2 No,1 (2017)
Abstrak
Sosok Abdurrahman Wahid merupakan sosok yang unik dan pemikirannya tergolong tipikal.
Bagi kebanyakan orang, beliau dikategorikan sebagai cendikiawan inovatif yang melahirkan
banyak karya intelektual, diantaranya pemikiran mengenai tentang agama. pertama,
pengertian agama menurutnya mengarahkan kepada konsep kontrak sosial dalam kehidupan
masyarakat agar mampu membangun kehidupan yang lebih baik. Kedua, makna agama
berfungsi sebagai panduan dan solusi untuk setiap masalah yang tumbuh di tengah kehidupan
manusia. Ketiga, tujuan agama adalah untuk memuliakan manusia, karena agama
memanifestasikan manfaat dan kemakmuran dan memberikan kemudahan dalam hidup
mereka, tidak memberikan kesulitan, apalagi intimidasi, teror, dan sebagainya. Keempat,
kebenaran agama diarahkan pada penciptaan tatanan sosial, karena menurutnya agama
mengajarkan moral dan tatanan kehidupan lainnya. Jika nilai agama tidak muncul dalam
kehidupan, itu berarti bahwa ia belum menemukan kebenaran agama sebagai makhluk hidup.
Hal yang paling penting, menurutnya, adalah bahwa pemahaman orang tentang kebenaran
agama dibangun di atas realitas empiris dalam pengalaman hidup manusia.
113
Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol.2 No,1 (2017)
1
M. Amin Abdullah, Teolopi Dan Filsafat Dalam
Perspektif Globalisasi Ilmu Dan Budaya, Dalam Mukti
2
Ali dkk., Agama Dalam Pergumulan Masyarakat Abdurrahman Wahid, Bunga Rampai Pesantren,
Kontemporer, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), 267. (Jakarta: Darma Bhakti, 1994), 173
114
Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol.2 No,1 (2017)
dari pendiri Pondok Pesantren Islam anak perempuan: Alisa, Yenny, Anita, dan
Jombang, KH. Bisri Syansuri.3 Inayah.5
Meskipun Gus Dur merayakan ulang Sebagaimana kebanyakan santri Jawa,
tahunnya pada tanggal 4 Agustus, termasuk atau kaum muslim ortodoks (yang
teman-teman dan keluarga yang telah merupakan mayoritas pemeluk Islam
menyelenggarakan pesta ulang tahun di Indonesia, yang dalam praktik keislaman
Istana Bogor, 4 Agustus 2000, tidak tahu mereka biasa dinamakan kaum abangan),
bahwa ulang tahun Gus Dur tidak ada pada Gus Dur menggunakan nama ayahnya
tanggal tersebut. Seperti dalam kehidupan setelah namanya sendiri. Sesuai dengan
dan kepribadian, ada banyak hal yang tidak kebiaasan Arab, ia adalah Abdurrahman
terlihat. Gus Dur lahir pada hari keempat ‘putera’ Wahid, sebagaimana ayahnya,
bulan kedelapan. Namun, perhatikan Wahid adalah ‘putera’ Hasyim. Akan tetapi
bahwa tanggal tersebut adalah kalender sebagaimana juga kebanyakan orang
Islam, Gus Dur lahir pada bulan April, sebayanya, nama kelahiran resminya
bulan kedelapan dalam kalender Islam. berbeda lagi. Mungkin Wahid Hasyim,
Memang benar bahwa 4 April 1940 sebagai seorang ayah sangat girang dengan
larangan itu adalah 7 September. Gus Dur kehadiran anak pertamanya. Ia di penuhi
lahir di Denayar, di kota Jombang, Jawa rasa optimisme seorang ayah, atau mungkin
Timur, di sebuah rumah pesantren bersama dia memiliki kemampuan melihat masa
ibunya, Kiai Bisri Syansuri.4 depan. Bagaimana pun nama yang diberikan
Gus Dur lahir di sebuah keluarga kepada anak pertamanya ini, Abdurrahman
yang sangat dihormati di komunitas ad-Dakhil, adalah nama yang berat, untuk
Muslim di Jawa Timur. Secara genetis, anak mana pun. Ad-Dakhil, yang diambil
Abdurrahman berasal dari "darah biru" dari nama salah seorang pahlawan dari
dan, menurut Clifford Geertz, ia memiliki dinasti Umayyah, secara harfiah berarti
kelas dan kelas siswa pada saat yang sama. “Sang Penakluk”.6
Terlepas dari ayah dan ibu dari ayahnya.
Kakeknya KH. Hasyim Asy & Apos; Ari, III. PANDANGAN
pendiri Nahdlatul Ulama (NU), ketika ABDURRAHMAN WAHID TERHADAP
kakeknya, KH. Bisri Syansuri, sebagai PENGERTIAN, MAKNA, TUJUAN,
guru pertama dari sekolah asrama untuk DAN KEBENARAN AGAMA
mengajar kelas wanita. Pak Gus Dur, KH.
Wahid Hasyim, terlibat dalam gerakan A. Pengertian Agama
nasionalis dan menjadi Menteri Agama 1. Pengertian agama
pada tahun 1949. Ibunya adalah Hj. Menurut Gus Dur dalam perspektif
Sholehah, adalah putri dari pendiri junta Islam, Islam lahir sebagai agama hukum.
Pondok Pesantren Denanon Jombang. Hukum adalah aturan, dan mereka yang
Saudara-saudaranya adalah Shalahudin melakukannya disebut hakim. Aturan
Wahid dan Lili Wahid. Dia menikah tertinggi, yang memiliki kemampuan untuk
dengan Sinta Nuriah dan memiliki empat memaksa adalah hukum. Jelas bahwa dalam
Islam, aturan permainan dibuat oleh agama
3 5
Badiatul Roziqin, dkk., 101 Jejak Tokoh Islam Abudin Nata, Tokoh-Tokoh Pembaruan Pnedidikan
Indonesia (Yogyakarta: e-Nusantara, 2009), 36. Islam di Idonesia (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005),
4
Greg Barton, Biografi Gus Dur (Cet. II; 33.
6
Yogyakarta: LKis, 2003), 25. Greg Barton, Biografi Gus Dur, 35.
115
Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol.2 No,1 (2017)
supremasi tertinggi. Tidak ada yang bisa Dari semua ini, tampaknya
membicarakannya.7 hubungan antara agama dan demokrasi
Formula formulasi yang paling berkembang dengan lancar, dan secara
sederhana, apa yang digunakan (mengejar alami ketika agama memainkan peran
kemuliaan atau pertentangan), harus transformatif dalam kehidupan manusia,
dasarkan. Manifestasi mempertahankan tetapi dalam kenyataannya, perkembangan
hak asasi manusia dan mengembangkan yang terjadi tidak mendukung asumsi-
struktur komunitas yang adil dalam asumsi ini.
masyarakat di masyarakat. Selain itu, Salah satu alasan untuk
agama terkadang harus menyerah. Terlepas menghalangi gerakan demokratisasi antara
dari visi naturalis tentang menghormati lembaga agama dan kelompok berbeda dari
martabat manusia.8 yang diadopsi oleh keduanya. Agama
Dari penjelasan di atas, Abdurrahman dimulai dengan pandangan normatif dari
menyatakan bahwa agama berasal dari Alkitab.9 Apalagi jika masalahnya terlihat
langit, tetapi agama itu bersifat dialektika dalam bentuk hukum agama. Hukum
dengan lingkungan di mana keturunan agama memiliki sifat kekal, karena itu
agama. Agama itu seperti air ketika bisa didasarkan pada kitab suci yang kekal,
bergerak. Agama tidak memiliki bentuk mengubah hukum agama sama dengan
yang pasti, agama adalah nilai yang dapat membatasi tulisan suci, dan secara alami
dilakukan. mengganggu kebenaran yang diberikan
oleh agama. Dan jangan mengendalikan
2. Aspek-aspek yang dikandung Agama kemungkinan demokrasi dan hukum agama
yang berbeda.
1. Agama dan Demokrasi Demokrasi memberi jurusan dan
Saat ini ada hubungan erat antara posisi semua warga negara, tanpa
agama dan demokrasi. Di mana gerakan memandang agama, suku, gender dan
keagamaan aktif mendukung upaya untuk budaya. Transformasi eksternal yang tidak
menegakkan agama. bergantung pada transformasi internal dalam
Di Indonesia, ini juga terjadi. lembaga atau kelompok agama hanya
Pemimpin gerakan agama menggantikan sesuatu yang dangkal dan kontemporer.
perang untuk kemerdekaan nasional dari
kolonialisme dan kemudian berjuang untuk 2. Agama dan Etika Sosial
demokrasi, ketika sistem pemerintahan Gagasan etika sosial dalam
menjadi semakin otoriter. Bagaimana pemikiran Abdurrahman Wahid berangkat
kegiatan yang dikembangkan di antara dari pemaknaan atas konsep akhlak dalam
agama menjadi pelopor, untuk yang lebih Islam yang ia pahami tidak sebagai akhlak
kecil, untuk mengembangkan masyarakat individu. Tetapi sebagai akhlak yang bersifat
demokratis. Karena isu kebebasan sosial, karena bagi Abdurrahman Wahid,
berpendapat dan berserikat dengan masalah Islam tidak hanya menyediakan aturan
polusi lingkungan, gerakan keagamaan normatif tentang sopan-santun individu,
secara langsung terlibat dalam upaya akan tetapi menyediakan kerangka etis
menegakkan demokrasi. kehidupan masyarakat yang baik.
Sebagaimana ungkapannya :
7
Abdurrahman Wahid, Islam Kosmo Politan, Nilai-
Nilai Indonesia dan Transformasi kebudayaan, 293.
8 9
Ibid, 303. Ibid, 285.
116
Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol.2 No,1 (2017)
10
Abdurrahman Wahid, “Islam dan Masyarakat 11
Abdurrahman Wahid, Pergulatan Negara, Agama, dan
Bangsa,” Jurnal Pesantren, No. 3, Volume VI, Kebudayaa, 118
12
(1989), Abdurrahman Wahid, Pergulatan Negara, 119.
117
Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol.2 No,1 (2017)
13 15
Abdurrahman Wahid, Gus Dur Menjawab Said Aqil Siroj, Tasawuf Sebagai Kritik Sosial,
Perubahan Zaman, (Jakarta: PT Kompas Media Mengedepankan Islam sebagai Inspirasi, Bukan Aspirasi,
Nusantara, 2000), 15 (Bandung: Mizan, 2006), 157.
14
Abdurrahman Wahid, Dialog Intra Religius,16 Greg Barton, Biografi Gusdur, xxx.
(Yogyakarta: Kanisius, 1994), 6.
118
Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol.2 No,1 (2017)
dalam hubungan antara takdir Tuhan dan mulia kepadanya. Memang benar, kata Gus
kehendak manusia. Akurasi dapat ditentukan Dur, manusia juga berpotensi jatuh dalam
terutama ketika hal itu berkaitan dengan kesalahan dan bahkan kehinaan atau
hubungan antara kehendak manusia dan menyalahgunakan fitrah mulia itu, namun
nasib Allah dalam kerangka ilmu alam / “pada dasarnya ia adalah tetap makhluk
filsafat sosial dan moral. Dengan cara ini, yang mulia yang dilengkapi dengan budi,
Gus Dur berhasil menampilkan konsepsi akal, perasaan dan ketrampilan untuk
manusia menurut kosmologi Islam dalam mengembangkan diri yang seolah-olah
wajah yang lebih fungsional dan universal. tanpa batas”.18
Dengan cara ini, "moralitas Islam" bersama Ketika Gus Miek wafat 5 Juni 1993,
dengan "moralitas agama" secara umum dan Gus Dur langsung menulis sosok ini
"moralitas sekuler" dapat melibatkan melalui kolom obituari yang baru dimuat
sumbangan sumbangan yang tepat untuk Harian Kompas seminggu kemudian, yang
pelaksanaan kehidupan orang-orang di dunia berjudul “Gus Miek: Wajah Sebuah
keragaman dan untuk masa depan Kerinduan”. Diliputi rasa kehilangan yang
peradaban.17 mendalam, Gus Dur mengatakan: “Yang
Prinsip Gus Dur pada basis manusiaselalu saya kenang (dari Gus Miek
didasarkan pada pemahaman kosmologi Islam,tambahan penulis) adalah kerinduannya
khususnya pesantren. Setidaknya ada tigakepada upaya perbaikan dalam diri
konsep dasar "manusia", yaitu: manusia. Karena itu, ulama idolanya pun
1. Kemampuan intelektual untuk adalah yang membunyikan lonceng
menghasilkan masalah kemanusiaan dasar. harapan dan genta kebaikan, bukan
2. Bangsa yang mulia adalah khalifah bumi; hardikan dan kemarahan kepada hal-hal
3. Posisi tinggi sebelum makhluk lain; yang baru. Kerinduannya kepada realisasi
Ketiganya adalah kualitas manusia potensi kebaikan pada diri manusia inilah
yang diyakini sebagai karunia dari Pencipta yang menurut saya menjadikan Gus Miek
Tuhan, sehingga manusia memiliki posisi supernatural”.19
tertinggi di hadapan Tuhan dan ciptaan Di mata Gus Dur, sosok Gus Miek
lainnya di alam semesta. mewakili satu kesadaran akan hakikat
Pertama-tama, kedudukan tinggi manusia yang secara esensial bersifat sama
manusia itu diperoleh lantaran anugerah dan setara: yakni punya potensi
akal, budi, dan perasaan. Ketiga properti memperbaiki keadaannya sendiri. Berkat
asali yang diberikan Tuhan Sang Pencipta akal, budi dan perasaannya, manusia
itu memungkinkan manusia sanggup memiliki kemuliaan yang super, yang
memupuk diri serta mengembangkan daya dengan itu ia secara natural berpeluang
dan potensi kebaikannya di dunia. merealisasikan potensi-potensi kebaikannya.
Kendatipun Gus Dur tidak menyediakan Hal itulah mengapa Gus Miek yang karena
definisi pembeda yang jelas dan terpilah menyadari hakikat manusia dan sekaligus
antar ketiganya, namun secara bersama- mampu membuka diri terhadap kenyataan
sama properti dasar itu mencirikan keadaan hakikat manusia itu lalu dipandang Gus Dur
manusia yang berbeda dengan makhluk- pantas pula menyandang predikat
makhluk yang lain sekaligus status yang
18
Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, Nilai-nilai
17
Abdurrahman Wahid, Islamku, Islam Anda, Islam Indonesia & Transformasi Kebudayaan, 30.
19
Kita: Agama Masyarakat Negara Demokrasi. Abdurrahman Wahid, Gusdur Menjawab Perubahan
(Jakarta: The Wahid Institute, 2006), 66. Zaman, 93.
119
Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol.2 No,1 (2017)
20
Abdurrahman Wahid, Gusdur Menjawab
22
Perubahan Zaman, 93. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung:
21
Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, 30. Mizan, 1996), 280.
120
Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol.2 No,1 (2017)
identitas kultural yang dilakukan kalangan disebut dengan “cara kehidupan santri”.
dari luar pesantren, artinya butuh kehati- Beberapa konsepsi nilai yang berbeda
hatian untuk menggunakan kata tersebut antara santri dan masyarakat di luar
terlebih bagi lembaga pendidikan seperti pesantren, misalnya visi untuk mencapai
pesantren. Bagi Gus Dur kalau dikemudian penerimaan disisi Allah dalam terminilogi
hari, dengan seperangakat metode penelitian santri disebut dengan nama “keikhlasan”
yang konperhensif dapat ditemukan identitas yang dikenal dilingkungan masyarakat
lain diluar kesimpulan bahwa pesantren luar, dimana kata “ikhlas” mengandung arti
adalah sebagai subkultur, maka ketulusan dalam menerima, memberikan
kemungkinan itupun masih selama istilah itu dan melakukan sesuatu antara sesama
belum diuji secara ilmiah murni, kesimpulan makhluk.
apapun yang didapat dari penggunaannya Bagi masyarakat luar, kehidupan
masih berupa kesimpulan sementara, namun dipesantren merupakan gambaran ideal
Gus Dur menegaskan kesementaraannya yang tidak mungkin dapat direalisasikan
tersebut tidak mengurangi nilai objektifitas dalam kehidupan nyata, dengan demikian
ilmiahnya.27 pesantren bagi mereka dijadikan sebagai
Dilihat dari asapek keunikan yang tempat yang dapat menberikan kekuatan
dimiliki pesantren yang dapat membentuk spiritual, terutama saat-saat tertentu, untuk
identitas berbeda dengan kehidupan di luar menghadapi kemalangan dan kesukaran,
pesantren, menurut Gus Dur secara selain itu pesantren juga dijadikan sebagai
sosiologis pesantren telah memenuhi sumber inspirasi bagi sikap hidup yang
persyaratan minimal, yaitu memiliki selalu diinginkan tumbuh pada diri mereka
cirikhas dan perbedaan dalam hal: dan anak-anaknya, terlebih jika pendidikan
1. Cara hidup yang di anut, Pandangan di luar pesantren tidak memberi harapan
hidup dan tata nilai yang diikuti, dan besar bagi terjangkaunya ketenangan dan
Hirarki kekuasaan intren tersendiri ketentraman hidup mereka.30
ditaati sepenuhnya.28 Berkembangnya suatu proses saling
Keunikan dan ciri khasnya struktur pengaruh dan menpengaruhi antara pola
serta system pengajaran di pesantren. Gus kehidupan dipesantren dengan masyarakat
Dur menjelaskan bahwa pemberian di luarnya, yang akan berkulminasi pada
pengajian yang diberikan oleh kiai kepada pembentukan nilai-nilai baru yang secara
santrinya sama saja artinya dengan sebuah universal diterima oleh kedua belah pihak.
proses pembentukan tata nilai yang Kondisi ini tentunya merupakan
lengkap. Dengan cara penilaian dan
Clifford Geertz dalam bukunya the religion of java)
orientasinya tersendiri.29 Yang kemudian
dicoba untuk dikontraskan dengan apa yang
dinamakan “kehidupan kaum abangan” dinegeri ini.
27
Karena bagi Gus Dur penggunaan istilah tersebut Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi, 7.
jika dilakukan dengan hati-hati akan menghasilkan
anggapan-anggapan (assumptions) yang tidak akan
30
jauh menyimpang dari hasil penelitian empiris yang Pada kedua hal diatas terletak daya tarik
dilakukan secara seksama dan mendalam. pesantren dalam pandangan masyarakat pada
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi, 2. umumnya, hal ini disebabkan pandangan hidup
28
Menggerakkan Tradisi, 2. pesantren yang sufistik sehingga menjadi alternatif
29
Nila-nilai (mores) yang tercipta dalam bentuk kehidupan ideal ditengah distorsi
serangkaian perbuartan sehari-hari inilah yang mendehumanisasi-nya kehidupan modern.
kemudian yang dikenal dengan “cara kehidupan Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi, 32.
santri” yang oleh sementara kalangan (terutama
122
Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol.2 No,1 (2017)
konsekuensi logis akibat dari pada pos strategi dalam masyarakat, dan ini
pendirian mayoritas pesantren sebagai menurut Gus Dur merupakan peranan
salah satu bentuk reaksi terhadap pola dalam kontribusinya secara sistemik, atau
tertentu yang dianggap rawan dalam kontribusi yang bisa dilakukan oleh
masyarakat. Bagi Gus Dur pengaturan pesantren dalam melakukan pemberdayaan
sejarah ini, maka berarti pendirian masyarakat secara langsung. Terkait
pesantren juga merupakan salah satu kontribusi, pesantren dapat membentuk
bagian dari transformasi budaya yang beberapa perogram pemberdayaan dan
berjalan untuk jangka waktu yang panjang pembangunan masyarakat. Misalnya
sesuai dengan dialektika yang ada di antara pesantren membentuk perogram yang
keduanya. Karena pesantren adalah titik bertujuan membentuk tenaga-tenaga
awal dari proses transformasi, pesantren pembangunan masyarakat dari pesantren,
secara alami dipaksa untuk menjadi yang bertugas membantu warga desa untuk
alternatif bagi pola kehidupan yang ada. mengenal dan memanfaatkan potensi yang
Mengenai kediktatoran di atas, Gus mereka miliki dengan tujuan dapat
Dur menjelaskan bahwa peran pesantren memperbaiki kehidupan mereka, dengan
sebagai pilihan ideal masyarakat sangat jalan merencanakan dan melaksanakan
sejalan dengan terwujudnya budaya agama proyek-proyek pengembangan desa
32
Islam yang menjangkau nusantara. Seperti mereka.
dapat disimpulkan dari proses historis
penyebaran Islam di daerah ini, manifestasi C. Tujuan Agama
budaya Islam adalah kombinasi dari
doktrin Islam formal dalam kultus orang- 1. Kedudukan agama
orang kudus (memuncak dalam kultus
songo), sebagai pengaruh yang tersisa dari Agama memiliki posisi dan peran
pemujaan orang-orang kudus (hermints) yang penting dan strategis, terutama
dalam agama Hindu. Manifestasi budaya sebagai landasan spiritual, moral, dan etis
ini terbukti dalam asketisme (bahasa Arab: dalam kehidupan dan kehidupan manusia.
az-Zuhd, sering juga ditafsirkan sebagai Tetapi di sini dijelaskan oleh Gus Dur
"kebijaksanaan" di negara ini) yang bahwa, posisi keagamaan ada hubungannya
mencirikan pola kehidupan Islam di dengan negara, yaitu Pancasila.
nusantara, seperti di negara Arab itu sendiri Sebagaimana kita ketahui, kita tahu bahwa
sepanjang sejarahnya.31 dalam Pancasila tidak ada prinsip yang
Diterima atau tidak, kontribusi menentang agama. Dengan demikian
pesantren dalam melakukan infiltrasi dan prinsip-prinsip Pancasila secara harfiah
tranformasi nilai dalam kehidupan merupakan pesan utama semua agama, di
masyarakat secara lebih umum memiliki mana ajaran Islam yang dikenal sebagai
kontribusi yang sangat siknifikan, peranan maqashid al-syari'ah, yang bermanfaat
ini bisa dalam pembentukan karakter para bagi masyarakat. Dengan kesadaran ini ia
santri yang sudah lulus keluar dari menolak formalitas atau formalisasi agama
pesantren dan kemudian mendirikan dan menekankan intinya. Negara-negara ini
sekolah dan mendirikan pesantren baru, memiliki posisi sebagai lembaga yang
atau bahkan mengisi bagian terkecil dalam mengakui keragaman, melindungi semua
32
Menggerakkan Tradisi, 156.
31
Menggerakkan Tradisi, 12.
123
Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol.2 No,1 (2017)
38
Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, 13.
39 41
Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, 30. Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, 293.
40 42
Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, 30. Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, xxi-xxii
125
Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol.2 No,1 (2017)
44
Abdurrahman Wahid, Prisma Pemikiran Gus Dur,
(Yogyakarta: LkiS, 2010), 204
43 45
www.gusdurfiles.com (diakses pada, 16/06/17) pkl. Abdurrahman Wahid, Islamku, 19.
46
23.00wib Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, 249.
126
Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol.2 No,1 (2017)
sejarah manusia dipimpin oleh masalah ini. hormat, menghormati keyakinan mereka,
Bahkan Wahid mengakui bahwa dunia dan menghindari keinginan. permusuhan
mengikuti hukum alam, tetapi ia percaya dan tirani kelompok minoritas adalah hasil
bahwa ada intervensi aktif setiap saat.47 dari wawasan sempit antusiasme religius.50
Karena kepercayaan pada Tuhan, Dengan monoteisme, Islam meningkatkan
materi bukanlah tujuan utama. Materi harus pemahaman dan konflik kepercayaan. Jika
diarahkan pada kepentingan Tuhan, yang beberapa keyakinan dapat ditoleransi,
baik dan untuk manusia. Meskipun dunia toleransi lebih lanjut dipilih untuk
penting bagi eksistensi manusia di dunia, mengelola pandangan politik dan ideologis.
tetapi sebagai seorang Muslim, ia percaya Dari aspek ini, jelas bahwa Islam memiliki
bahwa konsep-konsep religius menarik pandangan universal, yang berlaku untuk
perkembangan dunia. Bagi Wahid, semua manusia.
rasionalitasnya tidak mencari argumen logis Dalam manifestasi semua
dari sains modern, tetapi berdasarkan pada universalisme Islam, gerakan misionaris Gus
integritas ilmu agamanya sendiri.48 Dur disaksikan dalam berbagai sikap dan
Dan karena mereka perlu terus tindakan, termasuk praktek membela
melakukan dialog antara roh (dalam hal ini kelompok minoritas seperti membela
benar) dan ilmu material harus diwujudkan Ahmadiyah, Syiah, Kristen dan lain-lain.
dalam kehidupan. Bagi manusia, kehidupan Ketika minoritas dianggap tidak adil, Gus
adalah kemampuan untuk menghubungkan Dur mengundang. Kelompok minoritas Gus
Ketuhanan dengan tindakan (di dunia Dur tidak mencari kepercayaan atau
material), tetapi dalam pelaksanaannya ideologi, tetapi Gus Dur menginginkan
harus disertai dengan kesabaran, sehingga kebebasan warga negara untuk memiliki
tidak ada kekerasan yang dapat agama dan keyakinan. Sesungguhnya
menghancurkan martabat manusia. Dalam toleransi dan toleransi universal juga
istilah itu, hidup harus selalu mencari membuktikan pengakuan Konfusianisme
keseimbangan antara "normatif (ajaran oleh Gus Dur sebagai agama dan
agama)" dan "kebebasan berpikir" (dalam kepercayaan yang sah di Indonesia.
urusan dunia).49 Menurutnya, perbedaan itu tidak
sedikitpun mengurangi penghormatan
3. Implementasi keyakinan akan mereka terhadap yang lain serta tidak
kebenaran agama mengurangi sedikit pun keyakinan
Bagi Gus Dur mengenai penerapan agamanya. Gus Dur berpendapat bahwa
keyakinan dalam kebenaran agama dalam ”para pemimpin NU telah mewariskan nilai-
konteks kehidupan nasional, bahwa nilai toleran dan tahu harus bertindak apa
keyakinan agama lain tumbuh, anggota dalam kondisi-kondisi tertentu tanpa
komunitas harus mengadopsi hubungan mengabaikan keyakinannya”51
kohesif antara warga negara dengan rasa Konsekuensi dari kedua interpretasi
tersebut memiliki implikasi yang luas.
47
Wahid berbeda dengan para founding fathers
Mereka yang terbiasa dengan formalisasi
Amerika yang menganut Deisme, yang memang
meyakini adanya Tuhan, namun bukan Tuhan yang akan terikat pada upaya untuk secara
aktif, yang bisa intervensi dalam urusan manusia mendasar mewujudkan "sistem
48
Abdurrahman Wahid, Kyai Nyentrik Membela
50
Pemerintah, (Yogyakarta: LKiS, 1999), 33. Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, 4-5.
49
Abdurrahman Wahid, Prisma Pemikiran Gus
51
Dur, 21 Abdurrahman Wahid, Islam Kosmopolitan, 82
127
Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol.2 No,1 (2017)
128
Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam, Vol.2 No,1 (2017)
129