Untuk Aldin
Untuk Aldin
Oleh:
AYU LESTARI SIREGAR
NIM: 012014003
Oleh:
AYU LESTARI SIREGAR
NIM: 012014003
Dengan ini menyatakan bahwa hasil penelitian studi kasus yang telah saya
buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di
kemudian hari penulisan studi kasus ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan
terhadap karya orang lain maka saya bersedia mempertanggung jawabkan
sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di STIKes
Santa Elisabeth Medan.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak
dipaksakan.
Penulis
Tanda Persetujuan
Mengetahui
Ketua Program Studi DIII Keperawatan Pembimbing
PANITIA PENGUJI
Ketua :
Anggota :
Mengetahui
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Tanda Pengesahan
Mengetahui Mengesahkan
Ketua Program Studi DIII Keperawatan Ketua STIKes
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
segala berkat dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini, dapat selesai pada waktunya. Karya tulis ini merupakan salah satu
dari Karya Tulis Ilmiah ini “Gambaran Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia
Elisabeth Medan”.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari isi maupun penulisan. Hal ini dikarenakan
kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan Karya Tulis
Ilmiah ini dan menambah pengetahuan penulis dihari-hari yang akan datang.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah banyak mendapat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak baik moril, maupun material. Untuk
Elisabeth Medan yang telah memberi izin kepada penulis untuk mengikuti
Medan.
1
2
Ilmiah ini
Medan dan mulai pengajuan judul Karya Tulis Ilmiah sampai kepada
penyusunan Karya Tulis Ilmiah sehingga dapat dengan baik disusun sesuai
di STIKes Santa Elisabeth Medan dan mulai pengajuan judul Karya Tulis
2
3
Medan.
9. Sr. M. Avelina, FSE selaku coordinator asrama dan seluruh ibu asrama
10. Orang tua tercinta (Evendi Siregar dan Lasmaria Gultom). Kakak dan
Gesa Siregar, Farida Siregar, Farel Siregar, Arjuna Siregar) yang telah
3
4
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
namanya belum disebutkan semoga Tuhan selalu memberikan setiap langkah kita
dan kiranya Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, untuk
propesional.
4
5
DAFTAR ISI
5
6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Surat Ijin Studi Kasus
2. Informed Consent
3. Instrumen Studi Kasus
4. Data dan Hasil
6
7
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
7
8
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
8
9
DAFTAR SINGKATAN
9. OK : Operatie Kamer
9
10
BAB 1
PENDAHULUAN
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani terapi dan
keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini
terjadi karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru
yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak
Kecemasan adalah suatu reaksi fisik dan psikis terhadap setiap tuntutan
kehidupan (Priyoto. 2014), stres adalah respon tubuh yang sifatnya non spesifik
mengatasinya artinya tidak ada gangguan pada fungsi organ tubuh, maka
mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh maka ia disebut mengalami
stres, menurut Wong (2009) stres hospitalisasi adalah suatu kejadian atau
masalah yang sering terjadi pada pasien rawat inap di rumah sakit terutama pada
10
11
harus dihadapi anak. Anak–anak sangat rentan terhadap krisis penyakit dan
hospitalisasi karena stres akibat perubahan dari keadaan sehat biasa dan rutinitas
cedera tubuh, dan nyeri. Reaksi anak terhadap krisis-krisis tersebut dipengaruhi
gejalanya tingkat kecemasan dibagi menjadi tiga yaitu: tingkat kecemasan ringan
yang penting dan mengeyampingkan pada hal yang lain,cemas berat sangat
anak yang memasuki periode usia antara 3 tahun sampai 6 tahun. Pada usia
memasuki dunia sekolah dan perkembangan konsep diri telah mulai pada periode
seperti berjalan, berlari, melompat menjadi semakin luwes tetapi otot dan tulang
11
12
menimbulkan dampak terhadap anak saat dirawat, ada berbagai kejadian selama
prasekolah saat dirawat dirumah sakit dapat dilihat dari perilaku anak tersebut
(Nursalam, 2011). Dampak hospitalisasi secara umum pada anak prasekolah yang
dirawat di rumah sakit yaitu cemas terhadap perpisahan, kehilangan kontrol, luka
pada tubuh dan rasa nyeri. Maka keterlibatan orang tua senantiasa dibutuhkan
(Susilaningrum, 2013).
hospitaisasi pada anak ringan, dan sebanyak 16 orang 40% dampak hospitalisasi
Sekitar 3 sampai dengan7% dari anak usia sekolah yang dirawat di Jerman juga
mengalami hal yang serupa, 5 sampai dengan 10% anak yang dihospitalisasi di
12
13
Indonesia yangharusdirawat di rumah sakit cukup tinggi yaitu sekitar 35 per 100
anak, yang ditunjukkan dengan selalu penuhnya ruang anak baik di rumah sakit
pemerintah ataupun rumah sakit swasta, berdasarkan survei dari WHO pada tahun
Indonesia sendiri berdasarkan survei kesehatan ibu dan anak tahun 2010
didapatkan hasil bahwa dari 1.425 anak mengalami dampak hospitalisasi, dan
prasekolah di Indonesia sebesar 72% dari jumlah total penduduk Indonesia, dan
diperkirakan dari 35 per 100 anak menjalani hospitalisasi dan 45% diantaranya
pasien lain, waktu yang dibutuhkan untuk merawat penderita anak-anak 20%
sampai 45% melebihi waktu untuk merawat orang dewasa. Anak yang dirawat di
rumah sakit akan berpengaruh pada kondisi fisik dan psikologinya (Wahyuni.
responden (70%) dan frekuensi terendah anak dengan tingkat kecemasan sedang,
yaitu sebanyak 6 responden (30%) dan berdasarkan penelitian Yuni Sandra tahun
13
14
kecemasan berat, dan tidak ada yang mengalami kecemasan ringan. Penelitian
Suryanti, Sodikin, dan Mustiah di Rumah Sakit Umum Daerah dr. R Goetheng
menangis ketika pertama kali dirawat di rumah sakit, menjeri-jerit saat sedang
menangis, dan tidak mau didekati oleh orang lain, mencari-cari orang tua,
menangis ketika orang tua meninggalkan ruangan, menolak dan bahkan menyuruh
pergi orang lain yang dianggapnya asing, dan menolak terhadap tindakan
Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 tahun) Yang Menjalani
14
15
Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran tingkat
pada anak dan mengurangi stressor (penyebab stres) pada anak yang
menjalani hospitalisasi.
15
16
hospitalisasi.
16
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kecemasan
2013), cemas adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak nyaman atau takut atau
menurut Struart (2009), ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Tidak
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak
bersifat individual, dan sangat bergantung pada tahapan usia perkebangan anak,
yang muncul pada anak yaitu cemas, marah, sedih, takut dan rasa bersalah.
luar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan.
7
8
a. Teori Psikoanalisis
b. Teori Interpersonal
terhadap penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga
diri oleh orang lain atau pun masyarakat akan menyebabkan individu yang
c. Teori Perilaku
8
9
kehidupan selanjutnya.
d. Teori Keluarga
e. Teori Biologi
seseorang bervariasi, tergantung dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan oleh
seseorang saat mengalami kecemasan secara umum menurut Hawari (2013) antara
4. Gejala somatik : rasa sakit pada otot dan tulang, berdebar-debar, sesak
9
10
fisiologis, perilaku dan secara langsung melalui timbulnya gejala sebagai upaya
a. Tanda fisik
1. Cemas ringan:
b. Ketegangan otot
d. Mudah lelah
2. Cemas sedang:
a. Sering kaget
b. Hiperaktifitas autonomik
3. Cemas berat:
a. Takikardi
c. Berpeluh
10
11
4. Panik
a. Diare
c. Sering kencing
e. Sulit menelan
b. Gejala psikologis
tersinggung
7. Libido menurun
11
12
cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak
mengurangi ketegangan.
menggunakan alat ukur (instrument) yang dikenal dengan nama Hamilton Rating
Scale for Axiety (HRS-A), yang terdiri dari 14 kelompok gejala, antara lain adalah
sebagai berikut :
12
13
1. Perasaan cemas : cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri dan
mudah tersinggung.
3. Ketakutan : pada gelap, pada orang asing, ditinggal sendiri, pada binatang
besar, pada keramaian lalu lintas dan pada kerumunan orang banyak.
4. Gangguan tidur : sukar untuk tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak
nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi, mimpi buruk dan mimpi
yang menakutkan.
pada hobi, sedih, terbangun pada saat dini hari dan perasaan berubah-ubah
sepanjang hari.
7. Gejala somatik/ fisik (otot) : sakit dan nyeri di otot, kaku, kedutan otot,
kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas dan perasaan ditusuk-tusuk.
lesu/ lemas seperti mau pingsan dan detak jantung menghilang/ berhenti
sekejap.
13
14
10. Gejala respiratori (pernafasan) : rasa tertekan atau sempit di dada, rasa
12. Gejala urogenital (perekmihan dan kelamin) : sering buang air kecil, tidak
dapat menahan BAK, tidak datang bulan (tidak dapat haid), darah haid
13. Gejala autoimun : mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, kepala
pusing, kepala terasa berat, kepala terasa sakit dan bulu-bulu berdiri.
14. Tingkah laku/ sikap : gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kening/ dahi
berkerut, wajah tegang/ mengeras, nafas pendek dan cepat serta wajah
merah.
14
15
kecemasan seseorang, yaitu : total nilai (score) : kurang dari 14 = tidak ada
antara repon adaftif dan maladaftif. Rentang respon yang paling adaptif adalah
antisipasi dimana individu siap siaga untuk beradaptasi dengan cemas yang
mungkin muncul. Sedangkan rentang yang paling maladaptif adalah panik dimana
individu sudah tidak mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi
Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal
dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal).
kategori yaitu :
15
16
1. Faktor Internal
Faktor internal adalah segala sesuatu yang ada dalam diri individu yang
a. Intelektual
b. Emosional
mengontrol beberapa aspek dunia luar seperti apa yang harus dibeli atau
16
17
c. Genetik
adalah faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku
2. Faktor eksternal
17
18
1. Lingkungan
ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam
b. Sebab-sebab fisik
18
19
timbulnya kecemasan.
a. Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam
dirinya. Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya
yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering
Kecemasan ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan
karena adanya suatu emosi yang berlebihan. Selain itu, keduanya mampu
kecemasan yaitu:
a) Lingkungan keluarga
19
20
b) Lingkungan Sosial
kecemasan.
Kecemasan timbul karena adanya ancaman atau bahaya yang tidak nyata
dan sewaktu-waktu terjadi pada diri individu serta adanya penolakan dari
Sedangkan Page (Elina Raharisti Rufaidah, 2009: 31) menyatakan bahwa faktor-
a. Faktor biologis
b. Faktor fisik
20
21
c. Faktor psikologis
kerja, perubahan dalam status kerja, dapat pula berupa ancaman internal
d. Faktor keluarga
lingkungan keluarga, peran pasangan dalam hal ini sangat berarti dalam
memberi dukungan. Istri dan anak yang penuh pengertian serta dapat
21
22
Penggunaan mekanisme koping akan efektif bila didukung dengan kekuatan lain
dan adanya keyakinan pada individu yang bersangkutan bahwa mekanisme yang
yaitu usaha untuk melindungi diri dari perasaan tidak adekuat. Beberapa
1. Bersifat hanya sementara karena berfungsi atau bertahan dari hal – hal
masalah.
22
23
4. Over kompensasi : tingkah laku yang gagal mencapai tujuan pertama tersebut
5. Instropeksi : memasukkan dalam pribadi sifat – sifat dari pribadi orang lain.
6. Represi : konflik, pikiran, impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan,
7. Supresi : menekan konflik, impuls yang tidak dapat diterima dengan secara
tidak sadar.
menyenangkan dirinya
10. Sublimasi : penerimaan tujuan pengganti yang diterima secara sosial karena
23
24
2.2 Hospitalisasi
atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi
baru pertama kali dirawat di rumah sakit menunjukan perilaku kecemasan. Selain
pada anak, orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi dan sosial dari
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan
masalah besar dan menimbulkan ketakutan, cemas, bagi anak (Supartini, 2012).
Hospitalisasi juga dapat diartikan adanya beberapa perubahan psikis yang dapat
Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit
dan dirawat di rumah sakit. Keadaaan ini terjadi karena anak berusaha untuk
beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi tersebut
menjadi faktor stresor bagi anak baik terhadap anak maupun orang tua dan
keluarga. Adapun stresor utama dari hospitalisasi dan reaksi anak prasekolah
24
25
kecemasan pada anak akibat perpisahan dengan orangtua atau orang yang
(2011). Jika perpisahan itu dapat dihindari, maka anak – anak akan
akibat perpisahan ini terdiri atas tiga fase (Wong, 2009), yaitu:
stres.
25
26
Pada fase putus asa, tangisan berhenti dan mulai muncul depresi.
makanan dan menarik diri dari orang lain. Perilaku yang dapat
diobservasi adalah tidak aktif, menarik diri dari orang lain, depresi,
3. Fase Pelepasan
26
27
b. Kehilangan Kendali
lainnya seperti cahaya, suara dan bau dapat berlebihan. Tanpa pemahaman
usia mereka maka area utama mengenai kehilangan kendali dalam hal
27
28
sakit merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah stres anak.
Kontrol diri pada anak bersifat menetap karena anak berada di luar
rumah sakit. Anak akan bereaksi agresif dengan marah dan berontak
yang harus anak patuhi. Pemikiran magis anak usia prasekolah membatasi
memandang semua pengalaman dari sudut pandang anak itu sendiri. Salah
28
29
kehilangan kontrol pada usia ini berupa perasaan malu, takut dan rasa
selain perpisahan dengan rutinitas dan orang tua, lingkungan yang asing,
nyeri dan penyakit yang dimiliki oleh seorang anak akan berbeda
prasekolah. Pada usia ini anak berada pada fase praoperasional dalam
anak sendiri dan dunia luar. Pemikiran anak tentang penyakit difokuskan
pada kejadian eksternal yang dirasakan dan hubungan sebab akibat dibuat
akibat sebelum makan tidak cuci tangan. Pemahaman anak terhadap nyeri
(Wong, 2009).
29
30
anak. Semakin muda usia anak, maka akan semakin sulit bagi anak untuk
2012).
Anak yang baru pertama kali mengalami perawatan di rumah sakit, dan
3) Mekanisme koping
bagian tubuh yang cedera, dan perilaku anak. Setiap anak mempunyai
30
31
4) Sistem pendukung
Anak akan mencari dukungan yang ada dari orang lain untuk melepaskan
takut dan cemas bahkan saat merasa ketakutan (Ariffiani, 2008 dalam Yuli
Utami, 2012).
a. Anak
pada anak. Anak bereaksi terhadap stres pada saat sebelum, selama dan
anak setelah pulang dari rumah sakit adalah merasa kesepian,tidak mau
lepas dari orang tua, menuntut perhatian dari orang tua dan takut
rawat inap, tindakan invasif yang dilakukan serta kecemasan orang tua.
31
32
terutama terjadi pada anak yang berusia kurang dari 7 tahun (Ramdaniati,
2011).
b. Orang tua
bagi anak, namun juga bagi orang tua. Berbagai macam perasaan muncul
pada orang tua yaitu takut, rasa bersalah, stres dan cemas. Perasaan orang
tua tidak boleh diabaikan karena apabila orang tua stres, hal ini akan
diungkapkan oleh orang tua. Takut dan cemas dapat berkaitan dengan
kecemasan yang paling besar berkaitan dengan trauma dan nyeri yang
diterima oleh petugas, prognosis yang tidak jelas, atau takut mengajukan
32
33
besar daripada ketakutan yang diketahui. Oleh karena itu, mengurangi unsur
dan keluarga guna mengurangi respon stres anak terhadap hospitalisasi. Intervensi
5. Bermain
Persiapan yang dibutuhkan anak pada saat masuk rumah sakit bergantung
pada jenis konseling pra rumah sakit yang telah mereka terima. Jika mereka telah
dipersiapkan dalam suatu program formal, mereka biasanya mengetahui apa yang
akan terjadi dalam prosedur medis awal, fasilitas rawat inap dan staf keperawatan.
33
34
Wong (2009) menyebutkan bahwa batasan usia anak pra sekolah adalah
antara 3 sampai 6 tahun. Anak dengan usia prasekolah banyak sekali potensi-
mereka. Rangsangan yang diperoleh anak dalam tahap tumbang mereka dapat
diperoleh dari rangsangan orang terdekat seperti orang tua, saudara ataupun saat
anak bersekolah. Taman kanak-kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan
prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia 3 tahun
tahun sampai 6 tahun. Pada usia prasekolah kemampuan sosial anak mulai
konsep diri telah mulai pada periode ini. Perkembangan fisik lebih lambat dan
semakin luwes tetapi otot dan tulang belum begitu sempurna (Supartini. 2012).
mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan yang sulit
masalah perubahan dalam jumlah, ukuran, atau tingkat sel organ. Sedangkan
34
35
pematangan organ.
Anak usia prasekolah yang sehat adalah periang, cekatan serta memiliki
sikap tumbuh yang baik. Pertambahan tinggi rata – rata adalah 6,25 sampai 7,5 cm
per tahundan tinggi rata – rata anak usia 4 tahun adalah 101,25 cm. Pertambahan
berat badan rata – rata adalah 2,3 kg per tahun dan berat badan rata – rata anak
usia 4 tahun adalah 16,8 kg. Perkembangan fisik ataupun biologis anak usia
prasekolah lebih lambat dan relatif menetap. Pertumbuhan tinggi dan berat badan
melambat tetapi pasti dibanding dengan masa sebelumnya. Sistem tubuh harusnya
sudah matang dan sudah terlatih dengan toileting. Keterampilan motorik, seperti
berjalan, berlari, melompat menjadi lebih luwes, tetapi otot dan tulang belum
2. Perkembangan Psikososial
inisiatif versus rasa bersalah, yaitu anak mengembangkan keinginan dengan cara
eksplorasi terhadap apa yang ada di sekelilingnya. Hasil akhir yang diperoleh
bersalah akan muncul pada anak apabila anak tidak mampu berprestasi sehingga
merasa tidak puas atas perkembangan yang tidak tercapai (Supartini, 2012).
35
36
3. Perkembangan Psikoseksual
dideskripsikan oleh Freud sebagai periode Falik, yaitu genetalia menjadi area
yang menarik dan area tubuh yang sensitif. Anak mulai mempelajari adanya
Menurut Freud, anak prasekolah akan mengalami konflik Odipus. Fase ini
ditandai dengan kecemburuan dan persaingan terhadap orang tua sejenis dan lebih
merasa nyaman dan dekat terhadap orang tua lain jenis. Tahap odipus biasanya
berakhir pada akhir periode usia prasekolah dengan identifikasi kuat pada orang
tua sejenis.
4. Perkembangan Kognitif
dan intuitif. Pada fese prakonseptual (usia 2 sampai 4 tahun), anak membentuk
konsep yang kurang lengkap dan logis dibandingkan dengan konsep orang
Pada fase intuitif (usia 5 sampai 7 tahun), anak menjadi mampu membuat
berfikir intuitif (anak menyadari bahwa sesuatu adalah benar, tetapi ia tidak dapat
mengatakan alasanya). Anak tidak mampu untuk melihat sudut pandang orang
36
37
lain. Anak menggunakan banyak kata yang sesuai, tetapi kurang memahami
makna sebenarnya. Menurut Sacharin dalam Supartini (2012), anak usia 5 hingga
kanak-kanak dan dapat menghitung sampai sepuluh. Anak juga mulai dapat
5. Perkembangan Moral
kesadaran akan suatu aturan. Bahkan aturan yang mereka terima tampaknya tidak
membatasi perilaku mereka dalam cara apapun. Menurut Kohlberg, anak usia
terjadi hingga usia 10 tahun. Pada tahap ini, perasaan bersalah muncul, dan
penekananya adalah pada pengendalian eksternal. Standar moral anak adalah apa
yang ada pada orang lain, dan anak mengamati mereka untuk menghindari
6. Perkembangan Sosial
Salah satu bentuk sosialisasi anak usia prasekolah dalam kehidupan sehari-
hari adalah bermain bersosialisasi dengan keadaan bersama atau dekat dengan
anak-anak lain. Selama masa ini anak cenderung bercakap-cakap dengan dirinya
37
38
sakit dan ke rumah sakit baik untuk rawat inap maupun rawat jalan adalah dalam
bentuk kecemasan, stres, dan perubahan perilaku. Perilaku anak untuk beradaptasi
1) Penolakan (Advoidance)
disuntik, tidak mau dipasang infus, menolak minum obat, bersikap tidak
cerita saat dirumah sakit, menonton TV saat dipasang infus atau bermain
kepada tenaga medis atau orang tuanya, bersikap kooperatif pada tenaga
medis, minum obat secara teratur dan beristirahat sesuai dengan peraturan
yang diberikan.
Anak mencari dukungan dari orang lain untuk melepaskan tekanan atas
38
39
Potter & Perry (2009) juga mengemukakan bahwa selama waktu sakit,
anak usia prasekolah mungkin kembali ngompol, atau menghisap ibu jari dan
memeluk mereka. Selain itu juga anak takut pada bagian tubuh yang disakiti dan
merasakan nyeri.
39
BAB 3
METODE STUDI KASUS
deskriptif yang dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang bertujuan
untuk melihat gambaran atau fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi
tertentu dengan melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian pada saat
pengumpulan dan penyusunan data, tetapi analisis tentang data tersebut, selain itu
Santa Elisabeth.
Fokus studi dalam penelitian studi kasus yang saya teliti adalah Tingkat
40
41
perubahan, pengalaman baru atau yang belum pernah dilakukan, serta dalam
meliputi faktor internal adalah segala sesuatu yang berada dalam diri individu
yang meliputi intelektual dan emosional pada usia prasekolah adalah kemampuan
untuk membentuk perasaan dan ikatan batin, kemampuan untuk kasih sayang,
dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang pada anak. Tingkat
kecemasan anak berdasarkan faktor ekternal meliputi lingkungan yang terdiri dari
adalah kecemasan dapat terjadi dan timbul secara nyata akibat adanya konflik
dalam keluarga.
penting pada hal yang lain, sehingga seseorang mengalami perhatian yang
41
42
selektif namun dapat melakukan yang terarah. Dikatakan cemas sedang apabila
pada sesuatu yang lebih terinci, spesifik yang ditujukan untuk mengurangi
ketegangan. Dikatakan cemas berat apabila responden mendapat nilai atau skor
sebanyak 52-72.
skalaGuttman yang memiliki grade “Ya”, dan “Tidak”. Skala ini merupakan
konstruksi tes yaitu alat ukur atribut kognitif, dimana masing-masing responden
terdiri dari 2 point (“Ya”, “Tidak” ). Semua item yang faforabel kemudian diubah
nilainya dalam angka yaitu untuk point “Ya” bernilai 1, sedangkan untuk point
:Tidak” bernilai 0. Sebaliknya untuk item anforabel nilai skala “Ya” bernilai 0
interval dengan dicarinya rata-rata dari setiap jawaban yang dilakukan peneliti,
( Ringan, Sedang,Berat).
42
43
dari Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, setelah mendapatkan ijin dari
Rumah Sakit selanjutnya peneliti mendatangi semua ruangan dan bertemu dengan
Kepala Ruangan untuk memohon ijin untuk melakukan penelitian pada anak yang
observasi yang akan diamati, setelah kuesioner selesai di isi maka peneliti
memeriksa kembali hasil dari observasi apakah sudah terisi secara keseluruhan
atau tidak, jika pada lembar observasi masih ada yang tidak berisi, maka peneliti
3.7.1 Lokasi
43
44
masing jawaban responden yang diperoleh dari lembar observasi. Kemudian data-
persepsinya dikatakan cemas ringan apabila skor atau nilai yang didapat sebanyak
0-25, cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengeyampingkan pada hal yang lain dikatakan cemas Sedang
apabila skor atau nilai yang didapat sebanyak 26-51, cemas berat sangat
pada sesuatu yang terinci, spesifik dan tidak berfikir tentang hal yang lain, semua
44
45
I =25/1 = 25
Skor :
1. Ringan : 0-25
25 x 100 = 100
25
100 = 33.33 % tingkat kecemasan ringan
3
2. Sedang : 26-51
51 x 100 = 104
25
104 = 34.67 % tingkat kecemasan sedang
3
3. Berat : 52-72
72 x 100 = 288
25
288 = 96 % tingkat kecemasan berat
3
45
46
(Hidayat,2009).
Etika Studi Kasus ini didasarkan atas tiga aspek yaitu informed consent,
anonimity, confidentiality.
responden yang diteliti yang Memenuhi kriteria untuk Studi Kasus. Setelah
responden memahami atas penjelasan peneliti terkait studi kasus ini, selanjutnya
peneliti memberikan lembar informed consent untuk ditanda tangani oleh sampel
studi kasus. Aspek selanjutnya adalah anonimity yaitu usaha menjaga kerahasiaan
tentang hal–halyang berkaitan dengan data responden. Pada aspek ini peneliti
tidak mencantumkan nama responden akan tetapi digunakan nama inisial atau
responden, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil studi
kasus. Pada aspek ini, data yang sudah terkumpul dari responden benar – benar
bersifat rahasia yang hanya peneliti dan responden yang dapat mengetahuinya
(Nursalam, 2009).
46
BAB 4
HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini menguraikan tentang hasil studi kasus mengenai Gambaran
Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Yang Menjalani
tentang jenis kelamin, usia, dan tingkat kecemasan ringan, sedang, dan berat.
1929 dan diresmikan pada tanggal 17 November 1930. Rumah Sakit Santa
Elisabeth Medan merupakan salah satu rumah sakit swasta yang terletak di kota
Provinsi Sumatra Utara. Saat ini Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan merupakan
Rumah Sakit tipe B. Rumah sakit santa Elisabeth Medan memiliki motto “Ketika
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan misi Rumah Sakit Santa Elisabeth
keperawatan.
47
48
Poli Klinik, Unit Gawat Darurat (UGD), Operatie Kamer (OK), Intensive Care
(PA) dan Farmasi. Peningkatan kualitas dalam kegiatan pelayanan Rumah Sakit
Ruang rawat inap rumah sakit Santa Elisabeth Medan terdiri dari 7 ruang
internis, 2 ruang rawat pasien bedah, 3 ruang rawat perinatologi, 3 ruang rawat
intensif, dan 1 ruang rawat anak. Adapun yang menjadi ruang studi kasus yaitu
Ruang Rawat Anak (St. Theresia), studi kasus ini dilakukan pada tanggal 8 Mei
48
49
Data Demografi F %
Jenis Kelamin
Laki –laki 7 46,66 %
Perempuan 8 53,33%
Total 15 100%
Usia
3 Tahun 4 26,66%
4 Tahun 4 26,66%
5 Tahun 4 26,66%
6 Tahun 3 20%
Total 15 100%
49
50
Setelah dilakukan survei lapangan oleh peneliti pada tanggal 8 Mei-15 Mei
2017 maka di dapatkan hasil tingkat kecemasan anak usia prasekolah 3-6 tahun
Kecemasan F %
Ringan 2 13.33%
Sedang 6 40%
Berat 7 46,67%
Total 15 100%
besar anak prasekolah memiliki tingkat kecemasan berat sebanyak 46,67%, dan
13,33%.
50
51
ringan 12.5%. Berdasarkan usia, laki-laki usia 4 tahun sebagian besar mengalami
51
52
tingkat kecemasan berat 50%,kecemasan sedang 50%, usia 5 tahun sebagian besar
kecemasan berat 50%, kecemasan sedang 50%, usia 5 tahun sebagian besar
4.2 Pembahasan
Hasil studi kasus tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang
pada anak sebanyak 2 orang (13,33%) pada anak tingkat kecemasan ringan,
sebanyak 6 orang (40%) pada anak tingkat kecemasan sedang, sebanyak 7 orang
(46,67%) pada anak tingkat kecemasan berat. Peneliti berpendapat bahwa tingkat
ketegangan yang dialami individu setiap hari, kecemasan sedang yaitu pusat
perhatian individu berfokus pada satu hal atau masalah, kecemasan berat yaitu
individu berpusat pada hal yang spesifik dan terinci. kecemasan anak prasekolah
bersalah akan muncul pada anak apabila anak tidak mampu berprestasi sehingga
bahwa anak prasekolah akan mengalami konflik odipus. Fase ini ditandai dengan
kecemburuan dan persaingan terhadap orang tua sejenis dan lebih mersa nyaman
dan dekat terhadap orang tua lawan jenis. Perkembangan kognitif pada masa anak
prasekolah berada pada fase peralihan anatara prakonseptual dan intuitif. Fase
prakonseptual (2-4 tahun) anak membentuk konsep yang kurang lengkap dan logis
dibandingkan dengan yang dewasa, sedangkan pada fase intuitif (5-7 tahun) anak
suatu aturan. Perkembangan sosial salah satu sosialisasi anak prasekolah dalam
merupakan akibat perubahan dari lingkungan dan perpisahan dari hasil pernyataan
anak tampak menangis kuat saat ditinggalkan oleh orangtuanya, anak tampak
ini menyebabkan krisis situasional pada anak. Perpisahan pada anak meliputi
teman bermain. Pada hasil penelitian ini, tingkat kecemasan anak menunjukkan
mengalami tanda dan gejala yang paling sering dialami anak seperti mudah lelah,
menangis, cemas, tegang, gemetar, khawatir, dan susah tidur, takikardi (nadi
53
54
cepat), berpeluh, nafas pendek dan tangan terasa dingin. Hal ini sesuai dengan
orang tua dan lebih cenderung membangun rasa percaya pengganti pada orang
dewasa lain yang bermakna untuknya. Akan tetapi, stress karena penyakit
perpisahan.
berdasarkan tumbuh kembang bahwa anak usia toddler dan anak prasekolah mulai
mengerti tenyang penyakit namun belum paham tentang penyebab sakit. Anak
prasekolah pada tahap hospitalisasi ini berpisah dengan orangtua adalah stressor
yang sangat tinggi pada anak usia 3-4 tahun (Supartini, 2012). Berdasarkan hasil
studi kasus yang telah dilakukan oleh peneliti bahwa anak pada usia 3-4 tahun
usia 5-6 tahun sebayak 13,33% hal ini dikarena dengan sifat memberontak atau
anak usia 3-6 tahun yang di rawat di Ruang anak Santa Theresia Rumah Sakit
54
55
kecemasan sedang 40%, kecemasan berat 46,67%hal ini sesuai dengan pendapat
keadaan krisis pada anak yang sakit dan di rawat di rumah sakit. Keadaan ini
terjadi karena anak mengalami perubahan dari keadaan sehat dan rutinitas
Hasil studi kasus ini menunjukkan bahwa sebagian besar anak mengalami
tingkat kecemasan ringan dengan tanda dan gejala gemetaran, takut ditinggalkan
sendiri, khawatir nafas pendek dan ketegangan otot. Menurut peneliti dalam studi
kasus ini adalah salah satu cara yang efektif agar dapar meminimalisir atau
menangani cemas anak saat di rawat inap adalah dengan adanya bentuk dukungan
sosial dari orang yang terdekat yaitu keterlibatan anggota keluarga dalam
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional anak, karena dalam hubungan keluarga
tercipta hubungan yang saling mempercayai, anak sebagai anggota keluarga akan
akibat hospitalisasi adalah hal yang sangat penting dalam menunjang untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional anak pada saat dirawat inap. Dengan
adanya dukungan keluarga yang baik maka cemas akibat dari perpisahan dapat
55
56
Pada studi kasus ini ada beberapa keterbatasan yang didapati oleh observer
3. Pada saat melakukan studi kasus hanya ada 15 anak prasekolah 3-6 tahun yang
56
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
dilakukan pada tanggal 8 mei 2017 – 15 mei 2017 maka dapat disimpulkan bahwa
rawat inap Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan memiliki kecemasan berat yaitu
sebanyak 7 orang pasien (46,67%) kecemasan yang dialami anak akibat lelah,
menangis, cemas, tegang, gemetar, khawatir, dan susah tidur, takikardi (nadi
cepat), berpeluh, nafas pendek dan tangan terasa dingin, kecemasan sedang 6
orang (40%) kecemasan yang dialami anak akibat perubahan dari lingkungan dan
kecemasan pada anak prasekolah ada paling tinggi adalah di kecemasan berat
sebagian besar sebanyak 46,67% dan masih ada juga tingkat kecemasan pada anak
sebanyak 13,33%.
57
58
5.2 Saran
Berdasarkan hasil analisa dan simpulan pada studi kasus ini, maka saran
penyuluhan pendidikan kesehatan kepada orang tua yang menjaga anak usia
prasekolah yang sedang di rawat, dari hasil peneliti masih ada orang tua yang
di rumah sakit.
perawat atau dokter mendekat orang tua bersama anak. Serta orang tua dapat
58
DAFTAR PUSTAKA
Gordon dkk (2010). The Genome of Salmonella enterica Serovar Typhi, viewed 6
May 2011, http://cid.oxfordjournals.org/content/45/Supplement_1/S2
9.full.pdf, diakses tanggal 23 April 2017
Hawari,D. (2013). Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi/ FKUI, Gaya Baru :
Jakarta
Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2007). Wong’s nursing care of infants and
children. (8 th ed.). St. Louis: Mosby Elsevier.Jeffery, K. (2002).
Therapeutic restrain of children. Paed, 14(9): 20-22
Hockenberry, M.J & Wilson, D. (2009). Essential of Pediatric Nursing. St. Louis
Missoury: Mosby
Ramdaniati, Sri. (2011). Analisis Determinan Kejadian Takut Pada Anak Pra
Sekolah dan Sekolah yang Mengalami Hospitalisasi di Ruang Rawat
Anak RSU Blud dr. Slamet Garut. Tesis.Depok: Fakultas Ilmu
Keperawatan ProgramMagister Keperawatan Universitas Indonesia.
47
48
Supartini, Y. (2012). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC.
Wong, L.D, Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelsein, M.L., & Schawrtz, P.
(2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 Vol 2.Jakarta: EGC
48
49
49
50
INFORMED CONSENT
(Persetujuan Menjadi Partisipan)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh Ayu Lestari Siregardengan judul Gambaran Tingkat
kecemasan paada anak usia prasekolah (3-6 Tahun) yang menjalani hospitalisasi
Di Rumah Sakit St.Elisabeth Medan.
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara
sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi
apapun.
Yang memberikanpersetujuan
Saksi
( )
50
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth,
Calon Responden Penelitian
Di
Tempat
Dengan Hormat,
Hormat Saya
47
48
ISTRUMEN PENELITIAN
GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK USIA
PRASEKOLAH(3-6 TAHUN) YANG MENJALANI HOSPITALISASI DI
RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN
Hari/Tanggal :
Petunjuk pengisian :
kuosioner. Pilihlah sesuai tanpa ada dipengaruhi oleh orang lain dan unsur
paksaan.
dalam memilih jawaban dan jawablah dengan jujur karena jawaban anda
1. Nama (Initial) :
3. Usia :
4. Pendidikan :
5. Agama :
6. Suku :
48
49
49
50
50