Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PEMBIAYAAN/PINJAMAN PADA BANK SYARIAH

Diajukan untuk mengajukan salah satu tugasmata kuliah:


“PRATIKUM BANK MINI”

DISUSUN OLEH :
PSY-5, SEMESTER 4
Nur Febriani B (195150166)

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALU
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang karena anugerah darinya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “PEMBIAYAAN/PEMINJAMAN PADA
BANK SYARIAH” sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan besar kita, yaitu nabi Muhammad SAW. Yang telah menunjukan
kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan
menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alamsemesta.
Kami sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah Pratikum
Bank Mini dengan judul “PEMBIAYAAN/PEMINJAMAN PADABANK
SYARIAH”. Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimah kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini
berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa
bermanfaat dan jangan lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar
kedepannya bisa diperbaiki.

Tarakan, 20 Juni 2021

Nur Febriani B

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan masalah........................................................................ 1
C. Tujuan masalah........................................................................... 2
BAB II PEMBAAHASAN...................................................................... 3
A. Pengertian pembiayaan/pinjaman pada bank syariah.................. 3
B. Tugas, fungsi,tanggung jawab admin ......................................... 6
C. Akad-akad yang digunakan......................................................... 8
D. Alur atau proses pengajuan......................................................... 10
BAB III PENUTUP................................................................................. 15
A. Kesimpulan.................................................................................. 15
B. Saran............................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bank Syariah merupakan salah satu aplikasi ekonomi syariah Islam
dalam mewujudkan nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur bidang
perekonomin umat yang tidak terpisahkan dari aspek-aspek ajaran Islam
komprehensif dan universal. Komprehensif berarti ajaran Islam merangkum
seluruh aspek kehidupan sosial kemasyarakatan termasuk bidang ekonomi,
universal bermakna syariah islam dapat diterapkan dalam setiap waktu dan
tempat tanpa memandang perbedaan ras, suku, golongan, dan agama sesuai
prinsip Islam sebagai “rahmatan lil alamin”.
Bank Syariah yaitu bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah Islam yang mengacu kepada ketentuan-ketentuan yang ada
dalam Al-Qur‟an dan Hadits.
Adapun pengertian dari prinsip syariah sebagaimana disebut dalam
Pasal 1 angka 13 UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyebut sebagai berikut : “Prinsip
Syariah adalah aturan Hukum Islam antara Bank dengan Pihak lain untuk
penyimpanan dana dan atau kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang
dinyatakan dengan syariah, antara lain Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi
hasil (mudharabah), Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal
(musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan
(murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa
pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan Pemindahan Kepemilikan atas
barang yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina)”.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembiayaan/peminjaman pada bank syariah?
2. Apa saja tugas, fungsi dan tanggung jawab pembiayaan/peminjaman pada
bank syariah?

1
3. Apa saja akad-akad yang digunakan?
4. Bagaimana alur proses pengajuan pinjaman pada bank syariah?

C. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pemgertian pembiayaan/pinjaman pada bank syariah
2. Untuk mengetahui tugas, fungsi dan tanggung jawab pembiayaan dan
pinjaman pada bank syariah
3. Untuk mengetahui akad-akad yang digunakan
4. Untuk mengetahui proses pengajuan pinjaman pada bank syariah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembiayaan/Peminjaman Pada Bank Syariah


Pembiayaan syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil .
Pemberian pinjaman /pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip
bagi hasil,jual beli, atau sewa beli yang terbebas dari penetapan bunga dan
memberikan rasa aman,karena yang diberikan kepada nasabah adalah barang
bukan uang dan tidak ada beban bunga yang ditetapkan di muka.(Rudy
Badrudin dan Subagyo:124) Pembiayaan dalam perbankan syariah menurut
Al–Harran (1999): 122. terbagi menjadi 3 :
1. Return bearing financing, yaitu secara bentuk pembiayaan yang secara
komersial menguntungkan ketika pemilik modal mau menanggung
resikokerugian dan nasabah juga memberikan keuntungan.
2. Pembiayaan syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil .
3. Pemberian pinjaman /pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi
hasil,jual beli, atau sewa beli yang terbebas dari penetapan bunga dan
memberikan rasa aman,karena yang diberikan kepada nasabah adalah
barang bukan uang dan tidak ada beban bunga yang ditetapkan di muka.
(Rudy Badrudin dan Subagyo:124)

Pembiayaan dalam perbankan syariah menurut Al–Harran (1999):


122. terbagi menjadi 3 :

3
1. Return bearing financing, yaitu secara bentuk pembiayaan yang secara
komersial menguntungkan ketika pemilik modal mau menanggung
resikokerugian dan nasabah juga memberikan keuntungan.
2. Retrun free financing, yaitu bentuk pembiayaanya tidak semata- mata
mencari keuntungan yang ditujukan kepada orang yang membutuhkan,
dan tidak ada keuntungan yang didapat.
3. Charity financing, yaitu bentuk pembiayaan yang tidak ada klaim pokok
mencari keuntungan dan ditujukan kepada orang miskin yang
membutuhkan. (Ascarya :122)

Menurut sifat penggunaanya pembagian pembiayaan terbagi menjadi dua:


1. Pembiayaan produktif
Pembiayaan produktif ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
kapasitas produksi diantaranya untuk peningkatan usaha, baik usaha
produksi, perdagangan, maupun investasi.Pembiayaan ini terbagi menjadi
2 jenis, diantaranya :
a. Pembiayaan modal kerja, Pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan
produksi dalam meningkatkan keuangan, jumlah hasil produksi secara
kuantitatif dan secara kualitatif meningkatkan mutu hasil produksi
untuk keperluan perdagangan dan peningkatan utility of place dari
suatu hasil produksi yang berupa barang.
b. Pembiayaan investasi, Pembiayaan untuk memenuhi suatu kebutuhan
seperti modal (capital goods) bertujuan peningkatan fasilitas – fasilitas
terkait.

2. Pembiayaan konsumtif.
Pembiayaan konsumtif ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi dimana kapasitasnya akan habis saat digunakan. Menurut pasal
1 angka 26 UU perbankan syariah pengertian agunan adalah jaminan
tambahan,baik berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak yang

4
diserahkan oleh pemilik agunan kepada bank syariah dan UUS,guna
menjamin pelunasan kewajiban nasabah penerima fasilitas.

Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 23/69/KEP/DIR


menyatakan dengan tegas bahwa, agunan adalah jaminan material, surat
berharga,garansi resiko yang disediakan oleh debitur untuk menangung
pembayaran kembali suatu pembiayaan, apabila debitur tidak dapat
melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.

Dalam UU Perbankan Syariah bahwa dalam melakukan


penilaian terhadap agunan bank syariah dan UU harus:
a. Menilai barang, proyek atau hak tagih yang dibiayai dengan fasilitas
pembiayaan.
b. Barang lain, surat berharga, atau garansi resiko yang ditambahkan
sebagai agunantambahan.(Wangsawidjaja, 2012: 285)

Agunan / jaminan berupa asset atau barang jenis dan nilai akan
ditentukan oleh bank /lembaga keuangan yang mempunyai nilai pada saat
menyetujui permohonan pembiayaan. Agunan sangat penting guna
menjamin kembalinya pembiayaan yang dilakukan oleh nasabah.
(Muhammad, 2000: 28)

(Maftuhin, 2002; 136), berpendapat dalam bukunya


agunan/jaminan adalah salah satu cara untuk memastikan bahwa hak hak
kreditur atau nasabah pembiayaan tidak akan dihilangkan dan untuk
menghindarkan diri dari “memakan” harta seseorang dengan cara yang
batil.

5
B. Tugas, Fungsi tanggung jawab Admin Pembiayaan/peminjaman pada
Bank Syariah
1. Tugas Bank Syariah
Ada beberapa tugas yang berbeda dengan bank konvensional,
diantaranya:
a. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berdasarkan akad wadi'ah.
Selain dalam bentuk simpanan, juga menghimpun dana dalam bentuk
investasi berdasarkan akad mudharabah. Maksudnya adalah pihak
pertama sebagai shahibul Maal yang menyediakan seluruh modalnya,
sementara pihak lainnya menjadi pengelola.

b. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil penyewaan barang bergerak atau


tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah.

c. Pelaksana Kegiatan Sosial. Dalam bagian ini seorang manajer


investasi syariah mengambil keputusan untuk menyarankan tempat
menyampaikan dana.

d. Penyedia Jasa Keuangan. Bank syariah untuk menyediakan jasa


keuangan. Hal ini tentu berbeda dengan bank konvensional yang
menganut sistem bunga dalam praktiknya sehingga banyak orang di
bidang piutang. Sementara dalam bank syariah tidak ada unsur bunga
atau riba karena hal tersebut dilarang dalam syariah islam.

e. Menciptakan Kesejahteraan dan Keadilan Ekonomi. Tidak ada


potongan uang bila ada pihak yang ingin menabung. Sehingga uang
dalam tabungan aman. Hal ini bertujuan untuk menciptakan
kesejahteraan dan diharapkan dapat mengurangi jumlah inflasi setiap
tahunnya.

6
f. Promosi Halal. Adanya perbankan syariah akan mendorong
tumbuhnya pengusaha syariah mulai dari tingkat mikro hingga
makro. Selain mempromosikan manfaat-manfaat yang adil di
perbankan syariah, promosi halal juga akan meningkatkan investasi
karena keuntungan yang didapat lebih transparan dan merata.
Contonhya, bank Mandiri Syariah yang merupakan BUMN akan
menjadi taruhan di dunia ekonomi Indonesia. Jika operasinya gagal
dan akhirnya gulung tikar, maka promosi halal dan pertumbuhan
ekonomi syariah akan terhambat. Dan sebaliknya.

g. Pemacu Usaha Ekonomi. Segala kemudahan yang disediakan oleh


perbankan syari'ah akan menjadi pemacu masyarakat yang memiliki
niatan berusaha. Usaha di sini diartikan suatu suatu badan usaha atau
unit usaha ekonomi yang menghasilkan peluang kerja dan
pendapatan. Dengan begitu kesejahteraan rakyat akan terangkat.
Sistem yang mudah di perbankan syari'ah akan menarik untuk segera
memulai usaha mewujudkannya.

2. Fungsi Bank Syariah


Selain memiliki tugas, ada juga memiliki beberapa fungsi.
Fungsi Bank Syariah tercantum dalam pembukaan standar akuntansi
yang dikeluarkan oleh AAOIFI (Accounting and Auditing Organization
for Islam Financial Institution) dan dikutip oleh Sudarsono (2008:43),
sebagai berikut:
a. Manajer Investasi. Dimana bank mengelola investasi atas dana
nasabah dengan menggunakan akad mudharabah atau sebagai agen
investasi. Dalam hal ini bank berfungsi untuk menghimpun dana
masyarakat dan dana tersebut secara prinsip-prinsip syariah
b. Sebagai investor perbankan syariah akan melakukan penyaluran dana
melalui kegiatan investasi dengan prinsip bagi hasil, jual beli atau
sewa. Dana yang dimiliki oleh bank maupun dana nasabah yang

7
dipercayakan kepadanya dengan menggunakan alat yang sesuai
dengan prinsip syariah dan membagi hasil yang diperoleh sesuai
nisbah yang disepakati antara bank dan pemilik modal.
c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran. Bank syariah
menyediakan jasa keuangan, jasa non keuangan dan jasa keagenan.
Kegiatan ini pada umumnya sama seperti bank konvensional
sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
d. Pelaksanaan kegiatan sosial, sebagai ciri yang merekat pada entitas
keuangan syariah dan memiliki kewajiban dan mengelola zakat serta
dana-dana sosial lainnya.

Dari fungsi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa bank


syariah memiliki hubungan dengan nasabahnya baik sebagai investor
maupun pelaksanaan investasi yang merupakan hubungan kemitraan.
Berbeda dengan hubungan pada bank konvensional yang bersifat debitur-
kreditur.

C. Akad-akad yang digunakan untuk Pembiayaan/peminjaman Pada bank


Sayriah
Adapun akad yang sering digunakan oleh bank Syariah dalam
membantu pembiayaan bagi nasabahnya diantaranya sebagai berikut :

1. Murabahah
Akad jual beli ini secara tegas menyebutkan harga jual dan
keuntungan yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli. Selain itu,
jumlah dan jenis produk juga diperjelas secara mendetail. Produk akan
diserahkan setelah akad jual beli diselesaikan. Kewajiban pembayaran
oleh pembeli, bisa dipenuhi secara cicil atau dibayarkan tunai.

8
2. Salam
Salam adalah akad jual beli berdasarkan cara pemesanan.
Prosesnya, pembeli akan memberi uang terlebih dahulu untuk membeli
barang yang spesifikasinya sudah dijelaskan secara rinci, lalu baru
produk akan dikirim.

Akad salam biasa diterapkan untuk produk-produk pertanian.


Dalam prakteknya, akad Salam menempatkan pihak bank syariah sebagai
pembeli dan menyerahkan uangnya kepada petani sebagai nasabah. Dari
uang itu, petani akan memiliki modal untuk mengelola pertanian dan
memberikan kewajibannya kepada bank syariah.

3. Istishna’
Istishna’ mengatur transaksi produk dalam bentuk pemesanan di
mana pembuatan barang akan diproses berdasarkan kriteria yang
disepakati. Akad ini mirip dengan akad Salam, hanya Istishna’ diterapkan
pada perusahaan manufaktur. Dalam akad ini, proses pembayarannya
dilakukan sesuai kesepakatan para pihak yang berakad, bisa dibayar
ketika produk dikirim atau dibayar di awal seperti akad salam.

4. Mudharabah
Akad ini diterapkan kepada nasabah yang membutuhkan modal
dengan prinsip kerjasama. Akad mengatur antara shahibul mal atau
pemilik modal (bank) dengan mudharib-nya atau pengelola modal
(nasabah). Di akhir tahun buku, hasil keuntungan dari usaha yang
dilakukan akan dibagi untuk shahibul mal dan mudharib berdasarkan
porsi yang telah disepakati saat dibuatnya akad.

5. Musyarakah
Akad ini juga menerapkan prinsip kerjasama antara bank dan
nasabah, dimana nasabah memiliki sebagian modal dalam kerjasama tsb.

9
Ke dua pihak atau lebih yang memiliki modal membuat akan untuk
menghimpun modalnya pada proyek atau usaha tertentu. Nantinya, pihak
mudharib atau pengelolanya akan ditunjuk dari salah satu pemilik modal
tersebut.

Biasanya, akad ini dilakukan untuk proyek atau usaha di mana


modalnya dibiayai sebagian oleh lembaga keuangan, dan sebagian
lainnya dimodali oleh nasabah.

6. Musyarakah Mutanaqisah
Akad jual beli yang digabungkan dengan akad kerjasama ini
mengatur dua pihak atau lebih yang berkongsi untuk suatu barang.
Nantinya, salah satu pihak akan membeli bagian dari pihak lainnya
dengan cara menyicil atau bertahap.

Akad ini biasanya diterapkan pada proyek yang dibiayai oleh


nasabah dan lembaga keuangan yang kemudian dibeli oleh salah satu
pihak secara bertahap atau cicilan.

D. Alur/Proses Pengajuan Pinjaman/Pembiayaan Pada bank Syariah


Banyak orang yang tak mengetahui skema pinjaman modal usaha
bank syariah dengan atau tanpa jaminan. Salah satunya karena tak
mengetahui perhitungan modal pinjaman bank syariah yang tanpa bunga.
Padahal nasabah bisa memanfaatkan produk pembiayaan dari bank syariah
dan menikmati berbagai keuntungan. Buat kamu yang belum tahu, berikut
jenis-jenis pembiayaan syariah yang bisa digunakan sebagai sumber modal
usaha dan keperluan lain.

1. Pembiayaan Modal Kerja Syariah


Pembiayaan modal kerja syariah adalah pembiayaan dengan
periode waktu pendek atau panjang untuk pengusaha yang membutuhkan

10
tambahan modal kerja sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Misalnya
untuk kebutuhan membeli bahan baku, membayar biaya produksi,
perdagangan barang dan jasa, serta pengerjaan proyek. Fasilitas pinjaman
syariah langsung cair ini bisa berbentuk online maupun offline dan
diberikan untuk semua usaha yang dinilai memiliki prospek serta tidak
melanggar syariat Islam. Ada dua jenis kontrak pembiayaan syariah
untuk modal kerja yakni pembiayaan syariah dengan skema murabahah
(jual beli) dan pembiayaan syariah dengan skema kerja sama.

a. Pembiayaan Syariah Dengan Skema Jual Beli


Skema pembiayaan syariah ini membuat pihak bank syariah
membiayai pembelian barang kebutuhan modal kerja yang
dibutuhkan nasabah. Perhitungannya dengan rumus harga pokok
ditambah dengan margin keuntungan bank syariah yang sudah
disetujui oleh pihak nasabah dan bank. Perlu dicatat bahwa tingkat
keuntungan bank sudah ditentukan di awal dan keuntungannya
menjadi bagian harga atas barang yang dijual.

Misalnya seorang pebisnis memperoleh pesanan barang


dengan total modal yang diperlukan adalah satu miliar dan dana untuk
modal yang dimiliki saat ini hanya Rp 500 juta. Maka pengusaha bisa
mengajukan pembiayaan syariah untuk tambahan modal kerja sebesar
Rp 500 juta. Apabila bank menganggap kebutuhan pengusaha
cenderung ke kebutuhan material, maka bank syariah akan
memberikan pembiayaan modal kerja dengan skema jual beli. Bank
bisa menetapkan margin keuntungan jual beli di awal perjanjian,
contohnya sebesar Rp 85 juta sehingga total pembiayaan adalah
senilai Rp 585 juta.

11
b. Jenis Pembiayaan Syariah Skema Kerja Sama
Jenis kontrak pembiayaan syariah selanjutnya berupa skema
kemitraan bagi hasil atau mudharabah dan musyarakah. Pembiayaan
syariah ini mengacu pada kemauan kedua pihak (bank dan nasabah)
untuk melakukan kerja sama untuk menaikkan nilai aset mereka.
Tercantum pula skema pembagian hasil keuntungan yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak dalam kontrak perjanjian.

Misalnya seorang kontraktor mendapatkan nilai kontrak


pembangunan infrastruktur dengan total modal yang diperlukan untuk
melaksanakan kontrak tersebut adalah Rp2 miliar. Tapi pengusaha ini
hanya memiliki modal sebesar Rp1.5 miliar, masih kurang Rp 500
juta. Bila pihak kontraktor lebih memerlukan kas, maka bank syariah
akan menyediakan pembiayaan syariah dengan skema bagi hasil.

Nasabah bisa merasakan manfaat lebih daripada kredit di


bank konvensional karena nilai angsuran tetap sampai periode
perjanjian berakhir melalui pembiayaan syariah dengan skema jual
beli (murabahah). Sementara manfaat menggunakan pembiayaan
syariah dengan model bagi hasil yakni mekanisme pembayaran yang
fleksibel dan sesuai dengan keuntungan usaha.

2. Pembiayaan Konsumtif Syariah


Pembiayaan konsumtif syariah merupakan pembiayaan untuk
nasabah di luar usaha dan bersifat perorangan. Dibanding pembiayaan
syariah untuk modal kerja yang sifatnya produktif, pembiayaan
konsumtif berguna untuk memenuhi kebutuhan sekunder nasabah. Ada
dua jenis akad yang paling sering digunakan dalam produk pembiayaan
konsumtif syariah yakni: akad murabahah dan akad ijarah.

12
a. Pembiayaan Syariah untuk Kebutuhan Konsumtif dengan Skema
Murabahah
Akad murabahah merupakan salah satu akad utama dalam
pembiayaan syariah. Pasalnya sistem serta cara kalkulasi perhitungan
pinjaman bank syariah tanpa bunga ini lebih mudah. Salah satu bank
syariah yang punya fasilitas pembiayaan syariah konsumtif
murabahah adalah BNI Syariah. Bank ini menyediakan pembiayaan
pembelian kendaraan bermotor. Agunannya berupa kendaraan
bermotor yang dibiayai dengan fasilitas pembiayaan ini.

b. Pembiayaan Syariah dengan Skema Ijarah


Prinsip akad ijarah hampir serupa dengan prinsip jual beli,
namun perbedaannya terletak pada objek transaksi. Dalam transaksi
jual beli objek transaksinya adalah jenis barang, sementara pada akad
ijarah, pembiayaan untuk suatu jasa. Misalnya fasilitas pembiayaan
konsumtif untuk memenuhi kebutuhan pembelian jasa paket ibadah
umroh. Biasanya bank syariah sudah melakukan kerja sama dengan
agen travel sesuai dengan prinsip syariah.

3. Pembiayaan Investasi Syariah


Pembiayaan investasi syariah merupakan sebuah pembiayaan
untuk jangka pendek maupun jangka panjang untuk pembelian barang-
barang yang dibutuhkan dalam pendirian proyek/usaha baru, ekspansi,
relokasi proyek yang sudah ada, dan rehabilitasi atau penggantian mesin-
mesin pabrik. Biasanya akad yang digunakan pembiayaan investasi
syariah adalah akad murabahah dan Ijarah Muntahia Bit Tamlik (IMBT).

Bank BCA syariah menjadi salah satu bank yang menyediakan


fasilitas investasi syariah. Bank ini menyediakan pembiayaan investasi
untuk modernisasi dan ekspansi usaha-usaha produktif seperti pembelian
kendaraan operasional atau pembelian tempat usaha.

13
Bank syariah juga menawarkan berbagai produk seperti
pinjaman modal usaha syariah tanpa jaminan maupun pinjaman syariah
untuk karyawan sampai kartu kredit berdasarkan prinsip syariah. Kamu
tinggal memilih jenis pembiayaan yang bermanfaat sesuai dengan
kebutuhan.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembiayaan syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara
bank dengan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil.

Tugas Bank Syariah :


1. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berdasarkan akad wadi'ah.
2. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil penyewaan barang.
3. Pelaksana Kegiatan Sosial.
4. Penyedia Jasa Keuangan.
5. Menciptakan Kesejahteraan dan Keadilan Ekonomi.
6. Promosi Halal
7. Pemacu usaha Ekonomi

Fungsi Bank Syariah :


1. Manajer Investasi
2. Sebagai investor perbankan syariah.
3. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran.
4. Pelaksanaan kegiatan social.

Adapun akad yang sering digunakan oleh bank Syariah dalam


membantu pembiayaan bagi nasabahnya diantaranya sebagai berikut :
1. Murabahah
2. Salam
3. Istishna’
4. Mudharabah
5. Musyarakah

15
6. Musyarakah Mutanaqisah

B. Saran
Hendaknya makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber
pembelajaran bagi pembaca. Dan makalah ini bisa bermanfaat bagi banyak
pihak utamanaya bagi penyusun dan pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.hestanto.web.id/pembiayaan-syariah-dan-
agunansyariah/amp/#referrer=https://www.google.com&csi=0
https://fkip.uhamka.ac.id/galery-kegiatan/wacana/mengenal-beberapa-akad-
pada-bank-syariah/
https://www.qoala.app/id/blog/keuangan/kredit/penjelasan-apa-itu-pinjaman-
syariah/

17

Anda mungkin juga menyukai