Anda di halaman 1dari 17

TUGAS KELOMPOK 7

MAKALAH
RUANG LINGKUP DAN PEMBIDANGAN STUDI ISLAM

Disusun Oleh :

1. KHOMSAH ALI IBRAHIM


2. ARI INDRA
3. SINTA DEWI DHARMAYANTI

KOMUNIKASI PENYIAR ISLAM ( KPI )


STAI AR-RIDHO
BAGANSIAPIAPI 2020
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunianya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada dosen Pengantar Studi Islam selaku guru pembimbing dalam tugas ini karena
telah membantu kelancaran dalam pembuatan karya tulis ini. Kepada orang tua yang telah
membantu dan bemberi pengertian dalam melaksanakan tugas ini dan kepada teman-teman
yang telah memberikan dukungan dan semangat.

Penulis mengaharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan karya tulis ini. Selain itu,
penulis berharap agar karya tulis ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan tercapainya
tujuan dari penulisan karya tulis ini.

ii
COVER ........................................................................................................................... i
KATA PENGGANTAR ................................................................................................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 2
A. Bidang Agama .................................................................................................... 2
B. Bidang Ibadah .................................................................................................... 3
C. Bidang Aqidah .................................................................................................... 4
D. Bidang Ilmu dan Kebudayaan ........................................................................... 4
E. Bidang Pendidikan ............................................................................................. 5
F. Bidang Sosial ....................................................................................................... 5
G. Bidang Kehidupan Ekonomi .............................................................................. 5
H. Bidang Kesehatan ...............................................................................................
I. Bidang Politik .....................................................................................................
J. Bidang Pekerjan .................................................................................................
K. Bidang Islam Sebagai Disiplin Ilmu ...................................................................
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 6
A. Kritik dan Saran ................................................................................................. 6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan dan pembelajaran bisa dilakukan dimana saja, tidak harus selalu di dalam
kelas atau sekolah. Setiap Mahasiswa berhak mendapatkan ilmu pengetahuan dari siapa saja
dan di mana saja, begitu pula dengan mempraktekkannya.

Sebab, belajar teori dan konsep saja tidak cukup tepat tanpa adanya praktek lapangan.
Karena itulah Makalah sangat penting untuk memberikan bekal bagi Mahasiswa supaya
lebih siap di masa mendatang.

Tantang di zaman sekarang semakin rumit dan kompetitif, sehingga membutuhkan


keahlian yang lebih dari setiap orang. Berbekal ilmu pengetahuan saja tidak cukup tanpa
adanya pengalaman praktek yang sesuai dengan ilmu yang ditekuninya saat duduk di bangku
sekolah.

Terlebih di era digital ini, dimana setiap hal dan aspek kehidupan bisa diakses melalui
digital atau internet. Mahasiswa berhak mengetahi secara riil mengenai sedikit tentang dunia
digital, khususnya di bidang media seperti halnya yang dijalankan oleh Media X.

Media X merupakan perusahaan berkembang yang bergerak di bidang media dalam


bentuk digital. Berbagai informasi mengenai peristiwa yang ada dalam negeri maupun dunia
luar tersedia di sini baik dalam bentuk tulisan, video, gambar, infografis, dan videografis.

Pengelolan dan penyajian informasi semacam itu ternyata mampu menarik minat baca
masyarakat.

Di situ Mahasiswa bisa belajar bagaimana mengolah data menjadi gambar, tulisan,
dan sebagainya supaya dicerna dengan mudah. Selain itu, tentu Mahasiswa bisa
mempraktekkan langsung mendesain grafis dan video untuk keperluan media.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bidang Agam

1. Menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran moral perilakumasyarakat yang


berakhlak dan berbudi pekerti luhur sehingga mampumenciptakan keselarasan,
keserasian dan keseimbangan dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara.
2. Tanggap terhadap hal-hal yang bertentangan dengan etika dan kesusilaan.
3. Meningkatkan kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, sehingga tercipta keseimbangan dalam kehidupan lahiriah dan batiniah.
4. Mengupayakan peningkatan kerukunan antar umat beragama.
5. Meningkatkan pemberdayaan wanita dalam membina keimanan dan agama dalam
keluarga dan masyarakat.

B. Bidang Ibadah
Disiratkan di dalam Al-Qur'an, pengertian ibadah dapat ditemukan melalui
pemahaman bahwa:

1. Dalam ajaran Islam, manusia itu diciptakan untuk menghamba kepada Allah, atau
dengan kata lain beribadah kepada Allah (Adz-Dzaariyaat 51:56).
2. Manusia yang menjalani hidup beribadah kepada Allah itu tiada lain manusia yang
berada pada shiraathal mustaqiem atau jalan yang lurus (Yaasiin 36:61)
3. Sedangkan manusia yang berpegang teguh kepada apa yang diwahyukan Allah, maka
ia berada pada shiraathal mustaqiem atau jalan yang lurus (Az Zukhruf 43:43).
Dengan demikian apa yang disebut dengan manusia hidup beribadah kepada
Allah itu ialah manusia yang dalam menjalani hidupnya selalu berpegang teguh
kepada wahyu Allah. Jadi pengertian ibadah menurut Al Quran tidak hanya terbatas
kepada apa yang disebut ibadah mahdhah atau Rukun Islam saja, tetapi cukup luas
seluas aspek kehidupan yang ada selama wahyu Allah memberikan pegangannya
dalam persoalan itu.
Itulah mengapa umat Islam tidak diperkenankan memutuskan, mengubah dan
menambahkan suatu persoalan hidupnya sekiranya Allah dan rasul-Nya sudah
memutuskan perkara itu.

2
dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka, dan barangsiapa mendurhakai
Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (Al Ahzab
33:36

C. Bidang Aqidah

Akidah berasal dari bahasa Arab aqidah yang artinya ….. Akidah adalah
ajaran Islam yang berkaitan dengan keyakinan, karenanya dalam penggunaannya,
akidah sering disebut dengan keimanan.
Mengapa keyakinan? Karena sebagian besar pembahasannya banyak berkaitan
dengan sesuatu yang ghaib yang lebih membutuhkan keyakinan ketimbang penalaran
logis.
Lantas apa alasan menerimanya jika tak bisa dinalar secara logis?
Alasannya adalah sumber informasinya. Nabi Muhammad SAW dan al-Quran adalah
sumber informasi yang akurat. Kenabian Muhammad dan kemukjizatan al-Quran bisa
diuji bahkan secara ilmiah bahwa semuanya berasal dari Tuhan. Al-Quran adalah
satu-satunya kitab suci yang sampai sekarang masih terjaga kemurniannya.
Anda pasti pernah pergi ke dokter kan? Anda didiagnosa, dan Anda diberi resep yang
bahkan Anda tak bisa membaca resep itu.
Tapi Anda tetap percaya. Mengapa bisa demikian? Karena Anda tahu sang dokter
adalah dokter resmi, dokter yang punya izin praktik. Nabi Muhammad SAW.
Kenabian Muhammad sudah terbukti secara meyakinkan bahwa ia benar-benar Nabi.
Dengan demikian, apa yang ia beritakan, apa ia informasikan kita percaya.

3
D. Bidang Ilmu dan Kebudayaan

Dalam pengertian yang sederhana, kebudayaan adalah hasil cipta manusia


dengan menggunakan dan mengerahkan segenap potensi lahir batin yang dimilikinya.
Di dalamnya terdapat pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat istiadat dan
sebagainya. Kebudayaan dapat digunakan untuk memahami agama yang tampil dalam
tatanan empiris atau agama yang tampil dalam bentuk formal yang menggejala di
masyarakat. Karakteristik ajaran Islam dalam bidang ilmu dan kebudayaan bersifat
selektif, yakni tidak begitu saja menerima seluruh jenis ilmu dan kebudayaan yang
sejalan dengan Islam. Islam adalah sebuah paradigm terbuka, ia merupakan mata
rantai peradaban dunia. Banyak contoh yang dapat dijadikan bukti tentang peranan
Islam sebagai mata rantai peradaban dan kebudayaan dunia. Dengan meletakkan
agama sebagai sasaran penelitian budaya tidaklah berarti agama yang diteliti itu
adalah hasil kreasi budaya manusia. Sebagian agama tetap diyakini sebagai wahyu

dari Tuhan, yang dimaksud bahwa pendekatan yang digunakan disitu adalah
pendekatan penelitian yang lazim digunakan dalam penelitian budaya. Yang termasuk
penelitian budaya, seperti disinggung sebelumnya, adalah penelitian tentang naskah-
naskah (filologi), alat-alat ritus keagamaan, benda-benda purbakala agama

(arkeologi), sejarah agama, nilai-nilai dari mitos-mitos yang dianut para pemeluk
agama dan sebagainya. Agama dan budaya adalah dua bidang yang dapat dibedakan
tetapi tidak dapat dipisahkan. Agama bernilai mutlak, tidak berubah karena perubahan
waktu dan tempat. Sedangkan budaya sekalipun berdasarkan agama, dapat berubah
dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Sebagian besar budaya didasarkan
pada agama, tidak pernah sebaliknya. Oleh karena itu, agama adalah primer dan
budaya adalah sekunder. Budaya bisa merupakan ekspresi hidup keagamaan karena ia
sub ordinat terhadap agama dan tidak pernah sebaliknya Agama pada hakikatnya
mengandung dua kelompok ajaran. Kelompok pertama, ajaran dasar yang

4
diwahyukan Tuhan melalui para Rosul-Nya kepada masyarakat manusia. Ajaran dasar
ini terdapat dalam kitab-kitab suci dan ajaran-ajaran itu memerlukan penjelasan, baik
mengenai arti dan pelaksanaannya. Kelompok kedua, karena merupakan penjelasan
dan hasil para pemikiran pemuka atau ahli agama, pada hakikatnya tidaklah absolute,
tidak mutlak benar, dan tidak kekal. Kelompok dua bersifat relative, nisbi dan dapat
diubah sesuai dengan perkembangan zaman. Menurut hasil penelitian ulama, jumlah
kelompok pertama tidak banyak. Pada umumnya yang banyak adalah kelompok
kedua. Dalam Islam, kelompok pertama terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits
mutawatir. Sedangkan kelompok kedua ini diambil dari penjelasan-penjelasan para
pemuka atau ahli agama tersebut.

E. Bidang Pendidikan

Indonesia mengambil peran penting dalam bidang pendidikan yang menjadi


prioritas UNESCO. Pada tahun 2015, Indonesia masih melanjutkan komitmennya
untuk menempatkan bantuan tenaga ahli di Teacher Task Force for Education for
All, sebuah program utama UNESCO untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas
guru dalam membantu pencapaian Millennium Development Goals (MDGs). Kantor
Delegasi Tetap RI untuk UNESCO telah membantu memfasilitasi tenaga ahli
pendidikan Indonesia untuk ditempatkan di Sekretariat Task Force for Teachers.

Pada tanggal 14-17 Desember 2015, diselenggarakan pertemuan


Steering Committee of the Task Force on Teachers di Kantor Pusat UNESCO Paris.
Indonesia sebagai salah satu anggota Steering Committee hadir dalam pertemuan
tersebut, yang diwakili oleh Staf Ahli Mendikbud RI Bidang Pembangunan Karakter.
Dalam pertemuan tersebut, pihak Sekretariat kembali menyampaikan harapannya
agar Indonesia bersedia melanjutkan komitmennya untuk mengirimkan tenaga ahli
pendidikan untuk ditempatkan di Sekretariat. Menanggapi hal tersebut, Staf Ahli
Mendikbud Bidang Pembangunan Karakter telah menyampaikan bahwa Pemerintah
RI cq. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan berkoordinasi untuk
melakukan proses seleksi tenaga ahli yang diperlukan.

5
Hal lain yang penting untuk dicatat dalam bidang pendidikan selama tahun 2015
adalah tentang pengadopsian draftEducation 2030 Framework for Action (FFA).
Dokumen tersebut pertama kali dibahas pada acara World Education Forum 2015
(WEF 2015) di Incheon, Republik Korea, tanggal 19-22 Mei 2015. UNESCO
memanfaatkan momentum Sidang Umum ke-38 untuk mengesahkan Education 2030
Framework for Action, yang berisi target-target pendidikan yang harus dicapai oleh
masyarakat internasional pada tahun 2030. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Mendikbud) RI yang hadir pada saat pengadopsian draft FFA menyampaikan
pernyataan singkat yang berisi komitmen Indonesia untuk memperjuangkan
pendidikan sebagai salah satu prioritas nasional. Mendikbud mendukung target
pendidikan pasca 2015 yang bertujuan “Ensure equitable quality education and
lifelong learning for all by 2030“. Hal ini selaras dengan tujuan kemerdekaan
Indonesia yang tercantum dalam Undang-undang Dasar RI 1945 yang menyatakan
bahwa janji kemerdekaan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pada tahun 2015, Indonesia juga meraih prestasi dan menerima penghargaan
di bidang pendidikan, yaitu UNESCO-Japan Prize on Education for Sustainable
Development. Penghargaan UNESCO dalam bidang pendidikan tersebut baru
diperkenalkan pertama kali pada Sidang Umum ke-38 UNESCO di tahun 2015 ini.
Pusat Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal (Jayagiri
Center) Bandung terpilih sebagai salah satu dari tiga pemenang penghargaan
tersebut. Acara penyerahan hadiah berlangung pada tanggal 5 November 2015 di
UNESCO yang juga dihadiri oleh Mendikbud.

F. Bidang Sosial

bidang sosial adalah bidang yang membahas kegiatan manusia sehari-hari.


bidang sosial dapat dijelaskan melalui praktik kehidupan sosial yang dipengaruhi oleh
kebudayaan lain yang sifatnya global. Kita bisa melihat ciri-ciri globalisasi di bidang
sosial melalui pengaruh budaya dari luar terhadap pola konsumsi kita, selera kultural
kita, dan nilai-nilai yang kita anut. suatu bidang yang mempelajari tentang ilmu
kehidupan bermasyarakat

Merencanakan, mengatur, dan mengawasi terselenggaranya penyusunan


program pembangunan bidang kesehatan, kependudukan, kesejahteraan rakyat dan
pemerintahan, berdasarkan bahan masukan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah dan
instansi terkait

6
Merencanakan, mengatur dan mengawasi terselenggaranya penyusunan program
pembangunan bidang agama, pendidikan, kebudayaan dan pariwisata berdasarkan
bahan masukan dari Satuan Kerja Perangkat Daerah dan instansi terkait lainnya,
Memberikan saran/telaahan kepada atasan sesuai bidang tugasnya Membuat laporan
pelaksanaan tugas sebagai bahan informasi dan evaluasi. Melaksanakan tugas-tugas
lain yang diberikan oleh atasan

G. Bidang Kehidupan Ekonomi

Bidang Kehidupan Ekonomi adalah ialah salah satu ilmu sosial yang
mempelajari aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, dan
konsumsi terhadap barang dan jasa. Dengan demikian dapat anda simpan baik-baik
untuk mempermudah pemahaman terhadap ekonomi, yaitu kata kunci produksi,
distribusi, konsumsi barang dan jasa dengan perputaran uang didalamnya.
Sebagai mahkluk sosial, manusia beinteraksi dengan manusia lainnya dalam
banyak hal. Salah satunya adalah dengan melakukan kerja sama. Kerja sama sendiri
merujuk pada praktik seseorang atau kelompok yang lebih besar yang bekerja di
khayalak dengan tujuan atau kemungkinan metode yang disetujui bersama secara
umum, alih-alih bekerja secara terpisah dalam persaingan.
Secara definisi, pengertian kerja sama adalah aktivitas yang dilakukan oleh dua orang
atau lebih untuk mencapai keuntungan bersama. Manusia hanya bisa hidup secara
wajar jika manusia sadar harus saling membantu dan menyadari bahwa kerja sama
adalah upaya utama demi terwujudnya masyarakat yang ideal.
Kerja sama umumnya mencakup paradigma yang berlawanan dengan kompetisi. Dan
ini dapat terjadi dalam banyak ranah, dari bisnis, pertanian, hingga perusahaan dapat
diwujudkan dalam bentuk koperasi.

7
H. Bidang Kesehatan

Bidang kesehatan itu luas banget, gaes. Inti dari bidang ini adalah studi
mengenai kesehatan, baik kesehatan individu maupun masyarakat, termasuk hal yang
menunjang itu semua. Misalnya, kondisi lingkungan, obat-obatan, pusat pengobatan,
teknologi kesehatan, dan lainnya. Masyarakat mempunyai tugas pokok melaksanakan
sebagian tugas Kepala Dinas Kesehatan di bidang gizi, promosi kese

I. Bidang Politik

Bidang Politik, mempunyai tugas pokok merencanakan kebijakan, mengkoor-


dinasikan kegiatan, menganalisa atas pelaksanaan kegiatan dibidang sistem dan
implementasi politik, kelembagaan politik pemerintahan, kelembagaan partai politik,
budaya dan pendidikan politik, fasilitasi pemilu, pilpres dan pilkada dan melakukan
pengendalian, monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dibidangnya .
Untuk melaksanakan tugas pokok, Bidang Politik menyelenggarakan
fungsi :
Penyusunan perencanaan program dan kegiatan dalam bidang Kelembagaan Politik,
Pendidikan Politik, Implementasi Politik dan Fasilitasi pelaksanaan Pemilu;
Koordinasi penetapan kebijakan teknis ( merujuk kepada kebijakan umum nasional)
di bidang sistem dan implementasi politik, kelembagaan politik, pemerintahan,
kelembagaan partai politik, budaya dan pendidikan politik, fasilitasi pemilu, pilpres
dan pilkada skala kota ;
Fasilitasi dan pelaksanaan kegiatan di bidang sistem dan implementasi politik,
kelembagaan politik pemerintahan, kelembagaan partai politik, budaya dan
pendidikan politik, pemilu, pilpres dan pilkada skala kota ;
Koordinasi dan fasilitasi pembinaan penyelenggaraan pemerintahan ( bimbingan,
supervisi dan konsultasi, perencanaan, penelitian, pemantauan, pengembangan &
evaluasi) di bidang sistem dan implementasi politik, kelembagaan politik
pemerintahan, kelembagaan partai politik , budaya dan pendidikan politik, pemilu,
pilpres dan pilkada skala kota;

8
Pengawasan penyelenggaraan pemerintahan bidang kesbangpol dan sistem dan
implementasi politik, kelembagaan politik pemerintahan , kelembagaan partai politik,
budaya dan pendidikan politik , fasilitasi pemilu, pilpres, dan pilkada skala kota ;
Fasilitasi dan peningkatan kapasitas aparatur kesbangpol di bidang sistem &
implementasi politik, kelembagaan politik pemerintahan, kelembagaan partai politik,
budaya dan pendidikan politik, pemilu, pilpres dan pilkada skala kota ;
Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan terhadap kegiatan bidang
Kelembagaan Politik, Pendidikan Politik, Implementasi Politik dan Fasilitasi
pelaksanaan Pemilu ;
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai bidang tugasnya ;
Untuk menyelenggarakan fungsi, Kepala Bidang Politik mempunyai uraian tugas
sebagai berikut :

Mengonsep rencana kerja di bidang sistem dan Implementasi politik, kelembagaan


politik pemerintahan, kelembagaan partai politik, budaya dan pendidikan politik,
fasilitasi pilpres, pilgub,pileg dan pilkada sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan ;
Mempelajari menelaah peraturan perundang-undangan , keputusan, petunjuk
perencanaan bidang sistem dan implemantasi politik, kelembagaan politik
pemerintahan, kelembagaan partai politik, budaya dan pendidikan politik, fasilitasi
pilpres, pilgub,pileg & pilkada sebagai dasar pelaksanaan pekerjaan ;
Mempelajari disposisi atasan untuk menindaklanjuti pelaksanaan pekerjaan;
Memberikan petunjuk, arahan dan mendistribusikan tugas kepada bawahan ;
Melaksanakan koordinasi dengan Instansi terkait guna menunjang pelaksanaan tugas ;
Menyiapkan perumusan kebijakan teknis di bidang sistem dan Implementasi politik,
kelembagaan politik pemerintahan, kelembagaan partai politik, budaya dan
pendidikan politik, fasilitasi pemilu, pilpres dan pilkada ;

9
Melakukan pembinaan dan melaksanakan kegiatan di bidang sistem dan Implementasi
politik, kelembagaan politik pemerintahan, kelembagaan partai politik, budaya dan
pendidikan politik, fasilitasi pilpres, pilgub,pileg dan pilkada ;
Menyiapkan kelengkapan administrasi dan teknis di bidang sistem dan Implementasi
politik, kelembagaan politik pemerintahan, kelembagaan partai politik, budaya dan
pendidikan politik, fasilitasi pilpres, pilgub,pileg dan pilkada ;

J. Bidang Pekerjaan

Dalam arti luas Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh
manusia. Dalam arti sempit, istilah Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan oleh
manusia untuk tujuan tertentu yang dilakukan dengan cara yang baik dan benar.
Manusia perlu bekerja untuk mempertahankan hidupnya. Dengan bekerja seseorang
akan mendapatkan uang. Uang yang diperoleh dari hasil bekerja tersebut digunakan
untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh sebab itu, uang tersebut harus berasal dari
hasil kerja yang halal. Bekerja yang halal adalah bekerja dengan cara-cara yang baik
dan benar. Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini sering dianggap sinonim dengan
profesi.
Tujuan bekerja adalah demi kesejahteraan sesama manusia dan mengelola alam
sebagai pengurus yang telah dipercaya Allah. Sejak mandat kerja diberikan kepada
Adam, Allah menyuruh manusia untuk mengurus bumi ini dan memanfaatkannya
sebaik-baiknya bagi kesejahteraan manusia dan seisi bumi. Manusia tidak boleh
merusak alam. Manusia tidak boleh menggunakan segala cara untuk memenuhi
ambisi dan menambah pundi-pundi emasnya. Dengan bekerja, manusia melayani
Allah, sesama manusia, dan alam semesta.
Di dalam agama Islam tidak membiarkan seorang muslim kebingungan dalam
berusaha mencari nafkah, bahkan telah memberikan solusi tuntas dan mengajarkan
etika mulia agar mereka mencapai kesuksesan dalam mengais rizki dan membukakan
pintu kemakmuran dan keberkahan. Kegiatan usaha dalam kaca mata Islam memiliki
kode etik dan aturan, jauh dari sifat tamak dan serakah sehingga mampu membentuk
sebuah usaha yang menjadi pondasi masyarakat madani dan beradab. Sebagai mana
firman Allah SWT sebagai berikut:

10
Seluruh harta kekayaan milik Allah sementara manusia hanya sekedar sebagai
pengelola, maka orang yang bertugas sebagai pengelola tidak berhak keluar dari
aturan Pemilik harta (Allah), maka sungguh sangat menyedihkan bila terdapat
sebagian orang yang berpacu untuk meraih kenikmatan dunia dengan menghabiskan
seluruh waktunya, sementara mereka melupakan tujuan utama penciptaan, yaitu
beribadah kepada-Nya sebagaimana firman Allah: Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rezki
sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya memberi Aku makan.
Sesungguhnya Allah Dialah Maha Pemberi rezki Yang Mempunyai Kekuatan lagi
Sangat Kokoh. (QS. 51:56-58).

K. Bidang Islam Sebagai Disiplin Ilmu


Persoalan pendidikan Islam yang perlu dikaji ulang – khususnya di Perguruan
Tinggai Agama Islam (PTAI) – adalah penggunaan metodologi kontemporer. Sejak
beberapa tahun silam, PTAI secara resmi menggunakan metode Islamic studies yang
diterapkan di universitas-universitas Barat.
Selama ini yang berlaku, mayoritasnya menggunakan pendekatan orientalis,
yaitu historis dan antropologis. Seperti diterangkan dalam buku Amin Abdullah, Studi
Islam: Normativitas dan Historisitas (Pustaka Pelajar Yogyakarta, 1999). Bahwa dua
pendekatan tersebut menjadi pisau analisis studi Islam, termasuk studi ilmu agama di
perguruan tinggi Islam Indonesia[1].
Dalam bukut tersebut dijelaskan; pendekatan historis antropologis adalah
pendekatan studi yang menekankan kepada pemahaman keagamaan berdasarkan
berbagai sudut keilmuan sosial-keagamaan yang bersifat multi dan interdisipliner,
baik lewat pendekatan filosofis, psikologis, sosiologis, kultural dan antropologis.
Framework kajian adalah kerangka acuan dalam studi suatu ilmu. Framework lebih
fokus kepada kajian konseptual, tidak sekedar metode. Oleh sebab itu framework
lebih dalam dan substansial. Dalam studi pendidikan akidah, framework merumuskan
apa itu konsep akidah, konsep Islam dan sebagainya. Karena itu kesalahan framework
akan berakibat secara serius dari pada sekedar metode.
Jika framework studi agama mengikuti orientalis seperti pendekatan historis
antropologis tersebut, maka dalam studi tidak ada batasan-
batasan ushul dan furu’. Tidak ada penegasan konsep akidah, dan kaitannya dengan
ilmu-imu syariat lainnya. Persoalan dari pendekatan tersebut adalah, framework
kajian akidahnya menempatkan ajaran agama bersifat relatif dan terkait dengan
konteks sosial-budaya tertentu.

11
Di antara cendekiawan Muslim kontemporer yang menerapkan metode orientalis
dalam studi Islam itu adalah Mohammed Arkoun. Ia menamakan metodenya
dengan Islamiyyat al-Tathbiqiyah (Islamologi Terapan). Islamologi Terapan ini
adalah; membaca ulang secara kritis turath – yang bebas dari definisi-definisi
dogmatis maupun teologis, dan sebagai kritik ideologi[2]. Arkoun mengenalkan
Islamologi Terapan pada tahun 1970 sebagai pembacaan kritis terhadap dua model
studi – yaitu studi Islam (Islamologi) orientalis dan studi Islam para ulama klasik.
Studi orientalis disebut Islamologi Klasik (al-Islām al-Taqlīdiyyah) sedangkan model
studi turats para ulama disebut (al-Ijtihād al-Taqlīdī). Secara umum keduanya terlalu
bias terpusat pada logos. Pembongkaran dilakukan agar studi Islam yang ditawarkan
lebih humanis. Inilah usaha Arkoun dalam mengkaji Islam dalam kerangka paradigma
humanis.
Islamologi Klasik memaknai dengan “Wacana Barat (orientalis) tentang Islam”.
Selama ini menurutnya masih mengandung pengaruh-pengaruh pola pikir
etnosentrisme. Ada dua hal tradisi keilmuan para ulama klasik dan orientalis yang
menjadi sasaran pembacaan kritisnya. Pertama, keharusan epistemologis (al-iltizām
al-ibistimūlūjī). Yakni, para orientalis yang berurusan dengan budaya mereka ketika
meneliti Islam, lantas mengkajinya dengan bertolak dari praanggapan-praanggapan
dan asioma-aksioma filosofis, teologis dan ideologis tertentu[3].
Arkoun memprotesnya sebab ini cara pemikiran positivistik dan imperatif. Seperti
gaya para filsuf postmo lainnya, Arkoun menolak keharusan pendekatan teologis,
sebab ini tidak menghentikan ortodoksi yang memelihara ekstrimitas[4]. Kedua, para
orientalis tidak memperhatikan nasib umat Islam dan masyarakatnya dalam mengkaji.
Padahal, tambah Arkoun, Islam memerlukan pembaharuan. Sedangkan orientalis
menafsirkan dan mengutip apa yang mereka pahami tentang Islam apa adanya.
Kesalahannya lagi, Islam tidak ditempatkan secara epistemologis. Dalam hal ini yang
diinginkan Arkoun adalah menghindari vonis salah benar. Ia mencontohkan studi
perbandingan Islam-Kristen dalam buku Introduction a la musulmane (Pengantar
Teologi Islam) karya Louis Gardnet, kecenderungan kuat membandingkan titik-titk
teologis yang terpisah. Cara ini menurutnya adalah berangkat dari prasangka kaku
dari sistem yang eksklusif[5].

12
Pendekatan interdisipliner ini menghantarkan pada dua persoalan. Pertama, karena
melibatkan berbagai macam acuan-acuan ilmu maka, seperti diakui oleh Mukhtar al-
Fajjari, kajiannya menjadi tumpang tindih antar satu dengan yang lainnya sehingga
tidak mudah untuk menelusuri akan sampai dimana produk studinya kecuali efek
pembongkarannya saja. Kedua, eklektisme ini adalah upaya pembebasan warisan
tradisi Islam dari sekat-sekat teologi dan ideologi. Ia membuka kebebasan fungsi nalar
untuk melakukan eksplorasi tanpa ada prasangka-prasangka ideologi, etnik maupun
agama.
Selain itu, metode Islamologi Terapan ini, menurut Mukhtar al-Fajjāri tidak lebih dari
humanisasi keagamaan yang berbasis eurosentris. Alasannya, posisi Arkoun adalah
seorang peneliti berbangsa Prancis, maka menurut al-Fajjāri, wacana yang diinginkan
sesungguhnya merupakan pemikiran baru yang sesuai dengan iklim budaya ilmiah di
negaranya. Pada dasarnya ia juga mengkritik studi orientalisme yang eurosentris itu,
akan tetapi, justru ia tidak mampu melepaskan dari pandangan-pandangan budaya
Barat sendiri.

13
BAB III PENUTUP
A. Kritik dan Saran

Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah
pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.Karena kami
hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan Dan kami juga sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya.

14

Anda mungkin juga menyukai