Anda di halaman 1dari 21

MAHASISWA BEKERJA PARUH WAKTU; ANTARA

KONSUMSI DAN PRESTASI AKADEMIK


(Studi Pada Mahasiswa Bekerja Paruh Waktu di Uno
Board Game Cafe)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :
Achmad Hipjillah
NIM. 115020101111022

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

MAHASISWA BEKERJA PARUH WAKTU; ANTARA KONSUMSI DAN


PRESTASI AKADEMIK

(Studi Pada Mahasiswa Bekerja Paruh Waktu di Uno Board Game Cafe)

Yang disusun oleh :

Nama : Achmad Hipjillah


NIM : 115020101111022
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang
dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal …………….. (diisi tanggal
ujian)

Malang, 30 Maret 2015

Dosen Pembimbing,

Dr. Nurul Badriyah, S.E, M.E

NIP. 19740302 200501 2 001


Mahasiswa Bekerja Paruh Waktu; Antara Konsumsi dan Prestasi Akademik

(Studi Pada Mahasiswa Bekerja Paruh Waktu di Uno Board Game Cafe)

Achmad Hipjillah

Dr. Nurul Badriyah, S.E., M.E

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang

Email: achmad.hipjillah@yahoo.com

ABSTRAK
Mahasiswa yang bekerja adalah mahasiswa yang mengambil peran sebagai orang yang
mempersiapkan diri dalam keahlian tertentu dalam tingkat pendidikan tinggi sambil melakukan
suatu aktivitas yang dilakukan untuk orang lain dengan memberikan talenta mereka kepada
perusahaan untuk mendapatkan imbalan. Uno Board Game Cafe merupakan satu-satunya dari
beberapa cafe di kota Malang yang mempekerjakan seluruh pekerjanya ialah mahasiswa bekerja
paruh waktu. Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi tingkat konsumsi dan prestasi
akademik terhadap mahasiswa bekerja paruh waktu.

Metode peneltian ini menggunakan penelitian kualitatif dimana penelitian kualitatif


merupakan penelitian yang tidak menggunakan sumber datanya berupa angka-angka melainkan
menggunakan penggambar yang terjadi dilapangan melalui wawancara, dokumentasi, dll. Sumber
data yang digunakan adalah data primer dan data skunder.

Hasil pada penelitian ini ialah tidak adanya keterkaitan antara tingkat konsumsi dengan
prestasi akademik mahasiswa bekerja paruh waktu, melainkan terdapat keterkaitan antara satu
faktor dengan faktor lain, seperti tingkat konsumsi terkait dengan upah/gaji dan tingkat prestasi
akademik terkait dengan manajemen waktu, dukungan perusahaan serta motivasi prestasi.

Kata kunci: mahasiswa bekerja paruh waktu, konsumsi, prestasi akademik.

A. LATAR BELAKANG

Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai kebutuhanpun semakin bertambah. Salah


satu kebutuhan yang penting saat ini adalah kebutuhan akan pendidikan. Pendidikan sendiri
merupakan kebutuhan mutlak, dimana sumber daya manusia yang terdidik merupakan sumber
keunggulan dari negara tersebut (Drucker dalam Harumi, 2011). Melalui pendidikan, individu
akan mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh sebab itu, tenaga kerja harus
menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi atau Universitas. Salah satu jenjang pendidikan yang
penting bagi masa depan adalah jenjang perkuliahan, dimana masa perkuliahan merupakan masa
yang penting bagi seorang mahasiswa dalam menentukan masa depannya, sebelum seseorang itu
masuk ke dalam dunia kerja. Pendidikan tinggi yang berkualitas dengan hasil yang memuaskan
sangat diharapkan oleh seluruh mahasiswa.

Dalam penelitian tahun 1990-an (dalam Robotham, 2011), bahwa mahasiswa


yang bekerja paruh waktu telah menerima peningkatan tingkat bunga (pendapatan). Sebuah badan
pertumbuhan penduduk telah menyelidiki fenomena ini, dengan maksud untuk mengembangkan
sifat pekerjaan itu, dan kemungkinan konsekuensi bagi individu mencari untuk menggabungkan
studi dan pekerjaan. Partisipasi mahasiswa dalam pasar tenaga kerja selama masa studi mereka
bukanlah perkembangan baru, bagaimanapun di beberapa negara kegiatan tersebut adalah norma
bukan pengecualian. Mahasiswa dianggap mampu mengatasi segala bentuk permasalahan yang
dihadapi dalam perkuliahan. Sebagai indvidu dalam perkembangannya memiliki tugas
perkembangan yang harus di tempuh dalam menyelesaikan semua persoalan hidup.

Kuliah sambil bekerja banyak memberi dampak bagi mahasiswa baik positif maupun
negatif. Dampak positif yang diperoleh oleh mahasiswa yang kuliah sambil bekerja adalah
memiliki pengalaman diluar kelas, smemperoleh keterampilan, pengetahuan tentang berbagai
macam pekerjaan, dan bertanggung jawab atas pekerjaan. Dampak negatif yang diwaspadai oleh
mahasiswa sambil bekerja adalah kesulitan membagi kesulitan membagi antara waktu dan
konsentrasi saat kuliah dan bekerja, lebih mementingkan pekerjaan daripada kuliah.

Prestasi belajar sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu dari hasil selama
pembelajarannya. Hal ini didasarkan atas asumsi para ahli psikologi biasanya menyebutkan hal ini
sebagai tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk
kebutuhan anak di dalam suatu program pendidikan (Maslow,1994). Konsumsi adalah sebuah kata
dengan makna yang sederhana tetapi memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian,
karena dengan adanya konsumsi perekonomian dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Pengualaran konsumsi terdiri atas konsumsi pemerintah (goverment consumption) dan konsumsi
rumah tangga/masyarakat (household consumption/private consumption). Namun pada skripsi ini
membahas pada pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu terutama pada mahasiswa. Pengeluaran
konsumsi memiliki porsi terbesar dalam total pengeluaran agregrat.

Uno Board Game cafe merupakan kafe yang mempekerjakan seluruhnya adalah pekerja
paruh waktu. Walaupun di Kota Malang banyak kafe yang mempekerjakan mahasiswa sebagai
bekerja paruh waktu, tetapi hanya terdapat beberapa saja, bahkan tidak hampir seluruh pekerjanya
mahasiswa dan bekerja paruh waktu, tetapi beda dengan halnya Uno Board Game Cafe.

Sehingga dari uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Mahasiswa Bekerja Paruh Waktu; Antara Tingkat Konsumsi dan Prestasi Akademik”.
Pokok permasalahan pada penelitian ini yaitu bagaimana keterkaitan antara tingkat konsumsi dan
prestasi akademik di wilayah penelitian.

B. KAJIAN PUSTAKA

Perilaku Pekerja Mahasiswa di Pasar Input

Pasa input adalah pasar yang menyediakan faktor produksi. Terdiri dari pasar daya
alam/tanah, tenaga kerja, modal, dan kewirausahaan. Penawaran faktor produksi bisa berupa
monopoli sementara permintaan bersifat kolektif. Ciri-ciri dari pasar input ialah (1) Berwujud
kegiatan, tidak berwujud fisik, (2) Permintaan dan penawaran yang dilakukan dalam jumlah besar,
(3) Jenis penawaran dan permintaan sesuai dengan produksi yang dihasilkan.

Permintaan dalam konteks ekonomi didefinisikan sebagai jumlah maksimum suatu


barang atau jasa yang dikehendaki seorang pembeli untuk dibelinya pada setiap kemungkinan
harga dalam jangka waktu tertentu (Sudarsono dalam Sholeh, 2013). Dalam hubungannya dengan
tenaga kerja, permintaan tenaga kerja adalah hubungan antara tingkat upah dan jumlah pekerja
yang dikehendaki oleh pengusaha untuk dipekerjakan. Sehingga permintaan tenaga kerja dapat
didefinisikan sebagai jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Seorang pengusaha pada setiap
kemungkinan tingkat upah dalam jangka waktu tertentu.

Kurva VMP untuk tenaga kerja merupakan kurva permintaan tenaga kerja –jangka
pendek- dari perusahaan yang bersangkutan yang beropersi dalam pasar persaingan sempurna
(dengan catatan kuantitas semua input, lainnya konstan). Bagi setiap perusahaan yang beroperasi
dalam pasar kompetisi sempurna itu, harga outputnya senantiasa konstan terlepas dari berapa
kuantitas output yang dijualnya. Harga input di sini juga kita asumsikan konstan. Penawarannya
elastisitas sempurna untuk semua perusahaan. Dengan demikian kuantitas tenaga kerja yang
memaksimalkan laba perusahaan terletak pada titik perpotongan antara garis upah (tingkat
upah/uang berlaku untuk bekerja terampil yang dibutuhkan perusahaan) dan kurva VMP
perusahaan. Ini diperlihatkan oleh Tabel 1.

Gambar 1. Kuantitas Tenaga Kerja Yang Memaksimukan Laba

Upah, VMP1

Dimana:

W0 W0: Upah konstan

L0: Pekerja optimal

0 L0

Sumber: Sholeh, 2013.

Jika tingkat upah per unit pekerja yang kualitasnya konstan adalah Wo maka kuantitas
pekerja yang optimal adalah Lo. Garis horizontal yang bertolak dari Wo merupakan kurva
penawaran tenaga kerja yang kompetitif sempurna. Perusahaan akan menggunakan tenaga kerja
tambahan jika MPPi lebih besar dari biaya tenaga kerja tambahan. Biaya tenaga kerja tambahan
ditentukan oleh upah riil yang dihitung sebagai (upah nominal/tingkat harga), upah riil ini
mengukur jumlah output riil yang harus di bayar perusahaan untuk setiap pekerjaanya, karena
dengan mengupah satu pekerja lagi menghasilkan kenaikan output untuk MPPL dan biaya pada
perusahaan. Untuk upah riil perusahaan akan mengupah tenaga kerja tambahan selama MPPL
melebihi upah riil.

Gambar 3. Kurva Permintaan Tenaga Kerja Dengan Dua Input Variabel

Upah

W1

W0 D

VMP1 VMP2

0 L2 L1 L0

Sumber: Sholeh, 2013.

Berangkat dari tingkat: Upah (W). Pada tingkat upah sebesar W2 penyerapan tenaga kerja
oleh perusahaan yang optimal adalah L3. Lalu upah naik menjadi Wi, tingkat penyerapan tenaga
yang optimal pun merambat ke L2 dimana garis upah yang horizontal yang baru berpotongan
dengan kurva VMPi, perpotongan baru dari upah horizontal (kurva penawaran tenaga kerja) adalah
titik C, tingkat penyerapan tenaga kerja yang optimal akan turun ke L. Jika titik A dan C
dihubungkan akan diperoleh kurva permintaab tenaga kerja dL-dL. Dengan demikian, dengan
jumlah tenaga kerja yang dipergunakan, produk fisik marjinal modal akan menurun. Setiap unit
modal kini membuahkan lebih sedikit hal sehingga tidak dapat menyerap banyak unit tenaga kerja.
MPPR akan menurun seiring dengan menurunnya tenaga kerja yang di harap. Perusahaan akan
merekrut setiap unit input sampai unit dimana nilai produk marginalnya sama dengan harganya.

Penawaran tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang dapat disediakan oleh pemilik
tenaga kerja pada setiap kemungkinan upah dalam jangka waktu tertentu. Dalam teori klasik
sumber daya manusia (pekerja) merupakan individu yang bebas mengambil keputusan untuk
bekerja atau tidak. Bahkan pekerja juga bebas untuk menetapka jumlah jam kerja yang
diinginkannya. Teori ini didasarkan pada teori tentang konsumen, dimana setiap individu bertujuan
untuk memaksimumkan kepuasan dengan kendala yang dihadapinya.

Menurut G.S Becker (dalam Sholeh, 2013), kepuasan individu bisa diperoleh melalui
keonsumsi atau menikmati waktu luang (leisure). Sedangkan kendala yang dihadapi individu
adalah tingkat pendapatan dan waktu. Bekerja sebagai kontrofersi dari leisure menimbulkan
penderitaan, sehingga orang hanya ingin melakukan kalau memperoleh kompensasi dalam bentuk
pendapatan, sehingga solusi dari permasalahan individu ini adalah jumlah jam kerja yang ingin
ditawarkan pada tingkat upah dan harga yang diinginkan.

Kombinasi waktu non pasar dan barang-barang pasar terbaik adalah kombinasi yang
terletak pada kurva indeferensi tertinggi yang dapat dicapai dengan kendala tertentu. Sebagaimana
gambar 2.3, kurva penawaran tenaga kerja mempunyai bagian yang melengkung ke belakang.
Pada tingkat upah tertentu penyediaan waktu kerja individu akan bertambah apabila upah
bertambah (dari W ke W1). Sets lah mencapai upah tertentu (W’). Pertambahan upah justru
mengurai waktu yang disediakan oleh individu untuk keperluan bekerja (dari W 1 ke WN) hal ini
disebut Backward i Sending Supply curve.

Berdasarkan uraian di atas, mahasiswa yang bekerja paruh waktu dalam penelitian ini
termasuk dalam pekerja paruh waktu (part time). Menurut Erma, pekerja paruh waktu yaitu
pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam hal ini adalah mahasiswa dengan tujuan tertentu,
tidak terkait dengan waktu yang tetap dan disesuaikan dengan kegiatan lain (kegiatan perkuliahan)
mahasiswa tersebut.

Ketenagakerjaan Mahasiswa; Antara Belajar dan Bekerja

Pada usia sekitar 18 tahun, seseorang mulai memasuki dunia mahasiswa. Menurut
Handianto (dalam Erma, 2012), Mahasiswa adalah individu yang berusia 18 tahun atau lebih yang
menempuh pendidikan di dalam lingkungan universitas atau perguruan tinggi . Mahasiswa adalah
individu dalam usia remaja lanjut dan atau usia dewasa awal dengan karakteristiknya yang sedang
menempuh pendidikan di suatu perguruan tinggi (Papalia & Olds dalam Erma, 2012).

Menurut sarwono, mahasiswa adalah kelompok pelajar yang sudah menyelesaikan


pendidikannya di sekolah menengah (umum/kejuruan) kemudian mendaftar dan diterima di
univeritas. Kelompok pelajar yang disebut sebagai mahasiswa tersebut, di lihat dari segi umur
berkisar 18 tahun sampai 30 tahun, dengan mayoritas umur sekitar 18 tahun sampai dengan 25
tahun (Jayanti dalam Erma, 2012). Pada masa 18 tahun sampai dengan 25 tahun inilah masa usia
mahasiswa yang sebenarnya. Pada usia tersebut mahasiswa digolongkan pada masa dewasa awal.

Mahasiswa mempunyai kemampuan mendekati kapasiitas maksimum untuk memperoleh


dan mengolah pengetahuan. Masa ini merupakan waktu bagi penyelesaian masalah secara
sistematis dan pencapaian tingkat kretifitas yang baru. Melalui kuliah individu mengalami
tantangan akademis dan sosial yang mengarahkannya pada pengembangan intelektualitas dan
moral (Erma, 2012). Pendidikan yang sempit hanya di dalam bidangnya tidak cukup untuk
menyadari potensi yang dimiliki oleh seseorang. Mahasiswa kemudian tidak hanya belajar di
bangku perkuliahaan tetapi juga perlu menambah ilmunya dalam hal ini dengan bersosialisasi,
beroragnisasi dan bekerja. Dengan demikian mahasiswa cenderung lebih berkembang, memiliki
banyakpeluang untuk mengeksplorasi berbagai gaya hidup dan nilai, menikmati kemandirian yang
lebih besar dari pengawasan orang tua dan mungkin lebih tertantang secara intelektual dalam
menyelesaikan tugas-tugas akademik.

Namun disisi lain, mahasiswa yang baru memasuki dunia perkuliahan akan mengalami
perubahan besar dalam kehidupannya, seperti mengalami setres. Tekanan untuk berhasil di
perguruan tinggi, memperoleh pekerjaan bergengsi, dan menghasilkan banyak uang, merupakan
masalah yang di alami oleh banyak mahasiswa. Menurut Soldweldel (dalam Suci, 2009)
keberhasilan pada tingkat kuliah ditentukan oleh kemandirian seseorang mahasiwa dalam
mengatur dirinya.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang bekerja
adalah mahasiswa yang mengambil peran sebagai orang yang mempersiapkan diri dalam keahlian
tertentu dalam tingkat pendidikan tinggi sambil melakukan suatu aktivitas yang dilakukan untuk
orang lain dengan memberikan talenta mereka kepada majikan untuk mendapatkan imbalan.

Maksimasi Konsumsi Dan Maksimasi Utilitas

Dalam dunia nyata, sulit memilah-milah faktor apa mempengaruhi apa, sehingga
menyebabkan terjadinya perubahan/peningkatan konsumsi. Sebab ketiga faktor diatas saling
terkait erat dan saling mempengaruhi. Karena itu, bisa saja terjadi dalam kelompok masyarakat
yang berpendapat rendah yang memaksakan untuk membeli barang-barang dan jasa yang
sebenarnya tidak sesuai kemampuan (Rahardja dan Manurung,2008).

Teori perilaku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan. Pendekatan
nilai guna (utility) cardinal dan pendekatan nilai guna ordinal. Dalam pendekatan nilai guna
cardinal dianggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan
secara kuantitatif. Dalam pendekatan nilai guna ordinal. Mmnafaat atau kenikmatan yang
diperoleh masyarakat dari mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantifikasi. Tingkah laku
seorang konsumen untuk memilih barang-barang yang akan memaksimumkan kepuasannya
ditunjukkan dengan bantuan kurva kepuasaan sama yaitu kurva yang menggambarkan gabungan
barang yang akan memberikan nilai guna (kepuasan) yang sama.

Didalam teori ekonomi kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari
mengkonsumsikan barang-barang dinamakan nilai guna atau utility. Kalau kepuasan itu semakin
tinggi maka makin tinggilah nilai gunanya atau utilitinya. Nilai guna dibedakan diantaranya dua
pengertian: nilai guna total dan nila guna marjinal. Nilai guna total dapat diartikan sebagai jumlah
seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Sedangkan
nilai guna marjinal yang berarti pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat dan
pertambahan (atau pengurangan) penggunaan satu unit barang tertentu.

Kepuasan yang diperoleh seseorang dari konsumsi komoditi disebut utilitas (utility atau
kegunaan) istilah lainnya faedah yaitu kepuasan. Dalam utilitas terdapat jenis-jenis utilitas yaitu
utilitas total dan utilitas marjinal. Utilitas total merupakan kepuasan total karena mengkonsumsi
beberapa komoditi, misalnya yang mengkonsumsi 10 unit komoditi tertentu merupakan kepuasan
total yang disajikan oleh ke-10 unit tersebut. Utilitas marjinal merupakan perubahan kepuasan
yang dihasilkan dengan mengkonsumsi lebih banyak atau lebih sedikit komoditi, contohnya dari
ke 10 unit (seperti contoh pada utilitas total) yang dikonsumsi, merupakan kepuasan tambahan
yang diperoleh dari mengkonsumsi unit itu, atau dengan kata lain perbedaan antara utilitas total
dengan mengkonsumsi 9 unit dengan utilitas total dengan mengkonsumsi 10 unit.

Suatu asumsi dasar teori ekonomi tentang perilaku rumah tangga adalah bahwa rumah
tangga mencoba untuk mengambil keputusan yang sebaik mungkin di situasi sekeliling rumah
tangga. Dengan kata lain, para anggota rumah tangga mencari cara untuk memaksimumkan utilitas
total. Asumsi maksimasi utilitas ini kadang-kadang mendapatkan kritikan karena dianggap kurang
realistis. Rumah tangga yang memaksimumkan utilitasnya akan mengalokasikan pengeluarannya
pada komoditi-komoditi hingga utilitas untuk setiap rupiah akhir yang keluarkannya untuk setiap
komoditi itu sama.
C. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Metode penelitian merupakan cara peneliti untuk menggali faktor-faktor psikologi yang
melatarbelakangi perilaku manusia, sehingga dapat dijelaskan, dianalisis, serta dimengerti. Seperti
yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa Rancangan penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif dengan metode analisis data desktiptif.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang sumber datanya bukan berupa angka-
angka seperti penelitian kuantitatif, melainkan data tersebut berasal dari wawancara, catatan
lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Alasan peniliti
menggunakan data kualitatif ialah peniliti ingin menjelaskan serta mendalami dari rumusan
masalah serta tujuan penelitian. Dikarenakan apabila menggunakan data kuantitatif hasil yang
diperoleh ialah data berupa besaran-besaran angka sehingga tidak bisa menjawab dari rumusan
masalah. Dalam penellitian ini, peneliti ingin menggali informasi atau fakta-fakta mengenai
konsumsi dan prestasi akademik mahasiswa bekerja paruh waktu di Uno Board Game Cafe dengan
data yang digunakan berupa catatan-catatan verbal atau semistruktur dari hasil wawancara dan
observasi, oleh karena itu penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode analisis
data deskriptif.

Unit Analisis dan Penentuan Informan

Dalam unit analisis data dalam penelitian ini ialah adanya keterkaitan antara mahasiswa
bekerja dengan tingkat konsumsi dan prestasi akademik yang mana mahasiswa tersebut dituntut
bertanggung jawab atas kuliah dan bekerja dengan adanya output dari kuliah yaitu prestasi
akademik serta dalam bekerja menghasilkan suatu output upah/gaji yang dapat dikaitkan dengan
adanya tingkat konsumsi dari subjek penelitian. Adapun kategori dalam penentuan informan dalam
penelitian ini sebagai berikut :

1. Mahasiswa yang bekerja di Uno Board Game Cafe yang masih aktif berkuliah
sedang menempuh pendidikan Strata 1 (S1).
2. Mahasiswa tersebut mempunyai kegiatan ekstra di luar kampus yaitu bekerja
paruh waktu dengan waktu lebih atau sama dengan satu tahun, terutama yang
sedang bekerja di wilayah penelitian.

Tabel 1: Biodata Informan Penelitian

No. Nama Posisi Lama Bekerja Keterangan


1 Oky Prasetya Bartender 1 tahun 6 bulan Informan I
2 Ade Larasati Admin 1 tahun Informan II
3 Lely Fandia Bartender 1 tahun 3 bulan Informan III
4 Andik Saputra Owner - Informan IV
Sumber: Data Lapang, 2014

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat dimana seorang peneliti akan melakukan penelitian guna
memperoleh informasi lengkap mengenai data yang diperlukan dalam pelaksanaan penellitian.
Peneliti mengambil lokasi penelitian yaitu di Uno Board Game Cafe. Alasan pemilihan lokasi
penelitian untuk memudahkan peneliti mengambil data dan peneliti telah mengenal lokasi tersebut.
Selain itu lokasi tersebut merupakan salah satunya tempat yang mempekerjakan tenaga kerja
mahasiswa dan juga cafe tersebut merupakan satu-satunya yang hampir sebagian besar
karyawannya berasal dari mahasiswa. Mahasiswa bekerja paruh waktu juga dituntut untuk lebih
mengorganisasikan dirinya mengatur waktu yang tepat dalam mengerjakan tugas di kantor dan
tugas kuliah, sehingga peneliti lebih mudah mengamati aktivitas tersebut masing-masing subjek.
Sumber Data

Lofland dan Lofland mengatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif
adalah katakata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain
(Moleong, 2010). Dalam penelitian ini, ada dua sumber data yaitu data primer yaitu menggunakan
observasi, wawancara, dan dokumentasi dan sumber data sekunder yaitu menggunakan data-data
dokumen seperti jurnal-jurnal, buku, karya ilmiah, dll.

Subyek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang mempunyai kegiatan
ekstra di luar kampus yaitu bekerja paruh waktu sebagai informan utama dalam penelitian ini.
Teknik pengambilan subjek dalam penelitia ini adalah dengan menggunakan purposive sampling
yaitu dengan pertimbangan ciri-ciri dan karakteristik-karakteristik tertentu yang menurut peneliti
sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini memerlukan beberapa cara untuk
menyempurnakan aktifitas penelitian itu sendiri. Menurut Creswell (2003) reknik pengumpulan
dara dalam penelitian kualitatif terbagi menjadi tiga tipe dasar yaitu: (1) Observasi atau
pengamatan merupakan aktifitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis.
Pengamatan dilakukan secara terlibat (partisipatif) ataupun tidak terlibat (non partisipatif) (Idrus,
2009). (2) Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sangat penting dalam penelitian
ini. Menurut Moleong (2010). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan subjek secara
bergantian dengan waktu yang berbeda. Peneliti akan mengajukan pertanyaan kepada subjek
penelitian serta teman-teman bekerjanya untuk melihat sejauh mana tingkat konsumsi dan prestasi
akademik terhadap subjek dapat mengatur waktu belajar dan bekerja untuk mencapai tujuan. (3)
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang menggunakan dokumen suatu data. Dokumen
yang diperlukan dalam penelitian ini berupa bahan tertulis yang berkaitan dengan judul penelitian
sebagai sumber data yang bermanfaat untuk menguji, menafsirkan, bahkan meramal suatu data.
Pengumpulan data melalui penggunaan sumber-sumber tertulis yang berupa buku, majalah,
tabloid, buletin, arsip-arsip, laporan-laporan penelitian terdahulu dan sumber-sumber tertulis
lainnya yang relevan.

Teknik Analisis Data

Para ahli memiliki pendapat yang berbeda tentang analisis data dalam penelitian
kualitatif. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan sejak dan sepanjang proses
penelitian berlangsung. Teknik analisis data dalam penelitian ini dengan identifikasi prosedur
pengodean (coding) digunakan dalam mereduksi informasi ke dalam tema-tema kategori-kategori
yang ada.

Uji Keabsahan Data

Melihat derajat kepercayaan atau kebenaran hasil penelitian diperlukan suatu standarisasi.
Dalam penelitian kualitatif standar tersebut disebut keabsahan data. Menurut Sugiyono (2007),
pengujian keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji credibility, uji transferability, uji
dependability, dan uji confirmability.
D. HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Motivasi; Antara Bekerja dan Kuliah

Suatu pekerjaan akan dapat terlaksana dengan baik bila individu yang bersangkutan
memiliki kemauan untuk bekerja, atau yang disebut dengan motivasi. Motivasi merupakan suatu
daya pendorong atau perangsang yang muncul sebagai akibat dari adanya kebutuhan atau
keinginan dalam diri seseorang. Daya pendorong tersebut mengakibatkan munculnya perilaku
tertentu untuk mencapai kebutuhan tertentu guna memenuhi kebutuhan tersebut. Motivasi yang
mendorong seseorang untuk bekerja rumit sifatnya dan intesifnya yang ingin mereka peroleh tidak
hanya menyangkut gaji. Motivasi untuk bekerja yang dimiliki seseorang tentu saja berbeda dengan
orang yang lain, tergantung pada sikap mereka terhadap perusahaan, atasan, rekan sekerja, dan
aspek lain dari pekerjaan yang bersangkutan, disamping itu juga kebutuhan-kebutuhan yang ingin
mereka penuhi terlebih dahulu (Sita, 2012).

Dalam kehidupan manusia selalu mengadakan bermacam-macam aktifitas. Salah satu


aktivitass itu diwujudkan dalam gerakan-gerakan yang dinamakan kerja. Menurut Moch As’ad
(dalam Sita, 2012) bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah
karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Faktor pendorong penting yang
menyebabkan manusia bekerja, adalah adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Bekerja adalah
aktvitaas manusia baik fisik maupun mental yang dasarnya mempunyai tujuan yaitu untuk
mendapatkan kepuasan (Sita, 2012). Setiap individu dalam melakukan suatu hal akan memerlukan
motivasi yang dapat menunjang apa yang diinginkan invidu tersebut. Motivasi yang diperlukan
merupakan motivasi yang bersifat membangun dan menjadikan individu tersebut lebih baik dari
sebelumnya. Dalam memenuhi tuntutan kebutuhan, individu menumbuhkan motivasi itu sendiri
dari dalam dirinya maupun didapatkan dari lingkungan sekitar.

Menurut McClelland (Sukadji dalam Pranindya, 2013) motivasi prestasi merupakan motif
yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran
keunggulan baik berasal dari standar prestainya sendiri di waktu lalu ataupun prestasi orang lain.
Hawadi (Pranindya, 2013) mendenifisikan motivasi prestasi sebagai daya penggerak dalam diri
siswa/mahasiswa untuk mencapai taraf prestasi setinggi mungkin, sesuai dengan yang ditetapkan
oleh siswa/mahasiswa itu sendiri. Santrock (Pranindya, 2013) menjelaskan motivasi prestasi
sebagai suatu keinginan untuk menyelesaikan sesuatu, untuk mencapai suatu standar kesuksesan,
dan untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan mencapai kesuksesan.

Motivasi berprestasi yang ditumbuhkan oleh seorang mahasiswa dalam menempuh


pendidikannya sangat penting untuk meningkatkan prestasi yang harus diraihnya. Motivasi
berprestasi dalam hal ini adalah adanya rasa kepuasan dalam mencapai suatu hasil prestasi
sehingga bagaimana mahasiswa yang bekerja ini membangun semangatnya untuk mencapai hasil
yang maksimal.. Dalam hal ini memotivasi berprestasinya saudara oky mengungkapkan dengan
rawut muka yang senang dengan nada yang cukup rendah, ia mengatakan bahwa:

“....ya peningkatannya ga begitu signifikan lah ip, cuman ya lumayan lah naik
nol koma lah....”

[peningkatannya tidak terlalu signifikan ip, tetapi lumayan peningkatannya nol


komaan]

Berdasarkan dari pernyataan saudara oky bahwa hasil prestasinya mendapatkan


peningkatan terhadap IP dan IPKnya walau peningkatannya tersebut tidak terlalu signifikan, tetapi
dari pernyataan tersebut bahwa saudara oky sudah memotivasikan dirinya untuk mendapatkan
hasil yang maksimal bahwa ia berusaha bagaimana IP dan IPK nya stabil sesuai dari
pernyataannya di atas.
“....meningkat mas, malah kerja itu ga ngaruh apa-apa ke IP atau IPK aku
mas....”

[meningkat mas, malahan bekerja itu tidak ada pengaruhnya ke IP atau IPK saya
mas]

Sama halnya dengan saudara dari pernyataan di atas yang mendukung pernyataan dari
saudara oky bahwa bekerja tidak mempengaruhi hasil dari prestasi kuliah tersebut. Saudara ade
mengungkapkan juga bahwa bekerja tidak mengganggu perkuliahannya, dimana peningkatan dari
IP atau IPK saudara ade dikarenakan mungkin suatu hal yang mendukung dari perkuliahan saudara
ade dengan adanya motivasi prestasi yang tinggi. Hal tersebut juga dirasakan pada saudara lely,
yang mana pernyataan dari saudara ade mendukung keadaan prestasi suadara lely, bahwa saudara
lely mengatakan:

“....Kerja engga ngaruh ke IP dan IPK si, kalo ude pinter dari sononya mah
selow aja hahahahaha....”

[bekerja tidak berpengaruh terhadap IP dan IPK, kalau sudah pintar dari sananya
terbawa santay}

Pernyataan dari ketiga informan tersebut dapat disimpulkan bahwa bekerja tidak ada
pengaruhnya terhadap hasil prestasi dari kuliah tersebut. Apabil dari individu itu sendiri dapat
memotivasi dirinya untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapannya. Dikarenakan seperti
yang sudah dijelaskan pada bab latar belakang bahwa mahasiswa sangat mengharapkan dari
perguruan tinggi atau universitas dengan hasil yang baik. Untuk mencapai hasil tersebut maka
mahasiswa harus memiliki motivasi prestasi yang tinggi. Apabila mahasiswa mempunya motivasi
prestasi yang tinggi maka akan mendapatkan hasil prestasi yang tinggi pula, jika pada diri
mahasiswa membangun untuk mendapatkan hasil yang maksimal makan harus didorongin dengan
motivasi prestasi yang maksimal pula. Sesuai pada penelitian dari Hanifah dan Syukriyah (2013)
mengatakan bahwa sering kali anak didik yang tergolong cerdas tampak bodoh karena tidak
memiliki motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin, begitu juga sebaliknya.

Santrock membagi motivasi dalam dua bagian, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi
instrinsik (Pranindya, 2013). Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan
sesuatu yang lain (cara untuk mencapainya). Kalau motivasi intrinsi ialah motivasi internal untuk
melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri. Dan juga McClelland berpendapat (Sukadji dalam
Prinandya, 2013) mendenifisikan motivasi berprestasi sebagai motivasi yang mendorong
seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan
(standard of excellence), seperti halnya yang terjadi pada informan-informan pada penelitian ini
bahwa IP dan IPK yang menjadi suatu ukuran keunggulan dalam motivasi berprestasi.

Keterkaitan Manajemen Waktu Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Yang Bekerja

Prestasi akademik bagi mahasiswa sangat penting karena prestasi akademik merupakan
suatu gambaran tingkat keberhasilan dari kegiatan selama mengikuti perkuliahan. Dalam
memenuhi tuntutan untuk mendapatkan prestasi aademik yang baik, mahasiswa yang sedang
bekerja harus belajar dengan giat dan dapat mengatur waktunya dengan baik meskipun dihadapkan
pada kendala-kendala yang berhubungan dengan pengaturan jadwal kuliah dengan waktu bekerja.

Nasution (2003) medefinisikan prestasi akademik yaitu kesempurnaan yang dicapai


sesorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi akademik dikatakan sempurna apabila
memnuhi tiiga aspek yakni; kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotorik
(keterampilan), sebaliknya dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu
memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.

Sejalan dengan pendapat diatas, Suryabrata (1998) mendefinisikan prestasi akademik


sebagai penilaian hasil pendidikan, untuk mengetahui pada waktu dilakukannya penilaian sejauh
manakah anak didik setelah ia belajar dan berlatih dengan sengaja. Menurut Bloom prestasi
akademik adalah proses yang dialami siswa untuk menghasilkan perubahan dalam bidang
pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis, dan evaluasi.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan dari informan-informan dalam penelitian ini,


sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi akademik merupakan penilaian hasil pendidikan yang
berupa perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis dan
evaluassi, hasil penilaian diberikan berdasarkan hasil tes, evaluasi atau ujian dari setiap mata
kuliah, hasil tersebut diinterpretasikan secara objektif dan diterapkan dalam bentuk angka maupun
kalimat yang sudah dicapai oleh setiap mahasiswa pada suatu periode tertentu seperti halnya pada
ketiga informan yang mendapatkan hasil atau output dari proses belajar dimana mahasiswa bekerja
tersebut mendapatkan hasil dari IP (Indeks Prestasi) maupun IPK (indeks Prestasi Kamulatif) yang
cukup memuaskan dengan meningkatnya IP ataupun IPK tersebut.

Slameto (dalam Widya, 2013) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi


pengukuran prestasi akademik dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Faktor Internal yaitu faktor yang timbul dari dalam individu itu sendiri.
a. Kecerdasan
b. Bakat
c. Minat
d. Motivasi
e. Manajemen waktu
2. Faktor eksternal yaitu faktor yang sifatnya dari luar siswa/mahasiswa
a. Keadaan keluarga
b. Keadaan sekolah
c. Lingkungan masyarakat

Sejalan dengan pendapat di atas bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi
akademik ialah faktor internal yakni manajemen waktu. Timpe (dalam Widya, 2013) Pengelolaan
waktu yang baik sangat bermanfaat bagi aset organisasi yang paling berharga. Dalam hal ini
organisasi yang dimaksud adalah universitas. Waktu adalah sumber yang paling langka dan jika itu
tidak dapat dikelola, maka hal lain pun tidak dapat dikelola. Maksudnya, untuk mempelajari aspek
manusia dari perubahan sikap menuju ke pengelolaan lebih baik dari sumber waktu yang berharga.
Obyek dari manajemen waktu adalah untuk menambah dan mengoptimalkan penggunaan dari
waktu luang yang tersedia.

Manajemen waktu merupakan salah satu pendekatan yang penting dalam pencapaian
prestasi akademik, karena dengan melakukan manajemen waktu tersebut dapat mengontrol diri
terhadap kekurangan-kekurangan seorang dalam belajar. Dari sinilah muncul berbagai masalah
yang menyebabkan konflik pada dirinya antara waktu untuk bekerja dan waktu untuk
menyelesaikan studinya, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi prestasi akademiknya.
Manajemen waktu pada saudara oky baik dikarenakan jam kerja ia yang menunjang hal tersebut,
dengan hal itu saudara oky mengatakan:

“....kalau aku si engga, soalnya kan aku bisa bagi waktu dan juga kan cuman 4
jam jadi engga ganggu kuliah....”

[kalau saya tidak, dikarenakan saya bisa membagi waktu dan juga bekerja disini
hanya 4 jam jadi tidak mengganggu kuliah]

Dari pernyataan tersebut bahwa dalam bekerja paruh waktu yaitu waktu kerjanya 4 jam
tidak dapat mengganggu waktu kuliah, dikarenakan dalam bekerja paruh waktu informan tersebut
membagi waktunya dengan mengontrol waktu kuliah dengan bekerja serta dapat dorongan dari
perusahaan tersebut dalam regulasi bekerjanya dengan waktu bekerja hanya 4 jam sehari sehingga
dapat memudahkan karyawannya untuk bekerja dan kuliah. Tetapi berbeda dengan kondisi saudara
ade dimana ia mengatakan:

“....pernah, aku pas UAS aku ijin satu jam buat ujian setelah aku ujian aku
nambah jam kerja mas....”
[pernah, saya sedang UAS saya ijin satu jam kerja untuk mengikuti ujan setelah
saya ujian saya menambah satu jam kerja saya lagi]

Berdasarkan pernyataan dari saudara ade bahwa ia membagi waktu kuliahnya dengan
bekerja, contohnya dengan kondisi di atas dimana infoman tersebut pada saat sedang dalam
keadaan ujian akhir semester informan memotong jam kerja lalu nanti diteruskan jam kerjanya
apabila ujian akhir semesternya sudah selesai, maka perilaku saudara ade menunjukkan bahwa ia
dapat membagi waktunya sebaik mungkin, dengan ia mengontrol dirinya untuk menyelesaikan
studinya yang akan dapat mempengaruhi hasil belajar nantinya. Lalu hal yang sama saudara lely
mengungkapkan kondisinya dalam mengatur waktunya:

“....disini kan kerjanya cuman 4 jam ip, tapi pernah si ada tugas gitu tapi ya
dibagibagi waktunya tugas ama kerja....”

[di sini kerjanya hanya 4 jam kerja, tetapi pernah sedang ada tugas tapi ya
waktunya harus dibagi antara tugas dengan kerja]

Keadaan pada pernytaan saudara lely bahwa ia harus membagi waktunya untuk kuliah
dalam hal ini tugas-tugas yang deadline dengan tanggung jawab terhadap kerjanya. Perilaku pada
pernyataan saudara lely maka dapat dikatakan ia dapat membagi waktunya, ia sebagai mahasiswa
yang bekerja maka ia harus membagi waktunya atas kuliah dengan bekerja.

Salah satu yang dibutuhkan mahasiswa selain belajar dan membagi waktu antara kuliah
dan bekerja adalah adanya dukungan sosial untuk mengurangi kecemasan yang dihadapinya.
Sebagai mahasiswa yang sedang bekerja, mereka dapat memperoleh dukungan sosial dari berbagai
sumber, seperti keluarga, dosen, orang tua, teman sebayanya dan lingkungan sekitar seperti
masyarakat. House (Smet, 1994) menjelaskan dukungan sosial sebagai persepsi seorang terhadap
mengacu pada kesenangan yang dirasakan sebagai penghargaan akan kepedulian serta pemberian
bantuan dalam konteks hubungan yang akrab.

Dukungan sosial yang diperoleh dari lingkungan keluarga, teman sebaya, serta
lingkungan sekitar sangat berperan dalam pembentukan intensi pada diri seorang khususnya
mahasiswa yang sudah bekerja untuk meningkatkan prestasi akademiknya. Hal ini karena ikatan
sosial tersebut akan menciptakan hubungan yang bersifat menolong dan mempunyai nilai khusus
bagi individu yang menerimanya. Dukungan sosial mahasiswa yang bekerja sambil kuliah dapat
juga didorong oleh faktor dari perusahaan atau tempat bekerja. faktor dari perusahaan bisa juga
berupa regulasi kerja, owner, manager, temen kerja, dll. Dukungan yang diperoleh saudara oky
ialah dari perusahaan, yang mana ia mengatakan bahwa:

“....kalo di Owl kerjanya itu enam jam, disana bukanya itu malem. Ya agak
ganggu kuliah ip, soalnya kerja malem terus kalau kecapean ada kuliah pagi jadinya
suka absen. Disana juga ga ada shift-shiftan jadi orangnya itu itu aja. Beda kan dengan
Uno yang kerjanya shift-shiftan dan orangnya ganti-ganti terus....”

[kalau di Owl waktu kerjanya enam jam kerja, disana juga bukanya malam hari,
jadi ganggu kuliah ip, karena kerjanya malam hari terus kalau kelelahan ada kuliah pagi
jadi absen tidak mengikuti kuliah pagi. Di sana juga tidak ada bagian shift-shiftan jadi
orangnya hanya itu saja. Berbeda dengan Uno yang kerjanya shift-shiftan dan orangnya
juga berganti terus]

Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa dukungan sosial yang diperoleh dari informan
tersebut berasal dari regulasi perusahaan tersebut dengan adanya pembagian shift-shift dalam
bekerja dengan itu dapat mendukung informan untuk kuliah sambil bekerja. Tetapi berbeda dengan
pada perusahaan yang lain yang kurang mendukung informan untuk kuliah sambil bekerja. sama
halnya dengan saudara oky, kondisi yang mendukung untuk kuliah sambil bekeja dalam situasi
pekerjaannya ialah perusahaan menurut saudara ade, dalam pernyatannya bahwa:

“....engga santay banget mas dan engga membebani banget mas, emang si di
sini hukumannya potong gaji ya baguslah mas biar kita disiplin, dan santaynya tuh disini
tenaga ku engga terkuras banget mas beda sama tempat sebelumnya mas, jadi bisa
sambil ngerjain tugas lah apa lah gitu mas....”

[tidak, santay sekali mas dan tidak membebani banget mas, memang di sini
hukumannya potongan gaji ya baguslah mas agar kita disiplin, dan santainya disini tenaga
saya tidak terkuras sekali mas berbeda dengan tempat sebelumnya mas, jadi bisa sambil
mengerjakan tugas atau apapun mas]

Dari pernyataan informan tersebut dukungan sosial yang didapati informan tersebut yaitu
regulasi dari perusahaan Uno Board Game Cafe, seperti sama halnya pada saudara oky. Dukungan
sosial yang diperoleh melalui regulasi menunjang pekerja khususnya mahasiswa yang bekerja,
dikarenakan dengan itu dapat memudah untuk membagi waktu antara kuliah dengan bekerja.

“....engga, soalnya ya disini deket kampus juga dan Uno juga enak, kan jadwal
kita kerja nyesuaiin kuliah kita, kalo ada kuliah tambahan dadakan gitu ya, disini mah
engga ribet diperbolehin izin kalo dapet pengganti kita kerja aja soalnya kan disini juga
temennya semuanya mahasiswa jadi saling mengerti, dan juga kan disini dapet jatah 4x
off sama 3x tambahan off kalo kaya tadi tiba-tiba ada kuliah tambahan gitu ip....”

[tidak, karena di sini berdekatan dengan kampus juga dan Uno juga enak, jadwal
kerja kita menyesuaikan dengan jadwal kuliah kita, jika ada kuliah tambahan dadakan
semacam itu , di sini tidak rumit sehinga diperbolehkan izin kalau sudah mendapatkan
pengganti kerjanya aja karena di sini juga rekan kerja semuanya mahasiswa jadi saling
mengerti dan juga kan disini mendapatkan 4 kali jatah off sama 3 kali tambahan off kalau
seperti kasus tadi ada kuliah tambahan ip]

Berdasarkan pernyataan dari informan tersebut, sama halnya dari pernyataan-pernyataan


dari informan-informan sebelumnya. Dukungan sosial yang diperoleh informan melalui regulasi
perusahaan itu sendiri berupa perijinan off kerja dan perijinan terdapat kuliah dadakan. Sehingga
hal tersebut dapat mendukung pekerja terutama pada informan-informan pada penelitian ini
terhadap mahasiswa yang bekerja.

Berdasarkan pernyataan dari informan-informan bahwa regulasi perusahaan yang


mendukung mereka kuliah sambil bekerja. sejalan dari pernyataan tersebut, owner dari Uno Board
Game Cafe mengatakan bahwa:

“....disini kita mempermudah agen (Karyawan Uno), jadi awal kontrak mereka
ngumpulin jadwal kuliahnya terus nanti jadwal kuliah disesuaikan sama jadwal kerjanya.
Terus nanti kalau ada kuliah dadakan, mereka bergantian dengan agen yang lain yang
mana mereka sesama mahasiswa jadi bisa saling mengerti juga....”

Jadi pernyataan dari Saudara Andik sebagai owner Uno Board Game Cafe bahwa terdapat
perjanjian kontrak antara Agen dengan Owner, dimana jadwal kuliah mereka disesuaikan dengan
jadwal kerja mereka. Dari hal itu yang mempermudah karyawan Uno untuk kuliah sambil bekerja.
Maka dukungan sosial yang didapati oleh informan pada penelitian ini ialah adanya regulasi
perusahaan, sehingga itu yang mendukung mahasiswa yang bekerja terutama karyawan Uno Board
Game Cafe.

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa manajemen waktu dan dukungan sosial
merupakan faktor-faktor yang memiliki keterkaitan dengan prestasi akademik mahasiswa yang
bekerja paruh waktu, terutama pada mahasiswa bekerja paruh waktu di wilayah penelitian dan juga
hal tersebut telah terbukti pada hasil temuan dilapangan dengan teori-teori yang mendukung
tersebut.
Perilaku Konsumsi Dengan Pendapatan Mahasiswa Bekerja Paruh Waktu

Secara umum dapat dikatakan tingkat pendapatan yang berbeda-beda menyebabkan


keanekaragaman taraf konsumsi suatu masyarakat atau individu. Dengan Mahasiswa adalah
peserta didik yang sedang menempuh pendidikan di tingkat perguruan tinggi atau universitas.
Mahasiswa sama halnya dengan masyarakat atau rumah tangga, juga melakukan aktivitas ekonomi
sehari-hari termasuk konsumsi. Namun, pola konsumsi suatu masyarakat atau individu termasuk
pula mahasiswa berbeda-beda satu sama lain.

Konsumsi mahasiswa diluar dari konsumsi makanan biasanya hanya berpusat pada
bidang perkuliahan, seperti fotokopi, biaya internet, print tugas, dan lain sebagainya. Jika
dikelompokkan konsumsi tersebut merupakan termasuk konsumsi non makanan yang mana
mahasiswa bergerak dalam empat hal yaitu transportasi, komunikasi meliputi biaya pulsa, internet
dan lain sebagainya; hiburan yang meliputi pembelanjaan untuk membeli pakaian, telepon
genggam, laptop, aksesoris dan lain sebagainya. Kemudian sesuai dengan keadaan pada
pernyataan saudara oky berikut ini.

“....soalnya uang gaji biasanya abis buat ngeprin tugas dan ngisi bensi si
biasanya....”

[karena uang gaji biasanya abis buat ngeprin tugas dan ngisi bensi si biasanya]

Berdasarkan pernyataan dari saudara Oky tersebut termasuk pada pendapatan relatif,
dimana pengaruh dominan pendapatan terhadap konsumsi. Perubahan pendapatan disposible
dalam jangka pendek akan berbeda dibanding dalam jangka panjang, dalam hal ini informan sudah
merencanakan pendapatannya tersebut untuk digunakan apa saja. Hal ini dipengaruhi oleh jenis
perubahan pendapatan yang dialami informan kedua. Sebab oleh itu, konsumsi memiki dua
preferensi atau fungsi konsumsi yaitu, fungsi jangka pendek dan jangka panjang. Sejalan dengan
pernyataan saudara Oky, bahwa pernyataan dari saudara oky ini mendukung pada pernyataan dari
saudara Ade, yang mana saudara ade mengatakan bahwa:

“....iya lah mas, pan pengeluaran juga banyak, apalagi biaya hidup kek isi
pulsa, paket internet, bensin dan satu lagi tugas kuliah itu yang ga nguatin mas....”

[iya lah mas, pengeluaran kan juga banyak, apalagi biaya hidup seperti isi pulsa,
paket internet, bensi dan satu lagi tugas kuliah yang memberatkan mas]

Pernyataan dari saudara Ade termasuk pada pengeluaran konsumsi rumah tangga pada
faktor ekonomi berupa pendapatan rumah tangga (household income), dimana pendapatan rumah
tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Seperti pada informan tersebut
semakin tinggi tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi seperti isi pulsa, paket internet,
bensin dan ngeprin tugas kuliah. Dikarenakan ketika tingkat pendapatan meningkat, kemampuan
rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar, atau mungkin juga
pola hidup menjadi konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik. Sama
halnya pada saudara Lely dalam keadaan pada pernyataan berikut.

“....ya banyak ip, soalnya pengeluaran gue banyak gitu buat tugas-tugas kuliah
ip, cape deh pokoknya....”

[iya banyak ip, karena pengeluaran saya banyak seperti buat tugas-tugas kuliah
ip, lelah pokoknya]

Dari pernyataan informan tersebut bahwa ia telah memperkirakan atau


mengekspektasikan pengeluarannya, dengan kata lain informan sudah merencenakan
pengeluarannya, seperti pada teori pengeluaran konsumsi rumah tangga faktor ekonomi pada
perkiraan tentang masa depan (household expectation about the future), dimana jika rumah tangga
memperkirakan masa depannya makin baik, mereka akan merasa lebih leluasa untuk melakukan
konsumsi. Karenanya pengeluaran konsumsi cenderung meningkat. Tetapi apabila rumah tangga
dalam hal ini mahasiswa yang bekerja memperkirakan masa depannya makin jelek, mereka pun
mengambil ancang-ancang dengan menekankan pengeluaran konsumsi, sama halnya pada
informan tersebut. Dimana informan tersebut memperkirakan pengeluarannya serta menekan
pengeluarannya sampai informan itu lelah dengan keadaan seperti itu.

Menurut dengan model konsumsi siklus hidup yang dikembangkan oleh Franco
modigliani, Albert ando, dan Richard brambeg. Model ini berpendapat bahwa kegiatan konsumsi
adalah kegiatan seumur hidup. Sama halnya dengan model Keynes, model ini mengakui bahwa
faktor yang dominan pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi adalah pendapatan disposible.
Ternyata, tingkat pendapatan disposible berkaitan erat dengan usia seseorang selama hidupnya.
Dengan kata lain, manusia harus merencanakan alokasi pendapatan disposible. Ada saatnya
manusia berhutang/mendapat tunjangan. Berikut keadaan dari saudara Lely bahwa ia sampai
berhutang disebabkan pola konsumtifnya yang tinggi pula.

“....iya utangnya juga banyak ip hehehe....”

[iya hutangnya juga banyak ip]

Teori perilaku konsumsi yang digunakan dalam ekonomi modern adalah teori utility,
yang membahas tentang kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari
mengkonsumsikan barang-barang (Sukino dalam Nakib, 2014). Pada dasarnya ada dua pendekatan
yang digunakan untuk menjelaskan perilaku konsumen, yaitu pendekatan marginal utility dan
pendekatan indifference.

Pendekatan marginal utility bertitik tolak pada anggapan yang berarti bahwa kepuasan
setiap konsumen bisa diukur dengan uang atau dengan satuan lain. Dengan adanya teori
pendekatan ini konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total yang maksimum. Sedangkan
pendekatan indefference ini, pendekatan yang memerlukan adanya anggapan bahwa kepuasan
konsumen bisa diukur, karena barang-barang yang dikonsumsi mempunyai dan menghasilkan
tingkat kepuasan yang sama. Anggapan yang diperlukan dalam pendekatan indefference ini adalah
bahwa tingkat kepuasan konsumen bisa dikataakan lebih tinggia atau lebih rendah tanpa
menyatakan berapa lebih tinggi atau lebih rendah (Boedino dalam Nakib, 2014).

Perilaku konsumsi di atas berupaya untuk mencapai kepuasan maksimum yang hanya
akan dibatasi oleh jumlah anggaran keuangan yang dimilikinya. Dengan kata lain konsumen dapat
mengkonsumsi apa saja sepanjang anggarannya memadai untuk itu, serta konsumen cenderung
menghabiskan anggarannya demi mengejar kepuasan tertinggi yang bisa dicapainya demi
mengejar kepuasan maksimum.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumsi mahasiswa yang bekerja


merupakan salah satu komponen ekonomi. Konsumsi mahasiswa yang bekerja berbanding lurus
dengan pendapatannya. Jika pendapatan bertambah, maka konsumsi yang dikeluarkan atau dalam
kata lain pengeluaran konsumsinya juga bertambah. Pada pernyataan-pernyataan ketiga informan
tersebut tentang pola konsumsi, maka pola konsumsi dapat dimengerti berdasaran alokasi
penggunaannya. Pengeluaran konsumsi mahasiswa yang bekerja dapat digolongkan dua kelompok
penggunaan, yaitu pengeluaran untuk makan dan pengeluaran untuk non makan.

Pembahasan Umum

Motivasi merupakan suatu daya pendorong atau perangsang yang muncul sebagai akibat
dari adanya kebutuhan atau keinginan dalam diri seseorang. Daya pendorong tersebut
mengakibatkan munculnya perilaku tertentu untuk mencapai kebutuhan tertentu guna memenuhi
kebutuhan tersebut. Suatu pekerjaan akan dapat terlaksana dengan baik bila individu yang
bersangkutan memiliki kemauan untuk bekerja, atau yang disebut dengan motivasi.

Hal tersebut berbanding lurus dengan hasil temuan, dimana ketiga informan pada
penelitian ini ialah bahwa motivasi yang terdapat pada dirinya dikarenakan oleh lingkungan kerja
yang memotivasi untuk bekerja. Motivasi yang mendorong seseorang untuk bekerja rumit sifatnya
dan intesifnya yang ingin mereka peroleh tidak hanya menyangkut gaji. Motivasi untuk bekerja
yang dimiliki seseorang tentu saja berbeda dengan orang yang lain, tergantung pada sikap mereka
terhadap perusahaan, atasan, rekan sekerja, dan aspek lain dari pekerjaan yang bersangkutan,
disamping itu juga kebutuhan-kebutuhan yang ingin mereka penuhi terlebih dahulu (Sita, 2012).

Menurut Moch As’ad (dalam Sita, 2012) bekerja mengandung arti melaksanakan suatu
tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Dalam
memenuhi tuntutan kebutuhan, individu menumbuhkan motivasi itu sendiri dari dalam dirinya
maupun didapatkan dari lingkungan sekitar. Berangkat dari motivasi yang diperlukan merupakan
motivasi yang bersifat membangun dan menjadikan individu tersebut lebih baik.

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, hal yang terunik dari ketiga informan yaitu pada
saudara Ade bahwa hal membuat ia termotivasi dikarenakan apabila ia tidak produktif dalam
aktifitasnya ia merasa tidak enak dalam dirinya maka dari itu saudara ade bekerja untuk
aktifitasnya produktif. Motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik
yang berasal dari dalam dan laur dirinya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi
menggunakan semua kemampuan dan keterampilan yang dimiliknya yang bertujuan untuk
mendapatkan hasil kerja sehingga mencapai kepuasan sesuai dengan keinginannya (Sita, 2012).

Menurut Hawadi (dalam Pranindya, 2013) mendefinisikan motivasi prestasi sebagai daya
penggerak dalam diri mahasiswa untuk mencapai taraf prestasi setinggi mungkin, sesuai dengan
yang ditetapkan oleh mahasiswa itu sendiri. Motivasi berprestasi dalam hal ini adalah adanya rasa
kepuasan dalam mencapai suatu hasil prestasi sehingga bagaimana mahasiswa yang bekerja ini
membangun semangatnya untuk mencapai hasil yang maksimal.

Dalam temuan penelitian yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa motivasi berprestasi
ketiga informan tersebut sejalan lurus dengan hasil yang didapatkan selama proses pembelajaran di
perkuliahan. Sehingga ketiga informan tersebut dalam bekerja tidak mempengaruhi pada hasil
prestasi kuliahnya. Dari hasil prestasi dalam Indeks Prestasi atau Indeks Prestasi Kamulatif
terdapat perbedaan pada nominal yang didapatkan oleh ketiga informan tersebut. Dikarenakan
menurut Poerwodarminto (1995) prestasi adalah hasill yang telah dicapai, dilakukan atau
dikerjakan oleh seseorang, sedangkan prestasi belajar adalah prestasi yang dicapai seorang siswa
pada jangka waktu tertentu dan dicatat dalam buku rapor sekolah atau dokumen hasil Indeks
Prestasi maupun Indeks Prestasi Kamulatif.

Prestasi belajar sebagai lambang pemuas hasrat ingin tahu dari hasil selama
pembelajarannya. Hal ini didasarkan atas asumsi para ahli psikologi biasanya menyebutkan hal ini
sebagai tendensi keingintahuan dan merupakan kebutuhan umum pada manusia, termasuk
kebutuhan anak di dalam suatu program pendidikan (Maslow,1994). Dimana terdapat perbedaan
program pendidikan di perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta. Apabila perguruan
tinggi negeri dimana tujuan pendidikan untuk penelitian dan kualitas mahasiswanya sehingga
mahasiswa harus berusaha apabila ingin mendapatkan hasil yang maksimal. Tetapi berbeda
dengan perguruan tinggi swasta dimana program pendidikannya untuk dunia pekerjaan sehingga
mendepankan hasil dari prestasi mahasiswanya agar untuk meningkat sumber daya manusia yang
ingin mendaftarkan dalam dunia perkuliahan di perguruan tinggi swasta tersebut.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan dari informan-informan tersebut, sehingga dapat


disimpulkan bahwa prestasi akademik merupakan penilaian hasil pendidikan yang berupa
perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, sintesis dan
evaluassi, hasil penilaian diberikan berdasarkan hasil tes, evaluasi atau ujian dari setiap mata
kuliah, hasil tersebut diinterpretasikan secara objektif dan diterapkan dalam bentuk angka maupun
kalimat yang sudah dicapai oleh setiap mahasiswa pada suatu periode tertentu seperti halnya pada
ketiga informan yang mendapatkan hasil atau output dari proses belajar dimana mahasiswa bekerja
tersebut mendapatkan hasil dari IP (Indeks Prestasi) maupun IPK (indeks Prestasi Kamulatif) yang
cukup memuaskan dengan meningkatnya IP ataupun IPK tersebut.

Sejalan dengan di atas bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik
ialah faktor internal yakni manajemen waktu. Manajemen waktu merupakan salah satu pendekatan
yang penting dalam pencapaian prestasi akademik, karena dengan melakukan manajemen waktu
tersebut dapat mengontrol diri terhadap kekurangan-kekurangan seorang dalam belajar.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa ketiga informan mengatakan bahwa
dalam bekerja paruh waktu yang mana jam kerjanya dalam sehari hanya empat jam sehingga dari
waktu kerja tersebut dapat mempermudah ketiga informan tersebut untuk membagi waktunya
antara kuliah dan bekerja.

Salah satu yang dibutuhkan mahasiswa selain belajar dan membagi waktu antara kuliah
dan bekerja adalah adanya dukungan sosial untuk mengurangi kecemasan yang dihadapinya.
Sebagai mahasiswa yang sedang bekerja, mereka dapat memperoleh dukungan sosial dari berbagai
sumber, seperti keluarga, dosen, orang tua, teman sebayanya dan lingkungan sekitar seperti
masyarakat. Dukungan sosial mahasiswa yang bekerja sambil kuliah dapat juga didorong oleh
faktor dari perusahaan atau tempat bekerja. faktor dari perusahaan bisa juga berupa regulasi kerja,
owner, manager, temen kerja, dll.

Hasil temuan dari ketiga informan tersebut, seperti yang sudah dibahas sebelumnya
dimana ketiga informan tersebut didukung oleh dari regulasi perusahaan tersebut serta rekan kerja
yang mana sesama mahasiswa sehingga dari situlah ketiga informan mendapat dukungan untuk
mencapai hasil yang maksimal dalam kuliah dan bekerja. Sehingga berdasarkan hal itu manajemen
waktu dan dukungan sosial merupakan faktor-faktor yang memiliki keterkaitan dengan prestasi
akademik mahasiswa bekerja paruh waktu, terutama pada mahsiswa bekerja paruh waktu di
wilayah penelitian.

Konsumsi seringkali dijadikan sebagai salah satu indikator kesejahteraan keluarga. Makin
besar pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa, maka makin tinggi tahap kesejahteraan
keluarga tersebut. Secara umum dikatakan tingkat pendapatan yang berbeda-beda menyebabkan
keanekaragaman taraf konsumsi suatu masyarakat atau individu. Mahasiswa adalah peserta didik
yang sedang menempuh pendidikan di tingkat perguruan tinggi atau universitas. Mahasiswa sama
halnya dengan masyarakat atau rumah tangga, juga melakukan aktifitas ekonomi sehari-hari
termasuk konsumsi.

Seperti yang sudah dibahas pada hasil temuan, bahwa ketiga informan mengalokasikan
konsumsinya atau pola konsumsinya berpusat pada bidang perkuliahan, seperti fotokopi, biaya
internet, print tugas, dan lain sebagainya. Jika dikelompokkan konsumsi tersebut merupakan
termasuk konsumsi non makanan yang mana mahsiswa bergerak dalam empat hal yaitu
transportasi, komunikasi meliputi biaya pulsa, internet dan lain-lain.

Menurut dengan model konsumsi siklus hidup yang dikembangkan oleh Franco
modigliani, Albert ando, dan Richard brambeg. Model ini berpendapata bahwa kegiatan konsumsi
adalah kegiatan seumur hidup. Sama halnya dengan model Keynes, model ini mengakui bahwa
faktor yang dominan pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi adalah pendapatan disposible.
Ternyata, tingkat pendapatan disposible berkaitan erat dengan usia seseorang selama hidupnya.
Dengan kata lain, manusia harus merencanakan alokasi pendapatan disposible. Ada saatnya
manusia berhutang/mendapat tunjangan. Berikut keadaan dari saudara Lely bahwa ia sampai
berhutang disebabkan pola konsumtifnya yang tinggi pula.

Perilaku konsumsi di atas berupaya untuk mencapai kepuasan maksimum yang hanya
akan dibatasi oleh jumlah anggaran keuangan yang dimilikinya. Teori perilaku konsumsi yang
digunakan dalam ekonomi modern adalah teori utility, yang mana kepuasan atau kenikmatan yang
diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan barang-barang.(Sukino dalam Nakib, 2014).
Pengeluaran konsumsi mahasiswa yang bekerja pasti tergantung kepada gaji mereka, uang saku
mereka, jenis pekerjaan, tempat tinggal mahasiswa dan jenis kelamin. Pendapatan mahasiswa yang
bekerja berasal dari gaji perbulan baik dari orang tua maupun dari gaji/upah dari pekerjaan, dari
inilah yang selanjutnya mahasiswa gunakan dalam memenuhi kebutuhan mereka untuk mereka
alokasikan kepos-pos pengeluaran konsumsi baik itu konsumsi makanan ataupun non makanan.

Dari hasil temuan pada sebelumnya bahwa konsumsi mahasiswa bekerja berbanding lurus
dengan pendapatannya yang dimiliki. Keynes berpendapat bahwa pengeluaran konsumsi hampir
secara penuh dipengaruhi oleh kekuatan pendapatan. Fungsi konsumsi menurut Keynes
menunjukkan hubungan antara pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang kedua-
duanya dinyatakan dengan menggunakan tingkat harga konstan dan bukan hubungan antara
pendapatan nasional nominal dengan konsumsi nominal. Pendapatan yang meningkat tentu saja
biasanya diikuti dengan peningkatan pengeluaran konsumsi.

Menurut Herzberg faktor motivasional adalah hal—hal yang berprestasi yang sifat
instrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dengan faktor hygiene
atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifat ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri
yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang. Menurut Herzberg, yang
tergolong begai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang
diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan
faktor-faktor hygiene atau pemeliharaaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi,
hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan
sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisas, sistem
adminstrasi dallam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.

Abraham Maslow mengeluarkan teori motivasinya yang terkenal yaitu Maslow’s


Hierarchy of Needs. Dalam teori tersebut, Maslow memberikan lima motivasi utama seseorang
melakukan sesuatu, dalam bentuk hirarki. Hirarki kebutuhan mengikuti teori jamak yakni
seseorang berperilaku, karena adanya dorongan untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan.
Kelima motivasi tersebut adalah; (1) Physiological Needs, meliputi kebutuhan jasmani, seperti
lapar, haus, kebutuhan tempat tinggal dan kebutuhan istirahat, (2) Safety Needs, misalnya
keamanan dan proteksi, (3) Social Needs, seperti dihormati, berteman dan rasa memiliki, (4)
Esteem Needs, adalah kepuasan pribadi, pengakuan dan status, (5) Self-Actualization Needs, yaitu
pengembangan pribadi dan realisasi.

Seperti pendapat Herzberg dan Maslow dimana satu-kesatuan motivasi yang mana
motivasi dalam segi prestasi dan juga motivasi dalam perilaku konsumsi. Hal tersebut berjalan
lurus dengan temuan pada yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa motivasi berprestasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor manajemen waktu, dorongan sosial dengan adanya
motivasi berprestasi yang tinggi maka hasil yang didapat juga tinggi, dengan mempunyai hasil
prestasi yang maksimal maka mahasiswa bekerja dapat mempertahankan pendapatannya. Dimana
semakin tingginya pendapatan semakin tinggi juga yang pendidikan yang diperlukan, maka
pendapatan terus berbanding lurus dengan konsumsi yang tinggi dan kepuasan seseorang untuk
meksimalkan konsumsi yang didapati. Seperti pada teori Maslow bahwa mahasiswa bekerja paruh
waktu dapat mengembangkan dirinya untuk meningkatkan prestasinya dan juga meningkatkan
konsumsinya dengan adanya motivasi yang dapat direalisasikan antara motivasi konsumsi dan
motivasi prestasi akademik menjadi satu-kesatuan dalam Physiological Needs dan Esteem Needs,
dimana hal tersebut mempunyai pengaruhnya satu sama lain dan memiliki faktor-faktor yang
mempengaruhinya yang lain.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya bisa ditarik kesimpulan
sebagai berikut:

1. Keterkaitan antara tingkat konsumsi dengan prestasi akademik mahasiswa bekerja paruh
waktu yaitu adanya keterkaitan antara dua faktor tersebut, dimana motivasi berprestasi
yang tinggi dapat mempengaruhi tingkat konsumsi karena semakin tinggi hasil prestasi
akademik maka dapat dikatakan tingkat pendidikannya semakin tinggi, dimana tingkat
pendidikan mempengaruhi tingkat pendapatan serta mempengaruhi tingkat konsumsi
juga.
2. Keterkaitan antara konsumsi dan prestasi akademik juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
lainnya. Contohnya, prestasi akademik mahasiswa bekerja dengan manajemen waktu
belajar dengan bekerja serta adanya dorongan sosial meliputi dari perusahaan, rekan kerja
dan kebijakan dari pemilik perusahaan tersebut terhadap peraturan yang mempermudah
untuk bekerja sambil kuliah. Lalu, konsumsi mahasiswa bekerja keterkaitannya dengan
pendapatan yang dimiliki, dimana pendapatan tersebut berasal dari gaji/upah dan uang
saku dari orangtua.
3. Pada tingkat konsumsi mahasiswa bekerja paruh waktu terutama pada mahasiswa yang
bekerja di Uno Board Game Cafe terdapat peningkatan terhadap tingkat konsumsinya.
Peningkatan tersebut dikarenakan adanya peningkatan pendapatan dari informan tersebut.
Informan merupakan mahasiswa, mereka menganggap bahwa mereka masih
tanggungan/tanggung jawab dari kedua orang tua mereka, dan juga mereka bekerja yang
mana mereka mendapatkan dari hasil pekerjaan mereka yaitu berupa gaji/upah. Sehingga
mereka mempunyai pendapatan tambah dari orang tua juga dan pendapatan dari upah/gaji
mereka. Hal tersebut mendorong informan dalam konsumsinya, dikarenakan mereka
mempunyai pendapatan yang meningkat sehingga berkaitan dengan peningkatan pada
tingkat konsumsinya.
4. Pada prestasi akademik mahasiswa bekerja paruh yang bekerja di Uno Board Game Cafe
terdapat peningkatan antara IP dan IPK informan dalam penelitian ini. Prestasi sangat
terkait dengan adanya motivasi mereka dalam kuliah dan bekerja, dikarenakan dengan
adanya motivasi belajar yang berkaitan dengan motivasi prestasi, mahasiswa yang bekerja
dapat membangun dalam dirinya untuk mendapatkan hasil prestasi akademiknya yang
baik. Hal tersebut terdapat kesesuaian dengan keadaan pada informan. Seperti yang sudah
di bahas pada pembahasan bahwa mereka sebagai mahasiswa yang bekerja, mendapatkan
peningkatan terhadap IP dan IPK.

Saran

Dari pembahasan dan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka
terdapat saran kepada pihak-pihak terkait.

1. Mahasiswa yang ingin bekerja hendaknya memikirkan dampak positif serta dampak
negatif dari kuliah sambil bekerja. sebab dampak positif dari bekerja adalah memiliki
pengalaman di luar kelas dan juga mempunyai pengetahuan tentang jenis-jenis pekerjaan
tersebut. Tetapi dampak negatifnya adalah kemungkinan apabila individu tersebut tidak
bisa membagi baik waktu maka akan kesulitan untuk membagi waktu antara kuliah dan
bekerja, serta faktor kelelahan dan bahkan juga penurunan prestasi. Tetapi jika individu
itu bisa mengenali dirinya dan mengetahui batas kemampuan terhadap dirinya maka
dampak negatif serta positif itu akan menjadi kombinasi yang sempurna, serta
mengetahui dampak-dampak yang akan terjadi di jangka pendek dan jangka panjang, baik
itu dampak negatif maupun dampak positif.
2. Mahasiswa yang mempunyai pilihan dalam bekerja paruh waktu, diharapkan
mempertimbangkan kemampuan diri dengan menerima banyak informasi mengenai
resiko bekerja paruh waktu, sehingga tetap konsisten terhadap pilihan dan tidak
mempunyai beban dalam menjalani pekerjaan sebagai tenaga paruh waktu selama
berkuliah
3. Bagi penelitian selanjutnya mengenai mahasiswa bekerja paruh waktu, dapat melihat
faktor-faktor lainnya dalam bekerja paruh waktu seperti perhitungan pendapatan dengan
tingkat konsumsi, perbedaan prestasi mahasiswa bekerja paruh waktu di perguruan tinggi
negeri dengan perguruan tinggi swasta, dan perbedaan mahasiswa bekerja paruh dengan
mahasiswa tidak bekerja.

DAFTAR PUSTAKA

Barron, Paul dan Anastasiadou, Constania. 2008. Student Part-time Employment Implications,
Challenges and Opportunities for Higher Education. International Journal of
contemporary Hospitaly Management vol.21 (no.2),
http://search.proquest.com/docview/228315820/8CCB462623FA40CFPQ/9?accountid=464
37.html, diakses 01 Oktober 2014.

Harumi, SD dan Yurliani, S.. 2011. Hubungan Positif Antara Kecerdasan Adversitas dengan
Kemantangan Karir Pada Mahasiswa Bekerja. Universitas Sumatra Utara. Skripsi: Tidak
Diterbitkan.

Jayanti, Erma Dwi.2012. Regulasi Diri Mahasiswa Bekerja Paruh Waktu. Skripsi: Diterbitkan
Moleong, L.J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Robotham,
David. 2011. Student Part-time Emplotment: Characteristics and Cosequences. Education
+ training vol.54 (no.1),
http://search.proquest.com/docview/921008297/8CCB462623FA40CFPQ/12?accountid=46
437, diakses 01 oktober 2014.

Sholeh, Maimun.2013. Permintaan dan penawaran tenaga kerja serta teori upah serta beberapa
potretnya di Indonesia. Jurnal nasional, Staff.uny.ac.id/files/penelitian/maimun-sholeh-
Msi/permintaandanpenawarantenagakerjasertaupahteorisertabeberapapotretnyadiIndonesia.
pdf.html, di akses 30 Oktober 2014.

Widyaningtyas, Atica pranidya. 2013. Hubungan antara kepuasan kerja dengan motivasi berprestasi
pada mahasiswa yang bekerja paruh waktu. Jurnal nasional,
http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/character/article/view/1873.html, diakses 11 Januari
2015.

Anda mungkin juga menyukai