NIM : SNR19214009
KELAS : SI REGULER B
MAKUL : KEPERAWATAN GERONTIK
MATERI : PROGRAM NASIONAL KESEHATAN LANSIA
DOSEN : WURIANI, M.Pd, M.Kep
RANGKUMAN
1. Fenomena
Sebagaimana dilaporkan oleh Expert Committae on Health of the Erderly: Di Indonesia akan
diperkirakan beranjak dari peringkat ke sepuluh pada tahun 1980 ke peringkat enam pada
tahun 2020, di atas Brazil yang menduduki peringkat ke sebelas tahun 1980.
Pada tahun 1990 jumlah penduduk yang berusia 60 tahun kurang lebih 10 juta jiwa/ 5.5% dari
total populasi penduduk.Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat 3x,menjadi kurang lebih 29
juta jiwa/11,4% dari total populasi penduduk (lembaga Demografi FE-UI-1993).
2. Permasalahan Umum
a. Makin besar jumlah lansia yang berada di bawah garis kemiskinan.
b. Makin melemahnya nilai kekerabatan sehingga anggota keluarga yang berusia lanjut
kurang diperhatikan,dihargai dan dihormati.
c. Lahirnya kelompok masyarakat industry.
d. Masih rendahnya kuantitas dan kualitas tenaga profesional pelayanan lanjut usia.
e. Belum membudaya dan melembaganya kegiatan pembinaan kesejahteraan lansia.
3. Permasalahan Khusus
a. Berlangsungnya proses menua yang berakibat timbulnya masalah baik fisik,mental
maupun sosial.
b. Berkurangnya integrasi sosial usila.
c. Rendahnya produktifitas kerja lansia.
d. Banyaknya lansia yang miskin,terlantar dan cacat.
e. Berubahnya nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tatanan masyarakat
individualistik.
f. Adanya dampak negatif dari proses pembangunan yang dapat mengganggu kesehatan fisik
lansia.
4. Fenomena Bio, Psiko, Sosio, Spiritual Dan Penyakit Lansia
a. Penurunan fisik
b. Perubahan mental
c. Perubahan-perubahan Psikososial
5. Karakteristik Penyakit Pada Lansia
a. Penyakit sering multiple,yaitu saling berhubungan satu sama lain.
b. Penyakit bersifat degeneratif yang sering menimbulkan kecacatan.
c. Gejala sering tidak jelas dan berkembang secara perlahan.
d. Sering bersama-sama problem psikologis dan sosial.
e. Lansia sangat peka terhadap penyakit infeksi akut.
f. Sering terjadi penyakit iatrogenik.
6. Masalah Kesehatan Lansia
a. Pembatasan fisik
b. Perubahan perilaku
c. Palliative care
d. Penggunaan obat
7. Upaya Pelayanan Kesehatan Pada Lansia
a. Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add Health
to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia,
meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.
b. Dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation), perawatan (care),
pemenuhan diri (self fulfillment), dan kehormatan (dignity)
8. Jenis Pelayanan Kesehatan Promotif
a. Promotif
Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan
klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek kesehatan yang positif menjadi
norma-norma sosial.
Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :
1) Mengurangi cedera
2) Meningkatkan keamanan di tempat kerja
3) Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk
4) Meningkatkan keamanan, penanganan makanan dan obat-obatan
5) Meningkatkan perhatian terhadap kebutuhan gigi dan mulut
b. Preventif
1) Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Contoh pencegahan primer :
program imunisasi, konseling, dukungan nutrisi, exercise, keamanan di dalam dan
sekitar rumah, menejemen stres, menggunakan medikasi yang tepat.
2) Melakukakn pencegahan sekuder meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa
gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder: kontrol hipertensi, deteksi dan
pengobatan kanker, skrining : pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi, mulut.
3) Melakukan pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat. Jenis
pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi,
medukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih
berfungsi.
c. Rehabilitatif
1) Pertahankan lingkungan aman
2) Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas
3) Pertahankan kecukupan gizi
4) Pertahankan fungsi pernafasan
5) Pertahankan aliran darah
6) Pertahankan kulit
7) Pertahankan fungsi pencernaan
8) Pertahankan fungsi saluran perkemihaan
9) Meningkatkan fungsi psikososial
10) Pertahankan komunikasi
11) Mendorong pelaksanaan tugas
9. Hukum Dan Perundang-Undangan Yang Terkait Dengan Lansia
a. UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jomp.
b. UU No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja
c. UU No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial
d. UU No.3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
e. UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional
10. Peran Perawat
a. Perawat harus memberikan rasa hormat kepada klien tanpa memperhatikan suku, ras, gol,
pangkat, jabatan, status social, maslah kesehatan.
b. Menjaga rahasia klien
c. Melindungi klien dari campur tangan pihak yang tidak kompeten, tidak etis, praktek illegal.
d. Perawat berhak menerima jasa dari hasil konsultasi danpekerjaannya
e. Perawat menjaga kompetesi keperawatan
f. Perawat memberikan pendapat dan menggunakannya. Kompetei individu serta kualifikasi
daalm memberikan konsultasi
11. Program Pemerintah Dalam Meningkatkan Kesehatan Lansia
a. Medicare dibagi 2 : bagian A asuransi rumah sakit dan B asuransi medis. Semua pasien
berhak atas bagian A, yang memberikan santunan terbatas untuk perawatan rumah sakit
dan perawatan di rumah pasca rumah sakit dan kunjungan asuhan kesehatan yang tidak
terbatas di rumah. Bagian B merupakan program sukarela dengan penambhan sedikit premi
perbulan, bagian B menyantuni secara terbatas layanan rawat jalan medis dan kunjungan
dokter.
b. Medicaid merupakan sumber utama dana masyarakat yang memberikan asuhan
keperawatan di rumah bagi lansia yang tidak mampu. Program ini menjamin semua
layanan medis dasar dan layanan medis lain seperti obta-obatan, kaca mata dan perawatan
gigi.
NAMA : ERWIN DISHANTOSO
NIM : SNR19214009
KELAS : SI REGULER B
MAKUL : KEPERAWATAN GERONTIK
MATERI : PELAYANAN KESEHATAN PADA LANSIA
DOSEN : WURIANI, M.Pd, M.Kep
RANGKUMAN
RANGKUMAN
1. Permasalahan menurunya kekuatan fisik dan kesehatan. Manusia usia lanjut atau lansia dalam
pemikiran banyak orang adalah manusia yang sudah tidak produktif lagi.
2. Memasuki usia lanjut dirasakan sebagai usia yang sangat menjenuhkan dikarnakan
keterbatasan fisik dan banyak penyakit yang mulai menyerang tubuh
3. Kondsi rata-rata menurun, sehingga dalam kondisi yang sudah uzur ini berbagai penyakit siap
untuk menyerang mereka
4. Masa usia lanjut tidak dapat digambarkan dengan jelas karena setiap individu berbeda-beda.
Sikap-sikap sebelumnya, situasi kehidupan, dan kekuatan fisik mempengaruhi penyesuaian
diri pada tahap-tahap terakhir kehidupan ini.
5. Masalah-masalah utama dan penyebab gangguan kepribadian usia lanjut adalah keterbatasan
fisik yang sangat ketat, ketergantungan, perasaan semakin kurang berguna, dan perasaan
terisolasi.
6. Kesehatan, ekonomi dan keluarga merupakan salah satu permasalahan yang sering di hadapi
pada masa lansia. Pada masa ini seringkali ada keadaan terpaksa, yakni ketergantungan fisik,
sosial, dan ekonomi terutama kepada keluarga yang mungkin dipersulit dengan keadaan
ditolak.
7. Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari empat aspek yaitu fisik, psikologik,
sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi labil, mudah tersinggung, gampang
merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan, dan tidak berguna. Lansia
dengan problem tersebut menjadi rentan mengalami gangguan psikiatrik seperti depresi,
ansietas (kecemasan), psikosis (kegilaan) atau kecanduan obat. Pada umumnya masalah
kesehatan mental lansia adalah masalah penyesuaian. Penyesuaian tersebut karena adanya
perubahan dari keadaan sebelumnya (fisik masih kuat, bekerja dan berpenghasilan) menjadi
kemunduran.
8. Permasalahan menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup. Sebagaian besar orang
lansia perlu mempersiapkan dan menyesuaikan diri dengan peristiwa kematian suami atau
istri. Kejadian seperti ini lebih menjadi masalah dengan peristiwa kematian suami atau istri.
Dimana kematian suami berarti berkurangnya pendapatan dan timbul bahaya karena hidup
sendiri dan melakukan perubahan dalam aturan hidup.
9. Permasalahan menyesuaikan diri dengan peran sosial yang luas. Pada lansia, individu
mengalami perubahan peran. Dimana, para lansia mempunyai pengalaman lebih dari pada
orang yang lebih muda, sehingga peran lansia biasanya diminta untuk memberi pendapat,
masukan ataupun kritikan, dan partisipasi lansia terhadap kehidupan sosial. Pemberian peran
tersebut akan membuat kesehatan fikir dan fisiknya akan terjaga baik
10. Memahami perkembangan usia lanjut (lansia) adalah bentuk pembelajaran sekaligus
pengorbanan pada orangtua. Karena, usia lanjut bagi sebagian orang adalah salah satu hal tak
diinginkan. Ada perasaan takut. Takut merepotkan anak, tak bisa mengurus diri sendiri, jadi
pemicu masalah dan banyak hal lainnya
11. Sehingga segala pekerjaan yang kita lakukan di hari tua menjadi ngambang atau bingung
dalam menjalankanya” Penjelasan diatas, bahwa tidak banyak usaha yang dapat dilakukan dikala
kita memasuki masa lansia dan perlahan-lahan segala aktifitas kita akan berhenti
NAMA : ERWIN DISHANTOSO
NIM : SNR19214009
KELAS : SI REGULER B
MAKUL : KEPERAWATAN GERONTIK
MATERI : PRINSIP PENGOBATAN DAN POLIFARMASI
DOSEN : TRI WAHYUNI, M.Kep
RANGKUMAN
1. Peresepan obat pada lanjut usia (lansia) merupakan salah satu masalah yang penting, karena
dengan bertambahnya usia akan menyebabkan perubahan-perubahan farmakokinetik dan
farmakodinamik.
2. Pemakaian obat yang banyak (polifarmasi), lebih sering terjadi efek samping, interaksi,
toksisitas obat, dan penyakit iatrogenik, lebih sering terjadi peresepan obat yang tidak sesuai
dengan diagnosis penyakit dan berlebihan, serta ketidakpatuhan menggunakan obat sesuai
dengan aturan pemakaiannya (inadherence).
3. Dari data yang diperoleh, peresepan obat pada lansia berkisar sepertiga dari semua
peresepan dan separuh dari obat yang dibeli tanpa resep digunakan oleh lansia. Secara
keseluruhan, 80 % dari lansia setiap hari menggunakan paling sedikit satu jenis obat.
4. Dengan semakin meningkatnya jumlah lansia maka masalah peresepan obat pada lansia
akan menjadi masalah yang sangat perlu diperhatikan atau perlu mendapat perhatian khusus.
5. Beberapa bentuk peresepan obat yang tidak rasional pada lansia
a. Meresepkan obat dengan boros (extravagantly drug prescribing)
b. Meresepkan obat secara berlebihan (over drug prescribing)
c. Meresepkan obat yang salah (incorrect drug prescribing)
d. Meresepkan obat lebih dari satu jenis (multiple drugs prescribing/polypharmacy)
e. Meresepkan obat yang kurang (under drug prescribing)
6. Beberapa masalah yang sering timbul dalam peresepan obat pada lansia
a. Farmakokinetik
1) Penyerapan obat : beberapa hal yang menghambat penyerapan obat pada lansia adalah
berkurangnya permukaan lapisan atas usus, berkurangnya gerakan dan aliran darah
saluran cerna, berkurangnya keasaman lambung, dan penyakit-penyakit tertentu.
Sebaliknya, akibat berkurangnya gerakan saluran cerna menyebabkan lebih lama obat
didapati saluran cerna sehingga absorpsinya lebih banyak. Akibat hal-hal tersebut di
atas ma ka penyerapan obat hanya sedikit terganggu.
2) Distribusi obat : dipengaruhi oleh jumlah darah yang dipompakan jantung keseluruh
tubuh per menit (curah jantung), kelarutan obat dalam air atau lemak dan keterikatan
obat dengan protein. Akibat bertambahnya usia, curah jantung berkurang yang
menyebabkan berkurangnya obat yang terikat dengan reseptor yang terdapat di dalam
sel.
3) Metabolisme : berkurangnya kecepatan metabolisme pada lansia karena berkurangnya
aliran darah ke hati dan fungsi hepatosit serta enzim hati cytochrome P 450.
4) Pengeluaran: berkurangnya fungsi ginjal untuk mengeluarkan obat dari tubuh pada
lansia disebabkan berkurangnya fungsi glomerulus dan tubulus. Sebagai akibatnya,
obat -obat mempunyai durasi yang lebih lama dan kadarnya lebih tinggi di dalam
tubuh, sehingga mudah terjadi efek samping dan toksisitas obat.
b. Farmakodinamik
Perubahan ini berupa gangguan kepekaan target organ terhadap obat yang dikonsumsi
pada lansia yang menyebabkan meningkatnya atau berkurangnya efek obat tersebut
dibandingkan dengan pada usia yang lebih muda. Hal ini disebabkan gangguan
pengikatan obat dengan reseptor dan berkurangnya jumlah reseptor.
c. Masalah-masalah khusus
1) Polifarmasi: lansia cenderung mengalami polifarmasi karena penyakitnya yang lebih
dari satu jenis (multipatologi), dan diagnosis tidak jelas.
2) Takaran obat : akibat perubahan farmakokinetik dan farmakodinamik pada lansia
maka takaran obat perlu diberikan serendah mungkin yang masih mempunyai efek
untuk menyembuhkan.
3) Efek samping, interaksi, toksisitas obat dan penyakit iatrogenik (penyakit yang
disebabkan obat yang digunakan) didapati hubungan positif antara jumlah obat yang
digunakan dan usia dengan risiko terjadinya efek samping, interaksi, toksisitas obat
dan penyakit iatrogenik.
4) Ketidakpatuhan menggunakan obat menurut aturan pemakaian, memegang peranan
untuk timbulnya efek samping obat. Dalam hal ini, sebaiknya digunakan obat dengan
satu kali pemberian per hari. Jika terjadi efek samping obat, sebaiknya obat yang
menimbulkan efek samping tadi dihentikan dan jangan ditambahkan obat lain untuk
mengatasi efek samping tersebut
RANGKUMAN
2. Penilaian Depresi pasien lanjut usia dengan instrument Geriatric Depresion Scale (GDS)
a. Penggunaan
1) Depresi adalah perasaan sedih dan tertekan yang menetap selama lebih dari dua
minggu. Perasaan tertekan sedemikian beratnya sehingga yang bersangkutan tak dapat
melaksanakan fungsi sehari–hari. Lanjut Usia sering menderita depresi karena banyak
mengalami kehilangan seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan kemampuan fisik,
kehilangan harga diri, kematian atau kehilangan pasangan hidup/kerabat/ keluarga
dekat dan kepergian anak–anak.
2) Pasien mungkin mengemukakan kesepian, kehilangan sesuatu yang dicintai (lost of
love object), ada perasaan kosong /hampa, pesimis, kuatir masa depan, tak ada
kepuasaan hidup, merasa hidupnya tidak bahagia, mengeluhkan satu atau lebih gejala
fisik (lelah, nyeri).
3) Pemeriksaan lanjutan akan menunjukkan adanya mood depresi yang sering disangkal
pasien atau kehilangan minat akan hal-hal yang menjadi kebiasaannya. Iritabilitas
(cepat marah, cepat tersinggung) kadang-kadang merupakan masalah yang
dikemukakan. Rasa bersalah, keluhan fisik dan kecemasan sering tampil sebagai gejala
yang menonjol. Skrining depresi dapat dilakukan dengan instrumen Geriactric
Depresion Scale (GDS)
b. Panduan pengisian instrument GDS
1) Jelaskan pada pasien bahwa pemeriksa akan menanyakan keadaan perasaannya dalam
dua minggu terakhir, tidak ada jawaban benar salah, jawablah ya atau tidak sesuai
dengan perasaan yang paling tepat akhir-akhir ini.
2) Bacakan pertanyaan nomor 1 – 15 sesuai dengan kalimat yang tertulis, tunggu
jawaban pasien. Jika jawaban kurang jelas, tegaskan lagi apakah pasien ingin
menjawab ya atau tidak. Beri tanda (lingkari) jawaban pasien tersebut.
3) Setelah semua pertanyaan dijawab, hitunglah jumlah jawaban yang bercetak tebal.
Setiap jawaban (ya/tidak) yang bercetak tebal diberi nilai satu (1).
4) Jumlah skor diantara 0-5 menunjukkan kemungkinan besar tidak ada gangguan depresi
5) Jumlah skor diantara 5-9 menunjukkan kemungkinan besar ada gangguan depresi.
6) Jumlah skor 10 atau lebih menunjukkan ada gangguan depresi
Contoh :
Tanggal 3 januari 2017
Nama : Aminah Umur/Jenis Kelamin : 71 tahun / Perempuan
Salah = 0 Benar = 1
A Berapakah umur Anda? √
B Jam berapa sekarang? √
C Di mana alamat rumah Anda? √
D Tahun berapa sekarang? √
E Saat ini kita sedang berada di mana? √
F Mampukah pasien mengenali dokter atau perawat? √
G Tahun berapa Indonesia merdeka? √
H Siapa nama presiden RI sekarang? √
I Tahun berapa Anda lahir? √
j Menghitung mundur dari 20 sampai 1 √
Jumlah skor: 9
K Perasaan hati (afek): pilih yang sesuai dengan kondisi pasien
1. Baik 2. Labil 3. Depresi 4. Gelisah 5. Cemas
Jumlah total skor 9 berartidaya ingat dalam batas normal
5. Penilaian Risiko Malnutrisi Pasien Lanjut Usia dengan Mini Nutritional Assessment
(MNA)
Mini Nutritional Assessment (MNA) merupakan salah satu instrumen untuk mendeteksi
adanya risiko malnutrisi atau adanya malnutrisi pada kelompok lanjut usia.
Cara pelaksanaan :
Pemeriksaan dengan Instrumen MNA terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pertama
(penapisan/skrining), dan tahap kedua (penilaian).
Apabila skor pada tahap pertama <11, akan dilanjutkan ke tahap kedua.
Selanjutnya, seseorang diklasifikasikan :
- malnutrisi apabila jumlah total skor <17, dan
- berisiko malnutrisi apabila total skor antara 17–23,5.