Anda di halaman 1dari 17

BAB I

TINJAUAN TEORI ANGINA PECTORIS

A. DEFINISI
Angina pectoris adalah nyeri hebat yang berasal dari jantung dan
terjadi sebagai respon terhadap supalai oksigen yang tidak adequate ke
sel-sel miokardium. Nyeri angina dapat menyebar ke lengan kiri, ke
punggung, ke rahang, atau ke daerah abdomen (Corwin, 2015).
Angina pectoris ialah suatu sindrom klinis di mana pasien
mendapat serangan dada yang khas, yaitu seperti ditekan atau terasa berat
di dada yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut
biasanya timbul pada waktu pasien melakukan suatu aktivitas dan segera
hilang bila pasien menghentikan aktivitasnya (Mansjoer dkk, 2016).
Kadang-kadang keluhannya dapat berupa cepat capai, sesak nafas
pada saat aktivitas, yang disebabkan oleh gangguan fungsi akibat ischemia
miokard. Penyakit angina pektoris ini juga disebut sebagai penyakit
kejang jantung. Penyakit ini timbul karena adanya penyempitan pembuluh
koroner pada jantung yang mengakibatkan jantung kehabisan tenaga pada
saat kegiatan jantung dipacu secara terus-menerus karena aktifitas fisik
atau mental.

B. ANATOMI FISIOLOGI

C. ETIOLOGI
Angina pektoris dapat terjadi bila otot jantung memerlukan asupan
oksigen yang lebih pada waktu tertentu, misalnya pada saat bekerja,
makan, atau saat sedang mengalami stress. Jika pada jantung mengalami
penambahan beban kerja, tetapi supplai oksigen yang diterima sedikit,
maka akan menyebabkan rasa sakit pada jantung. Oksigen sangatlah
diperlukan oleh sel miokard untuk dapat mempertahankan fungsinya.
Oksigen yang didapat dari proses koroner untuk sel miokard ini, telah
terpakai sebanyak 70 - 80 %, sehingga wajar bila aliran koroner menjadi
meningkat. Aliran darah koroner terutama terjadi sewaktu diastole pada
saat otot ventrikel dalam keadaan istirahat.
Faktor- faktor yang mempengaruhi pemakaian oksigen pada
jantung adalah :
1. Denyut Jantung
Apabila denyut jantung bertambah cepat, maka kebutuhan oksigen tiap
menitnya akan bertambah.
2. Kontraktilitas

ALTO SOLI, S.Kep


Dengan bekerja, maka akan banyak mengeluarkan katekolamin
(adrenalin dan nor adrenalin) sehingga dapat meningkatkan kontraksi
pada jantung.
3. Tekanan Sistolik Ventrikel Kiri
Makin tinggi tekanan, maka akan semakin banyak pemakaian oksigen.

D. PATOFISIOLOGI
Sakit dada pada angina pektoris disebabkan karena timbulnya
iskemia miokard atau karena suplai darah dan oksigen ke miokard
berkurang. Aliran darah berkurang karena penyempitan pembuluh darah
koroner (arteri koronaria). Penyempitan terjadi karena proses ateroskleosis
atau spasme pembuluh koroner atau kombinasi proses aterosklerosis dan
spasme.
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di
intima arteri besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan
mengganggu absorbsi nutrient oleh sel-sel endotel yang menyusun lapisan
dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena
timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Endotel pembuluh
darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut,
selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. P
ada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi
pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya
koagulasi intravaskuler, diikuti oleh penyakit tromboemboli, yang
merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.
Pada mulanya, suplai darah tersebut walaupun berkurang masih
cukup untuk memenuhi kebutuhan miokard pada waktu istirahat, tetapi
tidak cukup bila kebutuhan oksigen miokard meningkat seperti pada
waktu pasien melakukan aktivitaas fisik yang cukup berat. Pada saat
beban kerja suatu jaringan meningkat, kebutuhan oksigennya juga
meningkat. Apabila kebutuhan oksigen meningkat pada jantung yang
sehat, arteri-arteri koroner akan berdilatasi dan mengalirkan lebih banyak
darah dan oksigen ke otot jantung. Akan tetapi apabila arteri koroner
mengalami kekakuan atau menyempit akibat aterosklerosis dan tidak
dapatberdilatasi sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen,
dan terjadi iskemia(kekurangan suplai darah) miokardium dan sel-sel
miokardium mulai menggunakan glikolisis anaerob untuk memenuhi
kebutuhan energinya. Proses pembentukan energy ini sangat tidak efisien
dan menyebabkan pembentukan asam laktat. Asam laktat menurunkan pH
miokardium dan menyebabkan nyeri ang berkaitan dengan angina
pectoris. Apabila kebutuhan energy sel-sel jantung berkurang, suplai
oksigen oksigen menjadi adekut dan sel-sel otot kembali keproses

ALTO SOLI, S.Kep


fosforilasi oksidatif untuk membentuk energy. Proses ini tidak
menghasilkan asam laktat. Dengan menghilangnya penimbunan asam
laktat, nyeri angina pectoris mereda.

ALTO SOLI, S.Kep


E. PATHWAY

Aterosklerosis, pajanan terhadap stress latihan fisik


spasme pembuluh dingin
darah adrenalin
meningkat kebutuhan jantung
meningkat

vasokontriksi

aliran O2 arteri aliran O2 ke jantung


koronaria meningkat menurun

Jantung kekurangan O2

Iskemia otot jantung

Kontraksi otot jantung Nyeri

Nyeri Akut Ancaman kematian Perlu menghindari


Penurunan Komplikasi
curah
jantung
Cemas
di perlukan
Pengetahuan
Tinggi
Ansietas

Defisiensi
pengetahuan

ALTO SOLI, S.Kep


F. MANIFESTASI KLINIS
1. Angina pectoris stabil
a. Muncul ketika melakukan aktifitas berat
b. Biasanya dapat diperkirakan dan rasa nyeri yang muncul biasanya
sama dengan rasa nyeri yang datang sebelumnya
c. Hilang dalam waktu yang pendek sekitar 5 menit atau kurang
d. Hilang dengan segera ketika anda beristirahat atau menggunakan
pengobatan terhadap angina
e. Rasa sakitnya dapat menyebar ke lengan, punggung atau area lain
f. Dapat dipicu oleh tekanan mental atau stres
2. Angina pectoris tidak stabil.
a. Angina yang baru pertama kali atau angina stabil dengan
karakteristik frekuensi berat dan lamanya meningkat
b. Timbul waktu istirahat/kerja ringan
c. Tidak dapat diperkirakan
d. Biasanya lebih parah dan hilang dalam waktu yang lebih lama
e. Dapat tidak akan hilang saat beristirahat ataupun pengobatan angina
f. EKG: Deviasi segment ST depresi atau elevasi
3. Angina variant
a. Angina yang terjadi spontan umumnya waktu istirahat dan pada
waktu aktifitas ringan. Biasanya terjadi karena spasme arteri koroner
b. EKG deviasi segment ST depresi atau elevasi yang timbul pada
waktu serangan yang kemudian normal setelah serangan selesai.

G. KOMPLIKASI
1. Stable Angina Pectoris
Kebutuhan metabolik otot jantung dan energi tak dapat dipenuhi
karena terdapat stenosis menetap arteri koroner yang disebabkan oleh
proses aterosklerosis. Keluhan nyeri dada timbul bila melakukan suatu
pekerjaan. sesuai dengan berat ringannya pencetus dibagi atas beberapa
tingkatan :
a. Selalu timbul sesudah latihan berat.
b. Timbul sesudah latihan sedang ( jalan cepat 1/2 km)
c. Timbul waktu latihan ringan (jalan 100 m)
d. Angina timbul jika gerak badan ringan (jalan biasa)

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Setiap penderita dengan gejala yang mengarah pada angina harus
dilakukan EKG 12 lead. Namun hasil EKG akan normal pada 50 % dari
penderita dengan angina pectoris. Depresi atau elevasi segmen ST

ALTO SOLI, S.Kep


menguatkan kemungkinan adanya angina dan menunjukkan suatu
ischemia pada beban kerja yang rendah.
Foto thoraks pada penderita angina pectoris biasanya normal. Foto
thoraks lebih sering menunjukkan kelainan pada penderita dengan riwayat
infark miokard atau penderita dengan nyeri dada yang bukan berasal dari
jantung. Manfaat pemeriksaan foto thorak secara rutin pada penderita
angina masih dipertanyakan.
Uji latih beban dengan monitor EKG merupakan prosedur yang
sudah baku. Dari segi biaya, tes ini merupakan termurah bila dibandingkan
dengan tes echo. Untuk mendapatkan informasi yang optimal, protocol
harus disesuaikan untuk masing-masing penderita agar dapat mencapai
setidaknya 6 menit. Selama EKG, frekwensi, tekanan darah harus
dimonitor dengan baik dan direkam pada tiap tingkatan dan juga pada saat
abnormallitas segmen ST. metode yang dipakai pada uji beban yaitu
dengan menggunakan treadmill dan sepeda statis.
Interpretasi EKG uji latih beban yang paling penting adalah adanya
depresi dan elevasi segmen ST lebih dari 1 mm. Biasanya uji latih beban
dihentikan bila mencapai 85% dari denyut jantung maksimal berdasarkan
umur, namun perlu diperhatikan adanya variabilitas yang besar dari denyut
jantung maksimal pada tiap individu. Indikasi absolute untuk
menghentikan uji beban adalah penurunan tekanan darah sistolik lebih dari
10 mmHg dari tekanan darah awal meskipun beban latihan naik jika
diikuti tanda ischemia yang lain : angina sedang sampai berat , ataxia yang
meningkat, kesadaran menurun, tanda-tanda penurunan perfusi seperti
sianosis.
Pada penderita yang tidak bisa di diagnosa dengan uji latih beban
berdasarkan EKG, maka dilakukan uji latih beban dengan pencitraan.
Isotop yang biasa digunakan adalah thalium-210.
Tes uji latih ekokardiografi dianalisa berdasarkan penilaian
penebalan miokard pada saat uji latih dibandingkan dengan saat istirahat.
Gambaran ekokardiografi yang mendukung adanya ischemia miokard
adalah: penurunan gerakan dinding pada 1 atau lebih segmen ventrikel
kiri, berkurangnya ketebalan dinding saat sistol atau lebih segmen pada
saat uji latih beban, hiperkinesia kompensasi pada segmen dinding yang
berkaitan atau yang tidak ischemia.

I. PENATALAKSANAAN
Ada dua tujuan utama penatalaksanaan angina pectoris :
1. Mencegah terjadinya infark miokard dan nekrosis, dengan demikian
meningkatkan kuantitas hidup.

ALTO SOLI, S.Kep


2. Mengurangi symptom dan frekwensi serta beratnya ischemia, dengan
demikian meningkatkan kualitas hidup.
Prinsip penatalaksanaan angina pectoris adalah: meningkatkan
pemberian oksigen (dengan meningkatkan aliran darah koroner) dan
menurunkan kebutuhan oksigen (dengan mengurangi kerja jantung).
1. Terapi Farmakologis untuk anti angina dan anti iskhemia
a. Penyekat Beta
obat ini merupakan terapi utama pada angina. Penyekat beta dapat
menurunkan kebutuhan oksigen miokard dengan cara menurunkan
frekwensi denyut jantung, kontraktilitas, tekanan di arteri dan
peregangan pada dinding ventrikel kiri. Efek samping biasanya
muncul bradikardi dan timbul blok atrioventrikuler. Obat penyekat
beta antara lain: atenolol, metoprolol, propranolol, nadolol.
b. Nitrat dan Nitrit
Merupakan vasodilator endothelium yang sangat bermanfaat untuk
mengurangi symptom angina pectoris, disamping juga mempunyai
efek antitrombotik dan antiplatelet. Nitrat menurunkan kebutuhan
oksigen miokard melalui pengurangan preload sehingga terjadi
pengurangan volume ventrikel dan tekanan arterial. Salah satu
masalah penggunaan nitrat jangka panjang adalah terjadinya
toleransi terhadap nitrat. Untuk mencegah terjadinya toleransi
dianjurkan memakai nitrat dengan periode bebas nitrat yang cukup
yaitu 8 – 12 jam. Obat golongan nitrat dan nitrit adalah : amil nitrit,
ISDN, isosorbid mononitrat, nitrogliserin.
2. Terapi Non Farmakologis
Ada berbagai cara lain yang diperlukan untuk menurunkan kebutuhan
oksigen jantung antara lain : pasien harus berhenti merokok, karena
merokok mengakibatkan takikardia dan naiknya tekanan darah,
sehingga memaksa jantung bekerja keras. Orang obesitas dianjurkan
menurunkan berat badan untuk mengurangi kerja jantung. Mengurangi
stress untuk menurunkan kadar adrenalin yang dapat menimbulkan
vasokontriksi pembulu darah. Pengontrolan gula darah. Penggunaan
kontra sepsi dan kepribadian seperti sangat kompetitif, agresif atau
ambisius.

J. PENCEGAHAN
1. Berhenti merokok dan batasi konsumsi minuman beralkohol
2. Olaraga secara teratur, dan jaga berat badan ideal
3. Perbaiki pola makan, dengan mengkonsumsi makanan rendah lemak
dan garam
4. Mengelola stres dengan cara yang positif

ALTO SOLI, S.Kep


5. Rutin periksa ke dokter, jika memiliki penyakit darah tinggi
(hipertensi)

ALTO SOLI, S.Kep


BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. PENGKAJIAN PRIMER
Pengkajian dilakukan secara cepat dan sistemik, antara lain :
a. Airway
1. Lidah jatuh kebelakang
2. Benda asing/ darah pada rongga mulut
3. Adanya sekret
b. Breathing
1. pasien sesak nafas dan cepat letih
2. Pernafasan Kusmaul
c. Circulation
1. TD meningkat
2. Nadi kuat
3. Disritmia
4. Adanya peningkatan JVP
5. Capillary refill > 2 detik
6. Akral dingin
d. Disability : pemeriksaan neurologis, GCS menurun
A : Allert : sadar penuh, respon bagus
V : Voice Respon : kesadaran menurun, berespon terhadap suara
P : Pain Respons : kesadaran menurun, tidak berespon terhadap
suara, berespon terhadap rangsangan nyeri
U : Unresponsive : kesadaran menurun, tidak berespon terhadap suara,
tidak bersespon terhadap nyeri

B. PEMERISAAN FISIK
1. Sistem Pernapasan
Inspeksi : Periksa seluruh dada untuk mencari adanya jaringan parut dan
lesi. Melihat bentuk, pola nafas dalam (kecepatan dan kedalaman
pernapasan), gerakan dinding dada sewaktu bernapas dalam istirahat
.Pada klien dengan abses biasanya akan mengalami pernapasan cepat.
Palpasi : Untuk menilai posisi mediastinum, pengembangan dada, dan
peraba vomitus vocal.
Perkusi : Tujuannya adalah mengetuk dada dengan metode aku serta
mendengarkan dan merasakan bunyi yang dihasilkan titik paru normal
bunyinya Sonor.
Auskultasi : Yaitu teknik mendengarkan suara pada dinding thorax
menggunakan stetoscope. Suara napas normal yang dihasilkan

ALTO SOLI, S.Kep


yaitu vesikuler, dan suara napas tambahan berupa mengi (wheezing),
ronki (rales, krepitasi) dan rub. Cara ini juga untuk menilai resonasi
vocal.

2. Sistem Pencernaan
Pada abses submandibular biasanya didapatkan tanda-tanda infeksi
( rubor, kalor, dolor, tumor, fungtiolaesa) disekitar submandibular,
maksila, bibir, dapat juga menyebar ke pipi, tergantung berat infeksi.
Klien akan mengeluh nyeri rahang bagian belakang, sulit membuka
mulut dan mengunyah.
3. Sistem Kardiovaskuler
Pada pemeriksaan TTV dapat ditemukan hipertensi maupun hipotensi,
takikardi, keadaan klien lemah karena anemia mungkin terjadi
Inspeksi : Melihat adanya clubbing finger, keadaan kuku
(diskolorasi biru jika aliran darah perifer terganggu), anemis pada
kojungtiva, dan iktus cordis.
Palpasi : Menghitung kecepatan nadi dinyatakan dalam “denyut
per menit”, meraba iktus cordis pada ICS 5 di linea media
clavicular kiri.

Perkusi : Ditemukan batas jantung


Auskultasi : Bunyi jantung ke-1 (S1) penutupan katup mitral adalah
komponen utama S1 dan volumenya bergantung pada kekuatan
katup tersebut menutup. Bunyi antung ke-2 (S2) penutupan katup
aorta.
4. Sistem Endokrin
Inspeksi : melihat adanya pembesaran kelenjar tiroid.
Palpasi : menilai pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe
servikalis
5. Sistem persyarafan
Menilai tingkat kesadaran
Pemeriksaan 12 saraf kranial
6. Sistem musculoskeletal
Pengkajian musculoskeletal terdiri dari inspeksi da pengkajian terhadap
rentang gerak sendi, tonus otot dan kekuatan otot
7. Sistem penglihatan
Dilakukan pengkajian bentuk mata, kenjungtiva, pupil, pergerakan bola
mata, medann penglihatan dan buta warna
8. THT dan wicara
a. Telinga :

ALTO SOLI, S.Kep


inspeksi struktur-struktur eksternal telinga, dan dalam telinga dengan
menggunakan otoscop, palpasi daerah depan tragus, periksa ada
tidaknya cairan yang keluar dari telinga, tes webber dan rinne.
b. Hidung :
Inspeksi permukaan luar dan penampilan hidung, palassi tulang
hidung untuk mengetahui adanya nyeri
c. Tenggorokan
Pada klien abses submandibular mengalami keterbatasan pada
pemeriksaan tenggorokan disebabkan keterbatasan dalam membuka
mulut

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
2. Penurunan curah jantung berhubungan gangguan kontraksi
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
4. Defesiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber
pengetahuan

ALTO SOLI, S.Kep


INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil

1. Nyeri NOC: 1.

Faktor yang berhubungan :  Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif


terhadap kemudahan fisik psikologis
Agen – agen penyebab
 Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk
cedera : biologis, kimia,
mengendalikan nyeri
fisik dan psikologis
 Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat
Batasan karakteristik diamati atau dilaporkan 2.
Tujuan dan criteria evaluasi
Subjektif
3.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
Mengungkapkan secara verbal
atau melaporkan nyeri dengan x 24 jam :Menunjukan tingkat nyeri
isyarat 4.
Indicator sebagai berikut:
Objektif 5.
Indikator Saat Target
6.
 Posisi untuk menghindari dikaji
7.
nyeri
Nyeri yang dilaporkan
 Perubahan selera makan
 Perubahan ekspresi misal : Ekspresi nyeri pada wajah
gelisah, merinih, meringis,
Ketegangan otot
menangis
8.
 Bukti nyeri dapat diamati Durasi episode nyeri
 Gangguan tidur 9.
Merintih dan menangis

Gelisah

Ket : 1. Sangat Berat; 2. Berat; 3. Sedang 10


11
4. Ringan; 5. Tidak ada

ALTO SOLI, S.Kep


INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil

2. Penurunan Curah Jantung NOC: 1.

Faktor yang berhubungan :  Keefektifan pompa jantung; kecukupan volume


darah yang dipompakan dari ventrikel kiri untuk 2.
 Perubahan afterload mendukung tekanan perfusi sistemik 3.
 Perubahan frekuaensi Tujuan dan criteria evaluasi
jantung
 Perubahan irama jantung Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama x24
jam :Menunjukkan keefektifan pompa jantung yang 4.
 Perubahan preload
dibuktikan oleh indicator sebagai berikut: 5.
 Perubahan volume
6.
sekuncup
Indikator Saat dikaji Target 7.
Batasan karakteristik
Tekanan darah sistol
 Perubahan afterload :
Dispneu, oliguria, Tekanan darah sistol 8.
penurunan nadi perifer,
Denyut nadi perifer 9.
sianosi
 Perubahan frekuaensi Keseimbangan intake 10.
jantung dan irama jantung : dan output dalam 24 jam
bradikardia, palpitasi 11.
Note : deviasi 1.Berat; 2. Cukup berat; 3. Sedang;
jantung, aritmia
12.
 Perubahan preload 4. Ringan 5. Tidak ada
Distensi vena jugular,
Indikator Saat dikaji Target 13.
edema, keletihan, murmur
jantung, peningkatan CVP Angina 14.
Kelelahan

ALTO SOLI, S.Kep


Dyspnea
15.
Sianosis

Intoleransi aktivitas

Note : 1.Berat; 2. Cukup berat; 3. Sedang;

4. Ringan 5. Tidak

INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil

3. Ansietas NOC: 1.

Batasan Karakteristik :  Tingkat kecemasan; keparahan dari tanda-tanda


ketakutan, ketegangan, atau kegelisahan yang 2.
 Gelisah berasal dari sumber yang tidak dapat 3.
 Kesedihan diidentifikasi.
 Ketakutan Tujuan dan criteria evaluasi
 Sangat Khawatir
Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama x24 4.
 Ragu
 Perasaan tidak adekuat jam : ansietas teratasi yang dibuktikan dengan
Faktor yang berhubungan : indikator sebagai berikut:

 Ancaman Kematian Indikator Saat Target 5.


dikaji
 Kebutuhan yang tidak
dipenuhi Perasaan gelisah
6.
 Krisis situasi
 Konflik nilai
 Perubahan besar (mis, status

ALTO SOLI, S.Kep


ekonomi, lingkungan, status Rasa takut yang 7.
kesehatan, fungsi peran, disampaikan secara lisan
status peran)
Rasa cemas yang
 Stressor 8.
disampaikan secara lisan

Peningkatan tekanan darah 9.

Pusing

Penurunan produktivitas

Note : 1. Berat , 2. Cukup berat, 3. Sedang,

4. Ringan, 5. Tidak ada

INTERVENSI KEPERAWATAN

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil

4. Defesiensi Pengetahuan NOC: 1

Faktor yang berhubungan :  Pengetahuan; tingkat pemahaman yang


ditujukan tentang penyakit 2
 Keterbatasan kognitif Tujuan dan criteria evaluasi
 Kesalah dalam memahami
informasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
 Kurang sumber
x 24 jam : pasien memperlihatkan pengetahuan;
pengetahuan
tentang penyakitnya dengan indicator sebagai 3
 Kurang Informasi
berikut:
 Kurang minat belajar
4

ALTO SOLI, S.Kep


Batasan karakteristik
5
 Ketidakuratan melakukan Indikator Saat Target
perintah dikaji
 Kurang pengetahuan 6
Faktor-faktor penyebab
 Perilaku tidak tepat (gelisah,
cemas, apatis) Perjalanan penyakit

Tanda dan gejala penyakit


7
Pencegahan penyakit
8
Pilihan pengobatan yang
tersedia

Strategi mengatasi efek 9


samping

Sumber informasi
terpercaya terkait penyakit

Note : pengetahuan 1. Tidak ada; 2.Terbatas ;


1
3. Sedang; 4. Banyak 5. Sangat banyak

ALTO SOLI, S.Kep


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2016. Keperawatan Medical-Bedah Vol 2. Jakarta : EGC

Corwin, EJ. 2017. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Finarga. 2016. Angina. Dimuat dalam http://finarga.blogspot.com/ (diakses pada


11 Maret 2016)

Mansjoer, A dkk. 2017. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius

Nurarif, A. H., & Hardhi, K. 2017. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Dan Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Rab, T. 2016. Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: Penerbit PT


Alumni

ALTO SOLI, S.KEP

Anda mungkin juga menyukai