Anda di halaman 1dari 4

Nama : FIRMAN ALIFIANTO

NPM : 19.60302.100086

Prodi : MANAJEMEN B/3

Latihan soal Price and Place

1. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam memilih panjang pendeknya saluran distribusi:


I. Pertimbangan Pasar (Market Consideration)
Saluran distribusi mendapat pengaruh cukup besar dari pola pembelian konsumen.
Karenanya, keadaan pasar menjadi faktor penentu dalam memilih saluran tersebut.
Beberapa faktor pasar yang harus diperhatikan sebagai pertimbangan pasar, yakni :
a) Konsumen atau pasar industri
Apabila pasarnya berupa pasar industri, maka kecil kemungkinan pengecer digunakan
dalam saluran ini, atau bahkan tidak pernah digunakan. Sedangkan bila pasarnya berupa
konsumen dan pasar industri, maka perusahaan akan menggunakan lebih dari satu
saluran.
b) Jumlah pembeli potensial
Apabila jumlah konsumennya relatif kecil dalam pasar, maka perusahaan dapat
mengadakan penjualan secara langsung kepada konsumen atau pemakainya.
c) nKonsentrasi pasar secara geografis
Secara geografis, pasar dapat dibagi dalam beberapa konsentrasi, seperti: industri
tekstil, industri kertas, dan sebagainya. Untuk daerah konsentrasi yang memiliki tingkat
kepadatan tinggi, maka perusahaan dapat menggunakan distributor industri tersendiri.
d) Jumlah pesanan
Volume penjualan dari sebuah perusahaan akan sangat berpengaruh terhadap saluran
yang digunakannya. Apabila volume yang dibeli pemakai industri tidak begitu besar, atau
relatif kecil, maka perusahaan bisa memilih menggunakan distributor industri.
e) Kebiasaan dalam pembelian
Kebiasaan membeli dari konsumen akhir dan pemakai industri sangat berpengaruh
terhadap kebijaksanaan dalam penyaluran. Kebiasaan membeli yang dimaksud, antara
lain:
 Kemauan untuk membelanjakan uangnya
 ketertarikan pada pembelian dengan kredit
 Lebih senang melakukan pembelian yang tidak berkali-kali
 ketertarikan pada pelayanan penjual
II. Pertimbangan Barang
Terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dari segi barang. Pettimbangan
barang sebagai faktor yang mempengaruhi saluran distribusi, antara lain:
a. Nilai unit
Apabila nilai unit barang yang dijual relatif rendah, maka produsen akan cenderung
memilih menggunakan saluran distribusi yang panjang. Sebaliknya, jika nilai unit barang
relatif tinggi, maka saluran distribusi yang dipilih cenderung pendek atau langsung.
b. Besar dan berat barang
Manajemen harus mempertimbangkan ongkos angkut dalam hubungannya dengan nilai
barang secara keseluruhan. Dalam hal ini, besar dan berat barang sangat menentukan.
Apabila ongkos angkut terlalu besar dibanding nilai barang, sehingga terdapat beban
yang berat bagi perusahaan, maka sebagian beban tersebut dapat dialihkan kepada
perantara. Jadi, perantaralah yang menanggung sebagian dari ongkos angkut.
c. Mudah rusaknya barang
Apabila barang yang dijual mudah rusak, maka perusahaan tidak perlu menggunakan
perantara. Sedangkan bila perusahaan tetap ingin menggunakan perantara, perusahaan
harus memilih perantara yang mempunyai fasilitas penyimpanan yang cukup baik sesuai
produknya tersebut sehingga produknya bisa tetap aman.
d. Sifat teknis
Beberapa jenis barang industri, seperti instalasi umumnya disalurkan secara langsung
kepada pemakai industri. Dalam hal ini, produsen harus memiliki penjual yang dapat
menerangkan berbagai masalah teknis mengenai penggunaan dan pemeliharaan barang
tersebut.
III. Pertimbangan Perusahaan
Dari segi pertimbangan perusahaan sebagai faktor yang mempengaruhi saluran
distribusi, terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, meliputi :
a) Sumber pembelanjaan
Penggunaan saluran distribusi langsung atau pendek, umumnya memerlukan jumlah
dana yang lebih besar. Karenanya, saluran distribusi pendek kebanyakan hanya
dilakukan oleh perusahaan yang kuat di bidang keuangan. Sementara perusahaan yang
tidak kuat dalam kondisi keuanga, akan cenderung menggunakan saluran distribusi yang
lebih panjang.
b) Pengalaman dan kemampuan manajemen
Biasanya, perusahaan yang menjual barang baru, atau ingin memasuki pasaran baru,
akan lebih menyukai dengan menggunakan perantara. Ini karena pada umumnya,
perantara sudah memiliki pengalaman sehingga manajemen dapat mengambil pelajaran
dari mereka.
c) Pengawasan saluran
Faktor pengawasan saluran terkadang menjadi pusat perhatian produsen dalam
kebijaksanaan saluran distribusinya. Pengawasan saluran ini akan lebih mudah dilakukan
apabila saluran distribusinya pendek. Jadi, bagi yang ingin mengawasi penyaluran
barang, mereka akan cenderung memilih saluran yang pendek walaupun ongkosnya
tinggi.
d) Pelayanan yang diberikan oleh penjual
Apabila produsen ingin memberikan pelayanan yang lebih baik, seperti membangun
ruang peragaan dan mencari pembeli untuk perantara, maka akan ada banyak perantara
yang bersedia menjadi penyalurnya.
2. Tujuan dan macam-macam penetapan harga :
 Penetapan Harga Fleksibel
Kunci utama dalam penetapan harga fl eksibel adalah kelenturan atas
kesediaan untuk memotong harga demi mempertahankan bagian pasar.
Kelenturan dalam penetapan harga produk, misalnya adanya kebijakan
untuk tidak menerapkan adanya ada tambahan harga atau biaya.
 Penetapan Harga Diferensial (Differential Pricing)
Penetapan secara diferensial adalah perhitungan harga pokok untuk
sejenis produk yang diperhitungkannya atas dasar biaya-biaya yang
berbeda-beda, sehingga terjadi beberapa harga pokok yang besarnya
berbeda satu sama lainnya. Penetapan harga diferensial pada umumnya
menekankan pada dasar pertimbangan pada permintaan konsumen.
 Penetapan Harga Mark-up
Penetapan harga secara mark up adalah dengan menetapkan harga jual
dilakukan dengan cara menambahkan suatu persentase tertentu dari
total
biaya variable atau harga beli dari seorang pedagang (supermarket).
 Penetapan Harga Cost plus (Cost plus pricing)
Penetapan harga cost plus yaitu penetapan harga jual dengan cara
menambahkan persentase tertentu dari total biaya.
 Penetapan Harga Sasaran (target pricing)
Penetapan harga sasaran, harga jual produk dapat memberikan
tingkat keuntungan tertentu yang dianggap wajar. Penetapan harga ini,
akan memberikan target keuntungan pada suatu tingkat total biaya
dengan
suatu volume produksi standar yang diperkirakan.
 Penetapan Harga Rata-rata (going rate pricing)
Penetapan harga ini, dengan alasan perusahaan mengalami kesukaran
dalam mengukur biaya, dan kesulitan untuk mengetahui reaksi dari
para
pembeli dan saingan. Akhirnya daripada mengganggu keseimbangan
harga
di pasar lebih baik mengikuti harga yang berlaku di pasar.
 Penetapan Harga Tender (sealed bid pricing)
Dalam penetapan harga ini, harga penawaran diajukan dalam
sampul yang tertutup, sedangkan pembeli dapat memilih penjual yang
dianggapnya mempunyai harga yang paling rendah dengan spesifi kasi
yang diharapkannya.
 Penetapan Harga Break-even (Break Even pricing)
Dalam penetapan harga break even, perusahaan mengetahui
tentang bagaimana satuan produk itu dijual pada satuan tertentu untuk
mengembalikan dana yang tertanam dalam produk tersebut.
 Penetapan Harga Rate of Return (Rate of Return pricing)
Kebijaksanaan penetapan harga ini untuk mencapai tingkatan
pengembalian investasi dan merupakan kebijaksanaan yang banyak
dipakai oleh perusahaan-perusahaan besar.
 Penetapan Harga oleh Pedagang
Penetapan harga ini, ditetapkan oleh para pedagang dengan cara
menambahkan suatu selisih (margin) harga tertentu di atas harga
pembelian yang dibayarnya kepada penjual/produsen. Jumlah margin
(selisih) harga pembelian akan mereka terima dari berbagai macam
barang
diharapkan dapat menutup seluruh biaya operasional, serta
mengharapkan
ada laba.
 Penetapan Harga oleh Produsen
Cara penetapan harga ini, yaitu dengan biaya pengadaan ditambah
margin oleh para produsen. Produsen merencanakan jumlah barang
yang akan diproduksi dan yang akan dipasarkan selama masa tertentu,
serta menghitung jumlah biaya bahan baku, pembantu dan biaya
pembuatannya
 Penetapan Harga biaya variabel
Penetapan harga biaya variabel didasarkan pada suatu ide bahwa
biaya total tidak selalu harus ditutup dalam menjalankan kegiatan
bisnis
yang menguntungkan. Penetapan biaya variabel ini dapat dipakai untuk
menentukan dasar harga minimum.
3. Uraian ringkas tentang :
 Ditribusi selektif, strategi yang satu ini tentu bertujuan untuk memberikan dampak
terbaik dalam sebuah produksi barang tertentu. Perbedaan dengan strategi
sebelumnya adalah melalui strategi yang satu ini, produsen akan memilih distributor
yang tepat untuk mendistribusikan produk nya. Hal inilah yang menyebabkan
strategi yang satu ini disebut sebagai strategi distribusi selektif. Di dalam suatu
daerah, tidak semua distributor atau pengecer dipilih untuk menjadi agen
distributor. Hal ini sebagai langkah yang efektif guna memberikan hasil atau dampak
pada produk dagang yang sedang disalurkan.
 Distribusi Intensif, Dalam strategi yang satu ini, ada sebuah keunikan yang disajikan.
Yaitu sebuah strategi yang menjadi dasar dalam sebuah penempatan produk
dagang. Biasanya yang dilakukan oleh sebuah perusahaan tertentu adalah dengan
mengedarkannya secara eceran atau bisa disebut dengan langkah retail.
Pengencernya juga disebut sebagai distributor. Strategi yang satu ini merupakan
strategi yang cukup sering digunakan. Dalam prosesnya jika ingin menggunakan
strategi yang satu ini. Maka produsen harus melihat pasaran yang sering digunakan.
Biasanya yang paling sering digunakan adalah produk kebutuhan rumah tangga.
Produk produk tersebut memiliki tingkat kebutuhan dengan intensitas yang tinggi
dalam konsumsinya.
 Distribusi Eksekutif, perbedaannya adalah dengan yang sebelumnya adalah untuk
strategi yang satu ini lebih eksklusif dibandingkan dengan yang lainnya. Hal ini
terjadi karena kebutuhan produksi yang diedarkan adalah merupakan barang-barang
dengan kualitas dan kuantitas produk yang tinggi. Maka dari itu dalam proses
distribusinya tidak boleh diedarkan secara menyeluruh atau meluas. Dalam suatu
daerah tentu saja ini menjadi salah satu strategi yang cukup mumpuni untuk
dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai