Anda di halaman 1dari 6

Nabi Ibrahim as adalah nabi ke-6 dalam sejarah rasul Allah yang

wajib diketahui umat Islam.

Ayah dari Nabi Ibrahim as adalah pembuat patung berhala yang juag

mempercayai bahwa patung-patung itu adalah perantara manusia

kepada Sang Khalik.

Di tambah lagi, kaum jahiliyah di zaman Nabi Ibrahim memiliki

seorang penguasa bernama Raja Namrud yang dengan sombongnya

mengaku bahwa dirinya adalah Tuhan Semesta Alam.

Semasa kecil, Nabi Ibrahim diasingkan ke hutan, di dalam sebuah

goa yang mustahil akan ditemukan orang. Hal ini dilakukan dalam

bentuk penyelamatan karena di zaman itu Raja Namrud mengeluarkan

peraturan untuk membunuh setiap ada bayi laki-laki yang lahir.

Namrud melakukan hal itu karena dirinya tidak ingin digantikan

oleh siapapun di muka bumi ini sebagai penguasa. Oleh karena itu,

orang tua Nabi Ibrahim mengasingkannya ke sebuah hutan. Allah telah

menunjukkan kuasanya dengan membuat Nabi Ibrahim tumbuh

sebagai sosok lelaki yang tangguh hingga selamat dari segala macam

marabahaya di dalam hutan.

Sampai akhirnya dirinya kembali ke tengah masyarakat dan melihat

semua orang seperti gila pada patung. Hampir setiap rumah dan

tempat-tempat umum dipenuhi patung berhala agar dapat menyembah

setiap waktu. Termasuk di rumah ayahnya yang memang bekerja


sebagai pembuat patung berhala.

Lama kelamaan Nabi Ibrahim mulai bertanya-tanya pada dirinya. Di

manakah Tuhan itu? Manakah yang dinamakan Tuhan? Kemudian Allah

pun memberikan mukjizat pada Nabi Ibrahim yakni sebuah pemikiran

cerdas, kritis, sekaligus mengutusnya sebagai penyampai keberadaan

Allah SWT selama ini. Serta mengajak semua orang untuk senantiasa

bertakwa kepada Allah SWT dan meninggalkan berhala-berhala yang

tidak penting.

Berkali-kali dengan pemikiran cerdasnya, Nabi Ibrahim as bertanya

siapa sebenarnya Tuahan? Benarkah berhala itu adalah Tuhan? Atau

justru Raja namrud yang berkuasa itu adalah Tuhan? Kemudian dia

melihat bulan dan bintang di malam hari, matahari di siang hari, ia

berkata "Mungkinkah benda-benda itu Tuhan?"

Namun ternyata, bulan dan bintang menghilang dan matahari

terbenam, lalu ia berkata, "Aku tak akan bertuhan kepada benda-benda

seperti itu."

Allah SWT pun berfirman dalam Surat Al-An'am ayat 76-79:

Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata:

"Inilah Tuhanku", tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: "Saya

tidak suka kepada yang tenggelam".

Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: "Inilah Tuhanku".

Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: "Sesungguhnya jika


Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk

orang yang sesat".

Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: "Inilah

Tuhanku, ini yang lebih besar".

Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: "Hai kaumku,

sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang

menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang

benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang

mempersekutukan Tuhan.

Sejak saat itu pun dia meyakini bahwa bukan berhala-berhala itu Tuhan

semesta alam. Allah kemudian membisikkan sebuah perintah kepada

Nabi Ibrahim untuk mengajak orang menyembah pada Allah SWT,

bukan lagi berhala. Jagat raya dan seluruh isinya serta hukum yang

berlaku di dalamnya, cukup kuat untuk menjadi bukti keesaan Allah dan

kebatilan perbuatan orang-orang musyrikin.

Nabi Ibrahim mempermalukan Raja Namrud dihadapan pengikutnya.

Paham bahwa berhala bukanlah Tuhan, Nabi Ibrahim dengan

kecerdikannya langsung merencanakan sesuatu pada Raja Namrud dan

para pengikutnya.

Pada suatu hari Raja Namrud melakukan perjalanan keluar kota

bersama sebagian besar pengikutnya selam beberapa hari. Wilayah


kekuasaan Namrud pun nyaris kosong. Kemudian Nabi Ibrahim masuk

dan menghancurkan semua berhala yang ada di wilayah Namrud.

Semua patung-patung dihancurkan, meski dia tahu itu adalah buatan

ayahnya sendiri.

Nabi Ibrahim as hanya menyisakan satu berhala yang tidak dirusaknya.

Itu adalah berhala yang paling besar. Kemudian dia meletakkan kapak

yang dipakai untuk menghancurkan patung-patung lainnya di

pangkuan berhala satu-satunya yang tak dirusaknya.

Setelah beberapa hari Raja Namrud mengetahui semua berhalanya

rusak dan murka. "Siapa yang melakukan semua ini di belakangku?!"

teriaknya pada pengikutnya. Salah satu pengikutnya yang kebetulan

tidak turut pergi bersama Namrud mengatakan bahwa ada seorang

pemuda bernama Ibrahim yang melakukan itu semua. Dipanggillah

Nabi Ibrahim untuk menghadap Raja Namrud.

Sang Raja berkata dengan geram: "Wahai Ibrahim, bukankah engkau

yang telah menghancurkan berhala-berhala ini?"

"Bukan!" jawab Ibrahim singkat. Mendengar jawaban itu, Raja Namrud

semakin geram dan berkata: "Lalu siapa lagi kalau bukan engkau,

bukankah kau berada di sini saat kami pergi dan bukankah engkau

membenci berhala-berhala ini?"

"Ya, tapi bukan aku yang menghancurkan berhala-berhala itu. Aku pikir,

berhala besar itulah yang menghancurkannya, bukankah kampaknya


masih berada di lehernya?" sahut Ibrahim dengan tenang.

Raja Namrud membantahnya: "Mana mungkin patung berhala dapat

berbuat semacam itu!". Mendengar hal itu dengan tegas Nabi Ibrahim

berkata: "Kalau begitu, kenapa engkau menyembah berhala yang tidak

dapat berbuat apa-apa?"

Mendengar pernyataan Ibrahim, para pengikutnya tersadar dan terpikir

oleh mereka Tuhan yang selama ini disembah tidak dapat melihat,

mendengar, dan bergerak. Namun, Raja Namrud semakin murka.

Nabi Ibrahim as dibakar

Karena Geram dan kesalnya Raja Namrud, akhirnya ia memerintahkan

para tentaranya untuk menghukum Nabi Ibrahim dengan seberat-

beratnya. Nabi Ibrahim dihukum mati dengan jalan dibakar hidup-

hidup.

Api dinyalakan besar sekali dengan kayu sebagai bahan bakarnya,

sementara Nabi diikat dan ditempatkan di tengah-tengah tumpukan

kayu. Tetapi Allah lebih berkuasa dalam segala hal. Allah belum

menghendaki Nabi Ibrahim mati dan kalah oleh Raja Namrud.

Menyaksikan proses pembakaran itu, Raja Namrud dan para

pengikutnya tertawa dengan penuh kepuasan. Mereka mengira, Nabi

Ibrahim telah hancur menjadi abu bersama api itu. Namun, begitu

terkejutnya mereka setelah api yang menyala dahsyat itu padam. Nabi

tiba-tiba berjalan keluar dari puing-puing pembakaran dengan selamat


tanpa luka sedikit pun.

Sejak saat itu, pengikut Namrud berpaling dan menjadi umat Nabi

Ibrahim untuk terus lurus ke jalan Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai