hari dimana Aku lahir, berasal dari keluarga yang harmonis. Tahun 2030 bukanlah tahun yang kalian bayangkan sebagai tahun masa depan yang kalian dulu pernah lihat. Tangisanku yang keluar tak seberapa terdengar oleh orang tuaku. Pada awalnya orang tuaku bingung, mereka bertanya tanya apakah aku normal?
Dan dokter sebelumnya telah mengatakan
bahwa kelahiranku normal.
Hari dan minggu telah berlalu dan aku
tumbuh menjadi balita yang penuh rasa ingin tahu, ia beberapa kali berprilaku tak seperti balita pada umumnya. Aku merasa bahwa ketika sesuatu tiada yang sering orang dewasa sebut "meninggal atau wafat" aku tak merasa kasihan ataupun perasaan sedih.
Pertama kali terjadi saat aku masih punya
ikan, pada umumnya anak balita sangat menyukai mereka seperti halnya diriku. Aku pun memelihara nya hingga ikan itu MATI, pada usiaku umumnya mereka menangis, sedih ataupun rasa simpati namun aku tak merasakan hal itu dan aku pun hanya terdiam.
Orang tuaku memelukku seakan berkata
bahwa "tak apa apa, itu memang sudah takdirnya mereka dipanggil oleh keluarga nya dan bla bla.. " Aku tak mendengar apapun lagi karena ku sedang mengamati dan terdiam merasakan bahwa "AKU TAK MERASAKANNYA" Hingga akhirnya aku pun memutuskan untuk tak memerdulikannya.
Bulan pun berlanjut hingga berganti
menjadi tahun, dan menjadikan umurku menginjak usia 4 tahun dan mengalami hal luar biasa, tanpa sadar aku mendapatkan sebuah penginderaan yang kuat untuk merasakan hawa selain manusia dapat kita sebut mereka " Yang lain " Akan tetapi mereka tak dapat ku rasakan dengan jelas, akan tetapi pada umur 6 tahun baru aku dapat mengetahui sosok mereka dengan jelas
Saat itu adalah malam yang menenangkan
dan aneh bagiku.
Menenangkan karena pada umumnya anak
seusiaku mereka bersama ibu mereka daripada bersama ayah mereka karena ayah sering bekerja daripada memperhatikan anaknya.
Malam itu aneh karena disaat aku sedang
bersama ibu ku aku mendapatkan sebuah pemandangan aneh saat di halte dekat dengan pemakaman umum yang ada dibelakangku. Aku diberikan gambaran seperti apa siksaan kubur yang terkenal itu.
Anehnya aku yang melihat pemandangan
itu tak merasa ketakutan karena orang tersebut dibakar hingga keseluruhan tubuhnya terbakar dan berteriak minta tolong, akan tetapi diriku merasa SENANG bahkan TERTAWA KECIL walaupun tak seberapa keras karena usiaku yang masih kecil.
Ibu ku merasa aneh dan bertanya kepada ku
"Nak, kenapa kamu kok tertawa malam malam padahal tak ada apapun yang lucu disini? "
Aku pun menjawab " Orang itu sedang
terbakar dan berteriak teriak minta tolong. "
Ibu ku merasa aneh dan heran, ia merasa
aneh pada anaknya karena pada malam hari tertawa tak jelas padahal dibelakang mereka adalah sebuah pemakanan umum. Setelah itu Angkot datang menjemput ku karena sepeda motor yang kita gunakan bersama ayah tadi mengalami kerusakan sehingga ayahku harus berjalan meninggalkan aku dan ibuku di halte karena angkot pasti kan datang. Hari itu merupakan hari awal dan terakhir bagiku untuk merasakan kehadiran mereka. Selama 4 tahun ini aku memang dianggap aneh karena tak mampu bersosialisasi dengan teman seumuranku, aku merasa ketika mereka ku ajak ngobrol sesuatu mereka tak membalasnya dengan jawaban yang kurang mengesankan.
Dan pada akhirnya aku pun memutuskan
untuk tak bersosialisasi denga siapapun kecuali orang tuaku dan guruku, dan membanting penuh 180 derajat sifatku dengan menghabiskan waktuku membaca banyak buku di dalam kamarku .
Aku sadar bahwa aku pernah memanfaatkan
teman, guru bahkan orang tuaku untuk menuruti apapun kemauanku, walaupun hal itu menyebabkan orang disekitarku menderita.
Hal yang menurutku paling mengesankan
adalah saat aku ingin membuat percobaan saat seusia anak TK, apakah kucing yang orang dewasa selalu sebut bahwa hewan ini takut air sehingga saat seseorang menyiram/memandikannya secara berlebih maka akan menyakiti dia secara fisik dan mental dan mungkin berakibat fatal (MATI).
Aku pun menyusun rencana agar
kemauanku tercapai, setelah memikirkannya selama berjam jam saat pelajaran, bermain dan makan di TK aku tak menemukan ide apapun.
Dan akhirnya saat pulang aku mencoba
mencari tahu siapa saja yang punya kucing peliharaan karena tak mungkin ku mencoba percobaan itu ditempat umum karena pasti dilarang oleh banyak orang termasuk orang tuaku.
Setelah beberapa saat aku memikirkan
rencana tersebut, tiba tiba terlintas dalam pikiran ku bahwa tetangga kami memiliki kucing di rumahnya. Tanpa berpikir panjang aku pun bergegas segera ke sana seusai sekolah. Saat pulang sekolah aku mencoba untuk membujuk teman yang kukenal untuk menemaniku saat disana. Dan sesuai dengan perkiraanku, berhasil.
Sesaat dirumahnya aku mengetuk pintu
rumahnya dan
Berkata “ Hai, bolehkah aku dan temanku
bermain dengan kucing mu yang lucu itu? “
Sesuai dengan perkiraanku lagi, tetangga
akan mengizinkanku bermain dengannya karena secara fisik aku memanglah anak kecil akan tetapi mereka tak athu bahwa sebenarnya pikiranku sudah sejauh anak remaja 17 tahun.
Aku pun bermain main dengan kucingnya
hingga si tuan rumah meninggalkanku, temanku dan ibunya yang sedang berbaring di kamarnya. Sebelum meninggalkan kami. Aku memberikan sebuah selang air yang belum dinyalakan air nya, si tuan rumah pun berpesan bahwa si kucing tidak boleh dimandikan secara berlebih oleh selang itu.
Kami hanya menganggukkan kepala yang
menandai bahwa setuju, dan si tuan rumah pun meninggalkan kami. Situasi yang terbaik bagiku. Setelah si tuan rumah pergi jauh, aku pun memutar kran airnya dan mulai bersenang senang dengan melihat kucing yang mengeong menderita karena... mungkin kedinginan saat ku mandikan dengan kran yang deras.
Setelah temanku memperingatkanku aku tak
menghiraukannya hingga si kucing tersebut MATI dihadapanKU. Dan memiliki bukti bahwa kucing akan MATI bila kumandikan secara luar biasa. Akan tetapi sekali lagi aku TAK MERASAKAN PERASAAN APAPUN.
Setelah hari meninggalnya si kucing,
tetanggaku yang menyayangkan hal ini pun menanyakan sesuatu kepadaku. SESUATU YANG TAK PENTING. Ya kematian kucingnya.
Tetangga : “ kenapa kamu membiarkan
kucingku mati?, padahal kan kamu ada disana untuk bermain dengannya. “
Aku : “ kami sebelumnya memang bermain
dengannya akan tetapi tak lama setelah kau pergi, kami pun pergi dan pulang.”
Aku berdalih seperti itu karena aku tau
bahwa si nenek/ ibunya itu pikunan, dan aku tau itu karena si tuan rumah juga berpesan pada ibunya bahwa jangan lupa meminum obatnya. Aku pun berasumsi bahwa ibunya pikunan karena sebelum nya dia lupa, hal tersebut juga diperkuat dengan adanya fakta bahwa ibunya harus meminum obat donezepil
Aku tau obat tersebut ternyata adalah obat
pikun dari pendengaranku yang aku andalkan. Aku mendengar perkataan tentang nenek itu mengonsumsi obat tersebut, yang ternyata setelah ku cari di GOOGLE ternyata obat tersebut merupakan pil bagi lansia yang pikun.
Tanpa curiga sedikitpun ia melepaskan ku
karena alasanku tadi dan fakta yang ada bahwa tak mungkin anak kecil melakukan itu. Masalah ini pun berakhir tanpa masalah lainnya karena menganggap memang sudah takdirnya.
Cerita pun dilanjut saat aku SD, sebenarnya
tak banyak yangaku kisahkan karena saat ini aku sedang tak ingin melakukan apapun karena aku ingin membangun sebuah kisah bahwa aku adalah anak normal yang berkharisma tinggi.
Seperti yang sudah kurencanakan sejak
lama aku pun masuk SD dengan mudah, semudah diriku menarik simpati orang orang yang ada didekatku entah dengan cara apapun.
Aku mengeluarkan setidaknya 1 atau 2
orang tiap saat yang kuinginkan dan bertarget pada anak yang tak kusukai dan sering membully maupun menggangguku.
Karena diriku yang menduduki peringkat
teratas dan anak yang paling patuh di sekolahku aku pun mudah memanfaatkan fasilitas apapun termasuk pembelaan dan perlakuan khusus guru kepadaku. Dengan fasilitas itulah aku memanfaatkan banyak momen untuk mengeluarkan mereka dari sekolahku. Yang sering kulakukan adalah memberikan masalah kepadanya sehingga target terpancing emosinya lalu mengancamku dan mungkin menyakitiku.
Hal itulah yang sering kumanfaatkan karena
ku melhat seberapa bodohnya mereka ketika mereka marah.
Skenarionya seperti membuat dia
tersinggung terlebih dahulu di toilet, kenapa? Karena toilet merupakan tempat yang aman untuk aku membuatnya tersinggung tanpa mencemari nama baiku yang indah.
Setelah tersinggung secara tak langsung aku
pasti akan disuruhnya berhenti tapi takkan kulakukan, akuu pun terus menyulutnya hingga terjadi suatu adegan menyakitiku. Kemudian lari perlahan dan ketika ada seseorang aku akan berlari sambil menangis
Sebagai rasa empati manusia, mereka yang
memilikinya pasti menanyakan kenapa menangis? Sembari ber ekspresi takut dan kesakitan kemudian aku mengarang banyak cerita sehinga mereka yang melihatku percaya dan melaporkannya kepada guru.
Aku tau guru takkan mengeluarkan
langsung anak tersebut tanpa bukti, maslah tersebut dibahas keesokan harinya bersama orang tuanya.
Aku pasti tak berdiam diri, saat malam tiba
aku keluar dari kamarku sembari melihat apakah orang tuaku sudah tidur/belum. Setelah tau bahwa sudah tidur maka aku menuju garasi rumah dan mengambil obeng yang kemudian ku balut dengan kain kemudian kugigit karena menahan rasa sakit.
Rasa sakit yang timbul akibat aku
mematahkan sendiri tulangku menggunakan alat press yang ada di garasi rumah untuk memberikan bukti yang valid agar si anak dapat dikeluarkan dari sekolah secepatnya.
Setelah patah aku pun kembali ke kamar
tidurku sembari menahan rasa perihku.
Keesokan harinya, persis waktu itu adalah
hari rabu. Hari dimana semua murid laki-laki menggunakan seragam lengan pendek. Otomatis orang tuaku pasti akan tau lukaku, sesuai dengan rencanaku mereka merasa bahwa anak itu harus dihukum karena kondisi tanganku yang parah. Hari Rabu ini merupakan hari favoritku utnuk melakukan hobiku yang satu ini. Dan sesuai lagi dengan rencanaku, si anak pun dikeluarkan dari sekolah karena luka patah di tanganku dan tentu saja rencanaku yang brillian dan rapi serta reputasiku.
Setelah puas aku bermain dengan 13 anak
yang sudah ku keluarkan aku pun lanjut studi SMP.
SMP ini mungkin saatnya diriku untuk
mendominasi di sekolah ini, tujuanku adalah membuat diriku terkenal yang kemudian mereka dapat kumanfaatkan sebagai perlindungan diri saat aku terkena masalah.
Sebagai permulaan aku menggunakan taktik
3S yang biasanya terdapat dalam logo keramahan masyarakat yaitu Senyum, Salam, Sapa. Dengan menggunakan taktik tersebut aku sukses mebuat diriku terkenal dengan julukan anak yang baik, nilai dari perilaku yang ada di rapor pun otomatis A.
Setelah mendapatkan julukan tersebut aku
ingin membuat image ku lebih baik dari yang merka kira, aku ingin mereka juga mengenalku dengan anak yang cerdas pula.
Langkah awal yang sering kulakukan dan
diperhatikan oleh guru adalah fakta bahwa diriku selalu pulang lebih sore daripada siswa kebanyakan karena memang pada saat itu orang tuaku selalu sibuk bekerja sebagai salah satu pemegang perusahaan mobil terkenal didunia. Dan aku hanya memiliki supir untuk mengantarkanku kemanapun itu. Aku diberi orang tuaku uang saku 20 juta sebulan, uang itu sering kugunakan untuk menyewa bebrapa orang untuk membuang beberapa mayat yang pernah aku buat saat dirumah agar tak bosan karena tak adanya saudara maupun teman secara diriku ini memang menutup sosialisasi dari luar.
Mayat tersebut masih bisa digolongkan
sederhana, berupa hewan yang umumnya dan sering kujumpai kemudian aku culik dan bawa ke rumahku, korban tersebut misalnya : kucing yang selesai ku mutilasi dan dikuliti untuk sekedar melampiaskan amarah dan nafsu, dan aku merasakan suatu kepuasan tersendiri yang tak bisa kurasakan sebelumnya, seperti jeritan, raungan serta rasa seberapa sakitnya yang pastinya membuat semua orang menangis pastinya
Aku melakukan hal tersebut juga karena
rasa penasaranku yang besar akan empati dan simpati, aku mencari di GOOGLE akan tetapi tak bisa kurasakan. Aku mersa seperti ilmuan yang mencari tau suatu solusi akan adanya suatu permasalahan seperti diriku.
Aku yang orang kira sebagai anak yang
cerdas dan baik takkan tau bahwa sebenarnya diriku adalah orang yang kejam menurut mereka pastinya, tapi menurutku hal seperti itu wajar.
Beberapa teman sekelasku yang melihatku
kasihan karena diriku yang selalu sendirian kemanapun dan seringnya diriku pulang sore, aku selalu menerimaya karena secara diriku ini memang populer.
Aku membutuhkan teman bukan karena ku
menyukainya akan tetapi aku membutuhkan seorang korban sekaligus menjadi pelindungku, karena suatu kepercayaan itu lebih penting daripada sebuah materi.
Karena itulah yang membuatmu dapat
dipandang, dipercaya, dan dilindungi dari segala berita hoaks di luar sana yang pada kenyataannya berita tersebut benar adanya.
Di SMP ini aku hanya menghilangkan
beberapa nyawa saja, karena aku hanya ingin bersenang senang dengan beberapa korban ketika malam tiba saat beberapa siswa/i yang berani masuk sekolah untuk berbuat mesum.
Aku kembali ke sekolah saat beberapa
satpam tidur/pergantian shift kerja, aku punya semua jadwal mereka. Semua biodata mereka termasuk kapan mereka akan berganti shift kerja maupun saat istirahat dan tempat favorit mereka nongkrong. Dan kemungkinan besar para murid yang hendak berbuat mesum disekolah itu aku bunuh mereka agar citra sekolah tak hancur karenanya karena inilah bentuk cinta dan baktiku pada sekolah ini.
Saat pertama kali menjalankan rencana ini
aku agak ceroboh dikarenakan nafsuku dan imajinasi yang kurasakan saat hendak menemukan mereka, aku pernah hampir ketahuan hanya karena barang yang tak sengaja jatuh karena tersandung.
Aku menemukan korban pertama pada jam
12 malam, aku menemukan mereka di sebuah gudang tua dekat dengan kantin yang kebetulan pintunya memang agak rusak.
Aku mendengar desahan mereka yang
menandakan bahwa mereka ada. Aku menyelinap pelan tanpa suara dengan sepatu yang sudah kurakit dan kumodifikasi sedemikian rupa sehingga tak menimbulkan suara sedikitpun.
Sedemikian rupa sehingga tak banyak
menimbulkan suara. Aku masuk dan meniupkan bius untuk menidurkan mereka, pelan pelan aku menguliti mereka, mematakan beberapa jari, dan terakhir aku congkel beberapa organ mereka untuk kujual pada pasar gelap.
Peristiwa tersebut itu berlangsung lama dan
menyebabkan diriku lupa waktu, aku tersadar ketika jam sudah menunjukkan jam 3 pagi, untungnya aku selesai membersihkannya sehingga meningalkan TKP tanpa bekas dan jejak.
Aku mendengar suara langkah kaki satpam
akan tetapi sebelum melihat celah dibawah pintunya, aku melhat cahaya senter yang menyorot langsung kearahku.
Secara refleks aku pun pasti
menyembunyikan kakiku dari cahaya tersebut. Dan akhirnya aku ceroboh sehingga menyebabkan salah satu alat bersih bersih jatuh.
Aku : (kaget) terdiam sesaat
Satpam : (terkejut dan merasa sedikit
heran) sambil bergumam sendiri “aahh, mungkin hanya tikus karena tak mungkin ada orang yang mau maling dan nyuri digudang ini apalagi ini termasuk jam yang termasuk berbahaya. “
Pada akhirnya aku lepas lagi tanpa ketahuan
dengan suara langkah kaki satpam yang kudengar berjalan kearah kebun belakang yang letaknya cukup jauh untuk mendengarkan aku keluar dari gudang tua itu.
Keesokan harinya orang tua mereka
mencari, hingga mereka berurusan langsung dengan polisi. Akan tetapi aku tidak memiliki rasa khawatir sedikitpun karena aku membersihkan TKP sangat rapi dan bersih sehingga tak meninggalkan jejak.
Dengan menjilati semua darah yang
muncrat dan sebelum kulakukan semua sisi sudah kututup dengan kain putih yang panjang sehingga saat proses eksekusi aku tak khawatir kemana darah tersebut keluar.
Polisi memeriksa seluruh saksi dan warga
sekolah tak ada yang dapat bersaksi karena kemarin kedua murid itu meminta izin kepala sekolah dengan meberi surat izin sebagai bukti.
Pada saat penutupan sekolah para satpam
sudah mengecek semua ruangan yang hendak dikunci kecuali ruang gedung tua itu, satpam agak malas menguncinya karena didalam gudang tersebut hanya ada alat bersih bersih.
Polisi pun mengambil keputusan bahwa
satu satunya tempat yang dapat dicurigai adalah gudang tersebut karena menurut salah satu satpam yang malamnya mendengar adanya suara berisik yang ia pikir hanya seekor tikus.
Polisi dan Forensik yang emeriksa pun
mengecek seluruh isi gudang tua tersebut dan memberinya garis kuning agar menghindari adanya murid yang masuk. Akan tetapi setelah pemeriksaan berhari hari mereka tak membuahkan hasil padahal anjing pun telah dikerahkan.
Aku sudah menduga hal tersebut karena :
1. Aku memberikan cairan pembersih lantai
yang ada di gudang tersebut.
2. Aku mencampurkan juga pembersih
tersebut dengan pengacau bau yang hanya bisa di ketahui oleh anjing saja. Walaupun tim forensik tau bahwa terdapat pengacau bau tersebut melalui uji zat di laboratorium mereka.
3. Aku memakai sarung tangan dan kaus kaki
saat menyentuh barang apapun terutama lantai, akan tetapi saat aku sudah menutupinya dengan kain, aku melepas sarung tangan dan kaus kakiku untuk menikmati sensasi tersebut. 4. Aku tau kapan para satpam berkeliling dan kemana saja rute yang mereka tempuh sehingga aku dapat menyesuaikan waktu diam dengan aksiku agar tetap mulus sesuai rencana 5. Sebelum aku melakukan mutilasi tersebut aku sudah mempelajari psikologi anak yang menunjukkan apakah anak tersebut berbohong atau tidak. Walaupun sulit sekali untuk memahami dan menirunya aku memaksa agar dapat menguasainya dahulu sebelum beraksi karena aku tau pasti setiap murid akan di wawancarai.
Setelah hampir 3 bulan polisi dan tim forensik
pun merasa putus asa dengan menutup kasus tersebut sementara. Dan bukannya merasa senang akan tetapi was was karena kapanpun mereka akan datang tiba tiba sebelum mereka benar benar menutup kasus tersebut.
Pada akhirnya mereka menutup kasus tersebut
secara permanen karena orang tua nya yang memang terkena banyak masalah, seperti : ekonomi dan mental karena kasus anak mereka yang sangat rumit.
Selagi polisi mencari petunjuk dari pelaku dari
hilangnya murid mereka, aku meracik beberapa obat penenang seperti Haloperidol dan Risperidone yang aku tumbuk sehingga menjadi bubuk yang nantinya aku jadikan bahan penambah dalam beberapa lilin ulang tahun dengan dosis yang berbeda beda.
Lilin tersebut kupakai sebagai bahan percobaan
teori overdosis pada obat penenang dapat menyebabkan kematian bagi yang menghirupnya secara langsung. Karena aku tau ulang tahun temanku pada hari sabtu mendatang
Hari sabtu, tepat setelah 6 bulan 6 hari dan 6
malam kasus hilangnya murid sekolahku. Aku dan beberapa temanku bertugas menyiapkan dekorasi untuk memberi kejutan yang berulang tahun dihari senin.
Aku yang saat itu memasang rumbai rumbai
pada dinding sama dengan lilin di meja temanku. Saat mereka semua pergi meninggalkanku untuk mencari beberapa bahan yang kurang, secepatnya aku menukar lilin tersebut dengan lilin yang ku bawa dsengan menggunakan sarung tangan.
Hari Senin, waktu penentuanku tiba. Bodohnya
aku, saat perayaan lupa membawa masker sebagai pelindung dari asap lilin yang dapat menyebabkan kematian itu. Batinku “ hemm, sialnya aku.” (sambil menepukkan tangan ke kepala)
Setalah bernyanyi ulang tahun lantas
meniup lilin dan wuishhh, satu kelas tak sadarkan diri dikarenakan menghirup zat penenang yang ku buat sebelumnya
Aku masih sadar saat mendengar suara
ambulan, setelah itu aku tak mendengar suara apapun lagi. Hingga.....
Aku : ( Mengambil nafas sangat dalam ) dan aku
pun tersadar
Para dokter dan suster yang saat itu
melihatku, terkaget dikarenakan hanya diriku lah yang masih hidup. Aku tersadar bahwa misiku untuk MENGEKSEKUSI ORANG LEBIH BANYAK LAGI belum selesai.
Dan aku berjanji takkan mengulangi
kesalahan yang sama
Kisah Aku terinspirasi dari kehidupan nyata dengan
beberapa tambahan kesan sehingga bertujuan untuk memberi gambaran kepada pembaca atas apa yang ingin dilakukan sang penulis.