Dosen Pengampu:
Ns. Amrih Widiati, M.Kep
Disusun Oleh:
1. Novita Putri Wulandari 1903001
2. Dian Ayu Puspitasari 1903021
3. Utami Mardianingsih 1903063
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah memberi kekuatan dan kesempatan
kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang di harapkan
walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah ini membahas tentang
“MANAJEMEN RESIKO K3 DI DALAM DAN DI LUAR GEDUNG” dan kiranya makalah ini
dapat meningkatkan pengetahuan kita khususnya tentang bagaimana sistem atau susunan
pelaporan suatu insiden yang terjadi pada kita atau orang lain.
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat minim,
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Manajemen Risiko K3
Manajemen keselamatan dan keselamatan kerja merupakan satu ilmu perilaku yang
mencakup aspek social dan tidak terlepas dari tanggug jawab keselamatan dan kesehatan
kerja baik dari segi perencanaan maupun pengambilan keputusan dan organisasi, baik
kecelakaan kerja, gangguan kesehatan, maupun pencemaran lingkungan harus merupakan
bagian dari biaya produksi . Manajemen K3 pada dasarnya mencari dan mengumpulkan
kelemahan operasional yang memungkinkan terjadinya kecelakaan. Hal ini dapat
dilaksanakan dengan mengungkapkan sebab suatu kecelakaan,dan meneliti apakah
pengendalian secara cermat dapat dilakukan atau tidak. Kesalahan operasional yang kurang
lengkap tepat dapat menimbulkan resiko terjadinya kecelakaan (Rumondang, 1995).
Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk mengenali risiko dalam sebuah proyek dan
mengembangkan strategi untuk mengurangi atau bahkan menghindarinya, dilain sisi juga
harus dicari cara untuk memaksimalkan peluang yang ada (Wideman,1992). Dalam mencapai
tujuan tersebut diperlukan suatu proses didalam menangani risiko-risiko yang ada, sehingga
dalam penangana risiko tidak akan terjadi kesalahan . Proses tersebut antara lain adalah
identifikasi,pengurangan risiko, dan penanganan risiko.
Manajemen keselamatan dan Kesehatan kerja (MK3) adalah bagian dari sistem
manajemen secara keseluruhan dan yang meliputi struktur organisasi. Perencanaan, tanggung
jawab, pelaksanaan,prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan,
penerapan, pencapaian,pengkajian dan pemeliharaan K3 dalam rangka pengendalian resiko
yang berkaitan dengan kegiatan kerja, guna terciptanya tempat kerja yang aman , efisien dan
produktif . Konsep rasional Total Safety Control adalah suatu pengintegrasian tindakan
manajemen dan tindakan pelaksanaan yang sinergis untuk mempromosikan suatu proses
konstruksi yang aman (Suraji, 2004). Ada banyak pendekatan dalam manajemen K3,
diantaranya menurut OHSAS 18001, dan menurut TQM dimana keselamatan merupakan
suatu pusat dan fokus integral dalam program dalam pengendalian mutu terpadu yang harus
ditingkatkan secara terus-menerus untuk memenuhi kepuasan pelanggan (intern-ekstern).
2.4 Cara pengendalian dan Monitoring Risiko K3 Didalam dan Diluar Gedung Rumah
Sakit
1) Cara pengendalian dan Monitoring Risiko Dalam K3 Didalam Rumah Sakit
a. Planning / perencanaan
Fungsi perencanaan adalah suatu usaha menentukan kegiatan yang akan dilakukan di masa
mendatang guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan . Dalam hal ini adalah keselamatan
dan kesehatan kerja di rumah sakit dan instansi kesehatan. Perencanaan ini dilakukan untuk
memenuhi standarisasi kesehatan pasca perawatan dan merawat (hubungan timbal balik
pasien-perawat/dokter, seta masyarakat umum lainnya). Dalam perencanaan tersebut,
kegiatan yang ditentukan meliputi :
a. Hal apa yang dikerjakan
b. Bagaimana cara mengerjakannya
c. Mengapa mengerjakan
d. Siapa yang mengerjakan
e. Kapan harus dikerjakan
f. Dimana kegiatan itu harus dikerjakan
g. Hubungan timbal balik (sebab akibat)
Kegiatan kesehatan (rumah sakit/instansi kesehatan) sekarang tidak lagi hanya di bidang
pelayanan, tetapi sudah mencakup kegiatan-kegiatan dibidang pendidikan dan penelitian, juga
metode-metode yang dipakai makin banyak ragamnya. Semuanya menyebabkan risiko
bahaya yang dapat terjadi didalam (rumah sakit/instansi kesehatan) makin besar. Oleh karena
itu usaha-usaha pengamanan kerja di rumah sakit/instansi kesehatan harus ditangani secara
serius oleh organisasi keselamatan kerja rumah sakit/instansi kesehatan.
b. Organizing / organisasi
Organisasi keselamatan dan kesehatan kerja rumah sakit / instansi kesehatan dapat dibentuk
dalam beberapa jenjang , mulai dari tingkat rumah sakit / instansi kesehatan daerah (wilayah)
sampai ke tingkat pusat atau nasional. Keterlibatan pemerintah dalam organisasi ini baik
secara langsung atau tidak langsung sangat diperlukan. Pemerintah dapat menempatkan
pejabat yang terkait dalam organisasi ini ditingkat pusat (nasional) dan tingkat daerah
(wilayah), disamping memberlakukan Undang-undang keselamatan kerja. Di tingkat daerah
(wilayah) dan tingkat pusat (nasional) perlu dibentuk komisi keamanan kerja rumah sakit /
instansi yang tugas dan wewenangnya dapat berupa :
1. Menyusun garis besar pedoman keamanan kerja rumah sakit / instansi kesehatan
2. Memantau pelaksanaan pedoman keamanan kerja rumah sakit/instansi kesehatan
3. Mengatasi dan mencegah meluasnya bahaya yang timbul dari suatumasalah rumah
sakit/instansi kesehatan
4. Dll
c. Actuanting/pelaksanaan
Fungsi pelaksanaan atau pengerakkan adalah kegiatan mendorong semangat kerja,
mengerahkan aktivitas, mengkoordonasikan berbagai aktivitas yang akan menjadi aktivitas
yang kompak (sinkron). Sehingga semua aktivitas sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya.Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja rumah
sakit/instansi kesehatan sasarannya ialah tempat kerja yang aman dan sehat. Untuk itu setiap
individu yang bekerja maupun masyarakat dalam rumah sakit/instansi kesehatan wajib
mengetahui dan memahami semua hal yang diperkirakan akan dapat menjadi sumber
kecelakaan kerja dalam rumah sakit/instansi kecelakaan, serta memiliki kemampuan dan
pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan pencegahan dan penanggulangan kecelakaan
kerja tersebut. Kemudian mematuhi berbagai peraturan atau ketentuan dalam menangani
berbagai spesimen reagensia dan alat-alat . Jika dalam pelaksanaan fungsi pergerakkan ini
timbul permasalahan, keraguan atau pertentangan, maka menjadi tugas semua mengambil
keputusan penyelesaiannya.
d. Controlling/pengawasan
Fungsi pengawasan adalah aktivitas yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana
sesuai dengan rencana yang diterapkan atau hasil yang dikehendaki. Untuk dapat
menjalankan pengawasan, perlu diperhatikan 2 prinsip pokok, yaitu :
a. Adanya rencana
b. Adanya instruksi-instruksi dan pemberian wewenang kepada bawahan
Dalam fungsi pengawasan tidak kalah penting adalah sosialisasi tentang perlunya
disiplin, mematuhi segala peraturan demi keselamatan kerja bersama di rumah
sakit/instansi kesehatan . Sosialisasi perlu dilakukanterus-menerus karena usaha
pencegahan bahaya yang bagaimanapun baiknya akan sia-sia bila peraturan diabaikan.
Dalam instansi rumah sakit/instansi kesehatan perlu dibentuk pengawasan rumah
sakit/instansi kesehatanyang tugasnya antara lain :
1. Memantau dan mengarahkan secara berkala praktek-praktek rumah sakit/instansi
kesehatan yang baik, benar dan aman
2. Mengembangkan sistem pencatatan dan pelaporan tentang keamanan kerja rumah
sakit/instansi kesehatan
3. Melakukan tindakan darurat untuk mengatasi peristiwa berbahaya dan mencegah
meluasnya bahaya tersebut.
4. Dll
2) Cara pengendalian dan monitoring Risiko Dalam K3 Diluar Rumah Sakit
1. Eliminasi, memodifikasi desain untuk menghilangkan bahaya, misalnya memperkenalkan
perangkat mengangkat mekanik untuk menghilangkan penanganan bahaya manual
2. Substitusi, pengganti bahan kurang berbahaya atau mengurangi energy sistem (misalnya
menurunkan kekuatan, ampere, tekanan, suhu, dll)
3. Control teknik/perancangan, menginstal sistem ventilasi, mesin penjagaan, interlock,dll.
4. Control administrative, tanda-tanda keselamatan, daerah berbahaya, tanda-tanda foto
luminescent, tanda untuk trotoar pejalan kaki, peringatan sirine/lampu, alarm, prosedur
keselamatani dan izin kerja, dll.
5. Alat pelindung diri (APD) , Misalnya kacamata safety, pelindung pendengaran, pelindung
wajah,reseptor,dan sarung tangan.
Umumnya tiga tingkat pertama adalah paling diinginkan, namun tiga tingkat tersebut
tidak selalu mungkin untuk diterapkan. Dalam menerapkan hirarki, anda harus
mempertimbangkan biaya relative, manfaat pengurangan risiko, dan keandalan dari pilihan
yang tersedia. Dalam membangun dan memilih control,masih banyak hal yang harus
dipertimbangkan, diantaranya :
Kebutuhan untuk kombinasi control, menggabungkan unsur-unsur dan hirarki diatas
(misalnya,perancangan dan control administrative)
Mengambil keuntungan dari kemajuan teknis untuk meningkatkan control
Perilaku manusia dan apakah ukuran control tertentu akan diterima dan dapat
dilaksanakan secara efektif.
Kebutuhan akan kemungkinan peraturan tanggap darurat bilapengendalian risiko
gagal.
2.5 Proses Manajemen Risiko Kecelakaan Kerja
Proses yang dilalui dalam manajemen risiko adalah :