Anda di halaman 1dari 47

TUGAS PENGANTAR LINGKUNGAN

NAMA : Abdul Muis

NIM : 1811102411001

S1 ILMU KEPERAWATAN ALIH JENJANG

S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR


1. Proses hidrologi

Pengertian, Proses hidrologi

Menurut salamadian , (September,22,2018) siklus hidrologi adalah sebuah proses


sirkulasi air yang mana proses tersebut tidak pernah berhenti. Siklus ini dimulai dari
atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer melalui proses tahap-tahap yang
dikenal sebagai kondensasi, presipitasi, evaporasi, dan juga transpirasi.

Dalam proses ini sendiri ada beberapa proses yang harus Anda ketahui. Untuk
membentuk suatu siklus hidrologi tersebut terdapat beberapa komponen yang harus
menjadi bagian dari siklus yang tidak pernah berhenti. Untuk lebih jelasnya seperti
yang sudah disebutkan, ada juga beberapa proses lainnya yang termasuk dalam
siklus hidrologi seperti yang akan dijelaskan berikut ini.

Dalam siklus hidrologi sendiri terdapat beberapa proses yang menjadi bagian dari
keseluruhan siklus hidrologi yang menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Beberapa komponen tersebut prestisipasi, evaporasi, transpirasi, evatranspirasi,
intersepsi, infiltrasi dan juga perkolasi.

Untuk masing-masing komponen tersebut berbeda antara satu dengan yang


lainnya di mana kita harus memahami bahwa siklus tersebut cukup beragam dan
tidak banyak yang tahu mengenai hal tersebut bahkan pengertian dari masing-
masing komponen tersebut yang dijelaskan secara rinci.

Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut untuk masing-masing komponen tersebut
yang akan menjelaskan setiap proses yang ada pada sebuah siklus hidrologi

a. Prestisipasi
Untuk proses ini sendiri sebenarnya dapat dikatakan sebagai salah satu proses
yang berada di tengah-tengah siklus hidrologi. Kita mungkin akan lebih familiar
dengan istilah hujan. Proses inilah yang terjadi ketika awan yang juga dikenal
sebagai bentuk uap dari air yang biasa kita lihat di langit.

Proses ini terjadi ketika uap air yang terkandung dalam awan tersebut terkena
suhu yang tinggi sehingga uang air berada pada keadaan jenuh yang akhirnya
berubah menjadi titik-titik air yang jatuh ke bumi.

b. Evaporasi
Pada proses ini sendiri sebenarnya terjadi karena adanya penguapan air yang
berasal dari permukaan bumi. Air-air tersebut bisa berasal dari laut, danau,
sungai, sawah, sungai dan berbagai tempat yang terdapat air.

Air yang menguap karena panas matahari tersebut akan naik dan nantinya
akan menjadi awan. Pada dasarnya, semakin tinggi suhu matahari terutama pada
musim kemarau maka semakin banyak juga air yang menjadi uap.

c. Intersepsi
Pada proses ini memang jarang disebutkan dalam sebuah siklus hidrologi
karena pada prosesnya proses intersepsi ini terjadi karena adanya peran tanaman
yang menyebabkan proses presipitasi tidak langsung membuat air jatuh ke tanah,
namun terlebih dahulu jatuh atau diintersepsi oleh tanaman yang pada akhirnya
membuat air hujan dari proses presipitasi tidak langsung jatuh ke tanah.

d. Infiltrasi/Perkolasi
Selain itu ada juga proses yang disebut dengan istilah infiltrasi di mana pada
proses ini sendiri air hujan atau siklus air setelah presipitasi tidak kembali lagi ke
permukaan tanah atau laut atau permukaan di bumi lainnya yang bisa langsung
kembali ikut dalam siklus hidrologi yaitu evaporasi.

Sebagian kecil air juga masuk meresap ke pori-pori tanah dan akan menjadi air
tanah sebelum akhirnya kembali lagi ke laut untuk kembali mengalami siklus
hidrologi yaitu evaporasi.

Hal ini juga sebenarnya cukup serupa dengan proses perkolasi namun dengan
penjelasan yang cukup berbeda di mana perkolasi sendiri merupakan suatu
proses di mana air mengalir ke bawah yang disebabkan oleh gravitasi yang
bergerak semakin ke bawah lapisan demi lapisan sampai ke titik jenuh dimana air
berkumpul di bawah tanah.
Macam-Macam Siklus Hidrologi

physicalgeography.com

Berikut ini adalah macam macam siklus hidrologi, diantaranya:

a. Siklus Hidrologi Pendek


Dalam siklus hidrologi terdapat beberapa jenis siklus yang berbeda yang
dibedakan berdasarkan panjangnya siklus hidrologi yaitu siklus pendek, sedang
dan juga panjang.

Untuk siklus pendek dimulai dari air laut yang menguap menjadi gas yang
disebabkan oleh panas matahari. Selanjutnya gas tersebut mengalami kondensasi
dan membentuk awan. Untuk siklus pendek ini diakhiri dengan terjadinya hujan ke
atas permukaan laut.

b. Siklus Hidrologi Sedang


Untuk siklus sedang terjadi ketika air laut mulai menguap dan menjadi gas yang
disebabkan oleh panas matahari. Selanjutnya uap tersebut mengalami proses
evaporasi di mana uap karena proses ini tertiup oleh angin ke atas daratan dan
akhirnya membentuk awan. Selanjutnya dari awan tersebut turunlah hujan ke
permukaan daratan di mana air ini nantinya mengalir ke laut.

c. Siklus Hidrologi Panjang


Hampir sama dengan siklus sedang, untuk siklus panjang ini juga diawali
dengan proses penguapan air laut menjadi gas yang disebabkan oleh matahari.
Selanjutnya uap tersebut mengalami proses sublimasi. Dari proses tersebut,
terbentuklah awan yang di dalamnya mengandung kristal es.

Selanjutnya awan tersebut akan bergerak ke darat karena tiupan angin. Proses yang
terjadi selanjutnya adalah awan tersebut akan mengalami presipitasi dan awan
tersebut akan turun sebagai salju. Untuk selanjutnya salju tersebut menjadi gletser
karena akumulasi yang pada akhir gletser itu nantinya akan mencari dan menjadi
aliran sungai yang akan mengalir kembali ke laut.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Siklus Hidrologi

Selain beberapa hal di atas, ada juga beberapa faktor yang akan mempengaruhi
siklus hidrologi. Terkadang mungkin sebuah area atau lokasi terlihat tidak mengalami
siklus hidrologi yang sempurna.

Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti salah satunya adalah jarak dari sumber
air yang juga akan mempengaruhi bagaimana di sebuah tempat mungkin tidak turun
hujan untuk waktu yang lama.

Hal ini misalnya dipengaruhi oleh jarak dari sumber air. Misalnya jarak daratan
seperti di Afrika cukup jauh dari laut yang menyebabkan daerah tersebut sering
mengalami kekeringan karena selama perjalanan awan yang tertiup angin tersebut,
air akan menguap dan tidak tersisa untuk terjadinya presipitasi.

Faktor lainnya juga disebabkan oleh adanya deretan pegunungan menyebabkan


awan tidak dapat melewati daerah tersebut karena harus terus naik agar bisa
melewati pegunungan tersebut. Hal ini sangat penting untuk diketahui dan juga dapat
menjelaskan mengapa di beberapa daerah siklus hidrologi tampaknya tidak terjadi
dengan sempurna.

2. Hubungan ekologi

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan


lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunanioikos ("habitat") dan logos
("ilmu"). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar
makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah
ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914).[1] Dalam
ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan
lingkungannya.

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai


komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain
suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah
makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan mikrob. Ekologi juga
berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu
populasi, komunitas, dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu
sistem yang menunjukkan kesatuan.

Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada
tahun 70-an.[2] Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap
cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat
mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk
hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. [2]
Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan
botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan
ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makananmanusia dan
tingkat tropik.

Para ahli ekologi mempelajari hal berikut [2]:


Perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu ke makhluk hidup
yang lain ke dalam lingkungannya dan faktor-faktor yang menyebabkannya.
a. Perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor
yang menyebabkannya.
b. Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan
hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

Kini para ekolog (orang yang mempelajari ekologi) berfokus kepada Ekowilayah
bumi dan riset perubahan iklim.

3. Konsep ekologi

Hubungan keterkaitan dan ketergantungan antara seluruh komponen ekosistem


harus dipertahankan dalam kondisi yang stabil dan seimbang (homeostatis)[2].
Perubahan terhadap salah satu komponen akan memengaruhi komponen lainnya.
[2]
Homeostatis adalah kecenderungan sistem biologi untuk menahan perubahan dan
selalu berada dalam keseimbangan. [1]

Ekosistem mampu memelihara dan mengatur diri sendiri seperti halnya komponen
penyusunnya yaitu organisme dan populasi[1]. Dengan demikian, ekosistem dapat
dianggap suatu cibernetik di alam. Namun manusia cenderung mengganggu sistem
pengendalian alamiah ini[1].

Ekosistem merupakan kumpulan dari bermacam-macam dari alam tersebut,


contoh hewan, tumbuhan, lingkungan, dan yang terakhir manusia

Ekologi dalam politik

Ekologi menimbulkan banyak filsafat yang amat kuat dan pergerakan politik –
termasuk gerakan konservasi, kesehatan, lingkungan,dan ekologi yang kita kenal
sekarang. Saat semuanya digabungkan dengan gerakan perdamaian dan Enam
Asas, disebut gerakan hijau. Umumnya, mengambil kesehatan ekosistem yang
pertama pada daftar moral manusia dan prioritas politik, seperti jalan buat mencapai
kesehatan manusia dan keharmonisan sosial, dan ekonomi yang lebih baik.

Orang yang memiliki kepercayaan-kepercayaan itu disebut ekolog politik.


Beberapa telah mengatur ke dalam Kelompok Hijau, tetapi ada benar-benar ekolog
politik dalam kebanyakan partai politik. Sangat sering mereka memakai argumen dari
ekologi buat melanjutkan kebijakan, khususnya kebijakan hutan dan energi.
Seringkali argumen-argumen itu bertentangan satu sama lain, seperti banyak yang
dilakukan akademisi juga.

Ekologi dalam ekonomi

Banyak ekolog menghubungkan ekologi dengan ekonomi manusia:

 Lynn Margulis mengatakan bahwa studi ekonomi bagaimana manusia membuat


kehidupan. Studi ekologi bagaimana tiap binatang lainnya membuat kehidupan.
 Mike Nickerson mengatakan bahwa "ekonomi tiga perlima ekologi" sejak
ekosistem menciptakan sumber dan membuang sampah, yang mana ekonomi
menganggap dilakukan "untuk bebas".

Ekonomi ekologi dan teori perkembangan manusia mencoba memisahkan


pertanyaan ekonomi dengan lainnya, tetapi susah. Banyak orang berpikir ekonomi
baru saja menjadi bagian ekologi, dan ekonomi mengabaikannya salah. "Modal
alam" ialah 1 contoh 1 teori yang menggabungkan 2 hal itu.

Ekologi dalam kacamata antropologi

Terkadang ekologi dibandingkan dengan antropologi, sebab keduanya


menggunakan banyak metode untuk mempelajari satu hal yang kita tak bisa tinggal
tanpa itu. Antropologi ialah tentang bagaimana tubuh dan pikiran kita dipengaruhi
lingkungan kita, ekologi ialah tentang bagaimana lingkungan kita dipengaruhi tubuh
dan pikiran kita.

Beberapa orang berpikir mereka hanya seorang ilmuwan, tetapi paradigma


mekanistik bersikeras meletakkan subjek manusia dalam kontrol objek ekologi —
masalah subjek-objek. Namun dalam psikologievolusioner atau psikoneuroimunologi
misalnya jelas jika kemampuan manusia dan tantangan ekonomi berkembang
bersama. Dengan baik ditetapkan Antoine de Saint-Exupery: "Bumi mengajarkan kita
lebih banyak tentang diri kita daripada seluruh buku. Karena itu menolak kita.
Manusia menemukan dirinya sendiri saat ia membandingkan dirinya terhadap
hambatan."

Beberapa cabang ekologi

Karena sifatnya yang masih sangat luas, maka ekologi mempunyai beberapa
cabang ilmu yang lebih fokus, yaitu:

 Ekologi Tingkah Laku


 Ekologi Bahasa
 Ekologi Komunitas dan Sinekologi
 Ekologi Fisiologi
 Ekologi Ekosistem
 Ekologi Evolusi
 Ekologi Global
 Ekologi Manusia
 Ekologi Populasi
 Ekologi Akuatik
 Ekologi Api
 Ekologi Fungsional
 Ekologi Polinasi
 Ekologi Hutan
 Ekologi Laut
 Ekologi Laut Tropis
 Ekologi Pangan dan Gizi
 Ekologi Hutan Mangrove
 Ekologi Kesehatan
 Ekologi Antariksa
 Ekologi Pedesaan
 Ekologi Serangga
 Ekologi Habitat
 Ekologi Pelestarian
 Ekologi Hewan
 Ekologi Produksi
 Ekologi Purbakala
 Ekologi Sosial
 Ekologi Radiasi
 Ekologi Tumbuhan Penganggu
 Ekologi Lanskap
 Ekologi Molekuler
 Ekologi Robot
 Ekologi Industri
UU 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

sampah adalah masalah besar, menjadi masalah nasional bahkan masalah


universal. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
memiliki maksud bahwa pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai
sumber daya. Di tahun 2019 sekarang ini Kota Surabaya sudah mampu mengelola
sampah menjadi energi listrik. Sampah plastik bisa menjadi aspal, dan masih
dibutuhkan inovasi-inovasi lain tentang pengelolaan sampah agar menjadi
sumberdaya yang bermanfaat.

Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah disahkan


pada tanggal 7 Mei 2008 di Jakarta oleh Presiden Doktor Haji Susilo Bambang
Yudhoyono. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69
setelah diundangkan pada tanggal 7 Mei 2008 oleh Menkumham Andi Mattalatta di
Jakarta, agar setiap orang mengetahuinya. Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor
18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah ditempatkan pada Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851.

Pokok kebijakan dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang


Pengelolaan Sampah mengatur tentang penyelenggaraan pengelolaan sampah
secara terpadu dan komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta
tugas dan wewenang Pemerintah dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan
pelayanan publik. Pengaturan hukum pengelolaan sampah dalam Undang-Undang
ini berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas
keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan,
dan asas nilai ekonomi.
Latar Belakang

Pertimbangan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah


adalah:

a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat


menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang
semakin beragam;
b. bahwa pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan metode dan teknik
pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan
dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan;
c. bahwa sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya
perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar
memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi
lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat;
d. bahwa dalam pengelolaan sampah diperlukan kepastian hukum, kejelasan
tanggung jawab dan kewenangan Pemerintah, pemerintahan daerah, serta peran
masyarakat dan dunia usaha sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan
secara proporsional, efektif, dan efisien;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang Pengelolaan
Sampah;

Dasar Hukum

Dasar hukum Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan


Sampah adalah Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 33 ayat (3)
dan ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Penjelasan Umum UU Pengelolaan Sampah

Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi
masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin
beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh
proses alam.

Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai


barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu
dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada
pendekatan akhir (end-of-pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke
tempat pemrosesan akhir sampah. Padahal, timbunan sampah dengan volume yang
besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan
(CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi
terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses
alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya
yang besar.

Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah


saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah.
Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai
ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun
untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang
komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi
menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga
menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman.
Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan
pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan
pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan
penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan,
dan pemrosesan akhir.

Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat. Amanat Undang-Undang Dasar tersebut memberikan
konsekuensi bahwa pemerintah wajib memberikan pelayanan publik dalam
pengelolaan sampah. Hal itu membawa konsekuensi hukum bahwa pemerintah
merupakan pihak yang berwenang dan bertanggung jawab di bidang pengelolaan
sampah meskipun secara operasional pengelolaannya dapat bermitra dengan badan
usaha. Selain itu organisasi persampahan, dan kelompok masyarakat yang bergerak
di bidang persampahan dapat juga diikut sertakan dalam kegiatan pengelolaan
sampah.

Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan sampah secara terpadu dan


komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan
wewenang Pemerintah dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan
publik, diperlukan payung hukum dalam bentuk undang-undang. Pengaturan hukum
pengelolaan sampah dalam Undang-Undang ini berdasarkan asas tanggung jawab,
asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas
kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.

Berdasarkan pemikiran sebagaimana diuraikan di atas, pembentukan Undang-


Undang ini diperlukan dalam rangka:

a. kepastian hukum bagi rakyat untuk mendapatkan pelayanan pengelolaan


sampah yang baik dan berwawasan lingkungan;
b. ketegasan mengenai larangan memasukkan dan/atau mengimpor sampah ke
dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
c. ketertiban dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah;
d. kejelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab Pemerintah dan pemerintahan
daerah dalam pengelolaan sampah; dan
e. kejelasan antara pengertian sampah yang diatur dalam Undang-Undang ini dan
pengertian limbah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
4. alat sterilisasi ruangan di rumah sakit beserta SPO nya

Prosedur desinfeksi dan sterilisasi ruang rumah sakit

Rumah sakit merupakan tempat dengan derajat kontaminasi yang cukup tinggi.
Sumber kontaminasi utama di rumah sakit umumnya adalah manusia berupa limbah
dari proses kehidupan seperti urine, tinja, semburan pernafasan, kelupasan kulit
yang selalu diproduksi dan disebarkan. Disinfeksi dan sterilisasi berikut
menggunakan acuan Depkes RI (tahun 2002).
Terhadap kontaminan pokok itu, individu sakit akan menambah residu dan sekresi
yang berasal dari jaringan yang sakit. Banyak kuman patogen yang berada dalam
lingkungan inanimate, seperti jamur dan kuman patogen gram negatif maupun gram
positif yang terbawa masuk ke dalam rumah sakit dan tersebar melalui kegiatan
masyarakat di rumah sakit.

Kontaminasi dapat terjadi pada udara, peralatan, perlengkapan, personalia, air


buangan dari pasien, dan secara rinci kemungkinan terjadinya kontaminasi adalah
sebagai berikut:

Udara : Udara kering sebetulnya bukan tempat yang baik untuk kehidupan
mikroorganisme. Berbeda halnya kalau ada uap air, udara dapat menjadi media
penularan penyakit.
Air : Air dapat merupakan tempat pertumbuhan yang baik bagi mikroorganisme dan
dapat berfungsi sebagai media penularan penyakit.
Ruangan dan bangunan : Dinding, plafon, lantai, saluran pembuangan, pintu,
jendela yang tidak dibersihkan dan didesinfeksi mudah ditumbuhi jamur dan bakteri.
Perlengkapan atau peralatan : Hampir semua peralatan di rumah sakit dapat
ditempati dan ditumbuhi mikroorganisme. Jenis dan jumlah mikroorganisme yang
tumbuh tergantung pada sumber kontaminasi sebelumnya, kondisi nutrisi, dan
temperatur lingkungan.
Personalia : Selama kegiatan di ruang aseptic bisa terjadi kontaminasi yang
bersumber dari kulit, tangan, rambut, dan pernafasan petugas. Jumlah
mikroorganisme akan meningkat bila terdapat luka- luka terbuka.
Pasien : Pasien yang telah terinfeksi merupakan sumber penularan bagi dirinya
sendiri dari bagian satu ke bagian lainnya dari tubuhnya atau kepada pasien lain.
Pencegahan dan mitigasi kontaminasi mikroorganisme di rumah sakit umumnya
dilakukan melalui dua tahapan prosedur, berupa dekontaminasi dan diikuti dengan
desinfeksi atau sterilisasi tergantung pada tingkat bebas kuman yang dikehendaki.

Pengawasan dan pencegahan kontaminasi mikroorganisme di rumah sakit


seharusnya dilaksanakan oleh semua rumah sakit. Keberhasilan usaha tersebut
akan tercermin pada jenis dan jumlah mikroorganisme yang terdapat pada bahan,
alat, dan lingkungan rumah sakit.

Desinfeksi
Desinfeksi diartikan sebagai proses menurunkan jumlah mikroorganisma
penyebab penyakit atau yang berpotensi patogen dengan cara fisika atau kimiawi.
Proses ini biasanya tidak termasuk menghancurkan spora.
Setiap proses desinfeksi harus selalu didahului dengan proses menghilangkan
sebagian besar kuman yang terdapat pada permukaan benda dan sisa kuman yang
sedikit akan lebih mudah dibunuh oleh zat bahan desinfektan.

Desinfeksi pada lingkungan rumah sakit dilakukan pada:

a. Permukaan alat- alat kesehatan, misalnya: tombol- tombol alat kesehatan, alat-
alat radiologi yang digunakan untuk arteriografi, alat- alat laboratorium yang
digunakan untuk fungsi vena. Permukaan alat- alat yang terkontaminasi dengan
darah, produk darah, atau cairan tubuh memerlukan proses desinfeksi tingkat
menegah. Metode desinfeksi yang digunakan adalah dengan cairan senyawa
chlorin, alcohol, glutaraldehid, hydrogen peroksida, formaldehid, senyawa phenol,
dan yodium.
b. Permukaan alat- alat rumah tangga, misalnya: dinding, lantai, tempat cuci tangan,
permukaan meja. Kontaminasi dengan nanah, darah, produk darah, urine, cairan
tubuh, dan tinja pada permukaan alat- alat rumah tangga perlu desinfeksi tingkat
menengah. Metode desinfeksi yang digunakan sama dengan desinfeksi pada
permukaan alat- alat kesehatan (Depkes RI, 2002).

Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses perlakuan terhadap bahan atau barang dimana
pada akhir proses tidak dapat ditunjukkan adanya mikroorganisme hidup pada bahan
atau barang tersebut (Depkes RI, 2002).

Kematian mikroorganisme ditentukan oleh daya tahan mikroorganisme terhadap


teknik sterilisasi. Daya tahan ini tergantung pada jenis, jumlah, umur
mikroorganisme, serta kondisi lingkungan proses sterilisasi. Sedangkan sterilisasi
dengan teknik pemisahan mikroorganisme yang memerlukan penyaring dengan
ukuran diameter saringan lebih kecil dari diameter mikroorganisme.

Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara:

a. Pemanasan: pemanasan basah (dengan dimasak pada air mendidih, dengan


menggunakan uap air pada suhu 100ºC, dengan uap air jenuh pada tekanan tinggi
atau autoclave), dan panas kering (dengan pemijaran dan udara kering atau
oven).
b. Bahan kimia: gas etilen oksida, dan formaldehid.
c. Penyinaran: sterilisasi dengan sinar UV, sinar Gama, sinar X dan sinar katoda.
d. Penyaringan: dengan polimer selulose (MF Milipore, Poli hidrokarbon Teflon), dan
High efficiency particular air (Hepa)- udara untuk ruangan aseptik juga disterilkan
dengan cara penyaringan ini.

Untuk menjaga kualitas udara dapat digunakan antara lain dengan Aerosol:
Glysein, resorcinol, dan triethilen glycol ; Saringan electron- presipator : serta
Penggunaan lampu UV (Ultra Violet).

SPO Sterilisasi Alat Medis dengan Menggunakan Oven Sterilizer

Sterilisasi Alat Medis dengan Menggunakan


Oven Sterilizer
No. Kode :
Terbitan :
SPO
No. :
 
Revisi             
       
Tgl. Mulai :
Berlaku 
Halaman         :
              
Tujuan Sebagai pedoman petugas untuk melakukan sterilisasi
alat medis/instrumen agar alat/instrumen dalam keadaan
steril/suci hama.
Ruang lingkup Instruksi kerja ini digunakan oleh petugas untuk
mensterilkan alat dengan menggunakan oven sterilisator.
Definisi Sterilisasi adalah proses mensucihamakan instrument /
alat medis, yang dilakukan dengan cara memasukkan ke
dalam oven sterilisator.
Prosedur I. Persiapan :

1.      Alat-alat (dari bahan logam/stainless) yang sudah dicuci


bersih dan dikeringkan ditaruh dalam container logam /
baki logam.
2.      Bahan dan alat non stainless / non logam (kasa dilipat
sesuai kebutuhan yang sudah bersih dan kering) ditaruh
di dalam tempatnya masing-masing

II. Pelaksanaan

1.      Alat-alat (dari bahan stainless / logam) yang sudah


disiapkan dalam kontainer logam dimasukan dalam oven
(rak no. 2).
2.      Bahan dan Alat-alat (dari bahan non stainless / non
logam) yang sudah disiapkan dalam stoples dimasukan
dalam oven (rak no.1).
3.      Tutup pintu dengan rapat.
4.      Sambungkan kabel sterilisator ke aliran listrik.
5.      Setelah tersambung aliran listrik tekan ”ON/OFF”
sampai ada tanda/signal hijau, kemudian tekan tombol
”LOWER” sampai ada tanda/signal merah dan ”UPPER”
sampai ada tanda/signal kuning.
6.      Sterilisator akan langsung bekerja memanaskan alat-
alat dan bahan yang akan berhenti/mati secara otomatis
setelah sekitar 30 menit.
7.      Segera matikan alat sterilisator dengan menekan tanda
”ON/OFF” sampai tanda/signal hijau tidak menyala, dan
sambungan listrik dicabut.
8.      Setelah tanda ”ON/OFF” dimatikan, alat dan bahan
Rekaman historis  perubahan

No Yang dirubah Isi Perubahan Tgl.mulai


diberlakukan

1. TEORI JHON GORDON

EPIDEMIOLOGIC TRIANGLE Model tradisional epidemiologi atau segitiga


epidemiologi yang dikemukana oleh John Gordon dan La Richt (1950) yang
menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh
tiga faktor utama host (pejamu), agent (agen), dan environment (lingkungan).

Teori John Gordon


Teori John Gordon mengemukakan bahwa timbulnya suatu penyakit sangat
dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu bibit penyakit (Agent), pejamu (Host), dan
lingkungan (Environment)

a. Agent
Agent (A) adalah penyebab yang essensial yang harus ada, apabila penyakit
timbul atau manifest, tetapi agent sendiri tidak sufficient/memenuhi/mencukupi
syarat untuk menimbulkan penyakit. Agent memerlukan dukungan faktor penentu
agar penyakit dapat manifest.
b. Host
Menurut Nor Nasry Noor (1997, h.17) bahwa :
“Host atau pejamu : manusia atau hewan hidup, termasuk burung dan
arthropoda yang dapat memberikan tempat tinggal atau kehidupan untuk agent
menular dalam kondisi alam. (lawan dari percobaan)”.
c. Environment
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada diluar host baik benda mati,
benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi
semua elemen-elemen, termasuk host yang lain.

2. ALAT PENGUKUR PENDENGARAN

Sedangkan audiometer adalah suatu alat pemeriksaan yang berfungsi untuk


menguji pendengaran manusia. Selain itu audiometer juga memiliki beberapa
fungsi lainnya, diantaranya:

Audiometri adalah pemeriksaan untuk menentukan jenis dan derajat ketulian


(gangguan dengar).

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan jenis ketulian apakah:

 Tuli Konduktif
 Tuli Saraf (Sensorineural)

Serta derajat ketulian.

Audiometer adalah peralatan elektronik untuk menguji pendengaran. Audiometer


diperlukan untuk mengukur ketajaman pendengaran: • digunakan untuk mengukur
ambang pendengaran • mengindikasikan kehilangan pendengaran • pembacaan
dapat dilakukan secara manual atau otomatis • mencatat kemampuan pendengaran
setiap telinga pada deret frekuensi yang berbeda • menghasilkan audiogram (grafik
ambang pendengaran untuk masing-masing telinga pada suatu rentang frekuensi) •
pengujian perlu dilakukan di dalam ruangan kedap bunyi namun di ruang yang
heningpun hasilnya memuaskan • berbiaya sedang namun dibutuhkan hanya jika
kebisingan merupakan masalah/kejadian yang terus-menerus, atau selain itu dapat
menggunakan fasilitas di rumah sakit setemapat.

untuk mengukur berapa tingkat ketajaman pendengaran manusia

a. Sinar UV yang paling berbahaya

Sinar Ultraviolet: Pengertian, Jenis, Manfaat, dan Bahayanya Pada Kehata

Apa itu Sinar Ultraviolet?

Sinar ultraviolet adalah radiasi gelombang elektromagnetik yang berasal dari


matahari. Sinar ini tidak bisa dilihat oleh mata. Namun, beberapa hewan seperti
lebah, burung, dan kupu-kupu bisa melihat sinar UV dengan jelas. Tidak semua
sinar ultraviolet yang berasal dari matahari bisa mencapai permukaan bumi.
Lapisan ozon berhasil mencegah sinar ultraviolet tertentu untuk mencapai bumi. 

Jenis-Jenis Sinar Ultraviolet yang Perlu Anda Tahu

Radiasi sinar ultraviolet yang berasal dari matahari memiliki tiga jenis sinar
radiasi yang dibagi berdasarkan panjang gelombang. Semakin pendek
gelombangnya, semakin berbahaya. Apa saja jenis-jenis sinar ultraviolet? Berikut
penjelasannya.

 Sinar UVA. Sinar UVA memiliki panjang gelombang 315-400 nm dan memiliki
panjang gelombang yang paling panjang diantara sinar UV lainnya. Perlu Anda
ketahui, 95% dari sinar ultraviolet yang mencapai bumi adalah sinar UVA. Sinar
ini dianggap sebagai sinar ultraviolet yang paling kuat dan mampu menembus
awan serta kaca dan bahkan tetap ada di saat cuaca mendung ataupun hujan.
Sinar UV A juga dapat menyerap lebih dalam hingga ke lapisan dermis. Dermis
adalah lapisan kulit kedua setelah epidermis. Dermis berfungsi sebagai
pelindung dalam tubuh.
 Sinar UVB. Sinar UVB memiliki panjang gelombang 280-315 nm. Sinar UVB
dapat terserap oleh awan dan tidak dapat menembus kaca, namun paparannya
hanya dapat menjangkau lapisan epidermis kulit. UVB dapat menyebabkan kulit
memerah, perih,  dan terbakar.
 Sinar UVC. Sinar UVC memiliki panjang gelombang yang paling pendek yaitu
180-280 nm dan merupakan sinar ultraviolet yang paling berbahaya bagi kulit.
Namun sinar UVC tidak bisa menembus lapisan ozon, sehingga sinar ini tidak
bisa mencapai permukaan bumi.
Manfaat Sinar UV Bagi Kesehatan

Meskipun banyak rumor menakutkan tentang sinar ultraviolet, manusia dan


makhluk hidup lainnya yang ada di bumi sangat membutuhkan sinar UV. Dibalik
pengaruh buruknya, sinar ultraviolet ternyata memiliki beberapa manfaat yang baik
bagi kesehatan. Apa saja manfaat sinar UV? 

1) Meningkatkan produksi vitamin D


Paparan sinar ultraviolet dibutukan untuk merangsang produksi vitamin D di
dalam tubuh. Vitamin D diperlukan untuk meningkatkan penyerapan kalsium
dan fosfor di usus, sehingga dapat memperkuat tulang, gigi, serta otot. Tidak
hanya itu, vitamin D juga dapat membantu mencegah beragam penyakit,
seperti rakitis, osteoporosis, hipertensi, diabetes tipe 1 dan 2, serta multiple
sclerosis.
2) Meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Sinar ultraviolet dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Saat terpapar
sinar uv, tubuh akan menghasilkan lebih banyak sel darah putih yang
berfungsi sebagai perlindungan tubuh. Sel darah putih memegang peranan
penting dalam melawan berbagai penyebab infeksi.
3) Memperbaiki kualitas tidur
Paparan sinar matahari yang mengandung UV dapat merangsang produksi
hormon melatonin di dalam tubuh. Melatonin adalah hormon yang berperan
mengatur siklus tidur. Jika kadar melatonin di dalam darah rendah, siklus tidur
Anda dapat terganggu.
4) Mengobati penyakit kulit
Paparan sinar ultraviolet juga diyakini bermanfaat untuk membantu
mengatasi berbagai penyakit kulit, mulai dari jerawat, eksim, hingga psoriasis.
5) Mencegah depresi
Apa hubungannya depresi dengan sinar UV? Kurangnya paparan sinar
matahari berakibat pada menurunnya kadar hormon serotonin di dalam tubuh,
sehingga lebih mudah terjadi depresi.
6) Mengurangi risiko kanker
Terpapar sinar ultraviolet secara berlebihan memang bisa memicu kanker
kulit. Namun dalam kadar yang tepat, paparan sinar ultraviolet justru bisa
mencegah berbagai penyakit kanker, seperti kanker prostat, kanker pankreas,
kanker ovarium, kanker usus besar, dan kanker getah bening (limfoma
Hodgkin).
Bahaya Sinar UV Bagi Kesehatan

Selain memiliki manfaat, sinar ultraviolet juga berisiko menimbulkan bahaya pada
kesehatan terutama jika Anda terpapar sinar UV secara berlebihan. Apa saja
bahayanya?

1. Kulit terbakar

Paparan sinar ultraviolet berlebih bisa menyebabkan kulit mengalami kondisi yang
disebut dengan istilah sunburn atau terbakar. Biasanya kondisi ini disebabkan karena
Anda mengalami sengatan matahari secara langsung dalam waktu yang lama.

Kulit akan menunjukkan tanda-tanda terbakar setelah empat hingga lima jam setelah
tepapar sinar matahari. Saat mengalami sunburn biasanya Anda akan mengalami
berbagai gejala seperti kulit kemerahan, nyeri, pembengkakan, melepuh, dan berkerak.

2. Memunculkan tanda-tanda penuaan

Paparan sinar matahari berlebih biasanya membuat kulit Anda mengalami berbagai
perubahan dari mulai warna hingga teksturnya. Pasalnya, seiring dengan berjalannya
waktu, sinar UV dapat merusak serat-serat di kulit yang disebut elastin. Ketika serat ini
rusak maka kulit akan mengendur dan meregang.

Tak hanya itu, paparan sinar UV berlebih juga menyebabkan kulit mengalami bintik
putih dan juga gelap. Selain itu, Anda juga akan merasakan kulit yang lebih kasar dari
biasanya dan juga kering. Saat terlalu kering, kulit akan mudah keriput sehingga Anda
akan terlihat lebih tua dari usia sebenarnya.

3. Meningkatkan risiko kanker kulit

Sinar UVB pada cahaya matahari selain menyebabkan kulit terbakar juga dapat
merusak DNA dan menekan sistem kekebalan kulit. Sementara sinar UVA  dapat
menembus dan merusak membran sel kulit serta DNA di dalamnya. 

Kerusakan yang berkembang selama bertahun-tahun ditambah dengan pertambahan


usia meningkatkan risiko Anda terkena kanker kulit seperti karsinoma sel basal,
karsinoma sel skuamosa, dan melanoma ganas.
4. Merusak mata

Terlalu lama menatap matahari dengan mata telanjang bisa menyebabkan penyakit
katarak. Katarak bisa berakhir dengan kebutaan. Menatap terlalu lama sinar ultraviolet
tanpa menggunakan pelindung mata dapat membakar mata layaknya kulit yang
terbakar. Mata yang menatap langsung matahari juga dapat melukai retina. 

Area dibelakang mata yang bertanggung jawab terhadap penglihatan ini akan rusak
secara permanen. Selain katarak, ancaman radiasi sinar ultraviolet yang lain terhadap
mata adalah kanker kulit yang menyerang kelopak dan daerah sekitar mata, paparan
yang terlalu lama akan mengingkatkan resiko ini. Gunakan kacamata hitam sebagai
pelindung.

5. Mengubah warna rambut

Berdiam diri dibawah sinar matahari siang tanpa pelindung kepala menyebabkan
rambut rusak. Selain kusam dan kasar, ultraviolet pada sinar matahari siang juga dapat
menyebabkan pigmen rambut berubah warna menjadi merah. 

Tips Mencegah Sekaligus Mengatasi Bahaya Sinar UV


Untuk memperoleh berbagai manfaat paparan sinar matahari dengan risiko efek
samping yang kecil, Anda disarankan berjemur sebelum jam 10.00 pagi, agar terhindar
dari bahaya sinar ultraviolet. Berjemurlah selama 5-15 menit, sebanyak 2-3 kali
seminggu. Pastikan Anda berjemur pada waktu yang tepat dan tidak berlebihan.

Anda wajib gunakan tabir surya atau sunscreen untuk melindungi kulit dari sinar UV.
Anda pasti tahu betapa pentingnya produk yang satu ini untuk orang-orang yang tinggal
di negara tropis, seperti Indonesia. Anda bisa loh, memanfaatkan peluang ini untuk
bisnis. Buat produk sunscreen dengan brand milik Anda bersama kami. Peluangnya
masih sangat luas dan terbuka. Formula dan bahan baku Anda yang tentukan. Buatlah
produk sunscreen berkualitas dan unik bersama kami.   

Sumber

What Is Ultraviolet Light?. https://www.livescience.com/50326-what-is-ultraviolet-


light.html.

What’s the Difference Between UVA and UVB Rays?.


https://www.healthline.com/health/skin/uva-vs-uvb.

Ultraviolet (UV) Radiation. https://www.fda.gov/radiation-emitting-


products/tanning/ultraviolet-uv-radiation. Positive and negative effects of UV.
https://www.sciencelearn.org.nz/resources/1304-positive-and-negative-effects-of-uv.      

The benefits and risks of ultraviolet (UV) tanning and its alternatives: the role of prudent
sun exposure. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2692214/.

1. Permenkes tentang kesling baik di rs atau tempat tempat umum

Permenkes 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit diatur dengan Peraturan Menteri Kesehatan.


Permenkes tentang kesehatan lingkungan rumah sakit disusun untuk mewujudkan
kualitas kesehatan lingkungan rumah sakit yang memenuhi standar baku mutu
kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan. Untuk mencapai pemenuhan
standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan serta melindungi
petugas kesehatan, pasien, pengunjung termasuk masyarakat di sekitar rumah sakit
dari berbagai macam penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang timbul akibat faktor
resiko lingkungan perlu diselenggarakan kesehatan lingkungan rumah sakit.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019 tentang


Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit ditetapkan Menteri Kesehatan RI Nila Faried
Moeloek pada tanggal 19 Februari 2019. Permenkes 7 tahun 2019 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit diundangkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tahun
2019 Nomor 296 di Jakarta pada tanggal 18 Maret 2019 oleh Widodo Ekatjahjana,
Direktur Jenderal Peraturan Perundang-Undangan Kemenkumham RI, dan mulai
diberlakukan.

Permenkes Nomor 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit


Status

Mencabut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang


Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dan dinyatakan tidak berlaku.

Pertimbangan

Permenkes 7 tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit ditetapkan


dengan alasan:

a. bahwa untuk mewujudkan kualitas kesehatan lingkungan rumah sakit perlu


ditetapkan standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan;
b. bahwa untuk mencapai pemenuhan standar baku mutu kesehatan lingkungan
dan persyaratan kesehatan serta melindungi petugas kesehatan, pasien,
pengunjung termasuk masyarakat di sekitar rumah sakit dari berbagai macam
penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang timbul akibat faktor resiko
lingkungan perlu diselenggarakan kesehatan lingkungan rumah sakit;
c. bahwa Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit perlu disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan industri, serta kebutuhan
hukum;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;

Dasar Hukum

Permenkes 7 tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit diterbitkan


dengan dasar hukum:

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 184, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5570);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah
Berbahaya dan Beracun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 333, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5617);
6. Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 59);
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 1508) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 30 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor
945);

Isi Regulasi Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit

Berikut adalah isi regulasi Permenkes 7 tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit (bukan dalam format asli):

Pasal 1

Pengaturan kesehatan lingkungan rumah sakit bertujuan untuk:

a. mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat bagi rumah sakit baik dari aspek
fisik, kimia, biologi, radioaktivitas maupun sosial;
b. melindungi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pengunjung dan
masyarakat di sekitar rumah sakit dari faktor risiko lingkungan; dan
c. mewujudkan rumah sakit ramah lingkungan.

Pasal 2

1. Kualitas lingkungan yang sehat bagi rumah sakit ditentukan melalui pencapaian
atau pemenuhan standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan
kesehatan.
2. Standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan rumah
sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan pada media lingkungan
yang meliputi:
a. air;
b. udara;
c. tanah;
d. pangan;
e. sarana dan bangunan; dan
f. vektor dan binatang pembawa penyakit.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai standar baku mutu kesehatan lingkungan dan
persyaratan kesehatan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.

Pasal 3

1. Dalam rangka pemenuhan standar baku mutu kesehatan lingkungan dan


persyaratan kesehatan rumah sakit dilakukan penyelenggaraan kesehatan
lingkungan rumah sakit.
2. Penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan melalui upaya penyehatan, pengamanan dan
pengendalian.
3. Penyehatan dilakukan terhadap media lingkungan berupa air, udara, tanah,
pangan serta sarana dan bangunan.
4. Pengamanan dilakukan terhadap limbah dan radiasi.
5. Pengendalian dilakukan terhadap vektor dan binatang pembawa penyakit.
6. Selain upaya penyehatan, pengamanan dan pengendalian sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) sampai dengan ayat (5), dalam penyelenggaraan
kesehatan lingkungan rumah sakit dilakukan upaya pengawasan.
7. Upaya pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan terhadap:
a. linen (laundry);
b. proses dekontaminasi; dan
c. kegiatan konstruksi atau renovasi bangunan rumah sakit.
8. Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah
sakit tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak tepisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 4

1. Penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 3 ayat (1) juga dilakukan untuk mendukung penyelenggaraan
rumah sakit ramah lingkungan.
2. Penyelenggaraan rumah sakit ramah lingkungan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. menyusun kebijakan tentang rumah sakit ramah lingkungan;
b. pembentukan tim rumah sakit ramah lingkungan;
c. pengembangan tapak/lahan rumah sakit;
d. penghematan energi listrik;
e. penghematan dan konservasi air;
f. penyehatan kualitas udara dalam ruang;
g. manajemen lingkungan gedung;
h. pengurangan limbah;
i. pendidikan ramah lingkungan;
j. penyelenggaraan kebersihan ramah lingkungan; dan
k. pengadaan material ramah lingkungan.

Pasal 5

Untuk mendukung penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit diperlukan:

a. kebijakan tertulis dan komitmen pimpinan rumah sakit;


b. perencanaan dan organisasi;
c. sumber daya;
d. pelatihan kesehatan lingkungan;
e. pencatatan dan pelaporan; dan
f. penilaian kesehatan lingkungan rumah sakit.

Pasal 6

Kebijakan tertulis dan komitmen pimpinan rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf a dimaksudkan sebagai bentuk dukungan dalam penyelenggaraan
kegiatan kesehatan lingkungan rumah sakit, penyediaan sumber daya yang diperlukan
serta kesediaan menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 7

Perencanaan dan organisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b


dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan, dan pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit.

Pasal 8

1. Sumber daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf c meliputi:


a. tenaga kesehatan lingkungan; dan
b. peralatan kesehatan lingkungan
2. Tenaga kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
harus memenuhi kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Peralatan kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
paling sedikit meliputi:
a. alat ukur suhu ruangan;
b. alat ukur suhu air;
c. alat ukur kelembaban ruangan;
d. alat ukur kebisingan;
e. alat ukur pencahayaan ruangan;
f. alat ukur swapantau kualitas air bersih;
g. alat ukur swapantau kualitas air limbah; dan
h. alat ukur kepadatan vektor pembawa penyakit.

Pasal 9

1. Pelatihan kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d


harus sesuai dengan standar kurikulum di bidang kesehatan lingkungan yang
diakreditasi oleh Kementerian Kesehatan.
2. Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau lembaga pelatihan yang terakreditasi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 10

1. Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf e


dilakukan terhadap penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah sakit
termasuk hasil inspeksi kesehatan lingkungan.
2. Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
unit kerja yang bertanggung jawab dibidang kesehatan lingkungan rumah sakit.
3. Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
formulir sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
4. Pencatatan dan pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan
kepada direktur atau kepala rumah sakit dan ditindaklanjuti dengan mekanisme
pelaporan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 11

1. Penilaian kesehatan lingkungan rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam


pasal 5 huruf f dilakukan secara internal dan eksternal.
2. Penilaian kesehatan lingkungan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sesuai dengan formulir penilaian sebagaimana tercantum dalam lampiran
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
3. Penilaian kesehatan lingkungan rumah sakit secara eksternal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terintegrasi dengan akreditasi rumah sakit dan penilaian
pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 12

1. Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan kesehatan lingkungan rumah


sakit dilakukan oleh Menteri, kepala dinas kesehatan daerah provinsi, dan kepala
dinas kesehatan daerah kabupaten/kota, serta institusi terkait sesuai dengan
kewenangan masing-masing.
2. Dalam pelaksanaan pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat melibatkan organisasi atau asosiasi terkait.
3. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan melalui:
a. advokasi dan sosialisasi;
b. bimbingan teknis; dan
c. monitoring dan evaluasi.
4. Dalam rangka pembinaan dan pengawasan kesehatan lingkungan rumah sakit
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri, kepala dinas kesehatan daerah
provinsi, kepala dinas kesehatan daerah kabupaten/kota sesuai kewenangan
masing-masing dapat memberikan sanksi administratif berupa teguran lisan atau
teguran tertulis kepada rumah sakit yang tidak menyelenggarakan kesehatan
lingkungan rumah sakit.
9. CFC yang diperbolehkan itu seperti apa (biasa nya pada kulkas,ac yang
hubungan nya dengan lapisan ozom

Klorofluorokarbon (CFC) adalah suatu senyawa organik yang hanya mengandung


karbon, klorin, dan fluorin, yang diproduksi sebagai derivat volatil dari metana, etana,
dan propana. Mereka juga dikenal dengan nama merek DuPontFreon. Perwakilan
kelompok senyawa ini yang paling umum adalah diklorodifluorometana (R-12 atau
Freon-12). Banyak CFC telah banyak digunakan sebagai refrigeran, propelan (dalam
aplikasi aerosol), dan pelarut. Karena CFC berkontribusi terhadap penipisan ozon di
atmosfer atas, pembuatan senyawa tersebut telah dihapuskan di bawah Protokol
Montreal, dan diganti dengan produk lain seperti hidrofluorokarbon (HFC)[1] (misalnya,
R-410A) dan R-134.

 lorofluorokarbon (CFCs): Bila berasal dari metana dan etana, senyawa ini
memiliki rumus CClmF4−m dan C2ClmF6−m, dimana m adalah bukan nol.
 Hidro-klorofluorokarbon (HCFCs): Bila berasal dari metana dan etana, senyawa
ini memiliki rumus CClmFnH4−m−n and C2ClxFyH6−x−y, dimana m, n, x, dan y adalah
bukan nol.
 Bromofluorokarbon Memiliki formula yang mirip dengan CFC dan HCFC tetapi
juga termasuk brom.
 Hidrofluorokarbon (HFCs): Bila berasal dari metana, etana, propana, dan butana,
senyawa ini memiliki formula masing-masing. CFmH4−m, C2FmH6−m, C3FmH8−m, dan
C4FmH10−m, dimana m adalah bukan nol.

Sistem penomoran
Artikel utama: Refrigeran § Refrigeran berdasarkan kelas

Sistem penomoran digunakan untuk alkana terfluorinasi, diawali dengan Freon-, R-,
CFC-, dan HCFC-. Nilai paling kanan menunjukkan jumlah atom fluorin, nilai
selanjutnya ke kiri adalah jumlah atom hidrogen plus 1, dan nilai selanjutnya ke kiri
adalah jumlah atom karbon kurang satu (nol tidak disebutkan). Sisa atom adalah klorin.
Dengan demikian, Freon-12 menunjukkan turunan metana (hanya dua angka) yang
mengandung dua atom fluor (2 kedua) dan tidak ada hidrogen (1-1 = 0). Oleh karena itu
CCl2F2. Persamaan lain yang lebih mudah yang dapat diterapkan untuk mendapatkan
rumus molekul CFC/ R/ Freon yang benar adalah dengan mengambil penomoran dan
menambahkan 90 padanya. Nilai yang dihasilkan akan memberi jumlah karbon sebagai
angka pertama, angka kedua memberi jumlah atom hidrogen, dan angka ketiga
memberi jumlah atom fluorin. Sisa dari ikatan karbon yang tidak terhitung ditempati oleh
atom klorin. Nilai dari persamaan ini selalu angka tiga angka. Contoh mudah adalah
CFC-12, yang memberi: 90 + 12 = 102 -> 1 karbon, 0 hidrogen, 2 atom fluorin, dan
karenanya 2 atom klorin menghasilkan CCl 2F2. Keuntungan utama dari metode ini untuk
menyimpulkan komposisi molekuler dibandingkan dengan metode yang dijelaskan
dalam paragraf di atas adalah bahwa ia memberi jumlah atom karbon dari molekul
tersebut.

Freon yang mengandung bromin ditandai oleh empat angka. Isomer, yang umum untuk
turunan etana dan propana, ditunjukkan dengan huruf berikut angka.

CFC Dasar
Titik
Nama
Nama sistematis didih Rumus
trivial, kode
(°C)
Triklorofluorometana Freon-11, R-11, CFC-11 23.77 CCl3F
Diklorodifluorometana Freon-12, R-12, CFC-12 −29.8 CCl2F2
Difluorometana/pentafluoroet 50% CH2F2/50%
R-410A, Puron, AZ-20 −48.5
ana CHF2CF3
Klorotrifluorometana Freon-13, R-13, CFC-13 −81 CClF3
Klorodifluorometana R-22, HCFC-22 −40.8 CHClF2
Diklorofluorometana R-21, HCFC-21 8.9 CHCl2F
Klorofluorometana Freon 31, R-31, HCFC-31 −9.1 CH2ClF
BCF, Halon 1211, H-1211,
Bromoklorodifluorometana −3.7 CBrClF2
Freon 12B1
1,1,2-Trikloro-1,2,2- Freon 113, R-113, CFC-113,
47.7 Cl2FC-CClF2
trifluoroetana 1,1,2-Triklorotrifluoroetana
1,1,1-Trikloro-2,2,2- Freon 113a, R-113a, CFC-
45.9 Cl3C-CF3
trifluoroetana 113a
1,2-Dikloro-1,1,2,2- Freon 114, R-114, CFC-114,
3.8 ClF2C-CClF2
tetrafluoroetana Diklorotetrafluoroetana
1-Kloro-1,1,2,2,2- Freon 115, R-115, CFC-115,
−38 ClF2C-CF3
pentafluoroetana Kloropentafluoroetana
2-Kloro-1,1,1,2-
R-124, HCFC-124 −12 CHFClCF3
tetrafluoroetana
1,1-Dikloro-1-fluoroetana R-141b, HCFC-141b 32 Cl2FC-CH3
1-Kloro-1,1-difluoroetana R-142b, HCFC-142b −9.2 ClF2C-CH3
Tetrakloro-1,2-difluoroetana Freon 112, R-112, CFC-112 91.5 CCl2FCCl2F
Freon 112a, R-112a, CFC-
Tetrakloro-1,1-difluoroetana 91.5 CClF2CCl3
112a
1,1,2-Triklorotrifluoroetana Freon 113, R-113, CFC-113 48 CCl2FCClF2
1-bromo-2-kloro-1,1,2-
Halon 2311a 51.7 CHClFCBrF2
trifluoroetana
2-bromo-2-kloro-1,1,1-
Halon 2311 50.2 CF3CHBrCl
trifluoroetana
1,1-Dikloro-2,2,3,3,3-
R-225ca, HCFC-225ca 51 CF3CF2CHCl2
pentafluoropropana
1,3-Dikloro-1,2,2,3,3-
R-225cb, HCFC-225cb 56 CClF2CF2CHClF
pentafluoropropana
Struktur, sifat dan produksi
Artikel utama: Kimia organofluorin

Molekul klorofluorokarbon

Seperti pada alkana yang lebih sederhana, karbon dalam CFC terikat dengan simetri
tetrahedral. Karena atom fluorin dan klorin sangat berbeda dalam ukuran dan muatan
efektif dari hidrogen dan satu sama lain, CFC yang dihasilkan metana menyimpang dari
simetri tetrahedral sempurna.[4]

Sifat fisik CFC dan HCFC dapat dirayapi oleh perubahan jumlah dan identitas atom
halogen. Secara umum mereka mudah menguap, tapi kurang dari alkana induknya.
Penurunan volatilitas disebabkan oleh polaritas molekul yang diinduksi oleh halida,
yang menginduksi interaksi antarmolekul. Dengan demikian, metana mendidih pada
-161 ° sedangkan fluorometana mendidih antara −51.7 (CF 2H2) dan −128 °C (CF4). CFC
memiliki titik didih yang lebih tinggi karena klorida lebih terpolarisasi daripada fluorida.
Karena polaritasnya, CFC adalah pelarut yang berguna, dan titik didihnya membuat
mereka cocok sebagai pendingin. CFC jauh lebih mudah terbakar daripada metana,
sebagian karena mengandung lebih sedikit ikatan C-H dan sebagian karena, dalam
kasus klorida dan bromida, pelepasan halida memadamkan radikal bebas yang
mempertahankan api.

Kepadatan CFC lebih tinggi dari alkana yang sesuai. Secara umum kerapatan senyawa
ini berkorelasi dengan jumlah klorida. CFC dan HCFC biasanya diproduksi dengan
pertukaran halogen mulai dari metana dan etana terklorinasi. Sebagai contoh adalah
sintesis klorodifluorometana dari kloroform:

HCCl3 + 2 HF → HCF2Cl + 2 HCl

Turunan yang terbrominasi dihasilkan oleh reaksi radikal bebas klorofluorokarbon,


menggantikan ikatan C-H dengan ikatan C-Br. Produksi anestesi2-bromo-2-kloro-1,1,1-
trifluoroetana ("halotan") merupakan salah satu contohnya:

CF3CH2Cl + Br2 → CF3CHBrCl + HBr

Reaksi

Reaksi terpenting CFC adalah pembelahan terinduksi-foton dari ikatan C-Cl:

CCl3F → CCl2F. + Cl.

Atom klorin, dituliskan sebagai Cl ., berperilaku berbeda dengan molekul klorin (Cl 2).
Radikal Cl. berumur panjang di atmosfer bagian atas, di mana ia mengkatalisis konversi
ozon menjadi O2. Ozon menyerap radiasi UV-B, sehingga penipisannya memungkinkan
lebih banyak radiasi energi tinggi ini untuk mencapai permukaan bumi. Atom bromin
adalah katalis yang lebih efisien; Maka CFC terbrominasi juga diatur.

Aplikasi

Aplikasi memanfaatkan rendahnya toksisitas, rendahnya reaktivitas, dan rendahnya


kemudahan terbakar dari CFC dan HCFC. Setiap permutasi fluorin, klorin, dan hidrogen
berdasarkan metana dan etana telah diperiksa dan sebagian besar telah
dikomersialisasikan. Selanjutnya, banyak contoh dikenal dengan jumlah karbon yang
lebih tinggi dan juga senyawa terkait yang mengandung bromin. Kegunaan meliputi zat
pendingin, zat peniup, propelan dalam aplikasi obat, dan pelarut degreasing.
Miliaran kilogram klorififluorometana diproduksi setiap tahun sebagai pendahulu
tetrafluoroetilena, monomer yang diubah menjadi Teflon.[5]

Dampak lingkungan

Proyeksi NASA tentang ozon stratosfer, di satuan Dobson, jika klorofluorokarbon tidak
dilarang. versi animasi.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, CFC dihentikan secara bertahap melalui
Protokol Montreal karena penipisan ozon mereka. Namun, dampak atmosfer CFC tidak
terbatas pada perannya sebagai peredam ozon aktif. Senyawa antropogenik ini juga
merupakan gas rumah kaca, dengan potensi yang jauh lebih tinggi untuk meningkatkan
efek rumah kaca daripada CO2.

Sisa-sisa penyerapan inframerah menjebak panas agar tidak keluar dari atmosfer bumi.
Dalam kasus CFC, pita-pita yang terkuat terletak di wilayah spektral 7.8–15.3 µm[6] –
disebut sebagai jendela atmosfer karena relatif transparannya atmosfer di wilayah ini. [7]
Kekuatan pita CFC dan kerentanan atmosfer yang unik, di mana senyawa tersebut
menyerap dan memancarkan radiasi, adalah dua faktor yang berkontribusi pada efek
rumah kaca "super" CFC.[8]

[[Berkas:Ozone cfc trends.png|kiri|jmpl|Tren gas penipis-ozon]]


Sejak akhir 1970-an, penggunaan CFC telah diatur secara ketat karena efek
destruktifnya pada [[lapisan ozon]]. Setelah pengembangan detektor penangkap
elektronnya, [[James Lovelock]] adalah orang pertama yang mendeteksi keberadaan
CFC di udara, menemukan [[fraksi mol]] 60 [[bagian per triliun|ppt]] CFC-11 di atas
[[Irlandia]]. Dalam sebuah ekspedisi penelitian yang didanai sendiri yang berakhir pada
tahun 1973, Lovelock melanjutkan untuk mengukur CFC-11 di [[Arktik]] dan [[Antartika]],
menemukan adanya gas di masing-masing dari 50 sampel udara yang dikumpulkan,
dan menyimpulkan bahwa CFC tidak berbahaya bagi lingkungan. Percobaan tersebut
bagaimanapun memberikan data berguna pertama tentang adanya CFC di atmosfer.
Kerusakan yang disebabkan oleh CFC ditemukan oleh [[Frank Sherwood Rowland]]
dan [[Mario Molina]], yang setelah mendengar ceramah tentang karya Lovelock,
memulai penelitian yang menghasilkan publikasi pertama yang menunjukkan
hubungannya pada tahun 1974. Ternyata keluar dari salah satu fitur paling menarik dari
CFC— reaktivitas rendahnya— adalah kunci efek paling merusak mereka. Kurangnya
reaktivitas CFC memberi mereka masa hidup yang bisa melebihi 100 tahun, memberi
mereka waktu untuk berdifusi ke [[stratosfer]] atas. Begitu berada di stratosfer, radiasi
[[sinar ultraviolet]] cukup kuat sehingga menyebabkan pembelahan ikatan C-Cl
homolitik.

Pada tahun 1987, sebagai tanggapan atas penipisan lapisan ozon yang dramatis di
atas [[Antartika]], para diplomat di [[Montreal]] membuat sebuah perjanjian, [[Protokol
Montreal]], yang meminta pengurangan drastis dalam produksi CFC. Pada tanggal 2
Maret 1989, 12 [[Masyarakat Eropa]] sepakat untuk melarang produksi semua CFC
pada akhir abad ini. Pada tahun 1990, para diplomat bertemu di [[London]] dan memilih
untuk secara signifikan memperkuat Protokol Montreal dengan meminta penghapusan
CFC secara menyeluruh pada tahun 2000.

Pada tanggal 21 September 2007, sekitar 200 negara sepakat untuk mempercepat
penghilangan hidroklorofluorokarbon sepenuhnya pada tahun 2020 dalam sebuah
pertemuan [[Montreal]] yang disponsori [[Perserikatan Bangsa Bangsa]]. Negara-negara
berkembang diberikan waktu sampai tahun 2030. Banyak negara, seperti [[Amerika
Serikat]] dan [[Tiongkok]], yang sebelumnya [[Pemanasan global#Perdebatan tentang
pemanasan global|menolak usaha semacam itu]], setuju dengan percepatan jadwal
penghentian tersebut.<ref>[http://www.epa.gov/ozone/title6/phaseout/hcfc.html HCFC
Phaseout Schedule]. Epa.gov (28 June 2006). Retrieved on 2011-09-24.</ref>

10. Standar 1 orang membuang sampah dalah sehari berapa kilo

11. isnis.com, JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK)


menyampaikan jumlah timbulan sampah secara nasional sebesar 175.000 ton
per hari atau setara 64 juta ton per tahun jika menggunakan asumsi sampah
yang dihasilkan setiap orang per hari sebesar 0,7 kg.

12. Rosa Vivien Ratnawati, Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan
Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK menerangkan rata-rata timbulan
sampah harian di kota metropolitan (jumlah penduduk lebih dari 1 juta jiwa) dan
kota besar (jumlah penduduk 500 ribu-1 juta jiwa) masing-masing adalah 1.300
ton dan 480 ton.

13. "Dilihat dari komposisinya, jenis sampah yang paling dominan dihasilkan di
Indonesia adalah organik [sisa makanan dan sisa tumbuhan] sebesar 50%,
plastik sebesar 15%, dan kertas sebesar 10%," tuturnya saat dihubungi Bisnis,
Rabu malam (20/2/2019).

14. Kemudian, sisa sampah lainnya adalah logam, karet, kain, kaca, dan lain-lain.
Sementara dari sisi sumbernya, yang paling dominan berasal dari rumah tangga
(48%), pasar tradisional (24%), dan kawasan komersial (9%). Sisanya dari
fasilitas publik, sekolah, kantor, jalan, dan sebagainya.
15. Vivien menuturkan dari hasil studi 2008 yang dilakukan Kementerian Lingkungan
Hidup di beberapa kota, pola pengelolaan sampah di Indonesia adalah sebagai
berikut; diangkut dan ditimbun di TPA (69%), dikubur (10%), dikompos dan daur
ulang (7%), dibakar (5%), dibuang ke sungai (3%), dan sisanya tidak terkelola
(7%).

16. Dia melanjutkan, komposisi sampah khusus plastik di Indonesia saat ini sekitar
15% dari total timbulan sampah, terutama di daerah perkotaan.

17. "Komposisi sampah plastik terset menunjukan trend meningkat dalam 10 tahun
terakhir ini, dari 11% di tahun 2005 menjadi 15% di tahun 2015," ujarnya.

18. Dia menjelaskan sumber utama sampah plastik berasal dari kemasan
(packaging) makanan dan minuman,  kemasan consumer goods, kantong
belanja, serta pembungkus barang lainnya.

19. "Kemudian, dari total timbulan sampah plastik, yang didaur ulang diperkirakan
baru 10-15%, 60-70% ditimbun di TPA, dan 15-30% belum terkelola dan
terbuang ke lingkungan, terutama ke lingkungan perairan seperti sungai, danau,
pantai, dan laut," lanjutnya.

20. Vivien mengatakan sampah plastik di laut saat ini sudah menjadi tantangan
global karena secara khas marine litter tidak memiliki wilayah teritori negara
maupun wilayah administrasi daerah.

21. "Kedua, dari sisi jumlah dan sebarannya cenderung meningkat terus secara
signifikan dan tersebar dalam skala samudera," ungkapnya.

22. Meskipun belum ada data valid mengenai jumlah marine litter secara global,
beberapa hasil riset mengungkapkan antara lain: 80% marine litter berasal dari
daratan (land-based source), 80% marine litter adalah plastik, dan 8,8 juta ton
sampah plastik terbuang atau dibuang ke samudera setiap tahunnya.

DAFTAR PUSTAKA
Nurlita, S. Makalah Siklus Hidrologi. Diperoleh pada 10 Maret 2019 dari
https://thegorbalsla.com/siklus-hidrologi/

Saddoen, A. (2018). Siklus Hidrologi. Diperoleh pada 10 Maret 2019 dari


https://moondoggiesmusic.com/siklus-hidrologi/

DjamalIrwa, Zoer’aini. 2003. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem


Komunitas dan Lingkungan. Jakarta : Bumi Aksara.

Heddy, Suwasono, dkk. 1986. Pengantar Ekologi. Jakarta : Rajawali.

Mc. Noughton, S.J., Larry L. Wolf. 1990. Ekologi Umum. Yogyakarta: Gajah Mada
University.

Soemarmoto, Otto. 1972. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta :


Djambatan

Pradana, Cepi, S.Kep. (2013). Strelilisasi. Tersedia pada :


http://cepipradana.blogspot.co.id/2013/05/sterilisasi.html. Diakses pada 10 April 2018.

Lili Naza. 2015. Makalah Sterisisasi http://lilianazza.blogspot.co.id/2015/04/makalah-


sterilisasi-dan-desinfektan.html. Diakses pada 10 April 2018.

http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2106197-sinar-ultraviolet-uv/

http://wong168.wordpress.com/2012/02/17/manfaat-dan-akibat-sinar-uv/

http://www.pantonanews.com/1876-sinar-uv-vs-lapisan-ozon

http://yordylaynardi-gogreen.blogspot.com/2010/05/cara-mengatasi-penipisan-lapisan-
ozon.html

Anda mungkin juga menyukai