Dosen Pembimbing :
Saharuddin.S.Kep.Ners.M.Kep
Wandi (20011030)
Amrin (2001005)
2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan ke kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya Penulis bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah
ini penulis buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan Medikal
Bedah Makalah ini membahas tentang “KONSEP USG ABDOMEN” semoga
dengan makalah yang penulis susun ini kita sebagai mahasiswa keperawatan dapat
menambah dan memperluas pengetahuan kita.
Penulis mengetahui makalah yang penulis susun ini masih sangat jauh dari
sempurna, maka dari itu penulis masih mengharapkan kritik dan saran dari
bapak/ibu selaku dosen-dosen pembimbing penulis serta teman-teman sekalian,
karena kritik dan saran itu dapat membangun penulis dari yang salah menjadi
benar.Semoga makalah yang penulis susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita, akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
....................................................................................................................................
i
DAFTAR ISI
....................................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
........................................................................................................................
1
B. RUMUSAN MASALAH
........................................................................................................................
1
C. TUJUAN
........................................................................................................................
1
BAB II PERSIAPAN PEMERIKSAAN PENUNJANG USG ABDOMEN,
ENDOSKOPI DAN BARIUM ENEMA
A. KONSEP DASAR PEMERIKSAAN USG ABDOMEN
........................................................................................................................
2
B. KONSEP DASAR PEMERIKSAAN ENDOSKOPI
........................................................................................................................
5
C. KONSEP DASAR PEMERIKSAAN BARIUM ENEMA
........................................................................................................................
10
BAB III PENUTUP
ii
A.SIMPULAN
........................................................................................................................
17
B. SARAN
........................................................................................................................
17
DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................................................................
18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia sebagai negara berkembang, memiliki tenaga kesehatan yang
cukup banyak, terutama tenaga perawat. Namun, para perawat ini belum memasuki
daerah–daerah terpencil dan walaupun ada, para tenaga ini juga sangat kesulitan
dalam memaksimalkan asuhan keperawatan, karena keterbatasan alat, terutama alat
untuk pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan penunjang dianggap sangat penting, karena ada beberapa
pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan alat -alat dalam
pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan penunjang sangat berguna dalam
menentukan jenis penyakit maupun mengontrol perkembangan proses
penyembuhan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana persiapan untuk pemeriksaan USG Abdomen?
2. Bagaimana persiapan untuk pemeriksaan Endoskopi?
3. Bagaimana persiapan untuk pemeriksaan Barium Enema?
C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami konsep dasar pemeriksaan penunjang USG
Abdomen, Endoskopi dan Barium Enema
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui dan menerapkan bagaimana persiapan untuk
pemeriksaan USG abdomen
2. Untuk mengetahui dan menerapkan bagaimana persiapan untuk
pemeriksaan endoskopi
3. Untuk mengetahui dan menerapkan bagaimana persiapan untuk
pemeriksaan barium enema
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
4. Indikasi dan Kontraindikasi Pemeriksaan Penunjang USG
c. Indikasi USG abdomen antara lain:
1) Mencari penyebab nyeri perut
2) Mencari penyebab infeksi ginjal
3) Mendiagnosis hernia
4) Mendiagnosus dan memonitor tumor
5) Diagnosis asites (cairan di dalam rongga perut)
6) Mencari penyebab pembengkakan organ di dalam perut
7) Melihat adanya kerusakan organ setelah trauma kecelakaan
8) Melihat batu di kandung empedu atau ginjal
9) Mencari kelainan hati atau ginjal
d. Kontraindikasipada pemeriksaan USG
Tidak terdapat kontraindikasi pada pemeriksaan USG, karena
pemeriksaan ini sama sekali tidak akan memperburuk penyakit penderita.
USG juga tidak berbahaya bagi janin karena USG tidak mengeluarkan
radiasi gelombang suara yang bisa berpengaruh buruk pada otak si jabang
bayi. Hal ini berbeda dengan penggunaan sinar rontgen. USG baru
berakibat negatif jika telah dilakukan sebanyak 400 kali. Dampak yang
timbul dari penggunaan USG hanya efek panas yang tak berbahaya bagi
ibu maupun bayinya. Dalam 20 tahun terakhir ini, diagnostik ultrasonik
berkembang dengan pesatnya, sehingga saat ini USG mempunyai peranan
penting untuk menentukan kelainan berbagai organ tubuh. Jadi, jelas
bahwa dalam penggunaan USG untuk menegakkan diagnosa medis tidak
memiliki kontraindikasi atau efek samping terhadap pasien.
3
6. Satuan Operasional Pelaksanaan (SOP)
a. Alat dan bahan
1. Jelly
2. Set USG
b. Persiapan dan pelaksanaan (Uliyah,2008) :
1. Lakukan informed consent
2. Anjurkan untuk puasa makan dan minum 8-12 jam sebelum
pemeriksaan USG aorta abdomen, kandung empedu, hepar, limpa,
pankreas
3. Oleskan jelly koduktif pada permukaan kulit yang akan dilakukan
USG
4. Transduser dipegang dengan tangan dan gerakkan ke depan dan
belakang diatas permukaan kulit
5. Lakukan antara 10-30 menit
6. Premedikasi jarang dilakukan, hanya bila pasien dalam keadaan gelisa
7. Pasien tidak boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk mencegah
masuknya udara
8. Pada pemeriksaan obstetrik (trimester pertama dan ke dua), pelvis dan
ginjal, pasien dianjurkan untuk minum 4 gelas air dan tidak boleh
berkemih. Sementara untuk trimester ke tiga, pemeriksaan pada
pasien dilakukan pada saat kandung kemih kosong
9. Bila pemeriksaan dilakukan pada otak, lepaskan semua perhiasan dari
leher dan jepit rambut dari kepala
10. Bila pemeriksaan dilakukan pada jantung, anjurkan untuk bernapas
secara perlahan-lahan dan menahannya setelah inspirasi dalam.
4
GAMBAR 1.1 Pasien yang menjalankan GAMBAR 1.2 pasien yang menjalankan
Pemeriksaan USG Abdomen Pemeriksaan USG Abdomen
5
h. Intoleransi laktosa
i. Ulkus peptikum (luka pada lambung atau usus 12 jari)
j. Kolitis ulserativa (peradangan pada usus besar)
k. Anemia
l. Pyrosis (sensasi terbakar pada ulu hati/dada)
m. Mulas
n. Penyakit celiac (Intoleransi pada gluten)
o. Kanker saluran pencernaan, seperti kanker usus besar, kanker kandung
empedu, dan kanker lambung
6
4) Melakukan tindakan biopsi pada mukosa atau neoplasma saluran
pencernaan.
5) Menilai kembali hasil suatu tindakan pembedahan seperti pada atresia
esofagi dan duodenum, pembedahan cara Heller ( untuk akalasia), cara
Fredet-Ramstedt ( untuk piloro stenosis hipertropik) gastrektomi dsb.
6) Indikasi terapi : Kauterisasi lesi yang berdarah, dilatasi
striktura, pengangkatan benda asing
b. Kontra indikasi
1) Kontraindikasi umum : dekompensasi jantung, paru, renjatan dan koma
2) Kontraindikasi khusus : perforasi, lesi korosif akut atau phlegmon
esofagitis/ gastritis, aneurisma aorta torakal.
3) Kontraindikasi relatif : Gangguan perdarahan atau gangguan fungsi
trombosit, hepatitis virus akut HBs antigenemia, kifosis vertebra
servikalis, striktura esofagus bagian atas, anemia berat
7
2) Persiapan khusus
1. Endoskopi atas atau saluran cerna bagian atas (SCBA) atau
esofagogastroduodenoskopi (EGD) :
a) Puasa, tidak makan dan minum sedikitnya 6 jam sebelum
pemeriksaan atau tindakan endoskopi.
b) Gigi palsu dan kacamata harus dilepas selama
pemeriksaan/tindakan endoskopi.
c) Sebelum pemeriksaan atau tindakan endoskopi, orofaring
disemprot dengan xylocain spray 10% secukupnya.
2. Endoskopi bawah atau saluran cerna bagian bawah (SCBB) atau
kolonoskopi:
a) Dua hari sebelum pemeriksaan dianjurkan diit rendah serat
(bubur kecap atau bubur maizena).
b) Minum obat pencahar (sodium bifosfat, disodium bifosfat,
sodium klorida, potasium klorida, sodium bikarbonat) misalnya
fleet dan niflec.
3. Bronchoskopi:
a) Puasa 6jam sebelum tindakan.
b) Persetujuan tindakan
c) Gigi palsu, kontak lensa dan perhiasanharus dilepas selama
pemeriksaan atau tindakan bronkoskopi.
d) Periksa dan catat tanda-tanda vital.
e) Kaji adanya riwayat alergi terhadap obat-obatan.
f) Premedikasi
g) Pasien dibaringkan diatas meja dengan posisi terlentang atau semi
fowler dengan kepala ditengadahkan atau didudukan dikursi.
h) Tenggorokan disemprot dengan anestesi lokal. Bronkoskop
dimasukan melalui mulut atau hidung.
i) Wadah spesimen diberi label dan segera dibawa ke laboratorium.
j) Lama pemeriksaan kurang lebih satu jam.
8
b. Post Endoskopi:
1) Puasa 1 jam setelah tindakan
2) Obat-obatan yang diberikan selama pemeriksaan endoskopi
membuat pasien merasa mengantuk untuk itu pasien tetap berada
di kamar pasien sampai efek obat-obatan menghilang.
3) Hasil pemeriksaan endoskopi akan dijelaskan oleh dokter.
4) Pasien baru diperbolehkan makan atau minum satu jam setelah
tindakan endoskopi.
5) Pasien tidak diijinkan mengemudi atau mengoperasikan mesin 12
jam pasca tindakan.
9
6. Perawatan Klien post – Endoskopi
1) bantuan dan atau latihan pada klien untuk membalik dan napas dalam tiap
2 jam.
2) Anjurkan dan siapkan untuk kumur salin hangat
3) Siapkan dan berikan cairan hangat sampai klien mampu untuk menlan
tanpa ketidaknyamanan kemudian makan sesuai diet yang ditentukan.
4) Jaga kebersihan mulut (hygiene oral)
5) Berikan penjelasan mengenai tanda dan gejala yang harus dilaporkan pada
dokter. Misalnya peningkatan nyeri / nyeri telan, pendarahan , kesulitan
bernapas , dan muntahan .
6) Ajak tukar pendapat tentang latihan napas dalam dan kebersihan mulut.
7) Sampaikan untuk rawat jalan terus-menerus sampai dinyatakan sembuh
10
3. Persiapan Sebelum Pemeriksaan Barium Enema
Ada beberapa hal yang harus diketahui oleh klien sebelum melakukan
pemeriksaan Barium Enema yaitu
a. Klien harus mempelajari pemeriksaan Barium enema, termasuk siapa
yang akan melakukan, dimana dan perkiraan waktunya (30 sampai 45
menit).
b. Klien mengetahui bahwa keakuratan pemeriksaan Barium enema
tergantung pada kerja sama klien dalam hal melakukan persiapan usus
dan menjalani diet yang dianjurkan.
c. Teknik persiapan usus meliputi pembatasan makanan dan minuman dari
susu dan makan diet cair selama 24 jam sebelum pemeriksaan Barium
enema.
d. Klien akan diminta untuk minum sebanyak 250 cc air putih selama 12
sampai 24 jam sebelum tes.
e. Klien akan mendapatkan enema atau enema ulangan sampai tidak ada
lagi feses yang berada dalam usus besar Anda yang menghalangi sinar-
X.
f. Klien dibaringkan pada meja penyinaran yang dapat dimiringkan.
Selama pemeriksaan Barium enema Anda akan dipasangi tali pengaman
pada meja dan dibantu untuk melakukan berbagai posisi.
g. Klien akan mengetahui bahwa akan merasa nyeri , kram atau ingin
mengeluarkan enama barium pada saat dimasukkan udara pada usus
Anda. Jika terjadi demikian, bernafas dalam-dalam dan perlahan melalui
mulut untuk mengurangi rasa tidak nyaman itu.
h. Selama pemeriksaan Barium enema, klien harus menjaga anus
berkontraksi rapat-rapat terhadap selang rectal utnuk menahan posisinya
dan membantu mencegah keluarnya barium. Jika ada barium yang
keluar, dinding usus tidak bisa terlapisi dengan baik dan tes menjadi tidak
akurat.
i. Klien medapat surat yang memberitahukan persetujuan klien untuk
melakukan pemeriksaan Barium enema ini. Pastikan untuk membaca
11
surat tersebut dengan hati-hati sebelum menandatanganinya. Tanyakan
bila ada bagian yang tidak dimengerti.
12
3) kecurigaan obstruksi colon
4) ecurigaan diverticulitis acuta, irritable colon, colitis
5) kecurigaan appendicitis acuta
6) kecurigaan fistulasi acuta
7) kecurigaan fistulasi colon
8) penyakit megacolon
9) penderita-penderita dengan keadaan umum jelek, debil atau persiapan
yang kurang baik
c. Indikasi: Gangguan pola buang air besar, nyeri daerah colon, kecurigaan
massa daerah colon, melena, kecurigaan obstruksi colon.
d. Kontra indikasi :absolutetoxic, megacolon , pseudo, membranous colitis,
post biopsy colon (sebaiknya menunggu setelah 7 hari.
e. Komplikasi: Perforasi usus, Extraluminasi ke venous, Water intoxication,
Intramural barium, Cardiac arithmia, Transient bactericemia, ES obat-
obatan yang dipergunakan (buscopan, dll)
f. Persiapan :
1) Penderita dianjurkan diet lunak (low residu) 3 hari sebelumnya.
2) Diet cair 1 hari sebelumnya. Pada malam hari diberikan urus-urus (jam
22.00 wib) diikuti dengan minur air putih secara bertahap sebanyak 6-
8 gelas.
3) Bila ada kecurigaan massa colon atau perdarahan per-rectal dan tidak
ada kontra indikasi, dapat diberikan atropine per-oral.
4) Pagi hari diberikan dulcolax supp (jam 04.00 wib). Penderita tidak
boleh makan, minum dan merokok.
5) Bila pada hasil anamnesa dicurigai bahwa urus-urus kurang berhasil
atau kebersihan colon diragukan, maka dilakukan lavament (sampai
mencapai colon proximal) memakai air + 1-2 liter (sesuai dengan suhu
tubuh). Foto colon dilakukan paling cepat 1-2 jam setelah lavament.
6) Penderita diberi penerangan tentang prosedur pemeriksaan.
g. BOF bila ada kecurigaan : adanya sisa kontras di saluran pencernaan
karena pemeriksaan sebelumnya. Kemungkinan adanya kontra indikasi
pemeriksaan colon
13
h. Kontras media :
1) Double contrast, dipakai larutan lebih pekat (70 W/vol) dengan
jumlah ± 300-400cc.
2) Single contrast, dipakai larutan lebih encer (150 watt/vol) dengan
jumlah ± 600-800cc.
i. Tata cara lavement/cleansing enema :
1) Lavement dilakukan oleh orang yang terlatih
2) Pada orang dewasa diperlukan 1 - 1½ liter cairan
3) Air hangat kaku + garam (1 cth/gelas yang sesuai ± 9 gr NaCl/l) dan
dicampur bahan iritan
4) Lavement dilakukan 2 ½ jam sebelum foto colon, agar tonus colon
normal lagi dan cairan residu diserap
5) Untuk px dari ruangan, sebaiknya dilavement juga pada malam
sebelum pemeriksaan
6) Bila perlu, lavement lebih dari. 1 kali. Defekasi px sebaiknya dicek
oleh petugas bahwa beraknya hanya keluar air saja.
j. Teknik pemeriksaan :
1) Double Contrast
Dilakukan RT untuk menilai tonus sphincterani dan kemungkinan
adanya massa.
a) Dilakukan pemasangan kateter rectal, balon kateter digunakan bila
dicurigai klien tidak dapat menahan berak. Klien Ca rectal dan
ulcerative colitis daerah rectosigmoid, sebaiknya tidak memakai
balon kateter yang besar Diberikan spasmolitik : mis Buscopan
IV/IM.
b) Cairan Ba SO4 dimasukkan pelan-pelan dan selalu diikuti
ujungnya. Diberikan kesempatan colon untuk adaptasi terhadap
perubahan volume (diklem beberapa detik)
c) Setelah mencapai flexura hepatica, sebagian kontras dikeluarkan
lewat kateter. Secara bertahap dimasukkan gas. Sebelum mencapai
caecum dibuat foto daerah rectosigmoid dengan posisi optimal
(biasanya oblique supine ke kanan).
14
d) Kontras diteruskan sampai dengan masuk daerah caecum
diusahakan masuk ileum distal. Bila kontras tidak masuk ileum
diusahakan manipulasi dengan memutar –mutar badan px dan
palpasi daerah caecum.
e) Dibuat foto daerah flexura lienalis (biasanya oblique supine ke kiri)
dan flexura hepatica (oblique supine ke kanan).
f) Bila perlu dibuat foto tambahan, dengan coating kontras dan posisi
berbeda pada daerah lesi colon, daerah caecum bila kontras tidak
masuk ileum (1 – 2 foto).
g) Dibuat foto seluruh colon (terlentang / AP).
h) klien jangan diturunkan dulu dari meja x-ray sebelum evaluasi hasil
foto (basahnya).
2) Single Kontras :
Kontras dimasukkan pelan-pelan dan diberi waktu adaptasi pada
colon terhadap tambahan volume. Pemberian spasmolitik tidak
mutlak, tgt keperluan dan ada tidaknya Kontra Indikasi.
Pada waktu mencapai flex. Lienalis, dibuat foto daerah
rectosigmoid. Setelah mencapai caecum dan ileum terminal, dibuat
foto daerah flex. Lienalis, flex. Hepatica dan caecum. Diusahakan
kontras masuk ileum distal. Buat foto seluruh colon. Bila perlu
dibuat foto tambahan pada daerah lesi, dan daerah caecum bila
15
kontras tidak dapat masuk ileum. Dibuat foto post evacuasi, bila
kesukaran berak diberi rangsangan dengan minum air hangat.
k. Perawatan setelah pemeriksaan Barium Enema
1) Penerangan pada px bahwa babnya akan berwarna putih selama 1-2
hari.
2) Anamnesa dan observasi adanya kemungkinan komplikasi akibat
pemberian kontras dan obat-obatan sebelum klien diijinkan pulang /
meninggalkan ruangan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ultrasonography adalah teknik diagnostik invasif dimana gelombang suara
frekuensi tinggi yang masuk ke struktur tubuh internal dan gemaultrasonik dicatat
pada osiloskop karena mereka menyerang jaringan kepadatan yang
16
berbeda.Mendeteksi kelainan pada empedu, kandung kemih, dan pankreas yang
memungkinkan adanya pembesaran ovarium kehamilan, atau usus buntu.
Endoskopi adalah pemeriksaan struktur dalam dengan menggunakan
selang/tabung serat optik yang disebut endoskop. Endoskop yang dimasukkan
melalui mulut bisa digunakan untuk memeriksa: kerongkongan (esofagoskopi),
lambung (gastroskopi), usus halus (endoskopi saluran pencernaan atas).
Barium enema adalah pemeriksaan X-Ray pada usus besar (colon) yang
sebelumnya colon diisi dengan barium sulfate (a radioopaque contrast medium).
Tipe enema dibedakan menjadi 4 kelompok : pembersih, karminatif, retensi dan
enema aliran balik. Tujuan pemeriksaan barium enema adalah membantu
menegakkan diagnosis dari carcinoma colon dan penyakit inflamasi colon.
Mendeteksi adanya polip, inflamasi dan perubahan struktural pada colon.
B. SARAN
Diharapkan setelah mempelajari makalah ini mahasiswa dapat mengetahui
dan menerapkan bagaimana cara persiapan klien pada proses USG Abdomen dan
endoskopo serta Barium Enema.
Kami penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah ini semoga
makalah ini dapat sedikit membantu.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Sudath. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. EGC, 2010
Smith-Temple, Jean. 2010. Buku Saku Prosedur Klinis Keperawatan. Jakarta: EGC
17
Dr.Eko Batiansyah.2008.Panduan Lengkap : Membaca Hasil
Kesehatan.Jakarta.EGC)
18