitatif perlu membangun rapoort dengan subyek
penelitiannya? Jelaskan apa keuntungannya bagi peneliti. 

A. Jelaskan fungsi perumusan masalah?

Bahwa perumusan masalah dan hipotesis yang baik dapat dianggap sebagai
separuh langkah dari keseluruhan kegiatan penelitian. Ungkapan yang nampaknya
terlalu berlebihan itu muncul karena tahap perumusan masalah memiliki fungsi yang
sangat besar bagi kegiatan penelitian.

Adapun fungsi dari perumusan masalah antara lain:

1. Dengan menampilkan permasalahan penelitian maka, perumusan masalah


akan menjadi penyebab kegiatan penelitian menjadi ada dan dapat dilakukan.

Tanpa perumusan masalah maka penelitian itu tidak pernah ada karena selain
kegiatannya menjadi sia-sia juga dapat dikatakan bahwa penelitian itu tidak akan
membuahkan hasil apa-apa. Dengan kata lain dapat dikemukakan bahwa fungsi
pertama dari perumusan masalah adalah sebagai sumber inspirasi kegiatan
penelitian.

2. Perumusan masalah dijadikan sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari
suatu penelitian.

Walaupun begitu tidak berarti bahwa masalah yang telah disiapkan dirumuskan oleh
peneliti akan berharga mati, dalam arti tidak dapat berubah. Masalah yang telah
dirumuskan bersifat luwes, dalam arti apabila di dalam proses perjalanan penelitian
ditemukan fenomena yang berbeda maka bisa saja perumusan masalah yang ada
mengalami perubahan atau pengembangan setelah peneliti sampai di lapangan
penelitian. Sehubungan dengan kedudukan perumusan masalah sebagai penentu
fokus ini, Moleong menyatakan bahwa masalah penelitian kualitatif dinamakan
“fokus”.

Pada dasarnya penentuan masalah menurut Lincoln dan Guba (1985: 226)
bergantung pada jenis paradigma apa yang dianut oleh seorang peneliti, yaitu
apakah dia sebagai peneliti, evaluator, ataukah sebagai peneliti kebijakan. Dengan
demikian maka ada beberapa macam masalah, yaitu masalah untuk peneliti,
evaluasi untuk evaluator, dan pilihan kebijakan untuk peneliti kebijakan. Uraian
berikut hanya akan membatasi diri pada masalah umum sebagai bagian penelitian.

Lebih lanjut Moleong mengemukakan ada dua maksud tertentu yang ingin dicapai
dalam menetapkan fokus. Pertama, penetapan fokus dapat membatasi studi. Jadi,
dalam hal ini fokus akan membatasi bidang inkuiri. Misalnya jika kita membatasi diri
pada upaya menemukan teori dasar maka lapangan penelitian lainnya tidak akan
kita manfaatkan lagi.
Kedua, penetapan fokus berfungsi untuk memenuhi kriteria inklusieksklusi atau
memasukkan mengeluarkan (inclusion-exclusion criteria) suatu informasi yang baru
diperoleh di lapangan. Dengan bimbingan dan arahan suatu fokus, seorang peneliti
dapat mengetahui dengan pasti data mana yang perlu dikumpulkan dan data mana
pula yang tidak perlu dikumpulkan walaupun mungkin menarik dikarenakan data
tersebut tidak relevan. Jadi, dengan penetapan fokus yang jelas dan mantap maka
seorang peneliti dapat membuat keputusan yang tepat tentang data mana yang akan
dikumpulkan, data mana yang tidak perlu dijamah, dan data mana yang sebaiknya
dibuang. Penetapan fokus atau masalah dalam penelitian kualitatif bagaimana pun
akhirnya akan dicari kepastiannya sewaktu peneliti sudah berada di arena atau
lapangan penelitian. Dengan kata lain, walaupun rumusan masalah sudah cukup
baik dan telah dirumuskan atas dasar penelaahan kepustakaan dan dengan
ditunjang oleh sejumlah pengalaman tertentu, ternyata bisa saja terjadi bahwa situasi
di lapangan tidak memungkinkan peneliti untuk meneliti masalah itu.

3. Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh
peneliti, serta jenis data mana yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti.
Melalui perumusan masalah ini peneliti menjadi tahu data yang bagaimana yang
relevan dan data yang bagaimana yang tidak relevan bagi kegiatan penelitiannya.
Melalui perumusan masalah yang ada maka peneliti menjadi tertuntun untuk
bersikap dan bersifat sensitif terhadap data yang tersedia dengan jelas maupun data
yang masih tersimpan dan perlu digali sehingga peneliti menjadi tidak salah memilih
data.

4. Dengan adanya perumusan masalah maka peneliti juga akan tertuntun untuk
mengetahui dan dapat menentukan mengenai siapa yang bakal menjadi subjek
penelitiannya sehingga ia menjadi lebih mudah di dalam proses penentuan populasi
dan sampel penelitian.

B. Jelaskan kriteria perumusan masalah?

Meskipun masalah penelitian sering kali tampil dalam bentuk rumusan yang berbeda
di antara peneliti yang satu dengan peneliti yang lain, namun, ciri-ciri perumusan
masalah dari sebuah penelitian yang baik tetap dapat dipelajari. Hal tersebut dapat
dilakukan karena perumusan masalah memiliki serangkaian kriteria yang dapat
dipelajari dan kemudian diaplikasikan oleh para peneliti ke dalam wujud nyata.

Kriteria-kriteria perumusan masalah sebagai berikut:

1. Suatu perumusan masalah penelitian yang baik idealnya dinyatakan dalam


bentuk kalimat tanya atau yang bersifat kalimat interogatif, baik pertanyaan yang
memerlukan jawaban deskriptif maupun pertanyaan yang memerlukan jawaban
eksplanatoris. Tidak hanya itu, Nasikun lebih lanjut menyatakan bahwa perumusan
masalah bukan sekadar berwujud kalimat interogatif, akan tetapi perumusan
masalah penelitian yang baik seharusnya secara jelas ditempatkan di dalam konteks
“state of the art”.

2. Hasil dari perumusan masalah sebaiknya bermanfaat atau berhubungan pula


dengan upaya perkembangan teoritik berkenaan dengan topik atau masalah
penelitian yang sedang menjadi perhatian peneliti. Dengan demikian, rumusan
pemecahan masalah yang ditawarkan diharapkan dapat digunakan baik sebagai
“theory building” (sarana membangun teori) maupun sebagai sarana pengembangan
teori yang telah ada.
3. Suatu perumusan masalah yang baik hendaknya juga dirumuskan di dalam
konteks kebijakan pragmatis yang aktual sehingga pemecahannya menawarkan
implikasi kebijakan yang relevan bagi proses pemecahan masalah. Kriteria ini
biasanya diperlukan bagi para penentu kebijakan dan pengambil keputusan
sehingga kegiatan penelitian yang dilakukannya sering kali disebut sebagai
penelitian “praktis” atau penelitian “aplikatif”. Mengapa disebut demikian karena hasil
penelitian dari kriteria perumusan masalah ini diharapkan dapat digunakan secara
langsung sebagai sarana pengambilan keputusan dan kebijakan dari para penentu
keputusan dan kebijakan. Artinya hasil penelitian ini secara praktis dapat langsung
digunakan atau dapat segera digunakan dalam kegiatan pembangunan.

C. Mengapa peneliti kualitatif perlu membangun raport dengan subyek


penelitiannya? Jelaskan apa keuntungannya bagi peneliti?

Dalam penelitian kualitatif merupakan salah satu hal penting yang harus ditempuh
peneliti adalah peneliti harus membangun raport yang baik di depan subjek. Menurut
Spradley (1972:51) mengartikan raport sebagai hubungan yang harmonis antara dua
orang. Tahap pertama dalam membangun raport adalah menjelaskan maksud
kedatangan peneliti. Dalam membangun raport yang baik terhadap subjek
sebenarnya sama halnya dengan berusaha membuat subjek untuk memberi
kepercayaan terhadap peneliti sehingga hubungan antara keduanya bisa terjalin
harmonis.

Oleh karena kedekatan hubungan antara peneliti dengan subyek yang ditelitinya,
tidak jarang terjadi persahabatan yang erat di antara keduanya. Ada romantisme
terjalin di antara mereka, sehingga satu dengan yang lainnya akan selalu mengingat.
Jadi keuntungan bagi peneliti dengan adanya raport (hubungan baik yang tercipta
antara peneliti dan subjek atau informannya) tersebut akan memudahkan peneliti
dalam melakukan penggalian data terhadap subjek karena subjek akan merasa lebih
percaya dan akan lebih terbuka terhadap konselornya.

Selain rapport membantu dalam hal penggalian data, dengan adanya raport, tidak
ada lagi pro maupun kontra yang buruk yang bakal terjadi di belakang, antara pihak
peneliti dan subjek bisa saling percaya dan terkhusus kepada subjek, dia bisa
melihat sisi baik dari penelitinya. Rapport tidak hanya diciptakan atau dibentuk
kepada satu orang namun kepada semua orang yang terlibat dalam penelitian.
Sehingga bisa dikatakan raport dijadikan sebagai prasyarat utama yang harus
dilakukan untuk mendapatkan data dari subjek.

Sumber:

1. Buku materi pokok SOSI4306 Metode Penelitian Kualitatif Modul 3

2. Buku Materi Pokok ISIP4210 Pengantar Antropologi Modul 4

3.https://www.kompasiana.com/ifhaamini/pentingnya-
rapport_552a243c6ea8344d19552cf9

Anda mungkin juga menyukai