Anda di halaman 1dari 3

ESSAI

HAKIKAT PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT


ISLAM/AL-QUR’AN DAN KAITANNYA
DENGAN PENDIDIKAN ISLAM

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam)

Dosen Pengampu :
Dr. Ali Murtadho, M.S.I

Disusun oleh :
Siti Nursiah : 1911030414

Kelas : H

Prodi : Manajemen Pendidikan Islam

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

1442 H / 2020 M
HAKIKAT PENCIPTAAN MANUSIA MENURUT
ISLAM/AL-QUR’AN DAN KAITANNYA
DENGAN PENDIDIKAN ISLAM
Oleh : Siti Nursiah
Proses penciptaan manusia adalah tanda-tanda kebesaran Allah bagi
mereka yang menggunakan akalnya. Al-Quran sebagai kitab suci umat islam tidak
hanya berbicara mengenai petunjuk praktis dan prinsip kehidupan umat manusia,
namun berbicara juga mengenai proses penciptaan manusia. Semakin dalam kita
mempelajari isi kandungan Alquran, maka akan semakin jelas penemuannya
dengan ilmu pengetahuan (Sains). Banyak penemuan-penemuan ilmiah pada
abad-abad terakhir yang justru telah disebutkan dalam Alquran. Padahal, kitab
suci umat Islam ini turun ribuan tahun sebelum dunia sains berkembang. Hal
demikian menjadi bukti bahwa Alquran bukanlah ciptaan atau karangan manusia.
Melainkan turun langsung dari Yang Maha Kuasa melalui manusia yang mulia,
Nabi Muhammad SAW. Asal-usul penciptaan manusia, seperti halnya dengan
makhluk hidup lainnya, tergolong dalam dunia materi yang dapat diobservasi. Al-
Qur’an telah menggunakan mukjizat dan keajaiban ciptaan Tuhan ini untuk
membuktikan eksistensi Allah sang pencipta. Dalam Al-Qur’an dan Hadist
banyak sekali bercerita mengenai manusia diantaranya, Q.S Al-Qiyamah 36-40,
Q.S Al-Waqia 57-59, Q.S Al-Alaq 1-3, Q.S Al-Mu’minun 12-14, Q.S Yassin 77-
79 dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan tentang manusia
dan bagaimana proses penciptaan manusia mulai dari hanya setitik air yang hina
hingga berkembang secara kompleks.
Ada beberapa fase tentang penciptaan manusia sebagaimana ayat-ayat di atas.
Beberapa diantaranya seperti:
Pertama, ‘Sulalah min thin’ (saripati tanah). Saripati tanah yang dimaksud adalah
suatu zat yang berasal dari bahan makanan (baik tumbuhan maupun hewan) yang
bersumber dari tanah, yang kemudian dicerna menjadi darah, kemudian diproses
hingga akhirnya menjadi sperma. Fase ini disebut juga sebagai fase ‘turab’
(tanah). Kedua, ‘Nuthfah’ (air mani). Makna asal kata ‘nuthfah’ dalam bahasa
Arab berarti setetes yang dapat membasahi. Dalam tafsir Al Misbah, yang
dimaksud dengan nuthfah adalah pancaran mani yang menyembur dari alat
kelamin pria yang mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, tetapi yang
berhasil bertemu dengan ovum wanita hanya satu. Ketiga, ‘Alaqah’ (segumpal
darah). Alaqah diambil dari kata alaqa yang artinya sesuatu yang membeku,
tergantung atau berdempet. Sehingga dapat diartikan sebagai sesuatu yang
bergantung di dinding rahim. Keempat, ‘Mudghah’ (segumpal daging). Dalam
ilmu kedokteran, ketika sperma pria bergabung dengan sel telur wanita intisari
bayi yang akan lahir terbentuk. Sel tunggal yang dikenal sebagai zigot dalam ilmu
biologi ini akan segera berkembangbiak dengan membelah diri hingga akhirnya
menjadi segumpal daging. Melalui hubungan ini zigot mampu mendapatkan zat-
zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhanya. Kelima, ‘Idzam (tulang atau
kerangka). Pada fase ini embrio mengalami perkembangan dari bentuk
sebelumnya yang hanya berupa segumpal daging hingga berbalut kerangka atau
tulang. Keenam, Kisa al-‘idzam bil-lahm (penutupan tulang dengan daging atau
otot). Pengungkapan fase ini dengan kisa yang berarti membungkus, dan lahm
(daging) diibaratkan pakaian yang membungkus tulang, selaras dengan kemajuan
yang dicapai embriologi yang menyatakan bahwa sel-sel tulang tercipta sebelum
sel-sel daging, dan bahwa tidak terdeteksi adanya satu sel daging sebelum terlihat
sel tulang. Ketujuh, Insya (mewujudkan makhluk lain). Fase ini mengisyaratkan
bahwa ada sesuatu yang dianugerahkan kepada manusia yang menjadikannya
berbeda dengan makhluk-makhluk lain. Sesuatu itu adalah ruh ciptaannya yang
menjadikan manusia memiliki potensi yang sangat besar sehingga dapat
melanjutkan evolusinya hingga mencapai kesempurnaan makhluk.
Kaitannya manusia dan pendidikan adalah antara manusia dan pendidikan
adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, manusia adalah objek dari pendidikan,
dan pendidikan yang dilakukan adalah untuk manusia. Belajar tentang hakikat
manusia akan menyempurnakan pendidikan dan belajar tentang hakikat
pendidikan akan menyempurnakan manusia. Manusia selain diciptakan sebagai
makhluk Allah yang paling mulia, ia juga diciptakan sebagai khalifah di muka
bumi dan berfungsi sebagai makhluk pedagogik, yaitu makhluk Allah yang
dilahirkan dengan membawa potensi yang dapat dididik dan mendidik. Apabila
potensi itu tidak dikembangkan, niscaya in kurang bermakna dalam kehidupan.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan dan pengembangan itu senantiasa dilakukan
dalam usaha dan kegiatan pendidikan (proses pendidikan). Mengingat sangat
pentingnya pendidikan itu bagi kehidupan bangsa dan negara, maka hampir
seluruh negara di dunia ini menangani secara langsung masalah masalah yang
berhubungan langsung dengan pendidikan. Dalam hal ini masing masing negara
itu menentukan sendiri dasar dan tujuan pendidikan di negaranya. Masing-masing
bangsa mempunyai pandangan hidup sendiri-sendiri yang berbeda satu dengan
yang lainnya. Demikian pula masing-masing orang mempunyai bermacam-macam
tujuan pendidikan yaitu melihat kepada cita-cita, kebutuhan dan keinginannya.
Jadi pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan dan
kebutuhan mendasar setiap manusia. Keberhasilan pendidikan akan berpengaruh
besar terhadap tatanan hidup dan taraf kehidupan masyarakat, baik secara formal
maupun nonformal.

Anda mungkin juga menyukai