NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
20131030045
NASKAH PUBLIKASI
Oleh :
ARIEF TAHTA PRAYOGI
NIM : 20131030045
Pembimbing,
Dengan ini saya menyatakan bahwa naskah publikasi tesis ini bukan merupakan
hasil plagiat karya orang lain, melainkan hasil karya saya sendiri dan belum
pernah dan tidak sedang dalam proses untuk publikasi, serta tidak akan
dipublikasikan dalam bentuk lain. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sebenar-benarnya dan apabila dikemudian hari ada yang mengklaim bahwa
naskah ini milik orang lain dan dibenarkan secara hukum, maka saya bersedia
dituntut berdasarkan hukum yang berlaku di indonesia
Widodo Hariyono
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan,, Universitas
Ahmad Dahlan, Jalan Kapas No 9, Semaki, Yogyakarta 0818268945
Email : widodohariyono@yahoo.com
ABSTRAK
Widodo Hariyono
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarkat,
Universitas Ahmad Dahlan, Jalan Kapas No 9, Semaki, Yogyakarta 0818268945
Email : widodohariyono@yahoo.com
ABSTRACT
HASIL
Hasil penelitian ini dirangkum dalam analisis implementasi program
pengelolaan limbah bahan beracun dan berbahaya rumah sakit PKU
Muhammadiyah Yogyakarta unit II berdasarkan studi dokumentasi, studi
observasi dan wawancara.
6 Rencana untuk
pendokumentasian
persyaratan, izin, lisensi atau 5 10 5 20 30 66,6
ketentuan lain disusun dan
ditetapkan
Berdasarkan tabel 4.4 tema nomor 1 (satu) dapat diketahui bahwa rumah
sakit mengidentifikasi bahan dan limbah berbahaya dengan mempunyai daftar
terbaru/ mutakhir dari bahan berbahaya tersebut di rumah sakit mendapatkan skor
daristudi dokumentasi sebesar 5 poin, wawancara sebesar 5 poin dan observasi
sebesar 5 poin, jadi pencaapaian skor yang diperoleh yaitu 15 poin yang
selanjutnya dibagi dengan skor maksimal 30 poin. Setelah dipersentasekan maka
skor yang diperoleh adalah 50%.
Berdasarkan tabel 4.4 tema nomor 2 (dua) dapat diketahui bahwa untuk
rencana untuk penanganan, penyimpanaan dan penggunaan yang aman disusun
dan diimplementasikan/ diterapkanmendapatkan skor daristudi dokumentasi
sebesar 5 poin, wawancara sebesar 10 poin dan observasi sebesar 5 poin, jadi
pencaapaian skor yang diperoleh yaitu 20 poin yang selanjutnya dibagi dengan
skor maksimal 30 poin. Setelah dipersentasekan maka skor yang diperoleh adalah
66,6%.
Berdasarkan tabel 4.4 tema nomor 3 (tiga) dapat diketahui bahwa rencana
untuk pelaporan dan investigasi dari tumpahan, paparan dan insiden lainya
disusun dan diterapkan mendapatkan skor daristudi dokumentasi sebesar 10 poin,
wawancara sebesar 5 poin dan observasi sebesar 10 poin, jadi pencaapaian skor
yang diperoleh yaitu 25 poin yang selanjutnya dibagi dengan skor maksimal 30
poin. Setelah dipersentasekan maka skor yang diperoleh adalah 83,3%.
Berdasarkan tabel 4.4 tema nomor 4 (empat) dapat diketahui bahwa
rencana penanganan limbah yang benar di RS dan pembuangan limbah berbahaya
secara aman dan sesuai ketentuan hukum mendapatkan skor daristudi
dokumentasi sebesar 10 poin, wawancara sebesar 10 poin dan observasi sebesar
10 poin, jadi pencaapaian skor yang diperoleh yaitu 30 poin yang selanjutnya
dibagi dengan skor maksimal 30 poin. Setelah dipersentasekan maka skor yang
diperoleh adalah 100%.
Berdasarkan tabel 4.4 tema nomor 5 (lima) dapat diketahui bahwa rencana
untuk alat dan prosedur perlindungan yang benar dan penggunaan, ada tumpahan
dan paparan disusun dan diterapkan mendapatkan skor daristudi dokumentasi
sebesar 10 poin, wawancara sebesar 5 poin dan observasi sebesar 5 poin, jadi
pencaapaian skor yang diperoleh yaitu 20 poin yang selanjutnya dibagi dengan
skor maksimal 30 poin. Setelah dipersentasekan maka skor yang diperoleh adalah
66,6%
Berdasarkan tabel 4.4 tema nomor 6(enam) dapat diketahui bahwa rencana
untuk pendokumentasian persyaratan, izin, lisensi atau ketentuan lain disusun dan
ditetapkan mendapatkan skor dari studi dokumentasi sebesar 5 poin, wawancara
sebesar 10 poin dan observasi sebesar 5 poin, jadi pencaapaian skor yang
diperoleh yaitu 20 poin yang selanjutnya dibagi dengan skor maksimal 30 poin.
Setelah dipersentasekan maka skor yang diperoleh adalah 66,6%.
Berdasarkan tabel 4.4 tema nomor 7(tujuh) dapat diketahui bahwa rencana
pemasangan label pada bahan dan limbah berbahaya disusun dan ditetapkan
mendapatkan skor dari studi dokumentasi sebesar 10 poin, wawancara sebesar 5
poin dan observasi sebesar 10 poin, jadi pencaapaian skor yang diperoleh yaitu 25
poin yang selanjutnya dibagi dengan skor maksimal 30 poin. Setelah
dipersentasekan maka skor yang diperoleh adalah 83,3%.
Berdasarkan tabel 4.4 tema nomor 8(delapan) dapat diketahui bahwa
mendapatkan skor dari studi dokumentasi sebesar 5 poin, wawancara sebesar 10
poin dan observasi sebesar 10 poin, jadi pencaapaian skor yang diperoleh yaitu 25
poin yang selanjutnya dibagi dengan skor maksimal 30 poin. Setelah
dipersentasekan maka skor yang diperoleh adalah 83,3%.
PEMBAHASAN
Tahapan pencegahan primer akibat kecelakaan kerja meliputi pengenalan
hazard atau potensi bahaya (Hasyim 2007). Pengenalan hazart dan potensi bahaya
tentu harus dimulai dari mengidentifikasi limbah B3 dengan membuatan daftar
limbah B3 di rumah sakit. Pengenalan terhadap potensi bahaya tersebut akan
memudahkan tenaga kesehatan dan staff yang berkaitan dalam pelakssaan bahan-
bahan berbahaya tersebut dalam pengelolaanya.
Perolehan skor maksimal yang didapat karena memang beberapa SOP dan
dalam pelaksanaanya ketika observasi masih belum maksimal. Namun ketika
wawancara sudah menunjukan hasil yang maksimal dalam perolehan skor.
Dikemukakan oleh Hasyim 2005, bahwa salah satu dari tahapan
pencegahan primer akibat kecelakaan kerja adalah pengendalian pajanan.
Pengendalian pajanan atau insiden tidak lepas dari berbagai tindakan pencegahan
sebelum terjadi maupun pencegahan terjadi berulang, maka diperlukan
dokumentasi yang lengkap pada setiap kejadian atau insiden.
Keseluruhan poin dari elemen penilaian ini mendapatkan poin makasimal
yaitu 100%. Keseluruhan poin tersebut dikarenakan rumah sakit yang sudah
memenuhi standar terkait dokumentasi yang berupa SOP penanganan limbah,
pelaksanaan yang memenuhi standar yang disarankan pemerintah.
Hasil yang didapatkan dari penggunaan APD adalah belum adanya
evaluasi pelaksanaan pengguaan APD. Dalam pelayanan kesehatan kerja
penggunaan APD dan monitoringnya sangat diperlukan. Tahapan pencegahan
primer akibat kecelakaan kerja, meliputi pengenalan hazard (potensi bahaya),
pengendalian pajanan yag terdiri dari monitoring lingkungan kerja, monitoring
biologi, identifikasi pekerja yang rentan, pengendalian teknik, administrasi, dan
pengunaan APD (Hasyim 2005).
Pelaksanaan yang belum maksimal dalam Dokumentasi persyaratan staf
dan pengelolaan B3 diketahui karena secara analisis dokumentasi dan secara
obsevatif diketahui bahwa belum ada dokumen atau lisensi mengenai dokumen
persyaratan staf yang diperbolehkan mengelola limbah B3.
Tidak tercapainya skor maksimal terletak pada hasil wawancara yang
menghasilkan skor 5 disebabkan karena pelabelan yang sudah berjalan hanya di
TPS sedangkan pelabelan diluar TPS belum menjadi tanggung jawab dari unit
sanitasi.Pencapaian skor yang belum maksimal adalah di studi dokkumentasi yang
hanya mendapatkan skor 5. Ini disebabkan memang belum adanya dokumen atau
peraturan tertulis terkait evaluasi dari pihak independen atau pihak ke 3.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai EVALUASI
PELAKSANAAN PROGRAM pengelolaan limbah B3 rumah sakit maka dapat
digambarkan hasil penelitian secara umum implementasi program pengelolaan
limbah B3 rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II berdasarkan
standar akreditasi rumah sakit versi 2012 dari KARS dari delapan elemen
penilaian sebagi berikut.
Pada kriteria identifikasi limbah B3 cukup baik namun masih terdapat
kekurangan dalam pengidentifikasian daftar B3 di setiap unit yang masih belum
ada. Dalam hal pelaksanaan identifikasi B3terlaksana cukup baik namun belum
memiliki atau tidak ada SOP distribusi. Pada penilaian pelaporan insiden
tumpahan paparan danlain-lain belum dilakukan. Implementasi tentang regulasi
yang berhubungan dengan limbah B3 dilakukan dengan baik. Dalam
implementasi penggunaan APD kepatuhan dari beberapa staf dalam penggunaan
APD secara lengkap masih kurang.
Pendokumentasian persyaratan pengelola limbah B3 masih belum
maksimal dimana belum ada dokumen atau lisensi mengenai dokumen
persyaratan staf yang diperbolehkan mengelola limbah B3. Pelaksanaan pelabelan
cukup baik namun belum maksimal dimana pelabelan limbah B3 diluar TPS
belum menjadi tanggung jawab dari unit sanitasi. Kepatuhan pihak independen
belum maksimal dimana belum adanya dokumen atau peraturan tertulis terkait
evaluasi untuk pihak independen.
Dari kedelapan penilaian tersebut analilis hasil kualitatif dan kuantitatif
menunjukan nilai sebasar 75% yang artinya programpengelolaan limbah B3
rumah sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II belum optimal dalam
pencapaian paripurna.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi.2013, Pengelolaan Limbah Medis Rumah Sakit. Gosyen Publihing
Dinas Kesehatan Propinsi Daeraah Istimewa Yogyakarta 2015. Informasi Rumah
Sakit Umum Yogyakarta. Diakses pada 21 Mei 2015 Pukul 10.56
WIB dari dinkes.jogjaprov.go.id/#!daftar-rumah-sakit
Hasyim H. 2005, Manajemen Hiperkes dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit
(Tinjauan Kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Institusi
Sarana Kesehatan). JMPK,Vol. 08, No. 02, Juni 2005
Kementrian Kesehatan RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Repubik
Indonesia Nomor 432 tetang Pedoman Manajemen Kesehatan
Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit, Jakarta.
Kementrian Lingkungan Hidup RI. 1995. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 58 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah
Sakit, Jakarta.
KementrianKesehatan RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1204 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit, Jakarta
Notoatmodjo S, 2002, Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta Jakarta
Paramita N. 2007, Evaluasi Pengelolaan Sampah Rumah Sakit Pusat Angkatan
Darat Gatot Subroto, Jurnal Presipitasi, Vol.2 No.1, Maret 2007, hh.
51-55.