(Otak Ukdi) Pembahasan To 2a Batch I 2020
(Otak Ukdi) Pembahasan To 2a Batch I 2020
1. C.Fimosis
• Anak 3 tahun
• Sulit BAK
• sering menangis bila BAK
• ujung penis menggembung
• preputium sulit ditarik kebelakang
Fimosis Parafimosis
• Emergensi
• Bukan emergensi • Preputium yang ditarik ke belakang
tidak bisa ditarik ke depan kembali
• Preputium tidak bisa → terjepit dan edema
ditarik ke belakang • Gejala umum → kulit preputium
edema, terdapat cincin menjepit
• Gejala umum → ujung • penis → bisa iskemia
penis menggembung Tatalaksana:
•
• Manual reduksi
• Tatalaksana → •
•
Cairan hipertonik kompres
Pungsi
sirkumsisi, rujuk ke • Aspirasi
Insisi vertikal
urologi •
Sirkumsisi → urologi
Pilihanlainnya
Sifilis (ulkusdurum)
• Ulkus genitalis → tidak
sakit
• Etiologi → Treponema
pallidum
Ulkus mole
• Ulkus genitalis → nyeri
• Etiologi → Hemophillus
ducreyi
5. D. Sindrom Nefrotik
• Anak 8 tahun
• Bengkak seluruh tubuh 3hari
• Awalnya di wajah kemudian seluruhtubuh
• Urin keruh dan berbusa
• Urinalisis protein +3, ekskresi albumin urin 24jam
meningkat, eritrosit (-),
Nefritik Nefrotik
• Dominan hematuria • Dominan proteinuria
• Hipertensi (dan kencing “keruh”)
• Biasanya post- • Hipoalbuminemia
streptoccal • Gejala yang sering
dikeluhkan → bengkak
Pilihanlainnya
• Glomerulonefritis → sindromnefritik
• Sindrom nefritik → dominanhematuria
• Tumor Wilms → pada anak-anak, gejalautama
massa yang dapat dipalpasi
• Gagal ginjal akut → peningkatan akutureum
kreatinin
6. E. BPH
• Laki, 58 tahun
• Mengeluh sulit buang air kecil sejak 1bulan
terakhir.
• Ditemukan gejala obstruksi saluran kemih bagian
bawah
• Tidak ada nyeri saat berkemih.
• Pada pemeriksaan colok dubur didapatkanteraba
prostat kenyal, nyeri tekan (-), pool atas tidak
teraba.
• Diagnosis yang mungkin…
Pembesaran prostat jinak(BPH)
• Kondisi yang sering ditemukan pada laki-laki usia
lanjut
• Pembesaran prostat, terutama bagian (zona)
transisional, menyebabkan timbulnya gejala
obstruksi dan iritatif saluran kemih bawah (LUTS=
lower urinary tract symptoms)
• Observasi, jika gejala bertambah dapatdiberikan
medikamentosa (alfa bloker, 5-alfa reduktase
inhibitor), hingga operasi
7. A. Pungsi suprapubik
• Laki-laki 35 tahun
• Kecelakaan 2 jam yang lalu, kemaluan terbentur stang
• Selangkangan nyeri
• Susah BAK
• Butterfly rash pada selangkangan
• Darah di meatus uretra
• Undulasi pada kandung kemih
• Simptomatik
• Atasi retensi urin → akses dari regio suprapubik →
pasang kateter suprapubik
• Bedah → terutama pada ruptur uretra posterior
yang disertai cedera pelvis (koreksi uretra dilakukan
setelah masalah pelvis ditangani)
8. E. Varikokel
• Laki-laki 34 tahun
• nyeri di kantung kemaluan hilang timbul 1 tahun
• tidak terlalu menusuk
• tidak disertai demam
• ukuran testis normal
• perabaan seperti kantung cacing padatestis kiri.
• Tatalaksana :
Seftriakson IM
• Profilaksis topikal:
- Makrolid :eritromisin
- Tetrasiklin
- Perak nitrat
Konjungtivitis
Inflamasi atau infeksi konjungtiva
Virus Adenovirus Mata berair unilateral, merah, rasa Memburuk pada hari 3-5,
herpes tidak nyaman, fotofobia, edema sembuh sendiri dalam 7-14
simplex virus kelopak mata, limfadenopati hari
or varicella- preaurikular, konjungtivitis folikular, Air mata buatan:mencegah
zoster virus pseudomembran (+/-) kekeringan dan mengurangi
inflamasi
Antiviral →herpessimplex
virus atauvaricella-zoster
virus
Patologi Etiologi Tanda danGejala Tatalaksana
Jamur Candida spp. Jarang, biasanya pd pasien Antijamur topikal
can cause imunokompromais, pasien yg
conjunctivitis memakai kortikosteroid, pasien
Blastomyces yang mendapat terapi
dermatitidis antibiotik
Sporothrix
schenckii
Vernal Alergi Peradangan konjungtiva kronis, Hindari alergen
riwayat keluarga atopik, gatal, Antihistamin topikal,
fotofobia, sensasi benda asing, mast cellstabilizer
blefarospasme, cobblestone
pappilae.
• Apa organismepenyebab
kelainan pada pasien?
KeratitisFungal
• Diagnosis?
Blefaritis: Peradangan Kelopak Mata
Blefaritis
(1) anterior :ulseratif (karena stafilokokus), nonulseratif (karena seboroik)
(2) Posterior (kelainan kelenjar meibom)
• Tx: seka dengan air hangatuntuk mempermudah
evakuasi pus (kompres hangat)
• Bersihkan tepi palpebrauntuk membersihkan
dengan krusta (juga dengan kain hangat)
• Antibiotik
Pilihan Lain
Sumber: emedicine
PilihanLain
• Trikiasis: Bulu mata
melengkung ke arah bola
mata
• Lagoftalmus: tidak bisa
menutup mata dengan
sempurna, lesi nervusVII
• Ptosis: kelopak mata “jatuh”
→ tidak bisa membuka
mata. Lesi nervus III
16. A. Keratitis Herpetik
Virus Adenovirus Mata berair unilateral, merah, rasa Memburuk pada hari 3-5,
herpes tidak nyaman, fotofobia, edema sembuh sendiri dalam 7-14
simplex virus kelopak mata, limfadenopati hari
or varicella- preaurikular, konjungtivitis folikular, Air mata buatan:mencegah
zoster virus pseudomembran (+/-) kekeringan dan mengurangi
inflamasi
Antiviral →herpessimplex
virus atauvaricella-zoster
virus
Patologi Etiologi Tanda danGejala Tatalaksana
Jamur Candida spp. Jarang, biasanya pd pasien Antijamur topikal
can cause imunokompromais, pasien yg
conjunctivitis memakai kortikosteroid, pasien
Blastomyces yang mendapat terapi
dermatitidis antibiotik
Sporothrix
schenckii
Vernal Alergi Peradangan konjungtiva kronis, Hindari alergen
riwayat keluarga atopik, gatal, Antihistamin topikal,
fotofobia, sensasi benda asing, mast cellstabilizer
blefarospasme, cobblestone
pappilae.
• Jenis katarak?
Katarak Hipermatur :Morgagni
• Nukleus dibawah/tenggelam diakibatkan karena
pencairan dari korteks lensa. Hal ini dijumpai pada
katarak hipermatur/Morgagni
Letak lensa
berada di
bawah
Example of a Cataract
Vit r eo us Body
Lens
(Cataract)
- - - i r i s
---comea
P u p il
Ophc
Setera/
FJg. 2 A cataract fnterleres with vision because It obst ructs the lens o f
the eye through which Ught passes, causing light to refract dtfforently
than in a heatthy eye.
Jeniskatarak(berdasarkanproses)
• Katarak insipien
• Kekeruhan terjadi di perifer korteks dan biasanya belum menimbulkan
gangguan tajam penglihatan.
• Katarak imatur
Kekeruhan terjadi di posterior nukleus lensa dan belum mengenai
seluruh lapisan lensa (masih ada bagian yang jernih). Mulai
menimbulkan gangguan penglihatan.
• Katarak matur
• Kekeruhan sudah mengenai seluruh lensa dan terjadi penurunan
penglihatan yang sangattajam
• Katarak hipermatur
Bila katarak matur dibiarkan akan terjadi pencairan korteks dan nukleus
tenggelam ke bawah (katarak Morgagni) sehingga merembes keluar
dari kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur
mata yang lain atau lensa akan menjadi keriput karena terus kehilangan
cairan (shrunken katarak)
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilikmata
depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudutbilik
Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test (-) (+) (-) Pseudopositif
Penyulit
Uveitis,
Glaukoma glaukoma
JenisKatarak(Klasifikasi)Lain
• Katarak senilis: karena usia lanjut (pengeruhan lensa
degeneratif)
• Katarak sekunder: kapsul posterior menjadi opak, proses
yang terjadi setelah operasi katarak
•
Katarak komplikata:sekunder terhadap proses lain,
seperti intraokular (retinitis pigmentosa,
iridosiklitis/uveitis),proses metabolik (DM)*
• Catatan: katarak sekunder dan komplikata memiliki kontroversi
dalam pemerian artinya. Beberapa literatur menggolongkan
proses metabolik dan sistemik (seperti DM) tidak dalam katarak
komplikata, melainkan ke golongan ”katarak akibat penyakit
• sistemik”
Katarak traumatika: ada riwayat trauma,kekeruhan
berbentuk seperti bintang
20. C.Astigmatisma miopia
kompositus
• VODS -0,75 C-0,50 Axis 180 ° VOS S-0,25 C-0,50 Axis
180
• Astigmat dengan komponen silindris (-) dan sferis (-) →
astigmat miopia kompositus
• Diagnosis?
KlasifikasiAstigmatisma
1) MAS (MiopiaAstigmat Simpleks) --> Lensa C(-) as°
2) HAS (HipermetropiaAstigmat Simpleks) --> Lensa C(+) as°
➔ Hanya ada komponen silindris
5) M A M atau HAM
M A M (MiopiaAstigmat Mixtus ) --> Lensa S(-), Lensa C(+) as°
HAM (HipermetropAstigmat Mixtus) --> Lensa S(+), Lensa C(-) as°
➔ Ada komponen sferis dan silindris , tanda beda
PE M B A H A S A OTA K UK DI
N
A s tig m atism
Astigmatism
Foc al Point
Focal P o i n t
Light
Iris
N o r m al Eye
Retina
sciera
21. D. Miopia berat
• Mata kananburam
• Diawali dari bagian bawah mata
selanjutnya tertutup seluruhnya
seperti tirai → ablasio retina
• Kelainan refraksi dengan koreksi-
10D → miopiaberat
• Pemeriksaan yangselanjutnya
dilakukan: tesfluoresensi
Lokasi
• Tatalaksana perdarahan
subkonjungtiva?
Perdarahansubkonjungtiva
• Keluhan (-)
• Mata merah visus normal.
MERAH MERATA
• Tatalaksana : biasanya
tidak perlu pengobatan,
bila pun perlu diberikan
air mata buatan,biasanya
akan terjadi perbaikan
setelah 2 minggu
PerdarahanSubkonjungtiva
• Diagnosis?
Tonsilitis Akut Tonsilitis Kronik
• Dx : Otitis eksternadifusa
Otitis Eksterna Difusa
• Hobi berenang
• Telingaterasa penuh dan nyeri
• Liang telinga tampak eritema dan edema
• Nyeri tekan tragus +
OE Diffusa OE Sirkumskripta
• SIRKUMSKRIPTA
– 1/3 luar → adnexa kulit (+)
→ furunkel
– ETIOLOGI: S.aureus
– GEJALA: nyeri (tidak ada
OEAKUT jar.Longgar) saat menekan
perikondrium atau membuka mulut,
ggn pendengaran
• DIFUS
KLASIFIKASI
OTITIS EKSTERNA – 2/3 dalam → kulit liang telinga
hiperemisdan edema tidak jelas
batasnya
– ETIOLOGI: Pseudomonas
– GEJALA: nyeri tekan tragus, liangtelinga
OE MALIGNA
sempit, sekret bau
TATALAKSANAUMUM
• BERSIHKAN LIANGTELINGA • Infeksi difus
• Antibiotik dalam bentuk tampon lebih • Terutama pada orang tuaatau
efektif imunokompromise
• Topikal antibiotik neomisin • ETIOLOGI: P .Aeruginosa
• Topikal antifungal polimiksin B • GEJALA: rasa gatal + nyeri,
• Topikal steroid pembekakan liang telinga,paralisis
facial jika iritasi n.VII
OTITIS • Anamnesa14
• Telinga terasa penuh, terasa
adacairan (grebeg-grebeg
MEDIA EFUSI • Pendengaran menurun
• Terdengar suara dalam telinga
• Peradangannon bakterial sewaktu menelan atau
menguap
• Pemeriksaan fisik:
mukosa kavum timpani
• Ditandai terkumpulnya cairan •
imobilitas gendang telinga pada
yang tidak purulen (serous • penilaian otoskop pneumatik.
atau mucus) tanpa tanda MT terlihat lebih kusam dan
• keruh.
infeksi Maleus tampak pendek, retraksi
• Kegagalan fungsi tuba • dan berwarna putihkapur.
• Etiologi
eustachius
• Alergi reflek cahaya berubahatau
• menghilang
• Otitis media yang belum
sembuh sempurna garpu tala : untuk membuktikan
• Infeksi virus adanya tuli konduksi10
TATALAKSANA:
DEKONGESTAN,ANTIBIOTIK,
MIRINGOTOMI
Pilihanlain
• Diagnosis?
STADIUM OTITIS MEDIAAKUT TATALAKSANA
• Komplikasi ekstrakranial
perforasi – kehillangan pendengaran, mastoiditis,
paralisis wajah, labirinitis, fistula labrinthitis, petrositis
akut, abses subperiosteal.
• Komplikasi intrakranial
otore LCS, meningitis, abses otak, absesekstradural,
abses subdural, trombosis sinuslateralis.
30. D. Otitis mediaefusi
• Kedua telinga terasa penuh
• Tidak ada keluhan lain.
• Pasien menderita rhinitis
alergi persisten berat
→ faktor penyebab
efusi
• Membran timpai intakdan
tampak suram
OTITIS • Anamnesa
• Telinga terasa penuh, terasa
MEDIA EFUSI
adacairan (grebeg-grebeg
• Pendengaran menurun
• Terdengar suara dalam telinga
• Peradangannon bakterial sewaktu menelan atau
mukosa kavum timpani menguap
• Ditandai terkumpulnya cairan • Pemeriksaan fisik:
• imobilitas gendang telinga pada
yang tidak purulen (serous
penilaian otoskop pneumatik.
atau mucus) tanpa tanda •
MT terlihat lebih kusam dan
infeksi • keruh.
• Etiologi Maleus tampak pendek, retraksi
• Kegagalan fungsi tuba • dan berwarna putihkapur.
eustachius reflek cahaya berubahatau
• Alergi • menghilang
• Otitis media yang belum garpu tala : untuk membuktikan
sembuh sempurna adanya tuli konduksi10
• Infeksi virus TATALAKSANA:
DEKONGESTAN,ANTIBIOTIK,
MIRINGOTOMI
31. D. Tuli konduktif telinga kiri
• Penurunan pendengaran
• Hasil tes penala : Rinne (+) hanya telinga kanan,
Weber lateralisasi ke telinga kiri, dan Swabach
telinga kanan sama dengan pemeriksa, sedangkan
memanjang pada telinga kiri.
KEMUNGKINAN:
KANAN: NORMAL/TULI SENSORINEURAL
TES WEBER
(LATERALISASI KE SISI SEHAT)
LATERALISASI KIRI
• KIRI → TULI KONDUKTIF (LATERALISASIKE
SISI SAKIT)
Prinsip
Membandingkan AC (air conduction) dan BC (bone conduction) di satutelinga
Cara
• Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tulang mastoid pasien
• Pasien diminta memberi sinyal apabila suara tidak lagi terdengar
• Ketika pasien memberi sinyal, garpu tala segera ditempatkan 1-2 cm di depan lubang telinga
• Pasien diminta memberitahu dokter apakah ia bisa mendengar suara garpu tala lagi
Hasil
Normal: AC lebih baik daripada BC; Rinne positif (suara masih terdengar ketika garpu tala
dipindahkan ke depan lubangtelinga)
Konduktif: BC lebih baik daripada AC;Rinne negative
Sensorineural: positif; namun bisa negatif palsu pala tuli sensorineural ringan
TesWeber
Prinsip
Membandingkan BC atara telinga kiri dan telinga kanan
Cara
Garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan di tempat-tempat yang berjarak sama ke telinga
kiri ataupun telinga kanan, dan dilapisi kulit tipis yang berkontak dengan tulang di bawahnya,
yaitu:
• Di tengah dahi
• Di ataskepala
Pasien kemudian diminta melaporkan di telinga mana suara terdengar lebih keras
Hasil
Terdengar sama keras di kedua telinga → normal atau tuli sensorineural bilateral atau tuli
konduktif bilateral
Lateralisasi ke kiri → tuli sensorineural telinga kanan (dengan atau tanpa tuli
konduktif bilateral) atau tuli konduktif telinga kiri (dengan atau tanpa tuli
sensorineural bilateral)
Lateralisasi ke kanan → tuli sensorineural telinga kiri (dengan atau tanpa tuli konduktif
bilateral) atau tuli konduktif telinga kanan (dengan atau tanpa tuli sensorineural bilateral)
Teswabach
Prinsip
Membandingkan BC pasien dengan pemeriksa (asumsi BC pemeriksa normal)
Cara
• Pangkal garpu tala yang sedang bergetar ditempelkan ke prosesus mastoid pasien
• Ketika pasien memberi sinyal bahwa suara tidak lagi terdengar, pangkal garpu tala segera
dipindahkan ke prosesus mastoidpemeriksa
• Pemeriksaan diulang dengan cara menempelkan garpu tala ke prosesus mastoid pemeriksa
terlebih dahulu, baru ke pasien
Hasil
Pada penempelan garpu tala ke pasien lalu kepemeriksa:
• Ketika dipindahkan ke mastoid pemeriksa → tidak terdengar lagi → normal atautuli konduktif
•Ketika dipindahkan ke mastoid pemeriksa → masih terdengar → tuli sensorineural (BC memendek)
Pada penempelan garpu tala ke pemeriksa lalu kepasien:
• Ketika dipindahkan ke mastoid pasien → tidak terdengar lagi → normal atau tuli sensorineural
• Ketika dipindahkan ke mastoid pasien → masih terdengar → tuli konduktif (BCmemanjang)
32. C. Epistaksis posterior
• sejak 1 bulan.
• Batuk berdahak, demam tidak bergitu tinggi, keringat
malam
• Ciri khasTB paru
• Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
• Kasus baru
• Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
• Pasien kambuh
• Pasien gagal
• Pasien putus berobat (loss to follow up)
• Kategori Anak (2RHZ/4RH)
OAT
Pilihanlainnya
• Etiologi:
• Infeksi salurannapas bagian bawah → mikroorganisme ➔
bakteri
• Berbeda-bedaletak berdasarkannegara,lokasi,dan lainnya.
• CAP diAmerika → S. pneumoniae (60-70%)
• CAP di Indonesia → Klebsiella pneumoniae (45,18%), S.
pneumoniae (14,04%).
Diagnosis Pneumonia
Diagnosis pasti:
• Foto toraks → infiltrat baru atau infiltrat progresif
+ dengan 2 atau lebih gejala dibawah:
• Batuk-batuk bertambah
• Perubahan karakteristik dahak/ purulen
• Suhu tubuh ≥ 38 ° C (aksila)/ riwayat demam
• Ditemukan tanda-tanda konsolidasi, suara nafas bronkial
dan ronki
• Leukosit ≥ 10.000 atau < 4500
Klasifikasi
• Berdasar klinis dan epidemiologis
• CAP
• Pneumonia nosokomial
• Pneumonia aspirasi
• Pneumonia padaimunokompromais
• Berdasar bakteri penyebab
• Pneumonia bakterial /tipikal
• Pneumonia atipikal
• Pneumonia virus
• Pneumonia jamur
• Berdasar predileksi infeksi
• Pneumonia lobaris
• Bronkopneumonia
• Pneumonia interstisial
PNEUMONIA TIPIKAL DAN ATIPIKAL
Tanda dan gejala P. atipik P. tipik
Onset Gradual Akut
Suhu Kurang tinggi Tinggi, menggigil
Batuk Non produktif Produktif
Dahak Mukoid Purulen
Gejala lain Nyeri kepala, mialgia, sakit Jarang
tenggorokan, suara parau,
nyeri telinga
Pewarnaan gram Flora normal atau spesifik Gram (+) atau (-)
CPAP → pada bayi yang bernapas spontan tetapi mengalami kesulitan setelah lahir.
Kompresi dada (3:1) → jika frekuensi denyut jantung kurang dari 60 per menit setelah
ventilasi adekuat dengan oksigen selama 30 detik
• Epinefrin → Secara intravena dengan dosis intrvena 0,01 – 0,03
mg/kg. Konsentrasi epinefrin yang digunakan untuk neonatus
ialah 1:10.000 (0,1 mg/mL).
Berat Jen is (BJ) < 1,018 (1,005 - 1,015) >= 1 ' 018
• A. Darah lengkap
• B. Sputum BTA → komponen diagnostikTB dewasa
• C. Mantouxtest → salah satu komponen diagnostik
TB anak
• D. Halo test → pada kecurigaan keluarnya cairan
serebrospinal
46. A. Tonsilitis Lakunaris
• 8 tahun
• Keluhan sulit menelan
• Nyeri tenggorokan dan demam
• Tonsil T4/T3,hiperemis
• Permukaan tonsil menyerupaialur-alur sungai
• Penyebab:
Corynebacterium diphteriae
(gram positif)
• Gejala dan tandaklinis:
- demam
- nyeri menelan
- tonsil membengkak
ditutupi bercak putih kotor.
-Membran akan berdarah
bila diangkat.
-Kelenjar limfaleher akan
membengkak → bullneck
Abses Peritonsil (Quincy)
• A. Tonsilitis lakunaris
• B. Tonsilitis difteri → tonsil dengan bercakputih,
berdarah bila bercakdiangkat
• C. Tonsilitis folikularis → tonsil membengkak
dengan detritus yang berbintik-bintik
• D.Abses Peritonsil → sama E
• E.Abses Quincy → samaD
47 D.Empiema
• Batuk berdahak yang berwarnakecoklatan.
- Hemitoraks kanan tertinggal, redup hemitoraks
- kanan, trake deviasi kiri.
Opasitas homogen seluruh parukanan.
- Pungsi pleura : cairan dengan kesan pus.
-
Unstable
STEM I NSTEM I
angina
Unstable
Angina NSTEMI STEM I
1. Aorta
3. Left Anterior
Descending
Coronary Artery
4. Circumflex
Coronary
Artery
6. Left Main
Coronary Artery
Pilihanlainnya
• A. STEMIinferior → II, III, aVF
• B. STEMIanteroseptal → V1-V4
• D. STEMI anteroekstensif → V1-V6 + I dan aVL
• E. NSTEMI→ tidak ada ST elevasi (EKG “tidak khas”)
51. B. Endokarditis bakterial
demam tinggi selama 5 hari
• Cepat lelah, batuk dan nyeri dada saat beristirahat
• Pengguna narkoba jarum suntik → faktor resiko
• Murmur jantung regurgitarsi katup trikuspid.
• Kultur darah : Staphylococcus sp.(+)
• Ekokardiogram didapatkan vegetasi 1,5 cm padakatup
tricuspid.
• Akut
Subakut
• Demam tinggi
• Demam tidak tinggi
• Murmur bisa tidak atau normal
terdengar di 1/3pasien
• Murmur di 99% pasien
• Progresif, suddenonset
gejala gagal jantung • Gejala lebih ringan,
• Etiologi tersering→ mialgia, cepat lelah,
tidak nafsu makan
• Staphylococcus aureus • Etiologi tersering→
Streptococcus viridans
Pilihanlainnya
• Diagnosis?
AtrialFibrilasivs AtrialFlutter
Pulseless ElectricalActivity
Asistol (PEA)
• Tidak teraba nadi • Gambaran EKG apapun
• Gambaran EKG flat kecuali VT or VF
• Tidak teraba nadi
Ventrikular ekstrasistol /
Ventricular Supraventrikular takikardi premature ventricle
fibrillation contraction
53. A. Insufisiensi vena kronik
• Kaki kanan bengkak memberat sejak 1 minggu.
• Sudah dirasakan sejak 3 bulan.
• Warna kulit semakin gelap.
• Pekerjaan beridiri lama.
• PF: pitting edema dan hiperpigmentasi dimaleolus
medialis disertai pelebaran vena.
• Kegawatdaruratan medik
• Cairan mengisi ruang perikardium → jantung sulit
mengembang → diastolic failure
• Trias beck:
• hipotensi, distensi JVP,suarajantung menjauh (muffled
heart sound)
• Tatalaksana utama → pericardiocentesis
PEMBAH ASAN OTAKU KDI
Pericardiocentesis
Sub xip hoid Approa ch
• EKG :
Tindakan selanjutnya?
Dasar Teori
• Henti jantung → sirkulasi darah berhenti karena
kontraksi jantung ygtidak efektif.
• Disebabkan:
• VF
• VT pulseless
• PEA
• Asistol
• Gambaran Klinis:
• Henti jantung
• Henti napas/gasping
• Tidak sadar
Ventrikular ekstrasistol /
Ventricular Supraventrikular takikardi premature ventricle
fibrillation contraction
Asistol vs PEA
Pulseless ElectricalActivity
Asistol (PEA)
• Tidak teraba nadi • Gambaran EKG apapun
• Gambaran EKG flat kecuali VT or VF
• Tidak teraba nadi
Pilihanlainnya
Unstable
STEM I NSTEM I
angina
Gejalapenyakitjantung iskemik
Tatalaksana: Carbamazepine
Membedakan tiga tipe nyeri kepala primer :
–TTH → terikat, tertekan, bilateral, berkaitan dengan stress,
disertai ketegangan otot leher, intensitas ringan-sedang
–Migrain → berdenyut, biasanya unilateral, disertai mual,
muntah, fotofobia, fonofobia, dapat disertai aura (classic migrain)
ataupun tidak (common migrain), intensitas sedang- berat
–Cluster →Konsensus
Sumber: seperti ditusuk, unilateral,
nasional penanganan nyeri kepala
Tension Migraine headache Cluster headache
headache
Kualitas Ditekan/diikat Berdenyut Menusuk
Intensitas Ringan atau Sedang atau berat Berat sekali
sedang
Lokasi Bilateral Unilateral Unilateral
Memberat dengan Tidak Ya Tidak
aktivitas
Mual Ada/tidak Ada Tidak ada
Muntah Tidak ada Ada Tidak ada
Fotofobia Ada/tidak Ada Tidak ada
Fonofobia Ada/tidak Ada Tidak ada
Aura Tidak ada Ada (classic)/tidak Tidak ada
penyerta (common) konjungtiva,
danLakrimasi,
perspira injeksi
Gejala yang ipsil ri
nor
ea,
si
waj
ah
ate
ral
Tatalaksana nyeri kepala
(ringkasan)
• Tension headache
– Akut: NSAID (ibuprofen adalah DOC), aspirin, dan parasetamol
– Preventif: antidepresan trisiklik (amitriptilin
ataunortriptilin)
• Migraine headache
– hindari pencetus
– terapi abortif:
• non spesifik: acetaminofen, NSAID
• spesifik: triptan, ergotamine, DHE
– Bila tidak respon → opioid dan analgetik yang mengandung
butalbital
• Cluster headache
– Akut: triptan atau ergot dengan metoclopramide
64. B. Lucid Interval
• Pria dibawa ke igd dalam keadaan tidak sadar
post kll 8 jam lalu. Riwayat muntah
menyemprot (+). Sampai di RS pasien
kemudian kejang dan kembali tidak sadarkan
diri. 2 jam kemudian pasien sadar, namun 4
jam setelah sadar pasien kembali tidak sadar.
• Dx : Perdarahan Epidural
Apa nama istilah kondisi tersebut ?
TRAUMA
Lucid Interval (adanya fase sadar
diantara 2 fase tidak sadar karena
LA
robeknya a.meningeal
media
Subdural hematoma
penuru
Hemiparesis nan
cephalgia
robeknya bridging vein
dan
kesadarSaunb,arachnoid
hemorrhage (stroke)
Thunderclap
headache,
tanda
meningeal, Penurunan
kesadaran
Paresis, ataxi
Etiologi: robheykpneya a,
ansethueryssiam,a
Penurunan
kesadarIanntracerebral
hemorrhage (stroke)
65. E. Demensia Vaskular
• Laki-laki 75 tahun diantar keluarganya karena
sering merasa lupa sejak 6 bulan terakhir,
aktivitas sehari-hari pasien harus dibantu oleh
keluarganya.
• Pemeriksaan neurologis → penurunan fungsi
memori.
Apa diagnosis kasus tersebut ?
D → drugs
E → emotional
M → metabolik atau endokrin
E → Eye and ear (disfungsi mata dan telinga)
N → nutritional
T → Tumor dan trauma
I → Infeksi
A → arteriosklerotic (komplikasi penyakit
arteriosklerosis,mis; infark
miokard, gagal jantung, dll) dan alkohol
Demensia Vaskular
• Awalnya disebut sebagai “demensia senilis”
→ “demensia vaskular”
• Merupakan sindrom terkait beberapa
mekanisme vaskular
• Jenis demensia paling umum setelah
demensia Alzheimer
Demensia Frontotemporal:
• Penyakit progresif dengan fokus kelainan pada korteks
serebral, regio frontotemporal
• Sindroma → awalnya terdiri dari afasia yang progresif
tanpa kelainan fungsi kognitif dan perilaku umum. Gejala
demensia muncul pada fase lanjut
• Dapat disertai kelainan perilaku terkait lobus frontal
(disinhibisi,
impulsif, dll)
66. C. Demielinisasi
• Seorang pasien berusia 70 tahun datang
dengan keluhan gangguan memori, pasien
sering lupa meletakan benda-benda.
• PF : TD 120/80, HR 76 x/m, RR 20 x/m, S 36
derajad C.
• Pemeriksaan neurologi menunjukan → sesuai
dengan gejala demensia.
Bagaimanakah hasil patologi anatomi otak
dari pasien tersebut ?
Lesi primer pada demensia vaskular
subkortikal berupa infark lakunar dan lesi
iskemia substansia alba disertai demielinisasi
dan hilangnya akson, menurunnya jumlah
oligodendrosit, astrosit reaktif daerah
subkortikal. Infark lakunar adalah stroke infark
pembuluh darah kecil atau small vessel stroke
misal kapsula interna, basal ganglia, korona
radiata, thalamus dan batangotak dengan lesi
kecil diameter sekitar 1 cm akibat oklusi satu
arteri penetrasikecil/ small penetrating artery
a) Alfa syn-nuclei bodies → Demensia Lewy Body
b) Plaques and tangle → Demensia Alzheimer
c) Inclusion body → Demensia Lewy Body
d) Protein prion → Demensia Alzheimer
67. E. Manuver Brand darof
• Seorang perempuan 20 tahun datang dengan
keluhan pusing berputar terutama ketika
bangun tidur.
• PF → nistagmus horizontal.
• Dx : BPPV
Apakah terapi yang dapat pasien lakukan di
rumah ?
BPPV
•BPPV : vertigo •Diagnosis
yang dicetuskan Banding
oleh perubahan •Neuritis vestibuler :
posisi kepala, ada gejala spt vertigo perifer,
nistagmus rotatory ada riwayat infeksi virus,
nistagmus horizontal ke
ke arah telinga yang
telinga yang sehat.
sakit. Disertai nyeri
• PF yang •Labirinitis : Vertigo
menunjang adalah dan
Tatalaksana:
•Vestibulosupresan
•CRP (canalith repositioning procedure) dengan
maneuver Epley → kanalitiasis pada kanal
anterior & posterior, dilakukan setelah Dix-
Hallpike
• Perasat Liberatory (Semont) → kupulolitiasis
•Latihan Brandt-Daroff → untuk gejala sisa
ringan, dapat
dilakukanmandiri
68. C. Fotofobia dan Fonofobia
• Pasien datang dengan keluhan nyeri kepala
satu bagian, berdenyut, disertai mual muntah.
Nyeri diperberat ketika aktivitas, saat ini
pasien hanya bisa beristirahat.
• Dx : Migrain without aura
Apakah anamnesis tambahan yang dapat
menegakkan diagnosis pasien tersebut ?
Tatalaksana nyeri kepala
• Tension headache
• Akut: NSAID (ibuprofen adalah DOC), aspirin,
dan parasetamol
• Preventif: antidepresan trisiklik (amitriptilin
atau nortriptilin)
• Migraine headache
• hindari pencetus
• terapi abortif:
• non spesifik: acetaminofen, NSAID
• spesifik: triptan, ergotamine, DHE
• Bila tidak responàopioid dan analgetik yang
mengandung
• butalbital
• Terapi preventif : amitriptilin, propanolol, as
valproat.
69. E. Melakukan
Pemberantasan
Jentik
• Seorang dokter di suatu puskesmas mendapati
tingginya angka kejadian DBD, dokter ingin
melakukan pencegahan terhadap transmisi
penularan DBD.
Program pencegahan yang mencegah penyakit
DBD pada transmisinya adalah?
Program Pemberantasan Sarang Nyamuk