1. Coba anda jelaskan tentang pengertian politik , dan anda kaitkan dengan agama !
Jawaban :
kemasyarakatan. Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi antara pemerintah dan
masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan dan keputusan yang mengikat tentang
" Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf
dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah "(Ali Imran : 110).
Allah SWT telah menetapkan bahwa kaum muslimin adalah umat yang terbaik
diantara manusia. Status ini diberikan kepada kaum mulimin agar mereka menjadi pemimpin
dan penuntun bagi umat-umat lain. Sayyid Qutb dalam Fii Zhilalil Qur’an menafsirkan
bahwa yang layak menjadi pemimpin umat manusia hanyalah "orang-orang yang
berpredikat terbaik". Karena ingin meraih predikat umat terbaik itulah, umat Islam terdahulu
tidak pernah berhenti ataupun lemah semangatnya dalam perjuangan menyebarkan risalah
Islam ke seluruh permukaan bumi. Mereka yakin bahwa metode untuk mewujudkan
kebangkitan Islam hanyalah dengan menjadikan Islam sebagai pedoman hidup yang lengkap.
Islam dijadikan sebagai pola kehidupan yang menyeluruh. Umat Islam percaya dan yakin
bahwa hanya Islam yang mampu memecahkan seluruh urusan manusia secara sempurna,
Namun saat ini umat Islam berada dalam kondisi dan situasi yang lemah serta paling
rendah dalam memahami Islam. Kondisi ini telah terbukti menyebabkan segala bentuk
pemikiran-pemikiran yang merusak menyusup kedalam tubuh umat Islam. Hal inilah yang
mengakibatkan munculnya berbagai gangguan dan keresahan. Umat Islam cenderung mudah
rendah. Dalam kondisi ini, umat Islam tidak memiliki peranan lagi dalam percaturan politik
internasional.
Sebenarnya tidak ada cara lain untuk menyelamatkan umat dan membangkitkannya
kembali menempati kedudukan mulia, selain dari mengembalikan umat pada sifat yang
menjadikannya umat terbaik, yakni beriman kepada Allah SWT, melaksanakan amar ma’ruf
dan mencegah kemungkaran (nahi mungkar), sebagaimana yang diungkapkan dalam ayat
diatas.
Umat yang beriman kepada Allah SWT, konsekuensinya adalah menjadi umat yang
tunduk hanya kepada Allah SWT. Yakni tunduk kepada ketentuan-Nya. Demikian pula umat
yang melaksanakan amar ma’ruf dan nahi mungkar berarti umat yang menegakkan tolok ukur
segala sesuatu berdasarkan ridlo dan murka Allah atau baik dan buruk menurut Allah. Hal ini
berarti kedudukan mulia sebagai umat terbaik akan bisa diraih kembali oleh umat Islam, bila
mereka mendasarkan pengaturan segala urusannya, bahkan urusan umat manusia (lainnya)
diatas perintah dan larangan Allah SWT, yang termaktub di dalam kitabbullah dan sunah
Rasul-Nya.
memelihara urusan umat di dalam dan di luar negeri. Kalau kita memandang seseorang dalam
sosoknya sebagai manusia (sifat manusiawinya), ataupun sebagai individu yang hidup dalam
komunitas tertentu, maka sebenarnya ia bisa disebut sebagai seorang politikus. Di dalam
hidupnya manusia tidak pernah berhenti dan mengurusi urusannya sendiri, urusan orang lain
Oleh karena itu setiap individu, kelompok, organisasi ataupun negara yang memperhatikan
urusan umat (dalam lingkup negara dan wilayah-wilayah mereka) bisa disebut sebagai
politikus. Kita bisa mengenali hal ini dari tabiat aktivitasnya, kehidupan yang mereka hadapi
Islam sebagai agama yang juga dianut oleh mayoritas umat di Indonesia selain
sebagai aqidah ruhiyah (yang mengatur hubungan manusia dengan Rabb-nya), juga
merupakan aqidah siyasiyah (yang mengatur hubungan antara sesama manusia dan dirinya
sendiri). Oleh karena itu Islam tidak bisa dilepaskan dari aturan yang mengatur urusan
masyarakat dan negara. Islam bukanlah agama yang mengurusi ibadah mahdloh individu
saja.
Berpolitik adalah hal yang sangat penting bagi kaum muslimin. Ini kalau kita
memahami betapa pentingnya mengurusi urusan umat agar tetap berjalan sesuai dengan
orang itu. Dan barangsiapa di pagi hari tidak memperhatikan kepentingan kaum muslimin
Oleh karena itu setiap saat kaum muslimin harus senantiasa memikirkan urusan umat,
termasuk menjaga agar seluruh urusan ini terlaksana sesuai dengan hukum syari’at Islam.
Sebab umat Islam telah diperintahkan untuk berhukum (dalam urusan apapun) kepada apa
yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, yakni Risalah Islam yang dibawa oleh Nabi
"….maka putuskanlah (perkara) mereka menurut apa yang Allah turunkan dan
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah
Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir ". (Al-Maidah :44)
Dua ayat di atas dan beberapa ayat lain yang senada, seperti surat Al-Maidah ayat
44,45, 47 dan 49 serta An-Nisaa’ ayat 65 menjelaskan bahwa kaum muslimin harus (wajib)
mendasarkan segala keputusan tentang urusan apapun kepada ketentuan Allah, yakni hukum
syari’at Islam.
Terlaksananya urusan umat sesuai dengan hukum syari’at Islam tidak hanya meliputi
urusan dalam negerinya saja, melainkan juga urusan luar negeri. Hal ini karena kaum
muslimin juga melakukan interaksi dengan negara-negara lain, yang dalam setiap
penguasa terhadap rakyat, mengingkari kejahatan dan kezholiman penguasa, peduli terhadap
kepentingan dan persoalan umat, menasehati pemimpin yang lalim, mendongkrak otoritas
penguasa yang melanggar syari’at Islam, serta membeberkan makar-makar jahat negara-
negara musuh serta hal-hal lain yang berkenaan dengan urusan umat.
2. Agama adalah fitrah. Maksudnya agama itu sudah dirancang oleh Allah Swt sesuai
dengan fitrah atau sifat asli kejadian manusia. Oleh karena itu di dalam diri manusia sudah
melekat satu potensi kebenaran (dinnullah). Karena agama memberikan batasan-batasan yang
memungkinkan manusia untuk menjadi lebih baik dari pada makhluk lain. Manusia secara
fitrah membutuhkan sebuah pegangan. Karena manusia tidak akan mampu menyelesaikan
Di sinilah peranan agama yang bisa memberi harpan kepada setiap manusia. Bahwa
kehidupan adalah sebuah proses untuk mencapai kehidupan selanjutnya yang leibh baik.
Hidup di dunia adalah tempat mengolah dan menempa diri agar kehidupan selanjutnya nanti
kita lebih baik. Oleh karena itu jika kita menghadapi kesulitan hidup, yang ditandai dengan
adanya kegelisahan, maka kita akan menjalani kehidupan itu dengan tetap optimis, karena
setelah itu kita akan mendapatkan balasan atas kelulusan kita menghadapi ujian di dunia ini.
Ujian hidup berupa kegelisahan, kesusahan dan penderitaan di dunia yang fana ini adalah
bagian penting dari proses mencapai kejayaan manusia itu sendiri. Wa Allah A’lam.
3. Hubungan agama dengan tanggung jawab manusia adalah kefitrahan agama bagi
manusia menunjukkan bahwa manusia tidak dapat melepaskan diri dari agama, karena agama
merupakan kebutuhan fitrah manusia. Selama manusia memiliki perasaan takut dan cemas,
selama itu pula manusia membutuhkan agama. Kebutuhan manusia akan agama tidak dapat
digantikan dengan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang juga dapat memenuhi
Kebutuhan manusia akan materi tidak dapat menggantikan peran agama dalam
kehidupan manusia. Masyarakat Barat yang telah mencapai kemajuan material ternyata masih
belum mampu memenuhi kebutuhan spiritualnya. Manusia dengan akalnya dapat melahirkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi akal saja tidak mampu menyelesaikan seluruh
persoalan yang dihadapi manusia. Terkait dengan hal ini agama sangat berperan dalam
terhadap agama mendorongnya untuk mencari agama yang sesuai dengan harapan-harapan
rohaniahnya. Dengan agama manusia dituntun untuk dapat mengenal Tuhan dengan segala
sifat-sifat-Nya.
(perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya
muslim, namun juga kepada warga masyarakat yang non-muslim. Salah satu alasan yang
dijelaskan Al-Quran adalah bahwa manusia itu satu sama lain bersaudara karena mereka
berasal dari sumber yang satu seperti yang ditegaskan dalam surat Al-Hujaraat ayat 13 :
ٰ ٓيا َ ُّيها ال َّناسُ ا َّنا َخ َل ْق ٰن ُكم مِّنْ َذ َكر َّوا ُ ْن ٰثى وجع ْل ٰن ُكم ُشع ُْوبًا َّو َقب ۤإىل ل َتعارفُ ْوا ۚ اِنَّ اَ ْكرم ُكم ْندَ هّٰللا
ِ َِ َ ْ ع َ َ ِ َ ِِٕ َ ْ َ َ َ ٍ ْ ِ َ
هّٰللا
اَ ْت ٰقىك ْم ۗاِنَّ َ َعلِ ْي ٌم َخ ِب ْي ٌر
ُ
Artinya :
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.”
Bentuk persaudaraan yang dianjurkan oleh Al-quran tidak hanya persaudaraan satu
aqidah namun juga dengan warga masyarakat lain yang berbeda aqidah. Hal ini berarti bahwa
persaudaraan harus kita jalin kepada seluruh umat manusia. Namun, ada rambu-rambu yang
muslim dan Non Muslim dalam kehidupan masyarakat majemuk bukanlah persoalan mudah
untuk membangun integrasi sosial. Perbedaan-perbedaan yang ada, sangat potensial untuk
menjadi sumber konflik. Pengalaman perjalanan bangsa Indonesia telah membuktikan itu.
Selain perlu dijauhinya sikap-sikap yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat majemuk
1. Toleransi
Toleransi, sikap ini diperlukan agar masyarakat bisa saling menghormati dan
menghargai perbedaan yang ada. Tidak saling merendahkan dan menghina kebudayaan yang
satu dengan yang lain. Bisa hidup berdampingan dengan masyarakat yang berbeda-beda
Dengan sikap ini akan tumbuh kepedulian dan kesetiakawanan sosial. Suatu
permasalahan sosial yang muncul bisa dirasakan menjadi milik dan tanggung jawab bersama
sehingga akan menciptakan semangat saling membantu dan gotong royong dalam
keberagaman.
3. Inklusif.
Sikap ini akan menjauhkan dari sikap tertutup dan menganggap bahwa kelompoknya
sendirilah yang paling baik dan benar. Sikap eksklusif harus dihindari karena akan menuntun
sikap tertutup terhadap kelompok lain yang bisa mempersubur sentimen antarkelompok, rasa
Sumber :
https://kumparan.com/aan-fatih/politik-dalam-islam-suatu-keharusan/full
Bintu Syai, Aisyah, Manusia Dalam Perspektif Alquran, PEnerjemah, Ali Zawawi,
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1999)
Marzuki, Pendidikan Agama Islam, Yogyakarta : UNY Press,2015
Shadikin, R. Abuy, Pengantar Studi Islam, Fak Tarbiyah IAIN SGD Bandung, 1986
Nasution,Halim., Pengangkatan Manusia Sebagai Khalifah Dan Impliksinya Terhadap
Perumusan Tujuan Pendidikan Dalam Islam