42 211 1 PB
42 211 1 PB
Oleh :
Muhammad Yusuf
Email : yusufislam19@yahoo.com
ABSTRACT
This study was conducted to determine the effectiveness of the final income tax for
entrepreneurs of SMEs in terms of the principle of taxation and any barriers faced by SME
entrepreneurs in the implementation of the application of the final income tax.
This study is a qualitative research, this study provides an explanation of the
phenomenon of final income tax imposition on SMEs. By using an interview guide that was
given to ten enterprises SMEs in Jakarta, and then analyzed by linking real conditions with
a review of a particular theory is used as a reference and guide in conducting a study.
Based on the analysis showed that the majority of taxpayers said that they felt the
injustice, the lack of precise rules for SMEs, the lack of legal certainty, the tariff burden.
There was resistance because of overlapping regulatory tax rate of SMEs, SMEs are
already organized bookkeeping feel aggrieved by the imposition of 1% final income tax is
calculated from gross income. Another obstacle is not yet understand how the calculation
and reporting of the final income tax.
ABSTRAK
22
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol.2 No.1, Mei 2016 / ISSN 2339-2991
1% yang dihitung dari peredaran bruto. Hambatan lain adalah belum memahamicara
penghitungan dan pelaporan PPh final tersebut.
23
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol.2 No.1, Mei 2016 / ISSN 2339-2991
ketika penjualan turun atau ekonomi usaha mikro kecil dan menengah ditinjau
keadaan lesu masih dibebankan dengan dari asas-asas pemungutan pajak yang
kewajiban membayar pajak. Selain itu dominan yaitu asas keadilan, kepastian
tidak ada rasa keadilan karena wajib hukum, efisiensi/ekonomi, kemudahan
pajak harus membayar PPh meskipun administrasi, kesederhanaan dalam
menderita kerugian dan kerugian tersebut pemungutan pajak dan peraturan
tidak boleh dikompensasikan ke tahun- perpajakan, kesenangan dalam
tahun pajak berikutnya. Selain itu pembayaran pajak. Selain itu peneliti
penerapan PPh final dengan tarif khusus juga menganalisis hambatan–hambatan
di luar tarif umum secara langsung telah yang dihadapi oleh pengusaha UMKM
membeda-bedakan (diskriminasi) jenis dalam pelaksanaan pengenaan PPh final.
atau sumber penghasilan untuk Diharapkan dengan adanya penelitian ini,
kepentingan pemajakan. dapat lebih membuka wawasan kita
Berdasarkan uraian mengenai mengenai fenomena yang terjadi.
fenomena yang terjadi pada penerapan
PPh final bagi usaha mikro kecil dan Tujuan Penelitian
menengahmembuat peneliti tertarik untuk Tujuan dari penelitian ini adalah
mengangkat topik tersebut kedalam suatu untuk mengetahui implementasi
bentuk penelitian kualitatif yang bersifat kebijakan perpajakan, yaitu mekanisme
ilmiah dengan judul “Analisis pengenaan pajak penghasilan final
Pengenaan Pajak Penghasilan Final berdasarkan pasal 4 ayat (2) Undang-
Terhadap Wajib Pajak Tertentu Studi Undang No. 36 tahun 2008 tentang
Kasus Pada Usaha Mikro Kecil dan perubahan keempat atas Undang-Undang
Menengah di Kecamatan Pancoran No 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Jakarta Selatan. Penghasilan, yang pelaksanaannya diatur
Dengan menggunakan metode dalam Peraturan Pemerintah No 46
penelitian kualitatif dan paradigma Tahun 2013, yang terinci :
konstruktivisme, penelitian ini dilakukan 1. Untuk mengetahui dan menganalisis
pada periode Oktober 2014 hingga sejauh mana efektivitas pengenaan
Januari 2015. Penelitian ini pajak penghasilan final bagi wajib
menggunakan beberapa metode yaitu pajak UMKM ditinjau dari asas –asas
dengan menggunakan metode pemungutan pajak.
kepustakaan atas dasar teori dan 2. Untuk mengetahui dan menganalisis
perundang-undangan serta dengan hambatan – hambatan yang dihadapi
melakukan wawancara tertutup kepada oleh wajib pajak pengusaha UMKM
sepuluh wajib pajak badan usaha yang dalam pelaksanaan penerapan PPh
termasuk wajib pajak pengusaha yang final.
memiliki peredaran bruto tertentu ,
dimana peredaran brutonya tidak TINJAUAN PUSTAKA/KERANGKA
melebihi 4,8 milyar setahun yang TEORITIS
bergerak dibidang perdagangan barang
dan jasa, usaha mikro, kecil dan 1. Pajak
menengah diwilayah kecamatan Definisi pajak menurut Andriani
Pancoran Jakarta Selatan propinsi Daerah yang disadur oleh Santoso Brotodihardjo
Khusus Ibukota Jakarta. dalam buku “Pengantar Ilmu Hukum
Guna melengkapi wawasan Pajak” (1991:2) menyebutkan bahwa
mengenai pengenaan pajak penghasilan “Pajak adalah iuran kepada negara (yang
final terhadap wajib pajak tertentu, dapat dipaksakan) yang terutang oleh
peneliti menganalis sejauh mana wajib pajak, yang membayarnya menurut
efektivitas pengenaan PPh Final terhadap peraturan-peraturan, dengan tidak
24
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol.2 No.1, Mei 2016 / ISSN 2339-2991
25
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol.2 No.1, Mei 2016 / ISSN 2339-2991
26
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol.2 No.1, Mei 2016 / ISSN 2339-2991
pajak penghasilan didasarkan pada Dalam karya ilmiah yang peneliti tulis ini
peredaran bruto dari usaha dalam 1 (satu) Untuk lebih memudahkan kerangka
tahun dari tahun pajak terakhir sebelum berpikir dan berguna untuk menuntun
tahun pajak yang bersangkutan. langkah apa saja yang harus dilakukan
Dasar pengenaan pajak yang peneliti guna menyelesaikan penelitian
digunakan untuk menghitung pajak tesis yang berjudul “Analisis Pengenaan
penghasilan yang bersifat final adalah Pajak Penghasilan Final Terhadap Wajib
jumlah peredaran bruto setiap bulan. Pajak Tertentu Studi Kasus Pada Usaha
Pajak penghasilan terutang dihitung Mikro Kecil dan Menengah di
berdasarkan tarif dikalikan dengan dasar Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan”.
pengenaan pajak. Peneliti membuat suatu diagram alur
Ketentuan ini tidak berlaku atas kerangka pemikiran yang berguna untuk
penghasilan dari usaha yang dikenai menuntun langkah apa saja yang harus
Pajak Penghasilan Yang Bersifat Final dilakukan guna menyelesaikan penelitian
berdasarkan ketentuan Peraturan ini, seperti dibawah ini :
Perundang-undangan di bidang
Perpajakan. Atas penghasilan selain dari
usaha yang diterima atau diperoleh wajib
pajak dikenai Pajak Penghasilan
berdasarkan ketentuan Undang-undang
Pajak Penghasilan.
Kerangka Pemikiran
27
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol.2 No.1, Mei 2016 / ISSN 2339-2991
pengamatan dan pengumpulan data yang salah satu unsur utama dalam pengenaan
dilakukan secara apa adanya tanpa PPh.
memanipulasi subyek yang diteliti. Karena pendekatan dalam
Dalam tesis ini kategori-kategori atau penelitian ini adalah pendekatan
entitas-entitas (yang dalam pendekatan kualitatif, maka dari dimensi waktu
kuantitatif disebut sebagai variabel- penelitian ini termasuk dalam
variabel ) yang terkait dengan isu pemahaman case study tersebut.
pengenaan PPh final UMKM sebagai Ciri utama dari studi kasus adalah
salah satu fenomena dalam pemungutan wawancara mendalam dalam
pajak, entitas yang dominan diantaranya menghimpun data serta menghimpun”
azas keadilan, efisiensi/ekonomi, ..... many features in of a few cases over
kepastian hukum, kesenangan dalam a duration of time”. (W. Lawrence
pembayaran pajak, kesederhanaan sistem Neuman, 2006 :33), yakni menghimpun
perpajakan, dan kemudahan administrasi, banyak ciri/sifat tertentu dalam studi
semuanya pada hakikatnya mutual kasus pada waktu tertentu. Pada
simultaneous shaping ‘saling penelitian ini akan dihimpun sebanyak
memperkuat ‘ (Norman K. Denzin and mungkin ciri atau sifat yang melekat
Yvonna S. Lincoln, 1994 : 119) pada pengenaan PPh final UMKM
Pendekatan yang digunakan dalam selama penelitian berlangsung yakni
penelitian ini adalah pendekatan antara Oktober 2014 sampai dengan
kualitatif. Alasan menggunakan Januari 2015.
pendekatan kualitatif karena penelitian Penelitian ini merupakan penelitian
ini menekankan analisisnya tidak eksploratoris, dimana dalam penelitian
menggunakan data numerical atau angka ini memberikan penjelasan lebih dalam
yang diperoleh dengan metode statistik, mengenai fenomena pengenaan PPh final
melainkan analisisnya memberikan pada wajib pajak tertentu disebabkan
penjelasan secara mendalam mengenai oleh adanya perubahan peraturan yang
fenomena yang terjadi di lapangan, diterapkan secara terus –menerus, dalam
dengan teknik pengumpulan data yakni hal pengenaan pajak penghasilan (PPh)
wawancara mendalam yang terbuka, final terhadap pengusaha yang memiliki
pengamatan langsung dan studi peredaran bruto tertentu.
dokumen. Sebelumnya sudah ada tarif khusus PPh
Alasan lain menggunakan untuk UMKM tetapi hanya berlaku untuk
pendekatan kualitatif karena yang berbentuk badan usaha.
mempertimbangkan fokus penelitian, Sebagaimana yang tertuang di dalam
yakni dalam hal ini fokus pada PPh Final Undang-undang No.36 tahun 2008 pasal
pada UMKM untuk mencapai tujuan 31E dinyatakan bahwa wajib pajak badan
tertentu yang mempunyai banyak segi, dalam negeri dengan peredaran bruto
dan tidak bersifat monokausal. Artinya sampai dengan Rp 50 miliar mendapat
tidak ada penyebab tunggal dari suatu fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar
realitas sosial. Peneliti tidak 50 persen dari tarif umum sebagaimana
menggunakan pendekatan kuantitatif diatur dalam pasal 17 ayat (2) UU PPh
yang bersifat linear, karena peneliti ingin yang dikenakan tarif atas penghasilan
mengungkapkan apa saja kategori- kena pajak dari bagian peredaran bruto
kategori atau entitas-entitas yang secara sampai dengan 4,8 miliar.
simultan saling membentuk (Yvonna S. Dengan tarif PPh Badan yang
Lincoln and Egon G. 1985 : 38) dalam berlaku saat ini yaitu 25 persen, maka
fenomena ilmu administarsi, khususnya bagi wajib pajak badan dalam negeri
fenomena PPh final pada UMKM sebagai yang memenuhi syarat, tarif efektifnya
menjadi 12,5 persen atas penghasilan
28
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol.2 No.1, Mei 2016 / ISSN 2339-2991
29
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol.2 No.1, Mei 2016 / ISSN 2339-2991
30
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol.2 No.1, Mei 2016 / ISSN 2339-2991
31
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol.2 No.1, Mei 2016 / ISSN 2339-2991
Tabel
Hasil Penelitian tentang Asas Keadilan bagi Wajib Pajak UMKM
Kode Pertanyaan dan Jawaban Verbatim
If 2 “Kurang tepat, dan tidak adil, karena perusahaan itu belum tahu tidak adil
apakah untung atau rugi. Harusnya kalau perusahaan itu untung
baru dikenakan pajak, dan kalau rugi tidak dikenakan pajak.”
If 3 ”Kurang tepat dan tidak adil karena tidak memperhitungkan biaya laba usaha
biaya yang harus dikeluarkan”
If 6 “Tidak tepat dan tidak adil” karena masih usaha kecil belum usaha kecil
berkembang, tarif 1% memberatkan dan usaha belum tentu
mengalami keuntungan.”
If 7 “Tidak tepat, dan tidak adil, karena pendapatan dan pengeluaran Kesulitan
tidak seimbang, usaha belum tentu untung, apalagi kondisi ekonomi ekonomi
yang sekarang ini sedang sulit dan lesu, BBM naik dan sebagainya.
Ini tidak adil karena pajak itu harus dikenakan ke perusahaan
apabila perusahaan itu mengalami keuntungan”
If 4 “Sangat tepat dan sudah adil bagi pelaku UMKM yang belum siap
menyelenggarakan pembukuan dengan baik jadi pelaku UMKM sudah adil
mudah dalam menghitung pajak”.
If 8 “Sudah tepat, sudah bijaksana, dan sudah adil bagi wajib pajak sudah tepat
UMKM”
32
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol.2 No.1, Mei 2016 / ISSN 2339-2991
2. Pemungutan Pajak Ditinjau dari hukum itu ada selama peraturan itu
Asas Kepastian Hukum dijalankan sesuai dengan aturan yang
Menurut hasil wawancara yang sudah dibuat oleh pemerintah.
didapatkan, sejumlah wajib pajak yang Melalui informan lain sebagian
menjadi informan dalam penelitian ini menyatakan bahwa adanya perubahan
sebagian menyatakan bahwa adanya peraturan PPh bagi UMKM tidak ada
perubahan peraturan PPh bagi UMKM kepastian hukum karena peraturan pajak
sudah ada kepastian hukum karena sudah itu sering berubah, sulit dimengerti dan
jelas aturannya ada Peraturan Pemerintah membingungkan. Seperti kutipan tabel
(PP) dan tarifnya sudah jelas, selain itu dibawah ini :
mereka beranggapan bahwa kepastian
Tabel
Hasil Penelitian tentang Asas Kepastian Hukum bagi WP UMKM
Kode Pertanyaan dan Jawaban Verbatim
02 “Pada beberapa tahun terakhir pemerintah telah melakukan beberapa
perubahan dalam pengaturan pajak (PPh) bagi pengusaha UMKM. Kepastian hukum
Menurut Bapak/Ibu apakah dengan adanya beberapa perubahan
tersebut, membuat Bapak/Ibu selaku wajib pajak memiliki suatu acuan
atau kepastian hukum perpajakan?”
Jawaban :
“Sudah ada kepastian hukum karena sudah jelas ada Peraturan Peraturan
If 1 Pemerintahnya. Sudah memberikan kepastian hukum.” dijalankan
“Tidak ada kepastian hukum, membuat kami tambah bingung karena peraturan sering
peraturan sering berubah, kurang penyuluhan dan sosialisasi. berubah
If 5 Peraturan sering tumpang tindih.”
“Tidak ada acuan kepastian hukum, bikin bingung, tidak ada peraturan
penyuluhan, sosialisasi yang kurang, serta peraturan yang tumpang tumpang tindih
If 6 tindih”.
34
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol.2 No.1, Mei 2016 / ISSN 2339-2991
If 6 “Administrasinya masih sulit, tidak mudah dan tidak efektif masih kurang
menambah bingung wajib pajak, karena kurangnya sosialisasi”. sosialisasi
If 7 “Walaupun petugas pajak sudah memberikan sosialisasi kepada wajib tidak efektif
pajak prosedur administrasi tetap sulit dan tidak mudah dan tidak efektif,
karena wajib pajak tetap harus lapor SPT Tahunan walaupun PPhnya
sudah dipotong final karena pihak pajak kurang memberikan
sosialisasi.”
If 1 “Oh ya memberikan kemudahan prosedur administrasi pajak, dan efektif, prosedur mudah
kesulitan hanya pada laporan SPT Tahunan karena kurangnya sosialisasi
dari pihak pajak”
35
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol.2 No.1, Mei 2016 / ISSN 2339-2991
Tabel
Hasil Penelitian tentang Asas Kesederhanaan Pemungutan Pajak dan Peraturan Perpajakan bagi Wajib Pajak UMKM
Kode Pertanyaan dan Jawaban Verbatim
05 “Menurut Bapak/Ibu apakah sistem perpajakan yang sekarang dibuat oleh
pemerintah mengenai kewajiban wajib pajak khususnya administrasi adminisrasi
perpajakan sudah mencerminkan asas kesederhanaan baik dalam hal rumit
pemungutan pajak maupun dalam peraturan perundang-undangan? Karena
apabila peraturan pajak dibuat sederhana maka wajib pajak akan lebih
mudah memahami peraturan perpajakan”
Jawaban
If 1 “Belum mencerminkan kesederhanaan masih rumit karena pelaporan pajak banyak pasal
harus menggunakan E-SPT tidak semua orang mengerti cara menggunakan
program E-SPT . Belum mampu menguasai teknologi Informasi.”
If 3 ”Tidak mencerminkan kesederhanaan terlalu banyak pajak yang harus sulit dimengerti
dibayar oleh perusahaan, mulai dari kewajiban memotong pajak PPh psl 21,
PPN, psl 23 dan sebagainya.
If 5 “Masih sulit untuk dimengerti belum dibuat sederhana, masih beda persepsi
membingungkan wajib pajak, karena kurang sosialisasi”
If 9 “Belum mencerminkan kesederhanaan masih sering beda persepsi terhadap banyak pasal
aturan perpajakan.”
If10 “Masih belum sederhana, pasal-pasalnya masih sulit untuk dimengerti, sosialisasi
sering beda persepsi terhadap peraturan perpajakan”
If 4 “Lebih sederhana, namun harus ada sosialisasi dari pemerintah jika perlu bimbingan
menerbitkan aturan pajak yang baru.”
36
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol.2 No.1, Mei 2016 / ISSN 2339-2991
perusahaan akan bangkrut dan gulung sedang lesu dan omset penjualan turun
tikar. sudah tepat karena dikenakan dari
Sedangkan informan yang penjualan. Seperti dikutipan tabel di
menyatakan bahwa pengenaan PPh final bawah ini :
bagi UMKM ketika keadaan ekonomi
Tabel
Hasil Penelitian tentang Asas Kesenangan dalam Pembayaran Pajak bagi Wajib Pajak UMKM
Kode Pertanyaan dan Jawaban Verbatim
Jawaban
“Sudah tepat”.
37
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol.2 No.1, Mei 2016 / ISSN 2339-2991
Tabel
Hasil Penelitian tentang Hambatan –hambatan bagi Wajib Pajak UMKM
dalam Pelaksanaan Penerapan PPh Final
Kode Pertanyaan dan Jawaban Verbatim
07 “Hambatan –hambatan apa yang Bapak/Ibu alami terhadap pelaksanaan
penerapan pajak penghasilan final untuk pengusaha UMKM?”
Jawaban
If 4 “Yang sulit waktu laporan SPT Tahunan Badan tahun 2013 karena
laporannya 6 bulan final dan 6 bulan tidak final”
If 5 “Memberatkan, tidak adil, usaha belum tentu untung sudah harus bayar
pajak, kesulitan keuangan, bayar pajak sering terlambat “
If 7 “Harus membuat Surat Keterangan Bebas dari kantor pajak yaitu SKB
ps 22, atau ps 23 supaya tidak dipotong ganda, yaitu potongan dari
perusahaan lawan transaksi sebesar 1,5% utk ps 22, dan 2% utk ps 23
potongan ini tidak bisa dikreditkan diakhir thn & potongan pajak final
1%
38
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol.2 No.1, Mei 2016 / ISSN 2339-2991
39
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol.2 No.1, Mei 2016 / ISSN 2339-2991
40
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol.2 No.1, Mei 2016 / ISSN 2339-2991
41
JURNAL LENTERA AKUNTANSI Vol.2 No.1, Mei 2016 / ISSN 2339-2991
DOKUMEN
Republik Indonesia, Undang –Undang
Nomor 28 Tahun 2007 Tentang
Perubahan Ketiga Atas Undang-
undang Nomor 6 Tahun 1983
Tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan
42