Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ASPEK FILSAFAT ISLAM DALAM ILMU PENGETAHUAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Filsafat Islam
Dosen Pengajar: Mohammad Hisyam Yahya, M. Pd

Disusun Oleh:
Desri Yati Ningsih

PROGRAM STUDI HESY


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MAHAD ALY CIREBON

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadiran-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah tentang Aspek Filsafat Islam Menurut Ilmu Pengetahuan.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar saya dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata saya berharap semoga
makalah tentang Aspek Filsafat Islam Menurut Ilmu Pengetahuan dapat
memberikan manfaat.

Cirebon, April 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Cover................................................................................................................ i
Kata Pengantar............................................................................................... ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Pengertian Filsafat Islan dan Ilmu Pengetahuan .................................. 3
B. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan ......................................................... 3
C. Hukum Sebab Akibat ........................................................................... 4
D. Sumber Pengetahuan ............................................................................ 5
E. Batas – Batas Pengetahuan .................................................................. 5
F. Objek Pengetahuan .............................................................................. 6
G. Metode Pengetahuan ............................................................................ 6
H. Hakikat Kebenaran .............................................................................. 7
I. Berbagai Pendirian Tentang Kebenaran .............................................. 8
J. Teori – Teori Kebenaran ...................................................................... 9
K. Landasan Pengetahuan ......................................................................... 9
L. Titik Temu Antara Ilmu dan Filsafat ................................................... 10
M. Perbedaan Ilmu dan Filsafat ................................................................ 10
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 11
A. Kesimpulan .......................................................................................... 11
B. Saran .................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 12

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana pendapat umum, bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang
kebijaksanaan dan prinsip-prinsip mencari kebenaran. Berfilsafat berarti berpikir
rasional-logis, mendalam dan bebas (tidak terikat dengan tradisi, dogma agama)
untuk memperoleh kebenaran. Kata ini berasal dari Yunani, Philos yang berarti
cinta dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom). sebagaimana
pengertiannya semula termasuk bagian dari pengetahuan, sebab pada
permulaannya filsafat identik dengan pengetahuan (baik teoretik maupun
praktik). Akan tetapi lama kelamaan ilmu-ilmu khusus menemukan kekhasannya
sendiri untuk kemudian memisahkan diri dari filsafat. Gerak spesialisasi ilmu-
ilmu itu semakin cepat pada zaman modern, pertama ilmu-ilmu eksakta, lalu
diikuti oleh ilmu-ilmu sosial seperti: ekonomi, sosiologi, sejarah, psikologi dan
seterusnya.
Ilmu merupakan suatu pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia
alam agar gejala alamiah tersebut tak lagi merupakan misteri. Pengetahuan pada
hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang objek tertentu,
termasuk di dalamnya adalah ilmu. Dengan demikian ilmu merupakan bagian
dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan
lainnya, seperti seni dan agama. Objek kajian filsafat meliputi objek material dan
objek formal, fisik dan metafisik, termasuk Tuhan, alam dan manusia,
sedangkan objek formalnya adalah hakikat dari segala sesuatu yang ada (yang
wujud), baik yang fisik maupun yang metafisik. Ilmu (Ilmu
Pengetahuan) berbeda dengan filsafat, ilmu berusaha memahami alam
sebagaimana adanya, dan hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk
meramalkan dan mengendalikan gejala-gejala alam. Pengetahuan keilmuan
merupakan sari penjelasan mengenai alam yang bersifat subjektif dan berusaha
memberikan makna sepenuhnya mengenai objek yang diungkapkannya Berbeda

1
dengan filsafat, ilmu hanya membatasi diri pada objeknya yang empiris dan
terukur dari manusia dan alam nyata (fisik). Ilmu mencoba mengembangkan
sebuah model yang sederhana mengenai dunia empiris dengan mengabstraksikan
realitas menjadi beberapa variabel yang terikat dalam sebuah hubungan yang
bersifat rasional. Ilmu mencoba mencarikan penjelasan mengenai alam yang
bersifat umum dan impersonal Secara ontologis ilmu membatasi diri pada
pengkajian objek yang berada dalam lingkup pengalaman manusia, sedangkan
agama memasuki pula daerah jelajah yang bersifat transendental yang berada di
luar pengalaman manusia itu. Sedangkan sisi lain dari pengetahuan mencoba
mendeskripsikan sebuah gejala dengan sepenuh maknanya Ilmu, filsafat dan
memiliki keterkaitan dan saling menunjang bagi manusia. Keterkaitan itu
terletak pada tiga potensi utama yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia,
yaitu akal, budi dan rasa serta keyakinan. Melalui ketiga potensi tersebut
manusia akan memperoleh kebahagiaan yang sebenarnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Filsafat Islam dan Ilmu Pengetahuan ?
2. Apa saja Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan ?
3. Apa saja Hukum Sebab Akibat ?
4. Apa saja Sumber dari Pengetahuan ?
5. Apa saja Batas – batas Pengetahuan ?
6. Apa saja Objek dari Pengetahuan ?
7. Bagaimana Metode dalam Pengetahuan ?
8. Apa saja Hakekat dalam Kebenaran ?
9. Apa Perbedaan Ilmu dan Filsafat?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Islam dan Ilmu Pengetahuan

Dari segi bahasa,Filsafat Islam terdiri dari gabungan kata filsafat dan
Islam. Kata Filsafat dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata sophos yang
berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian, secara bahasa cinta terhadap ilmu
atau hikmah. Selanjutnya, kata Islam berasal dari kata bahasa Arab As – lama,
yuslimu, islaman yang berarti patuh, tunduk, pasrah, serta memohon, selamat
dan sentosa. Selanjutnya Islam menjadi suatu istilah atau nama bagi agama yang
ajaran – ajarannya diwahyukan Tuhan kepada masyarakat manusia melalui Nabi
Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam pada hakikatnya membawa ajaran –
ajaran yang bukan hanya mengenai satu segi, tetapi mengenai berbagai segi
kehidupan manusia. Sumber dari ajaran – ajaran yang mengambil berbagai aspek
yang diambil dari Al – Qur’an dan Al – Hadits.
Ilmu adalah merupakan suatu pengetahuan, sedangkan pengetahuan
merupakan informasi yang didapatkan dan segala sesuatu yang diketahui
manusia. Itulah bedanya dengan ilmu, karena ilmu itu sendiri merupakan
pengetahuan yang berupa informasi yang didalami sehingga menguasai
pengetahuan tersebut yang menjadi suatu ilmu. Ilmu pengetahuan merupakan
rangkaian kata yang sangat berbeda namun memiliki kaitan yang sangat kuat.
Ilmu dan pengetahuan memang terkadang sulit dibedakan oleh sebagian orang
karena memiliki makna yang berkaitan dan sangat berhubungan erat.

B. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan


1. Fungsi Panca Indera Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Secara singkat, dapat dirumuskan bahwa fungsi dari kelima
pancaindra, manusia adalah sebagai alat penghubung antara dunia luar
dengan jiwa yang menangkap dan mengatur kesannya. Dengan sistem

3
yang saling berkesinambungan tersebut, ilmu pengetahuan diolah dan
terus dikembangkan, Karena sifat penasaran manusia memang telah
terpatri ketika mereka menemukan hal-hal baru yang mereka temukan
melalui efek dunia luar dan kemudian diproses diotak serta
diimplementasikan melalui pemikiran dan perbuatan.
2. Fungsi Akal Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Akal merupakan salah satu pusat yang sangat penting di dalam
otak, dan berkedudukan sebagai sumber kekuasaan jiwa yang mempunyai
kemampuan untuk mencapai realitas alam. Melalui definisi singkat diatas,
kita tahu bahwa begitu sentralnya fungsi akal bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, karena akal sebagai mesin pengolah data yang dapat
memproses serta mengoutputkan kesimpulan dan ilmu pengetahuan.
Menurut Dewey, ada lima tingkatan berpikir ilmiah yang
berhubungan dengan metode berpikir reflektif, yaitu: (1) The Felt need, (2)
the problem, (3) The Hipotesis, (4) Collection of data as evidence, dan (5)
Concluding belief
3. Peranan Budi Dalam Menemukan Hakikat Kenyataan
“Buddhi” adalah bahasa sansekerta yang berarti Azaz Hikmah,
yang mengetahui segala kenyataan tidak dengan pandangan, melainkan
dengan keinsafan batin yang murni. Jika manusia mampu berpikir logis
dengan menggunakan akalnya, maka dengan menggunakan budi, mereka
memiliki kekuasaan yang lebih dalam, yakni kekuasaan untuk berpikir
intuitif guna menjelajah keadaan-keadaan metafisis yang berada diluar
jangkauan panca indra dan akal.

C. Hukum Sebab Akibat


Perhubungan sebab-akibat ini disebut juga istilah kausalitas, sehingga
hokum sebab-akibat lebih dikenal dengan hokum kausalitas. Dimana seseorang
mendapat pengetahuan tentang sesuatu masalah dengan jalan menyusun pikiran
untuk mengetahui sebab kejadiannya dan akibatnya, maka disanalah terdapat

4
ilmu. Dimana ilmu merupakan suatu rangkaian hokum sebab- akibat yang disusun
secara teratur dan sistematis sehingga merupakan suatu kebulatan.
Terdapat beberapa motif perkembangan ilmu pengetahuan, diantaranya:
a) Curriosity motive (dorongan ingin tahu),
b) Practicality Motive (dorongan kegunaan praktis), dan
c) Intrinsic orderliness motive (dorongan mencari hokum-hukum dari
alam semesta).

D. Sumber Pengetahuan
Terdapat beberapa perbedaan mengenai sumber pengetahuan ini, diantaranya:
a. Empiris ; merupakan aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan
bersumber pada pengalaman, beberapa tokoh pencetus aliran ini yakni
Francis Bacon, David Hume, dll.
b. Rasionalisme; merupakan golongan yang berpendapat bahwa
pengetahuan tersebut bersumber pada akal atau rasio, Tokoh-tokoh
aliran ini antara lain Descartes (1596-1650), Spinoza (1632- 1677),
dan Leibniz (1646-1716).
c. Kritisme; yakni aliran yang berpendapat bahwa pengetahuan
bersumber pada akal dan juga pengalaman manusia. Tokoh yang
paling dikenal sebagai cikal teori ini adalah Immanuel Kant (1724-
1804), seorang ahli fikir berkebangsaan Jerman.

E. Batas-Batas Pengetahuan
Sebagaimana sumber pengetahuan, pembahasan tentang batas-batas
pengetahuan ini juga memunculkan beberapa pendapat yang berbeda-beda,
diantaranya:
a. Skeptisisme; berpendapat bahwa pengetahuan ini hanyalah
merupakan kumpulan ingatan, dan akan berakhir dalam waktu
tertentu, serta tidak mungkin ada pengetahuan tanpa sekedar percaya
adanya. Beberapa aliran pendukungnya yaitu aliran subjektivisme,
relativisme, pragmatisme, dan fiksionalisme.

5
b. Objektivisme; merupakan aliran yang menerima adanya kebenaran
objektif, terlepas dari subjek- subjek yang mengetahuinya. Subjek
yang memperoleh pengetahuan dapat mengalami kekhilafan dalam
merumuskan pengetahuan, tetapi realita di luar tetap tidak
terpengaruh karenanya.
c. Fenomenologisme; berpendapat bahwa, dalam penuturan tentang
suatu hal yang sesuai dengan fakta dari hal tersebut, maka
pengetahuan akan menunjukkan kebenarannya. Dan kebenaran itu
tersusun atas pengamatan dan pemikiran sehingga menghasilkan
sebuah kebenaran secara umum.

F. Objek Pengetahuan
Merupakan masalah yang diselidiki oleh pengetahuan, hal ini tidak dapat
lepas dari pendirian sumber ilmu (pendirian relisme atau idealisme). Ditinjau dari
jenis sifatnya, maka kita dapat membedakan tiga macam objek pengetahuan,
diantaranya:
a. Objek Empirisme (Objek-objek rasa), yakni objek lahir/fisis dan
objek batin/psikis.
b. Objek Idiil (bukan rasa), objek yang tidak timbul melalui rasa (lahir
atau batin), melainkan diciptakan oleh jiwa (sukma) sebagai hasil
pemikiran, perasaan dan sebagainya. Misalnya objek logika,
matematik, etika, dan nilai-nilai agama.
c. Objek Luar Rasa, sebuah objek yang terletak diluar jangkauan rasa
sekalipun pada dasarnya terletak dalam dunia rasa (dunia objek
keinderaagam.

G. Metode Pengetahuan
Merupakan suatu rencana kerja untuk menyusun suatu system
pengetahuan tentang suatu masalah. Dalam hal ini, terdapat dua metode pokok
dalam penyelidikan pengetahuan, yakni:

6
a. Metode Induksi; metode ini berangkat dari fakta-fakta khusus,
peristiwa kongkrit yang kemudian ditarik generalisasi yang bersifat
umum. Dan metode ini dapat pula dibedakan lagi menjadi tiga, yaitu
Induksi Komplit, Induksi Sistem Bacon dan Induksi Tidak Komplit
Selanjutnya, terdapat beberapa teori mengenai langkah-langkah
perjalanan pengetahuan menuju pengertian secara umum,
diantaranya:
 Komparasi (Metode Perbandingan); dengan langkah-
langkah: a) Pengumpulan bahan, b) penganalisaan, c)
pengkomparasian, d) pengabstraksian, e) perumusan
hokum
 Eksperimen (Metode Percobaan); langkah-langkahnya: a)
penimbulan gejala yang akan diselidiki dengan sengaja, b)
pencatatan dan perbandingan gejala, c) perumusan hokum
berdasar kesamaan sifat.
b. Metode Deduksi; merupakan metode penyelidikan pengetahuan yang
berangkat dari suatu pengetahuan yang bersifat umum dan ditarik
kesimpulan yang bersifat khusus. Metode ini memiliki beberapa
langkah, diantarnya:
 Penginsyafan adanya kebenaran umum dalam satu
golongan gejala,
 Pembuktian gejala di lingkungan kelompok gejala tersebut
 Pernyataan kebenaran yang diinsyafi berlaku pada gejala
khusus tersebut

H. Hakikat Kebenaran
a. Pendapat Kuno
 Plato; kebenaran merupakan sumber kenyataan yang sejati
dan dititikberatkan pada akal, sedangkan realitas luar yang
dapat ditangkap panca indera ialah palsu belaka.

7
 Aristoteles; kebenaran dititikberatkan pada objek dalam
usaha mencapai kebenaran, menurutnya pengertian kita
mengenai suatu hal merupakan gambaran daripada objek-
objek yang kita kenal atau kita ketahui.
b. Pendapat modern (Vormings theorie)
Menyatakan subjek tidak menangkap gambaran layaknya pendapat
Aristoteles, akan tetapi justru memberi bentuk. Dan Kebenaran tergantung
pada subjek yang memberi bentuk pada objek yang diselidiki.
c. Pendapat Immanuel Kant
Untuk menyelidiki sesuatu, maka objek yang kita kenal itu harus
sudah ada dan objek yang ada itu diberi bentuk tertentu oleh akal subjek
yang mengenal objek. Sehingga disimpulkan bahwa kebenaran adalah
persesuaian antara pendapat sebagai keputusan akal dengan objek yang
sedang diselidiki.
Kemudian, terdapat beberapa kriteria-kriteria untuk menetapkan
kebenaran pengetahuan yang dapat diambil dari beberapa sumber,
diantaranya: lingkungan metafisika, objek yang diselidiki, keyakinan
subjek, pengalaman subjek, dan melalui pihak yang berwenang.

I. Berbagai macam Pendirian Tentang Kebenaran


Tidak dibenarkan jika kita harus melakukan pengeneralisasian satu ukuran
dalam memecahkan segala persoalan yang kita hadapi guna menemukan
kebenaran ilmu pengetahuan. Melalui pengeneralisasian satu ukuran tersebut,
maka akan menimbulkan berbagai macam aliran yang dalam menguraikan
segala persoalan bertitik tolak pada sudut pandangnya masing-masing.
Diantaranya:
 Pengutamaan pada lingkungan metafisika, akan melahirkan aliran-
aliran filsafat, antara lain: Suprarasionalisme (diatas akal),
intuitionisme (intuisi/ilham), dan tasawuf atau mistik.
 Pengutamaan pada sumber kenyataan, akan melahirkan aliran-
aliran filsafat, antara lain: realisme (terdapat benda-benda yang

8
tidak tergantung pada pengertian kita), Materialisme (zat/anasir),
dan fenomenologisme (penyelidikan).
 Pengutamaan subjek sebagai sumber kenyataan, yang berpendapat
bahwa ketiga kekuatan manusia (panca indera, akal dan rasa)
menyebabkan lahirnya beberapa aliran filsafat, yakni: sensualisme
(panca indera), rasionalisme (akal), dan irasionalisme
(rasa/kehendak).
 Pengutamaan pengalaman sebagai sumber kenyataan, hal ini
menimbulkan beberapa aliran, diantaranya: empirisme
(pengalaman), dan positivisme (manusia memiliki tiga tingkatan:
teologi, metafisika dan tingkatan positif).
 Pengutamaan pada pihak yang berwewenang, pendirian ini
melahirkan aliran filsafat tradisionalisme atau social dogmatisme.

J. Teori – teori Kebenaran


Terdapat beberapa teori tentang teori-teori kebenaran ini, antara lain:
a. Teori kesesuaian (correspondence theory); menyatakan bahwa
pengetahuan kita bernilai benar, bilamana sesuai dengan kenyataan
b. Teori ketetapan (consistency theory); berpendapat bahwa manusia
tidak mungkin dapat mencapai kesesuaian secara pasti antara kesan
yang dimiliki dengan kenyataan.
c. Teori pragmatis (teori eksperimental); teori yang menguji kebenaran
pengetahuan melalui pertanyaan.

K. Landasan Pengetahuan
1. Ontologis :
 Apa yang dikaji oleh pengetahuan itu?
 Objek apa yang ditelaah oleh ilmu?
 Bagaimana hubungan objek tadi dengan daya tangkap manusia
( seperti berpikir, merasa dan mengindera ) yang membuahkan
pengetahuan ?

9
2. Epistemologis
 Bagaimana caranya memperoleh pengetahuan tersebut?
 Bagaimana prosedurnya?
 Apa yang perlu diperhatikan agar memperoleh pengetahuan
yang benar?
 Apa yang disebut kebenaran itu sendiri?
 Apa kriterianya?
3. Aksiologis
 Untuk apa pengetahuan tersebut?
 Bagaimana kaitan antara cara penggunaan kaidah tersebut
dengan kaidah moral?
 Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan
– pilihan moral?

10

Anda mungkin juga menyukai