Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH FARMAKOLOGI

(KONSEP PENATALAKSANAAN OBAT SESUAI TOPIK PRINSIP DAN


RUTE OBAT)

DOSEN PEMBIMBING
Ns.Veny Erlisa,S.Kep.,M.Kes

DISUSUN OLEH
1.ULFA ALIYA ISTIQOMAH (AOA0190918)
2.ROSA TRIANDOVA(AOA0190914)
3.SEPRIANUS ANDRI(AOA0190915)
4.SILVIANUS MICKY(AOA0190916)
5.RISMEN BERISIGEP(AOA0190913)
6.TIBERIAS TUYU(AOA0190917)
7.VANESSA SALIMAR NAULIE(AOA0190919)

D3 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG
TAHUN AJARAN 2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis memperoleh kesehatan dan kekuatan untuk
dapat menyelesaikan ini.

Penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada seluruh pihak, khususnya kepada dosen pembibing atas
kebijaksanaan dan kesediaannya dalam membimbing sehingga  ini dapat
terselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi


penyampaian yang menjadikan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun sangat diperlukan dari semua pihak untuk kesempurnaan
makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I PENDAHULAN....................................................................................
1.1 Latar Belakang..................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................
1.4 Manfaat Penulisan.............................................................................
1.5 Metode Penulisan..............................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................
2.1 Prinsip Benar Obat............................................................................
2.2 Rute Pemberian Obat........................................................................
BAB III PENUTUP...........................................................................................
3.1 Simpulan...........................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Salah satu tugas terpenting seorang perawat adalah member obat yang aman
dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien
yang memiliki masalah. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat.
Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat
menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi menimbulkan efek yang
berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai dengan anjuran yang
sebenarnya.
Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat
dan efek samping yang ditimbulkan oleh obat yang telah diberikan, memberikan obat
dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien untuk menggunakannya
dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.

1.2 Rumusan Masalah


a.       Bagaimana prinsip benar obat?
b.      Bagaimana rute pemberian obat?
1.3 Tujuan penulisan
a.       Untuk mengetahui prinsip benar obat
b.      Untuk mengetahui rute pemberian obat
1.4 Manfaat Penulisan
a.       Memberikan informasi tentang prinsip benar obat
b.      Memberikan informasi tentang rute pemberian obat
1.5 Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam menulis makalah ini, yaitu Metode Media
Informatika adalah metode dengan mencari data melalui situs-situs internet.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PRINSIP BENAR OBAT

Prinsip benar obat ada 6, yaitu:

1.      Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di
tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal
dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara
identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus
selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.

2.      Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya,
bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan
obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus
diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari
rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat
dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan
harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat
memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu
mengingat nama obat dan kerjanya.

3.      Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat
harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum
dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya
lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap
ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !!
karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial
dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti.
4.      Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan
respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang
diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal,
inhalasi.
a.       Oral
Adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena
ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut
(sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
b.      Parenteral
Kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti
usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui
vena (perset / perinfus).
c.       Topikal
Yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion,
krim, spray, tetes mata.
d.      Rektal
Obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan
mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal
seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar /
kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat
dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat
disediakan dalam bentuk supositoria.
e.        Inhalasi
Yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki
epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian
obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent,
berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.

5.      Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk
mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum
sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam
sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan
bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat
diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang
berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6.      Benar Dokumentasi
Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh
siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak
dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

2.1 RUTE PEMBERIAN OBAT


Rute pemberian obat terutama ditentukan oleh sifat dan tujuan dari penggunaan
obat sehingga dapat memberikan efek terapi yang tepat. Terdapat 2 rute pemberian
obat yang utama, yaitu: enteral dan parenteral.
1.      Oral
Memberikan suatu obat melalui muut adalah cara pemberian obat yang paling
umum tetapi paling bervariasidan memerlukan jalan yang paling rumit untuk
mencapai jaringan. Beberapa obat diabsorbsi di lambung; namun, duodenum sering
merupakan jalan masuk utama ke sirkulasi sistemik karena permukaan absorbsinya
yang lebih besar. Kebanyakan obat diabsorbsi dari saluran cerna dan masuk ke ahti
sebelum disebarkan ke sirkulasi umum. Metabolisme langakah pertama oleh usus
atau hati membatasi efikasi banyak obat ketika diminum per oral. Minum obat
bersamaan dengan makanan dapat mempengaruhi absorbsi. Keberadaan makanan
dalam lambung memperlambat waktu pengosongan lambung sehingga obat yang
tidak tahan asam, misalnya penisilin menjadi rusak atau tidak diabsorbsi. Oleh karena
itu, penisilin ata obat yang tidak tahan asam lainnya dapat dibuat sebagai salut enterik
yang dapat melindungi obat dari lingkungan asam dan bisa mencegah iritasi lambung.
Hal ini tergantung pada formulasi, pelepasan obat bisa diperpanjang, sehingga
menghasilkan preparat lepas lambat.
2.      Sublingual
Penempatan di bawah lidah memungkinkan obat tersebut berdifusi kedalam
anyaman kapiler dan karena itu secara langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik.
Pemberian suatu obat dengan rute ini mempunyai keuntungan obat melakukan bypass
melewati usus dan hati dan obat tidak diinaktivasi oleh metabolisme.
3.      Rektal
50% aliran darah dari bagian rektum memintas sirkulasi portal; jadi,
biotransformasi obat oleh hati dikurangi. Rute sublingual dan rektal mempunyai
keuntungan tambahan, yaitu mencegah penghancuran obat oleh enzim usus atau pH
rendah di dalam lambung. Rute rektal tersebut juga berguna jika obat menginduksi
muntah ketika diberikan secara oral atau jika penderita sering muntah-muntah.
4. Parenteral
Penggunaan parenteral digunakan untuk obat yang absorbsinya buruk melalui
saluran cerna, dan untuk obat seperti insulin yang tidak stabil dalam saluran cerna.
Pemberian parenteral juga digunakan untuk pengobatan pasien yang tidak sadar dan
dalam keadaan yang memerlukan kerja obat yang cepat.
Pemberian parenteral memberikan kontrol paling baik terhadap dosis yang
sesungguhnya dimasukkan kedalam tubuh.

1. Intravena (IV)
suntikan intravena adalah cara pemberian obat parenteral yan sering dilakukan.
Untuk obat yang tidak diabsorbsi secara oral, sering tidak ada pilihan. Dengan
pemberian IV, obat menghindari saluran cerna dan oleh karena itu menghindari
metabolisme first pass oleh hati. Rute ini memberikan suatu efek yang cepat dan
kontrol yang baik sekali atas kadar obat dalam sirkulasi. Namun, berbeda dari obat
yang terdapat dalam saluran cerna, obat-obat yang disuntukkan tidak dapat diambil
kembali seperti emesis atau pengikatan dengan activated charcoal. Suntikan intravena
beberapa obat dapat memasukkan bakteri melalui kontaminasi, menyebabkan reaksi
yang tidak diinginkan karena pemberian terlalu cepat obat konsentrasi tinggi ke
dalam plasma dan jaringan-jaringan. Oleh karena it, kecepatan infus harus dikontrol
dengan hati-hati. Perhatian yang sama juga harus berlaku untuk obat-obat yang
disuntikkan secara intra-arteri.

2. Intramuskular (IM)
  obat-obat yang diberikan secara intramuskular dapat berupa larutan dalam air atau
preparat depo khusus sering berpa suspensi obat dalam vehikulum non aqua seperti
etilenglikol. Absorbsi obat dalam larutan cepat sedangkan absorbsi preparat-preparat
depo berlangsung lambat. Setelah vehikulum berdifusi keluar dari otot, obat tersebut
mengendap pada tempat suntikan. Kemudian obat melarut perlahan-lahan
memberikansuatu dosis sedikit demi sedikit untuk waktu yang lebih lama dengan efek
terapetik yang panjang.

3. Subkutan
suntikan subkutan mengurangi resiko yang berhubungan dengan suntikan
intravaskular. Contohnya pada sejumlah kecil epinefrin kadang-kadang
dikombinasikan dengan suatu obat untuk membatasi area kerjanya. Epinefrin bekerja
sebagai vasokonstriktor lokal dan mengurangi pembuangan obat seperti lidokain, dari
tempat pemberian. Contoh-contoh lain pemberian obat subkutan meliputi bahan-
bahan padat seperti kapsul silastik yang berisikan kontrasepsi levonergestrel yang
diimplantasi unutk jangka yang sangat panjang.
1.      Inhalasi
inhalasi memberikan pengiriman obat yang cepat melewati permukaan luas dari
saluran nafas dan epitel paru-paru, yang menghasilkan efek hampir sama dengan efek
yang dihasilkan oleh pemberian obat secara intravena. Rute ini efektif dan
menyenangkan penderita-penderita dengan keluhan pernafasan seperti asma atau
penyakit paru obstruktif kronis karena obat diberikan langsung ke tempat kerja dan
efek samping sistemis minimal.

2.      Intranasal
Desmopressin diberikan secara intranasal pada pengobatan diabetes insipidus;
kalsitonin insipidus; kalsitonin salmon, suatu hormon peptida yang digunakan dalam
pengobtana osteoporosis, tersedia dalam bentuk semprot hidung obat narkotik kokain,
biasanya digunakan dengan cara mengisap.

3.      Intratekal/intraventrikular
Kadang-kadang perlu untuk memberikan obat-obat secara langsung ke dalam
cairan serebrospinal, seperti metotreksat pada leukemia limfostik akut.

4.      Topikal
Pemberian secara topikal digunakan bila suatu efek lokal obat diinginkan untuk
pengobatan. Misalnya, klortrimazol diberikan dalam bentuk krem secara langsung
pada kulit dalam pengobatan dermatofitosis dan atropin atropin diteteskan langsung
ke dalam mata untuk mendilatasi pupil dan memudahkan pengukuran kelainan
refraksi.

5. Transdermal
Rute pemberian ini mencapai efek sistemik dengan pemakaian obat pada kulit,
biasanya melalui suatu “transdermal patch”. Kecepatan absorbsi sangat bervariasi
tergantun pada sifat-sifat fisik kulit pada tempat pemberian. Cara pemberian obat ini
paling sering digunakan untuk pengiriman obat secara lambat, seperti obat
antiangina, nitrogliserin.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1.      Prinsip benar obat : benar pasien, benar obat, benar dosis, benar cara/rute, benar
waktu,  benar dokumentasi.
2.      Rute pemberian obat: enteral, parenteral, lain-lain.

3.2 SARAN
Demikian makalah yang kami buat, semoga bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan kepada penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Anief M, 2007, Apa yang Diketahui tentang Obat. Yogyakarta: GADJAH MADA


UNIVERSITY PRESS.
Dwi, F.Y. 2010. Efek samping obat. Jakarta: Hilal Ahmar.
Ikawati, Z. 2010. Cerdas mengenali obat. Yogyakarta: Kanisius

Anda mungkin juga menyukai