Anda di halaman 1dari 10

EJAAN BAHASA INDONESIA

Ejaan bahasa Indonesia mengalami perkembangan dari masa ke masa,


dimulai ejaan Ch. A. Van Ophuijsen, Ejaan Republik (Ejaan Soewandi), Ejaan
Melindo, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), dan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI)
yang dipakai saat ini. Dalam bab ini akan dipaparkan kaidah penggunaan ejaan
dan tanda baca bahasa Indonesia yang berdasar pada Ejaan Bahasa Indonesia
(EBI).

A. Pemakaian Huruf
1. Huruf Kapital
a. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada awal kalimat.
Contoh: Mahasiswa berkumpul di lapangan.
b. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada unsur nama orang
termasuk julukan.
Contoh: Dieva Putra
*Catatan:
2) Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama nama jenis
atau satuan ukuran. Contoh: 10 volt, mesin diesel
3) Huruf kapital tidak digunakan untuk menuliskan huruf pertama kata
yang bermakna ‘anak dari’ seperti bin, binti, boru, dan van, atau
huruf pertama kata tugas. Contoh: Gadis binti Salim, Ayam jantan
dari Timur
c. Huruf kapital digunakan pada awal kalimat dalam petikan langsung.
Contoh: Presiden berkata, “ Kita adalah bangsa yang besar.”
d. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada nama agama, kitab
suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan.
e. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang menikuti
nama orang.
Contoh: Haji Ahmad Husein, Raden Ajeng Kartini
Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama gelar
kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta nama jabatan dan
kepangkatan yang digunakan sebagai sapaan.
Contoh: Terima kasih, Dokter; Selamat pagi, Prof.
f. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang atau yang digunakan sebagai
pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh: Presiden Soekarno, Gubernur Jawa Barat
g. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa.
Contoh: bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Indonesia
*Catatan
Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang digunakan sebagai bentuk
dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.
Contoh: pengindonesiaan, keinggris-inggrisan,
h. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari,
dan hari besar atau hari raya.
Contoh: tahun Hijriah, bulan Mei, hari Sabtu, hari Natal
Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa
sejarah.
Contoh: Konferensi Asia Afrika, Perang Dunia II
i. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama geografi.
Contoh: Bukit Barisan, Asia Tenggara
*Catatan:
1) Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis
menggunakan huruf kapital.
Contoh: berlayar di laut
2) Huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis
tidak ditulis menggunakan huruf kapital .
Contoh: jeruk bali, kacang bogor
j. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada semua kata
(termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara,
lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti
di, ke, dari.
Contoh: Republik Indonesia, Perserikatan Bangsa-Bangsa
k. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama pada setiap kata
(termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan,
artikel, dan makalah, serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata
tugas, seperti di, ke, dari, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi
awal.
Contoh: Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
l. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, atau sapaan.
Contoh: S.E. Sarjana ekonomi
M.Hum. Magister Humaniora
m. Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama kata penunjuk
hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, paman, serta
kata atau ungkapan lain yang digunakan dalam penyapaan atau
pengacuan.
Contoh: “Silakan duduk, Bu!”
*Catatan
1) Istilah kekerabatan yang bukan merupakan penyapaan atau
pengacuan.
Contoh: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita
2) Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital.
Contoh: Sudahkah Anda tahu?
2. Huruf Miring
a. Huruf miring digunakan untuk menuliskan judul buku, nama majalah,
atau nama surat kabar yang dikutip dalam tylisan, termasuk dalam
daftar pustaka.
Contoh: saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan Abdoel
Moeis
b. Huruf miring digunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, atau kelompok kata dalam kalimat.
Contoh: dalam bab ini tidak dibahas pemakaian tanda baca.
c. Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan dalam
bahasa daerah atau bahasa asing.
Contoh: Ungkapan bhineka tunggal ika dijadikan semboyan negara
Indonesia.
3. Huruf Tebal
a. Huruf tebal digunakan untuk menegaskan bagian tulisan yang sudah
ditulis miring.
Contoh: Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti “dan”
b. Huruf tebal dapat digunakan untuk menegaskan bagian-bagian
karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab.
Contoh: 1.1 Latar Belakang; 1.2 Rumusan Masalah

B. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh: Kantor pajak penuh sesak.
2. Kata Berimbuhan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan awalan dan akhiran)
ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Contoh: berjalan, berkelanjutan, dsb.
b. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Contoh: antarkota, antibiotik, multilateral, nonkolaborasi, prasejarah,
subbagian.
*Catatan
1) Bentuk terikat yang diikuti oleh kata berhuruf awal kapital ataau
singkatan yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda
hubung (-).
Contoh: non-Indonesia, anti-PKI
2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama
atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital
Contoh: Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih.
3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama
atau sifat Tuhan, kecuali esa, ditulis serangkai.
Contoh: Tuhan yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
3. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di antara
unsur-unsurnya.
Contoh: anak-anak, lauk-pauk, kuda-kuda.
*Catatan
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.
Contoh: surat kabar (surat-surat kabar), rak buku (rak-rak buku)
4. Gabungan Kata
a. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk
istilah khusus, ditulis terpisah.
Contoh: duta besar, kambing hitam, meja tulis, dsb.
b. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis
dengan membubuhkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Contoh: anak-istri pejabat, buku-sejarah baru
c. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika
mendapat awalan atau akhiran.
Contoh: bertepuk tangan, garis bawahi, dsb.
d. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis
serangkai.
Contoh: dilipatgandakan, menggarisbawahi, dsb.
e. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.
Contoh: belasungkawa, kacamata, dukacita, dsb.
5. Pemenggalan kata
a. Pemenggalan kata pada kata dasar
1) Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan,
pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf vokal tersebut.
Contoh: bu-ah, ma-in, dsb.
2) Huruf diftong ai, au, ei, dan oi, tidak dipenggal.
Contoh: pan-dai, au-la, sau-dara, dsb.
3) Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk
gabungan huruf konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalan
dilakukan sebelum huruf konsonan tersebut.
Contoh: ba-pak, la-wan, mu-ta-khir, dsb.
4) Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang
berurutan, pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan
tersebut.
Contoh: makh-luk, sang-gup, dsb.
5) Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih
yang masing-masing melambangkan satu bunyi, pemenggalan
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan kedua.
Contoh: ul-tra, in-fra, dsb.
*Catatan
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak
dipenggal.
Contoh: bang-krut, makh-luk, dsb.
6) Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara
bentuk dasar dan unsur pembentuknya.
Contoh: ber-jalan, makan-an, dsb.
7) Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih di mana salah satu
unsur dapat bergabung dengan unsur lain sehingga pemenggalan
dilakukan di antara unsur-unsur tersebut. Tiap unsur gabungan
dipenggal seperti pada kata dasar.
Contoh: bio-grafi, kilo-gram, dsb.
6. Kata Depan
Kata depan seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Contoh: Di mana dia sekarang?
7. Partikel
a. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh: Bacalah buku itu baik-baik!
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Contoh: jika kita hendak pulang tengah malam pun, kendaraan masih
tersedia.
*Catatan
Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.
Contoh: meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada
waktunya.
c. Partikel per
Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya.
Contoh: mereka masuk ke ruangan satu per satu.
8. Singkatan dan Akronim
a. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti
dengan tanda titik pada setiap unsur singkatan tersebut.
Contoh: Suman Hasibuan (Suman Hs.), Sarjana Ekonomi (S.E.), dsb.
b. Singkatan nama lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga
pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi, setiap
huruf depan ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Contoh: NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia)
c. Singkatan yang bukan nama diri, setiap huruf awal ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.
Contoh: PT (Perseroan Terbatas), NIP (nomor Induk Pegawai), dsb.
d. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda
titik.
Contoh: hlm. (halaman), dsb. (dan sebagainya), dkk. (dan kawan-
kawan), dsb.
e. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim digunakan dalam
surat-menyurat masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Contoh: a.n. (atas nama), s.d. (sampai dengan), dsb.
f. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh: cm (sentimeter), Rp (rupiah), dsb.
g. Akronim nama diri, huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf kapital
tanpa tanda titik.
Contoh: LIPI, LAN, BIN , dsb.
h. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Contoh: Bulog, Bappenas, dsb.
i. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan sukku
kata atau gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
Contoh: iptek, pemilu, puskesmas, dsb.
9. Angka dan Bilangan
Angka Arab atau angka Romawi lazim dipkai sebagai lambang bilangan
atau nomor.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dst.
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C
(100), dst.
a. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf, kecuali jika digunakan secara berurutan seperti
dalam perincian.
Contoh: Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50
bus, 100 minibus, dan 250 sedan.
b. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Contoh: Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah
daerah.
*Catatan
Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata, maka susunan kalimatnya diubah.
Contoh: Panitia mengundang 250 orang peserta.
Hindari penulisan berikut!
250 orang peserta diundang panitia
c. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis sebagian dengan
huruf agar lebih mudah dibaca.
Contoh: Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk membuka
usaha.
d. Angka digunakan untuk menyatakan ukuran panjang, berat, luas, isi,
dan waktu, serta nilai uang.
Contoh: 5 kilogram, Rp5000,00, dsb.
e. Angka digunakan untuk memberi nomor alamat seperti jalan, rumah,
apartemen, atau kamar.
Contoh: Jalan Wijaya No. 14.
f. Angka digunakan untuk memberi nomor bagian karangan atau ayat
kitab suci.
Contoh: Bab X, Pasal 5, halaman 252.
g. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
1) Bilangan utuh
Contoh: dua belas (12), lima ribu (5000), dsb.
2) Bilangan pecahan
Contoh: setengah atau seperdua
h. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.
Contoh:
Abad XX, Perang Dunia II, abad ke-20.
i. Penulisan angka yang mendapat akhiran –an dilakukan dengan cara
berikut.
Contoh: Lima lembar uang 1000-an
j. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus yang biasa
digunakan dalam peraturan perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
Contoh: Telah terima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta
sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) untuk pembayaran satu unit
televisi.
k. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf.
Contoh: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50
(sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima puluh sen).
l. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan
huruf.
Contoh: Rajaampat, simpanglima, tigaraksa, dsb
10. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya
Kata Ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
adapun -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh: Rumah itu telah kujual; majalah ini boleh kaubaca.
11. Kata Sandang Si dan Sang
Kata Sandang Si dan Sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:Surat tersebut dikembalikan kepada si pengirim.

Anda mungkin juga menyukai