NIM : 1811102411001
Dalam proses ini sendiri ada beberapa proses yang harus Anda ketahui. Untuk
membentuk suatu siklus hidrologi tersebut terdapat beberapa komponen yang harus
menjadi bagian dari siklus yang tidak pernah berhenti. Untuk lebih jelasnya seperti
yang sudah disebutkan, ada juga beberapa proses lainnya yang termasuk dalam
siklus hidrologi seperti yang akan dijelaskan berikut ini.
Dalam siklus hidrologi sendiri terdapat beberapa proses yang menjadi bagian dari
keseluruhan siklus hidrologi yang menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Beberapa komponen tersebut prestisipasi, evaporasi, transpirasi, evatranspirasi,
intersepsi, infiltrasi dan juga perkolasi.
Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut untuk masing-masing komponen tersebut
yang akan menjelaskan setiap proses yang ada pada sebuah siklus hidrologi
a. Prestisipasi
Untuk proses ini sendiri sebenarnya dapat dikatakan sebagai salah satu proses
yang berada di tengah-tengah siklus hidrologi. Kita mungkin akan lebih familiar
dengan istilah hujan. Proses inilah yang terjadi ketika awan yang juga dikenal
sebagai bentuk uap dari air yang biasa kita lihat di langit.
Proses ini terjadi ketika uap air yang terkandung dalam awan tersebut terkena
suhu yang tinggi sehingga uang air berada pada keadaan jenuh yang akhirnya
berubah menjadi titik-titik air yang jatuh ke bumi.
b. Evaporasi
Pada proses ini sendiri sebenarnya terjadi karena adanya penguapan air yang
berasal dari permukaan bumi. Air-air tersebut bisa berasal dari laut, danau,
sungai, sawah, sungai dan berbagai tempat yang terdapat air.
Air yang menguap karena panas matahari tersebut akan naik dan nantinya
akan menjadi awan. Pada dasarnya, semakin tinggi suhu matahari terutama pada
musim kemarau maka semakin banyak juga air yang menjadi uap.
c. Intersepsi
Pada proses ini memang jarang disebutkan dalam sebuah siklus hidrologi
karena pada prosesnya proses intersepsi ini terjadi karena adanya peran tanaman
yang menyebabkan proses presipitasi tidak langsung membuat air jatuh ke tanah,
namun terlebih dahulu jatuh atau diintersepsi oleh tanaman yang pada akhirnya
membuat air hujan dari proses presipitasi tidak langsung jatuh ke tanah.
d. Infiltrasi/Perkolasi
Selain itu ada juga proses yang disebut dengan istilah infiltrasi di mana pada
proses ini sendiri air hujan atau siklus air setelah presipitasi tidak kembali lagi ke
permukaan tanah atau laut atau permukaan di bumi lainnya yang bisa langsung
kembali ikut dalam siklus hidrologi yaitu evaporasi.
Sebagian kecil air juga masuk meresap ke pori-pori tanah dan akan menjadi air
tanah sebelum akhirnya kembali lagi ke laut untuk kembali mengalami siklus
hidrologi yaitu evaporasi.
Hal ini juga sebenarnya cukup serupa dengan proses perkolasi namun dengan
penjelasan yang cukup berbeda di mana perkolasi sendiri merupakan suatu
proses di mana air mengalir ke bawah yang disebabkan oleh gravitasi yang
bergerak semakin ke bawah lapisan demi lapisan sampai ke titik jenuh dimana air
berkumpul di bawah tanah.
Macam-Macam Siklus Hidrologi
physicalgeography.com
Untuk siklus pendek dimulai dari air laut yang menguap menjadi gas yang
disebabkan oleh panas matahari. Selanjutnya gas tersebut mengalami kondensasi
dan membentuk awan. Untuk siklus pendek ini diakhiri dengan terjadinya hujan ke
atas permukaan laut.
Selanjutnya awan tersebut akan bergerak ke darat karena tiupan angin. Proses yang
terjadi selanjutnya adalah awan tersebut akan mengalami presipitasi dan awan
tersebut akan turun sebagai salju. Untuk selanjutnya salju tersebut menjadi gletser
karena akumulasi yang pada akhir gletser itu nantinya akan mencari dan menjadi
aliran sungai yang akan mengalir kembali ke laut.
Selain beberapa hal di atas, ada juga beberapa faktor yang akan mempengaruhi
siklus hidrologi. Terkadang mungkin sebuah area atau lokasi terlihat tidak mengalami
siklus hidrologi yang sempurna.
Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti salah satunya adalah jarak dari sumber
air yang juga akan mempengaruhi bagaimana di sebuah tempat mungkin tidak turun
hujan untuk waktu yang lama.
Hal ini misalnya dipengaruhi oleh jarak dari sumber air. Misalnya jarak daratan
seperti di Afrika cukup jauh dari laut yang menyebabkan daerah tersebut sering
mengalami kekeringan karena selama perjalanan awan yang tertiup angin tersebut,
air akan menguap dan tidak tersisa untuk terjadinya presipitasi.
2. Hubungan ekologi
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada
tahun 70-an.[2] Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap
cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat
mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antar makhluk
hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya. [2]
Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan
botani yang menggambarkan hal bahwa ekologi mencoba memperkirakan, dan
ekonomi energi yang menggambarkan kebanyakan rantai makananmanusia dan
tingkat tropik.
Kini para ekolog (orang yang mempelajari ekologi) berfokus kepada Ekowilayah
bumi dan riset perubahan iklim.
3. Konsep ekologi
Ekosistem mampu memelihara dan mengatur diri sendiri seperti halnya komponen
penyusunnya yaitu organisme dan populasi[1]. Dengan demikian, ekosistem dapat
dianggap suatu cibernetik di alam. Namun manusia cenderung mengganggu sistem
pengendalian alamiah ini[1].
Ekologi menimbulkan banyak filsafat yang amat kuat dan pergerakan politik –
termasuk gerakan konservasi, kesehatan, lingkungan,dan ekologi yang kita kenal
sekarang. Saat semuanya digabungkan dengan gerakan perdamaian dan Enam
Asas, disebut gerakan hijau. Umumnya, mengambil kesehatan ekosistem yang
pertama pada daftar moral manusia dan prioritas politik, seperti jalan buat mencapai
kesehatan manusia dan keharmonisan sosial, dan ekonomi yang lebih baik.
Karena sifatnya yang masih sangat luas, maka ekologi mempunyai beberapa
cabang ilmu yang lebih fokus, yaitu:
Dasar Hukum
Jumlah penduduk Indonesia yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
mengakibatkan bertambahnya volume sampah. Di samping itu, pola konsumsi
masyarakat memberikan kontribusi dalam menimbulkan jenis sampah yang semakin
beragam, antara lain, sampah kemasan yang berbahaya dan/atau sulit diurai oleh
proses alam.
Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat. Amanat Undang-Undang Dasar tersebut memberikan
konsekuensi bahwa pemerintah wajib memberikan pelayanan publik dalam
pengelolaan sampah. Hal itu membawa konsekuensi hukum bahwa pemerintah
merupakan pihak yang berwenang dan bertanggung jawab di bidang pengelolaan
sampah meskipun secara operasional pengelolaannya dapat bermitra dengan badan
usaha. Selain itu organisasi persampahan, dan kelompok masyarakat yang bergerak
di bidang persampahan dapat juga diikut sertakan dalam kegiatan pengelolaan
sampah.
Rumah sakit merupakan tempat dengan derajat kontaminasi yang cukup tinggi.
Sumber kontaminasi utama di rumah sakit umumnya adalah manusia berupa limbah
dari proses kehidupan seperti urine, tinja, semburan pernafasan, kelupasan kulit
yang selalu diproduksi dan disebarkan. Disinfeksi dan sterilisasi berikut
menggunakan acuan Depkes RI (tahun 2002).
Terhadap kontaminan pokok itu, individu sakit akan menambah residu dan sekresi
yang berasal dari jaringan yang sakit. Banyak kuman patogen yang berada dalam
lingkungan inanimate, seperti jamur dan kuman patogen gram negatif maupun gram
positif yang terbawa masuk ke dalam rumah sakit dan tersebar melalui kegiatan
masyarakat di rumah sakit.
Udara : Udara kering sebetulnya bukan tempat yang baik untuk kehidupan
mikroorganisme. Berbeda halnya kalau ada uap air, udara dapat menjadi media
penularan penyakit.
Air : Air dapat merupakan tempat pertumbuhan yang baik bagi mikroorganisme dan
dapat berfungsi sebagai media penularan penyakit.
Ruangan dan bangunan : Dinding, plafon, lantai, saluran pembuangan, pintu,
jendela yang tidak dibersihkan dan didesinfeksi mudah ditumbuhi jamur dan bakteri.
Perlengkapan atau peralatan : Hampir semua peralatan di rumah sakit dapat
ditempati dan ditumbuhi mikroorganisme. Jenis dan jumlah mikroorganisme yang
tumbuh tergantung pada sumber kontaminasi sebelumnya, kondisi nutrisi, dan
temperatur lingkungan.
Personalia : Selama kegiatan di ruang aseptic bisa terjadi kontaminasi yang
bersumber dari kulit, tangan, rambut, dan pernafasan petugas. Jumlah
mikroorganisme akan meningkat bila terdapat luka- luka terbuka.
Pasien : Pasien yang telah terinfeksi merupakan sumber penularan bagi dirinya
sendiri dari bagian satu ke bagian lainnya dari tubuhnya atau kepada pasien lain.
Pencegahan dan mitigasi kontaminasi mikroorganisme di rumah sakit umumnya
dilakukan melalui dua tahapan prosedur, berupa dekontaminasi dan diikuti dengan
desinfeksi atau sterilisasi tergantung pada tingkat bebas kuman yang dikehendaki.
Desinfeksi
Desinfeksi diartikan sebagai proses menurunkan jumlah mikroorganisma
penyebab penyakit atau yang berpotensi patogen dengan cara fisika atau kimiawi.
Proses ini biasanya tidak termasuk menghancurkan spora.
Setiap proses desinfeksi harus selalu didahului dengan proses menghilangkan
sebagian besar kuman yang terdapat pada permukaan benda dan sisa kuman yang
sedikit akan lebih mudah dibunuh oleh zat bahan desinfektan.
a. Permukaan alat- alat kesehatan, misalnya: tombol- tombol alat kesehatan, alat-
alat radiologi yang digunakan untuk arteriografi, alat- alat laboratorium yang
digunakan untuk fungsi vena. Permukaan alat- alat yang terkontaminasi dengan
darah, produk darah, atau cairan tubuh memerlukan proses desinfeksi tingkat
menegah. Metode desinfeksi yang digunakan adalah dengan cairan senyawa
chlorin, alcohol, glutaraldehid, hydrogen peroksida, formaldehid, senyawa phenol,
dan yodium.
b. Permukaan alat- alat rumah tangga, misalnya: dinding, lantai, tempat cuci tangan,
permukaan meja. Kontaminasi dengan nanah, darah, produk darah, urine, cairan
tubuh, dan tinja pada permukaan alat- alat rumah tangga perlu desinfeksi tingkat
menengah. Metode desinfeksi yang digunakan sama dengan desinfeksi pada
permukaan alat- alat kesehatan (Depkes RI, 2002).
Sterilisasi
Sterilisasi adalah suatu proses perlakuan terhadap bahan atau barang dimana
pada akhir proses tidak dapat ditunjukkan adanya mikroorganisme hidup pada bahan
atau barang tersebut (Depkes RI, 2002).
Untuk menjaga kualitas udara dapat digunakan antara lain dengan Aerosol:
Glysein, resorcinol, dan triethilen glycol ; Saringan electron- presipator : serta
Penggunaan lampu UV (Ultra Violet).
II. Pelaksanaan
a. Agent
Agent (A) adalah penyebab yang essensial yang harus ada, apabila penyakit
timbul atau manifest, tetapi agent sendiri tidak sufficient/memenuhi/mencukupi
syarat untuk menimbulkan penyakit. Agent memerlukan dukungan faktor penentu
agar penyakit dapat manifest.
b. Host
Menurut Nor Nasry Noor (1997, h.17) bahwa :
“Host atau pejamu : manusia atau hewan hidup, termasuk burung dan
arthropoda yang dapat memberikan tempat tinggal atau kehidupan untuk agent
menular dalam kondisi alam. (lawan dari percobaan)”.
c. Environment
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada diluar host baik benda mati,
benda hidup, nyata atau abstrak, seperti suasana yang terbentuk akibat interaksi
semua elemen-elemen, termasuk host yang lain.
Tuli Konduktif
Tuli Saraf (Sensorineural)
Radiasi sinar ultraviolet yang berasal dari matahari memiliki tiga jenis sinar
radiasi yang dibagi berdasarkan panjang gelombang. Semakin pendek
gelombangnya, semakin berbahaya. Apa saja jenis-jenis sinar ultraviolet? Berikut
penjelasannya.
Sinar UVA. Sinar UVA memiliki panjang gelombang 315-400 nm dan memiliki
panjang gelombang yang paling panjang diantara sinar UV lainnya. Perlu Anda
ketahui, 95% dari sinar ultraviolet yang mencapai bumi adalah sinar UVA. Sinar
ini dianggap sebagai sinar ultraviolet yang paling kuat dan mampu menembus
awan serta kaca dan bahkan tetap ada di saat cuaca mendung ataupun hujan.
Sinar UV A juga dapat menyerap lebih dalam hingga ke lapisan dermis. Dermis
adalah lapisan kulit kedua setelah epidermis. Dermis berfungsi sebagai
pelindung dalam tubuh.
Sinar UVB. Sinar UVB memiliki panjang gelombang 280-315 nm. Sinar UVB
dapat terserap oleh awan dan tidak dapat menembus kaca, namun paparannya
hanya dapat menjangkau lapisan epidermis kulit. UVB dapat menyebabkan kulit
memerah, perih, dan terbakar.
Sinar UVC. Sinar UVC memiliki panjang gelombang yang paling pendek yaitu
180-280 nm dan merupakan sinar ultraviolet yang paling berbahaya bagi kulit.
Namun sinar UVC tidak bisa menembus lapisan ozon, sehingga sinar ini tidak
bisa mencapai permukaan bumi.
Manfaat Sinar UV Bagi Kesehatan
Selain memiliki manfaat, sinar ultraviolet juga berisiko menimbulkan bahaya pada
kesehatan terutama jika Anda terpapar sinar UV secara berlebihan. Apa saja
bahayanya?
1. Kulit terbakar
Paparan sinar ultraviolet berlebih bisa menyebabkan kulit mengalami kondisi yang
disebut dengan istilah sunburn atau terbakar. Biasanya kondisi ini disebabkan karena
Anda mengalami sengatan matahari secara langsung dalam waktu yang lama.
Kulit akan menunjukkan tanda-tanda terbakar setelah empat hingga lima jam setelah
tepapar sinar matahari. Saat mengalami sunburn biasanya Anda akan mengalami
berbagai gejala seperti kulit kemerahan, nyeri, pembengkakan, melepuh, dan berkerak.
Paparan sinar matahari berlebih biasanya membuat kulit Anda mengalami berbagai
perubahan dari mulai warna hingga teksturnya. Pasalnya, seiring dengan berjalannya
waktu, sinar UV dapat merusak serat-serat di kulit yang disebut elastin. Ketika serat ini
rusak maka kulit akan mengendur dan meregang.
Tak hanya itu, paparan sinar UV berlebih juga menyebabkan kulit mengalami bintik
putih dan juga gelap. Selain itu, Anda juga akan merasakan kulit yang lebih kasar dari
biasanya dan juga kering. Saat terlalu kering, kulit akan mudah keriput sehingga Anda
akan terlihat lebih tua dari usia sebenarnya.
Sinar UVB pada cahaya matahari selain menyebabkan kulit terbakar juga dapat
merusak DNA dan menekan sistem kekebalan kulit. Sementara sinar UVA dapat
menembus dan merusak membran sel kulit serta DNA di dalamnya.
Terlalu lama menatap matahari dengan mata telanjang bisa menyebabkan penyakit
katarak. Katarak bisa berakhir dengan kebutaan. Menatap terlalu lama sinar ultraviolet
tanpa menggunakan pelindung mata dapat membakar mata layaknya kulit yang
terbakar. Mata yang menatap langsung matahari juga dapat melukai retina.
Area dibelakang mata yang bertanggung jawab terhadap penglihatan ini akan rusak
secara permanen. Selain katarak, ancaman radiasi sinar ultraviolet yang lain terhadap
mata adalah kanker kulit yang menyerang kelopak dan daerah sekitar mata, paparan
yang terlalu lama akan mengingkatkan resiko ini. Gunakan kacamata hitam sebagai
pelindung.
Berdiam diri dibawah sinar matahari siang tanpa pelindung kepala menyebabkan
rambut rusak. Selain kusam dan kasar, ultraviolet pada sinar matahari siang juga dapat
menyebabkan pigmen rambut berubah warna menjadi merah.
Anda wajib gunakan tabir surya atau sunscreen untuk melindungi kulit dari sinar UV.
Anda pasti tahu betapa pentingnya produk yang satu ini untuk orang-orang yang tinggal
di negara tropis, seperti Indonesia. Anda bisa loh, memanfaatkan peluang ini untuk
bisnis. Buat produk sunscreen dengan brand milik Anda bersama kami. Peluangnya
masih sangat luas dan terbuka. Formula dan bahan baku Anda yang tentukan. Buatlah
produk sunscreen berkualitas dan unik bersama kami.
Sumber
The benefits and risks of ultraviolet (UV) tanning and its alternatives: the role of prudent
sun exposure. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2692214/.
Pertimbangan
Dasar Hukum
Berikut adalah isi regulasi Permenkes 7 tahun 2019 tentang Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit (bukan dalam format asli):
Pasal 1
a. mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat bagi rumah sakit baik dari aspek
fisik, kimia, biologi, radioaktivitas maupun sosial;
b. melindungi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pengunjung dan
masyarakat di sekitar rumah sakit dari faktor risiko lingkungan; dan
c. mewujudkan rumah sakit ramah lingkungan.
Pasal 2
1. Kualitas lingkungan yang sehat bagi rumah sakit ditentukan melalui pencapaian
atau pemenuhan standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan
kesehatan.
2. Standar baku mutu kesehatan lingkungan dan persyaratan kesehatan rumah
sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan pada media lingkungan
yang meliputi:
a. air;
b. udara;
c. tanah;
d. pangan;
e. sarana dan bangunan; dan
f. vektor dan binatang pembawa penyakit.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai standar baku mutu kesehatan lingkungan dan
persyaratan kesehatan rumah sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 3
Pasal 5
Pasal 6
Kebijakan tertulis dan komitmen pimpinan rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 huruf a dimaksudkan sebagai bentuk dukungan dalam penyelenggaraan
kegiatan kesehatan lingkungan rumah sakit, penyediaan sumber daya yang diperlukan
serta kesediaan menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
lorofluorokarbon (CFCs): Bila berasal dari metana dan etana, senyawa ini
memiliki rumus CClmF4−m dan C2ClmF6−m, dimana m adalah bukan nol.
Hidro-klorofluorokarbon (HCFCs): Bila berasal dari metana dan etana, senyawa
ini memiliki rumus CClmFnH4−m−n and C2ClxFyH6−x−y, dimana m, n, x, dan y adalah
bukan nol.
Bromofluorokarbon Memiliki formula yang mirip dengan CFC dan HCFC tetapi
juga termasuk brom.
Hidrofluorokarbon (HFCs): Bila berasal dari metana, etana, propana, dan butana,
senyawa ini memiliki formula masing-masing. CFmH4−m, C2FmH6−m, C3FmH8−m, dan
C4FmH10−m, dimana m adalah bukan nol.
Sistem penomoran
Artikel utama: Refrigeran § Refrigeran berdasarkan kelas
Sistem penomoran digunakan untuk alkana terfluorinasi, diawali dengan Freon-, R-,
CFC-, dan HCFC-. Nilai paling kanan menunjukkan jumlah atom fluorin, nilai
selanjutnya ke kiri adalah jumlah atom hidrogen plus 1, dan nilai selanjutnya ke kiri
adalah jumlah atom karbon kurang satu (nol tidak disebutkan). Sisa atom adalah klorin.
Dengan demikian, Freon-12 menunjukkan turunan metana (hanya dua angka) yang
mengandung dua atom fluor (2 kedua) dan tidak ada hidrogen (1-1 = 0). Oleh karena itu
CCl2F2. Persamaan lain yang lebih mudah yang dapat diterapkan untuk mendapatkan
rumus molekul CFC/ R/ Freon yang benar adalah dengan mengambil penomoran dan
menambahkan 90 padanya. Nilai yang dihasilkan akan memberi jumlah karbon sebagai
angka pertama, angka kedua memberi jumlah atom hidrogen, dan angka ketiga
memberi jumlah atom fluorin. Sisa dari ikatan karbon yang tidak terhitung ditempati oleh
atom klorin. Nilai dari persamaan ini selalu angka tiga angka. Contoh mudah adalah
CFC-12, yang memberi: 90 + 12 = 102 -> 1 karbon, 0 hidrogen, 2 atom fluorin, dan
karenanya 2 atom klorin menghasilkan CCl 2F2. Keuntungan utama dari metode ini untuk
menyimpulkan komposisi molekuler dibandingkan dengan metode yang dijelaskan
dalam paragraf di atas adalah bahwa ia memberi jumlah atom karbon dari molekul
tersebut.
Freon yang mengandung bromin ditandai oleh empat angka. Isomer, yang umum untuk
turunan etana dan propana, ditunjukkan dengan huruf berikut angka.
CFC Dasar
Titik
Nama
Nama sistematis didih Rumus
trivial, kode
(°C)
Triklorofluorometana Freon-11, R-11, CFC-11 23.77 CCl3F
Diklorodifluorometana Freon-12, R-12, CFC-12 −29.8 CCl2F2
Difluorometana/pentafluoroet 50% CH2F2/50%
R-410A, Puron, AZ-20 −48.5
ana CHF2CF3
Klorotrifluorometana Freon-13, R-13, CFC-13 −81 CClF3
Klorodifluorometana R-22, HCFC-22 −40.8 CHClF2
Diklorofluorometana R-21, HCFC-21 8.9 CHCl2F
Klorofluorometana Freon 31, R-31, HCFC-31 −9.1 CH2ClF
BCF, Halon 1211, H-1211,
Bromoklorodifluorometana −3.7 CBrClF2
Freon 12B1
1,1,2-Trikloro-1,2,2- Freon 113, R-113, CFC-113,
47.7 Cl2FC-CClF2
trifluoroetana 1,1,2-Triklorotrifluoroetana
1,1,1-Trikloro-2,2,2- Freon 113a, R-113a, CFC-
45.9 Cl3C-CF3
trifluoroetana 113a
1,2-Dikloro-1,1,2,2- Freon 114, R-114, CFC-114,
3.8 ClF2C-CClF2
tetrafluoroetana Diklorotetrafluoroetana
1-Kloro-1,1,2,2,2- Freon 115, R-115, CFC-115,
−38 ClF2C-CF3
pentafluoroetana Kloropentafluoroetana
2-Kloro-1,1,1,2-
R-124, HCFC-124 −12 CHFClCF3
tetrafluoroetana
1,1-Dikloro-1-fluoroetana R-141b, HCFC-141b 32 Cl2FC-CH3
1-Kloro-1,1-difluoroetana R-142b, HCFC-142b −9.2 ClF2C-CH3
Tetrakloro-1,2-difluoroetana Freon 112, R-112, CFC-112 91.5 CCl2FCCl2F
Freon 112a, R-112a, CFC-
Tetrakloro-1,1-difluoroetana 91.5 CClF2CCl3
112a
1,1,2-Triklorotrifluoroetana Freon 113, R-113, CFC-113 48 CCl2FCClF2
1-bromo-2-kloro-1,1,2-
Halon 2311a 51.7 CHClFCBrF2
trifluoroetana
2-bromo-2-kloro-1,1,1-
Halon 2311 50.2 CF3CHBrCl
trifluoroetana
1,1-Dikloro-2,2,3,3,3-
R-225ca, HCFC-225ca 51 CF3CF2CHCl2
pentafluoropropana
1,3-Dikloro-1,2,2,3,3-
R-225cb, HCFC-225cb 56 CClF2CF2CHClF
pentafluoropropana
Struktur, sifat dan produksi
Artikel utama: Kimia organofluorin
Molekul klorofluorokarbon
Seperti pada alkana yang lebih sederhana, karbon dalam CFC terikat dengan simetri
tetrahedral. Karena atom fluorin dan klorin sangat berbeda dalam ukuran dan muatan
efektif dari hidrogen dan satu sama lain, CFC yang dihasilkan metana menyimpang dari
simetri tetrahedral sempurna.[4]
Sifat fisik CFC dan HCFC dapat dirayapi oleh perubahan jumlah dan identitas atom
halogen. Secara umum mereka mudah menguap, tapi kurang dari alkana induknya.
Penurunan volatilitas disebabkan oleh polaritas molekul yang diinduksi oleh halida,
yang menginduksi interaksi antarmolekul. Dengan demikian, metana mendidih pada
-161 ° sedangkan fluorometana mendidih antara −51.7 (CF 2H2) dan −128 °C (CF4). CFC
memiliki titik didih yang lebih tinggi karena klorida lebih terpolarisasi daripada fluorida.
Karena polaritasnya, CFC adalah pelarut yang berguna, dan titik didihnya membuat
mereka cocok sebagai pendingin. CFC jauh lebih mudah terbakar daripada metana,
sebagian karena mengandung lebih sedikit ikatan C-H dan sebagian karena, dalam
kasus klorida dan bromida, pelepasan halida memadamkan radikal bebas yang
mempertahankan api.
Kepadatan CFC lebih tinggi dari alkana yang sesuai. Secara umum kerapatan senyawa
ini berkorelasi dengan jumlah klorida. CFC dan HCFC biasanya diproduksi dengan
pertukaran halogen mulai dari metana dan etana terklorinasi. Sebagai contoh adalah
sintesis klorodifluorometana dari kloroform:
Reaksi
Atom klorin, dituliskan sebagai Cl ., berperilaku berbeda dengan molekul klorin (Cl 2).
Radikal Cl. berumur panjang di atmosfer bagian atas, di mana ia mengkatalisis konversi
ozon menjadi O2. Ozon menyerap radiasi UV-B, sehingga penipisannya memungkinkan
lebih banyak radiasi energi tinggi ini untuk mencapai permukaan bumi. Atom bromin
adalah katalis yang lebih efisien; Maka CFC terbrominasi juga diatur.
Aplikasi
Dampak lingkungan
Proyeksi NASA tentang ozon stratosfer, di satuan Dobson, jika klorofluorokarbon tidak
dilarang. versi animasi.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, CFC dihentikan secara bertahap melalui
Protokol Montreal karena penipisan ozon mereka. Namun, dampak atmosfer CFC tidak
terbatas pada perannya sebagai peredam ozon aktif. Senyawa antropogenik ini juga
merupakan gas rumah kaca, dengan potensi yang jauh lebih tinggi untuk meningkatkan
efek rumah kaca daripada CO2.
Sisa-sisa penyerapan inframerah menjebak panas agar tidak keluar dari atmosfer bumi.
Dalam kasus CFC, pita-pita yang terkuat terletak di wilayah spektral 7.8–15.3 µm[6] –
disebut sebagai jendela atmosfer karena relatif transparannya atmosfer di wilayah ini. [7]
Kekuatan pita CFC dan kerentanan atmosfer yang unik, di mana senyawa tersebut
menyerap dan memancarkan radiasi, adalah dua faktor yang berkontribusi pada efek
rumah kaca "super" CFC.[8]
Pada tahun 1987, sebagai tanggapan atas penipisan lapisan ozon yang dramatis di
atas [[Antartika]], para diplomat di [[Montreal]] membuat sebuah perjanjian, [[Protokol
Montreal]], yang meminta pengurangan drastis dalam produksi CFC. Pada tanggal 2
Maret 1989, 12 [[Masyarakat Eropa]] sepakat untuk melarang produksi semua CFC
pada akhir abad ini. Pada tahun 1990, para diplomat bertemu di [[London]] dan memilih
untuk secara signifikan memperkuat Protokol Montreal dengan meminta penghapusan
CFC secara menyeluruh pada tahun 2000.
Pada tanggal 21 September 2007, sekitar 200 negara sepakat untuk mempercepat
penghilangan hidroklorofluorokarbon sepenuhnya pada tahun 2020 dalam sebuah
pertemuan [[Montreal]] yang disponsori [[Perserikatan Bangsa Bangsa]]. Negara-negara
berkembang diberikan waktu sampai tahun 2030. Banyak negara, seperti [[Amerika
Serikat]] dan [[Tiongkok]], yang sebelumnya [[Pemanasan global#Perdebatan tentang
pemanasan global|menolak usaha semacam itu]], setuju dengan percepatan jadwal
penghentian tersebut.<ref>[http://www.epa.gov/ozone/title6/phaseout/hcfc.html HCFC
Phaseout Schedule]. Epa.gov (28 June 2006). Retrieved on 2011-09-24.</ref>
12. Rosa Vivien Ratnawati, Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan
Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK menerangkan rata-rata timbulan
sampah harian di kota metropolitan (jumlah penduduk lebih dari 1 juta jiwa) dan
kota besar (jumlah penduduk 500 ribu-1 juta jiwa) masing-masing adalah 1.300
ton dan 480 ton.
13. "Dilihat dari komposisinya, jenis sampah yang paling dominan dihasilkan di
Indonesia adalah organik [sisa makanan dan sisa tumbuhan] sebesar 50%,
plastik sebesar 15%, dan kertas sebesar 10%," tuturnya saat dihubungi Bisnis,
Rabu malam (20/2/2019).
14. Kemudian, sisa sampah lainnya adalah logam, karet, kain, kaca, dan lain-lain.
Sementara dari sisi sumbernya, yang paling dominan berasal dari rumah tangga
(48%), pasar tradisional (24%), dan kawasan komersial (9%). Sisanya dari
fasilitas publik, sekolah, kantor, jalan, dan sebagainya.
15. Vivien menuturkan dari hasil studi 2008 yang dilakukan Kementerian Lingkungan
Hidup di beberapa kota, pola pengelolaan sampah di Indonesia adalah sebagai
berikut; diangkut dan ditimbun di TPA (69%), dikubur (10%), dikompos dan daur
ulang (7%), dibakar (5%), dibuang ke sungai (3%), dan sisanya tidak terkelola
(7%).
16. Dia melanjutkan, komposisi sampah khusus plastik di Indonesia saat ini sekitar
15% dari total timbulan sampah, terutama di daerah perkotaan.
17. "Komposisi sampah plastik terset menunjukan trend meningkat dalam 10 tahun
terakhir ini, dari 11% di tahun 2005 menjadi 15% di tahun 2015," ujarnya.
18. Dia menjelaskan sumber utama sampah plastik berasal dari kemasan
(packaging) makanan dan minuman, kemasan consumer goods, kantong
belanja, serta pembungkus barang lainnya.
19. "Kemudian, dari total timbulan sampah plastik, yang didaur ulang diperkirakan
baru 10-15%, 60-70% ditimbun di TPA, dan 15-30% belum terkelola dan
terbuang ke lingkungan, terutama ke lingkungan perairan seperti sungai, danau,
pantai, dan laut," lanjutnya.
20. Vivien mengatakan sampah plastik di laut saat ini sudah menjadi tantangan
global karena secara khas marine litter tidak memiliki wilayah teritori negara
maupun wilayah administrasi daerah.
21. "Kedua, dari sisi jumlah dan sebarannya cenderung meningkat terus secara
signifikan dan tersebar dalam skala samudera," ungkapnya.
22. Meskipun belum ada data valid mengenai jumlah marine litter secara global,
beberapa hasil riset mengungkapkan antara lain: 80% marine litter berasal dari
daratan (land-based source), 80% marine litter adalah plastik, dan 8,8 juta ton
sampah plastik terbuang atau dibuang ke samudera setiap tahunnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nurlita, S. Makalah Siklus Hidrologi. Diperoleh pada 10 Maret 2019 dari
https://thegorbalsla.com/siklus-hidrologi/
Mc. Noughton, S.J., Larry L. Wolf. 1990. Ekologi Umum. Yogyakarta: Gajah Mada
University.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/chemistry/2106197-sinar-ultraviolet-uv/
http://wong168.wordpress.com/2012/02/17/manfaat-dan-akibat-sinar-uv/
http://www.pantonanews.com/1876-sinar-uv-vs-lapisan-ozon
http://yordylaynardi-gogreen.blogspot.com/2010/05/cara-mengatasi-penipisan-lapisan-
ozon.html