Anda di halaman 1dari 10

-1-

Potensi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit


Sebagai Sumber Energi Listrik Menggunakan
Reaktor Biofuel Cell Spiral

Khazali KH1, Syahiddin DS2, M. Husin Ismayanda3


Program Pascasarjana
Jurusan Teknik Kimia - Universitas Syiah Kuala
Darussalam - Banda Aceh 2014

ABSTRAK

Pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit (POME) untuk menghasilkan energi


listrik telah dilakukan dengan menggunakan prototipe reaktor biofuel cell spiral. Reaktor
biofuel cell spiral adalah salah satu modifikasi dari microbial fuel cell (MFC) ruang
tunggal yang memiliki volume 1800 mL. Reaktor ini menggunakan serat karbon sebagai
anoda dengan luas total 4,296 x 104 cm2, yang disusun berbentuk silider spiral kosentrik
untuk meningkatkan luas permukaan kontak antara anoda dan elektron yang ditransfer
oleh bakteri. Sebagai katoda digunakan lempeng karbon grafit dengan luas permukaan
1,4 x 10-4 m2 yang terhubung ke anoda melalui rangkaian dengan hambatan luar
(Rext = 100 Ω ). Reaktor dioperasikan pada temperatur ruangan 27 - 30oC, menggunakan
kultur bakteri campuran berasal dari lumpur limbah kelapa sawit yang telah diinkubasi
dan diaklimasi. Dari penelitian ini dihasilkan voltase (V) paling tinggi dan stabil dalam
operasi aliran kontinu (100 jam) yaitu sebesar 925 mV (0,925 V), yang terjadi pada
HRT= 5 jam. Densitas daya (power density) tertinggi adalah 4,75 Wm-3 , dengan persen
penurunan COD total 47% pada laju alir konsentrasi umpan (loading rate) 12,3 g-
COD/L-hari.

Kata kunci : Limbah cair pabrik kelapa sawit, biofuel cell spiral, energi listrik

1. PENDAHULUAN

Salah satu hasil rekayasa dari bioteknologi untuk membangkitkan energi listrik
sekarang sedang dan terus dikembangkan adalah biological fuel cells atau biofuel cell
(BFC). Biofuel cell adalah peralatan yang dapat mengkonversi energi listrik didasarkan
pada aktivitas bioelktrokatalis oleh enzim atau mikroorganisme yang disebut dengan
microbial fuel cell (MFC). Reaksi kimia yang terjadi dapat memproses secara langsung
perpindahan elektron (direct electron transfer ) yang terjadi antara enzim dengan
elektroda atau melalui suatu media ( mediated electron transfer ), dimana dengan adanya
media dapat memperkecil penghalang dan meningkatkan efisiensi perpindahan elektron
dari enzim ke elekrtoda. (Kannan et al., 2008)
Microbial fuel cell (MFC) merupakan peralatan teknologi relatif baru yang hadir
untuk menghasilkan energi listrik (bioelectricity) dari biomassa menggunakan aktivitas
metabolisme mikroba (Nwokocha, 2012). Di dalam MFC, mikroorganisme atau mikroba
electrigenic mendegradasi bahan organik atau anorganik melalui reaksi biokatalitik dan
reduksi-oksidasi, untuk menghasilkan elektron serta energi untuk sel dalam bentuk
adinosine triphosphate (ATP). Elektron bergerak melewati sistim pernafasan (electron
-2-

transport chain) dari dalam sel mikroba dan ditransfer untuk direduksi pada sebuah
terminal electron acceptor (TEA) atau permukaan anoda yang dihubungkan dengan
kawat rangkaian listrik untuk mereduksi ion hidrogen yang terdapat pada bagian katoda
(Logan, 2008). Sedangkan proton (H+) bergerak melalui suatu membran selektif (proton
exchange membrane) ke bagian katoda dan bereaksi dengan oksigen membentuk
molekul air (Rabaey, 2005).Persamaan reaksi redoks berikut menggambarkan persamaan
setengah reaksi (1) dan (2) untuk menjelaskan persamaan reaksi oksidasi -reduksi secara
keseluruhan (3) menggunakan monosakarida (glukosa) sebagai bahan organik (Samatha
et al., 2012).

reaksi oksidasi (anoda) :


mikroba
C6H12O6 + 6H2O 6CO2+24H+ +24e…………..…………………….(1)
reaksi reduksi (katoda) :
24H+ + 24e + 6O2 12H2O ................................................................... (2)
Secara keseluruhan reaksi oksidasi-reduksi:
mikroba
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O........................................................(3)

Kinerja pada MFC sangat bergantung pada aktivitas mikroorganisme yang secara
langsung dapat mentransfer elektron ke anoda menggunakan sitokrom (cytocrome).
Sebagai contoh mikroorganisme dengan kemampuan ini termasuk Shewanella
putrefaciens, Geobacter sulfurreducens, Geobacter metallireducens, dan Ferrireducens
Rhodoferax (Bond et al., 2002).
Hasil studi literatur terhadap beberapa penelitian sebelumnya, peningkatan energi
listrik yang dihasilkan oleh biofuel cell mengalami kenaikan yang signifikan. Bond dan
Lovely (2002), dengan menggunakan bakteri Geobacter sulfurreducens dan asetat
dijadikan sebagai subtrat mencapai densitas daya sebesar 0,1 Wm-2. Park & Zeikus
(2003) mencapai densitas daya sekitar 0.7 Wm−2 , dengan menggunakan sebuah elektroda
karbon graphite mengandung MnO2 dan diumpankan lumpur aktif dengan glukosa
sebagai sebuah substrat. Rabaey (2003) meningkatkan unjuk kerja biofuel cell yang
mencapai densitas daya sekitar 3,6 Wm-2 dengan menggunakan kultur bakteri campuran
dan glukosa sebagai substrat. Menggunakan MFC ruang tunggal yang dilakukan oleh
You et al (2006) mampu menghasilkan densitas daya sebesar 3,99 Wm-2. Deskripsi ini
menunjukan perlu dilakukannya penelitian lanjutan untuk memaksimalkan produksi
energi listrik yang dihasilkan. Hal ini disebabkan parameter-parameter yang berpengaruh
terhadap tingginya energi listrik yang dihasilkan pada biofuel cell memberikan
kemungkinan untuk dilakukan modifikasi lebih lanjut. Beberapa parameter yang
berpengaruh terhadap unjuk kerja biofuel cell adalah mikroba yang digunakan, luas
permukaan perpindahan massa, jenis bahan proton exchange membrane digunakan,
mekanisme perpindahan elektron pada permukaan anoda, tahanan eksternal, jenis bahan
elektroda dan jarak antara elektroda (Rahimnejad et al, 2009).
-3-

Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengukur dan menganalisis seberapa


besar potensi limbah cair pabrik kelapa sawit (POME) untuk menghasilkan energi
listrik dengan menggunakan Reaktor Biofuel Cell Spiral. .

2. METODE DAN BAHAN


2.1 Inokulasi dan Aklimasi Mikroba
Reaktor biofuel cell spiral dioperasikan menggunakan bakteri anaerobik (mixed
culture) yang terdapat dalam lumpur limbah pabrik sawit yang disuntikkan glukosa
berkonsentrasi 0,2 - 0,5 g/L sebagai nutrisi sebanyak 5 ml setiap jam. Pembiakan ini
dilakukan selama 14 hari untuk mendapatkan bakteri yang aktif. Bakteri aktif kemudian
dimasukan ke dalam reaktor biofuel cell spiral yang telah terdapat limbah cair agar
terjadi penyesuaian kondisi lingkungan (acclimation) terhadap bakteri tersebut. Reaktor
kemudian dialirkan substrat glukosa menggunakan pompa pristaltik. Proses ini
dilakukan sekitar 2 bulan sampai diperkirakan telah terbentuknya kumunitas bakteri
yang tertambat pada anoda serat korbon.

2.2.Konstruksi Reaktor dan Rangkaian Percobaan


Prototipe reaktor biofuel cell spiral berbentuk silider yang terbuat dari PVC
berdiameter dalam 9,68 cm dengan tinggi 24,47 cm yang.mempunyai volume 1800 mL.
Reaktor ini merupakan jenis MFC ruang tunggal (single- chamber microbial fuel cell)
yang dilengkapi anoda serat karbon dan katoda karbon grafit. Pada penelitian ini
dipergunakan anoda serat karbon yang dipotong persegi panjang dengan ukuran masing-
masing , 15 x 11 cm, 15 x 14,2 cm , 15 x 17,3 cm, 15 x 20,4 cm, 15 x 23,6 cm, 15 x 26,7
cm dan 15 x 30 cm , dengan luas total 4.296 cm2 ( 0,4296 m2) , disusun dalam bentuk
silider spiral kosentrik yang berjumlah tujuh buah silinder. Setiap silinder anoda serat
karbon terhubung kawat krom dan kabel tembaga. Sedangkan untuk katoda dipergunakan
lempeng karbon grafit yang berukuran 1,4 cm2 ( 1,4 x 10-4m2) . Gambar rangkaian
anoda serat karbon dan rangkaian percobaan reaktor biofuel cell spiral yang digunakan
ditunjukan pada Gambar 1 dan Gambar 2.
4
Keterterangan
5
1. Reaktor Biofuel Cell
Spiral
2. Pompa pristaltik
1 3. Multimeter Digital
4. Pompa aerasi
2 5. Kabel Elektroda
6. Stabilizer
7. Monitor Data Logger

Gambar 1. Lembar anoda serat 7 6


karbon yang disusun berbentuk
silider spiral konsentrik di dalam Gambar 2. Rangkaian alat
reaktor biofuel cell spiral. percobaan
-4-

2.3 Pengoperasian Reaktor Biofuel Cell Spiral

2.3.1 Operasi secara batch(batch mode)

Pada tahap awal dilakukan pengoperasian reaktor biofuel cell spiral menggunakan
proses batch yang bertujuan untuk mengetahui pola produksi energi listrik yang
dihasilkan. Sebanyak 1800 liter limbah cair dimasukkan kedalam rekator biofuel cell
spiral. Reaktor ditutup rapat sehingga udara luar tidak dapat masuk. Bakteri yang telah
dikembangbiakkan dari lumpur limbah pabrik kelapa sawit diinjeksikan ke dalam reaktor
dengan menggunakan suntikan. Untuk menjaga agar bakteri tetap hidup dilakukan
penginjeksian 5 sampai 10 mL glukosa dengan konsentrasi 0,2 gr/mL dengan
menggunakan pompa pristaltik. Arus listrik yang keluar dihubungkan dengan rangkaian
kabel ke tahanan (resistor) 100 ohm sebagai tahanan eksternal (Rext) yang terhubung
secara paralel dengan multimeter digital.

2.3.2 Operasi secara kontinu (continous mode)

Pada pengoperasian reaktor biofuel cell secara kontinu dilakukan menggunakan


pompa pristaltik. Pada awal proses ini dilakukan aklimasi (acclimation) mengunakan
aliran umpan limbah cair kelapa sawit. Pengkondisian ini dilakukan selama 7 hari.
Kemudian dilakukan setup (setting) laju alir pompa sesuai dengan variabel laju alir
yang telah diinginkan yaitu, 2 mL/menit (HRT: 7 jam) , 3 mL/menit (HRT : 5 jam), 4
mL/menit (HRT : 4 jam) , dan 7 mL/menit (HRT : 2 jam). Proses ini dilakukan dengan
selang waktu 100 jam dan direkam oleh alat penerima data (DATAQ Instrumens) yang
ditampilkan pada layar monitor komputer. Setelah proses berjalan dan tegangan listrik
yang dihasilkan relatif konstan, lalu perekaman data dihentikan dan dilakukan perubahan
terhadap variabel laju alir selanjutnya.

2.4 Perhitungan dan Analisa Data


Data yang diperoleh dari pencatatan yang ditampilkan Multimeter Digital (DT 830
D) dan data logger (DATAQ Instrumens) dilakukan pengolahan data untuk mengetahui
unjuk kerja reaktor bifuel cell spiral. Tegangan lisrik dan arus listrik yang terukur
dicatat setiap jam. Pencatatan dihentikan setelah diperoleh kondisi tegangan listrik yang
stabil. Daya listrik (W), densitas daya (W/m2) dan daya persatuan volume (W/m3) yang
dihasilkan dihitung dengan menggunakan persamaan(1,2 dan 3).(Logan, 2006)

Daya per satuan volume reaktor,


-5-

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Pengoperasian Reaktor Biofuel Cell Spiral dengan Proses Batch

Dari hasil pencatatan dan pengolahan data yang dihasilkan oleh reaktor biofuel cell
spiral proses batch ini diperoleh nilai-nilai daya listrik (P), densitas daya (power
density) (Pv), kuat arus (I) dan densitas arus (C).Dari hasil pengolahan data yang
diperoleh, kemudian dibuat grafik perbandingan antara waktu inkubasi terhadap tegangan
listrik yang dihasilkan, yang ditunjukan pada Gambar 3.

500
450
Tegangan Listrik (mV)

400
350
300
250
200 Tegangan
150 (mV)
100
50
0

0 20 40 60
Waktu (jam)

Gambar. 3. Grafik hubungan waktu inkubasi terhadap tegangan listrik (mV) yang dihasilkan
reaktor biofuel cell spiral menggunakan proses batch

Dari Gambar. 3, terlihat bahwa terjadi kenaikan tegangan yang signifikan pada tahap
awal (0-10 jam) mencapai 442 mV, hal ini diakibatkan adanya aktifitas bakteri (mixed
culture) yang terdapat di dalam limbah sawit (Livinus et al, 2013), yang terdiri dari
bakteri-bakteri Swanella putrefacien,Geobacter Sulphureduciens, Geobacter
Metalreduciens Anaeromonas hidrophilla (Liu et al, 2005) mempunyai kemampuan
mentansfer elektron ke anoda serat karbon tanpa adanya mediator masih bekerja dengan
aktifitas yang tinggi. Pada tahap selanjutnya (10 – 45 jam), tegangan yang dihasilkan
relatif konstan hanya terjadi fluktuasi yang sangat kecil (443 – 418 mV), hal tersebut
terjadi karena berkurangnya substrat di dalam limbah dan terjadinya perubahan kondisi
lingkungan bakteri. Proses katabolisme dan metabolisme dari bakteri untuk
mendegradasi limbah (COD) sebagai substratnya disamping menghasilkan proton (H+)
dan elektron dari terminal elektron yang berbentuk NADH/NAD+, juga menyebabkan
terbentuknya gas-gas metan (CH4), hidrogen (H2) dan karbondioksida (CO2).
Pembentukan proton (H+) yang tidak tereduksi dan bereaksi membentuk molekul air
dapat menurunkan pH limbah, gas-gas yang dihasilkan oleh proses respirasi bakteri
tersebut juga mengakibatkan penurunan aktifitas reaksi enzimatis pada proses
katabolisme bakteri (Tortora et al, 2010). Kenaikan temperatur di dalam reaktor, akibat
dari pelepasan energi bebas (Gibbs free energy, ∆G) oleh bakteri ke dalam
lingkungannya mengakibatkan kenaikan temperatur sistim sehingga pertumbuhan dan
kematian bakteri terjadi dalam jumlah yang hampir sama. Dalam tahap-tahap akhir
proses ini (45-55 jam) terjadi penurunan tegangan yang sangat drastis hingga mencapai 1
mV dikarenakan bakteri mengalami fase kematian karena berkurangnya substrat di dalam
limbah serta terjadinya perubahan kondisi operasi baik suhu dan pH limbah. Pada suhu
ekstrim mencapai di atas 60oC, bakteri akan mengalami kematian yang akut, hanya
bakteri thermophiles tertentu yang mampu bertahan (Logan, 2008).
-6-

3.2 Densitas Daya dan Densitas Arus pada Proses Batch


Densitas daya atau power density (PV) didefinisikan sebagai daya yang dihasilkan (P)
persatuan volume reaktor (V). Pada prototipe reaktor biofuel cell spiral penelitian ini
dipergunakan volume reaktor total dengan kapasitas 1800 mL Dari hasil pengoperasian
reaktor secara batch diperoleh juga nilai-nilai densitas daya (Pv) dan densitas arus (C)
yang merupakan bagian dari parameter unjuk kerja reaktor biofuel cell dalam
menghasilkan energi listrik. Pada pengoperasian secara batch diperoleh densitas daya
dengan nilai maksimum 1130 mW/m3(1,130 W/m3) dan densitas arus maksimum 10,5
mA/m2. Nilai densitas daya ini relatif kecil dibandingkan nilai-nilai yang telah diperoleh
oleh peneliti sebelumnya, karena berdasarkan studi literatur dalam TREND in
Microbiology (Logan, 2006 ) dalam dekade terakhir hanya mencapai 4310 mW/m2 (4,31
W/m2) yang dihasilkan menggunakan aerasi ferisianida pada katoda dengan elektroda
grafit menggunakan tahanan dalam yang rendah dan penambahan substrat glukosa.
Hubungan antara tegangan listrik terhadap densitas daya dan densitas arus yang
dihasilkan dari reaktor biofuel cell spiral proses batch dapat dilihat pada Gambar 4.

1200 12.0
1000 10.0
Power Density mW/m3

Current Density (mA/m2)


800 8.0
Power
600 Density 6.0
Current
400 Density 4.0
200 2.0
0 0.0
442

445

448

421
0

95

Tegangan, Esel(mV)

Gambar 4. Hubungan densitas daya (power density), densitas arus (current density ) terhadap
tegangan listrik (voltage) yang dihasilkan reaktor biofuel cell spiral proses batch.

Dari gambar di atas menunjukan bahwa kenaikan produksi energi listrik sebanding
dengan kenaikan tegangan listrik (voltase) yang dihasilkan. Pada proses batch ini
kenaikan tegangan listrik maksimum sebesar 451 mV (0,451V) dengan densitas daya
maksimum sebesar 4,735 W/m3 serta densitas arus maksimum sebesar 10,50 mA/m2
yang terjadi pada selang waktu inkubasi 20-30 jam operasi.

3.3 Pengoperasian Reaktor Biofuel Cell Spiral dengan proses kontinu

Reaktor biofuel cell spiral yang memproduksi energi listrik menggunakan proses
batch memiliki banyak kelemahan. Hal ini dikarenakan pada proses batch energi listrik
yang dihasilkan bersifat diskret (discrete) atau terputus-putus dan berdiri sendiri,
sehingga penggunaan proses ini tidak menghasilkan energi secara kontinu. Walaupun
demikian untuk melihat kondisi, potensi (kemampuan) dan fisibelitas peralatan sangatlah
dimungkinkan pada proses batch. Untuk mengintegrasikan proses yang bersifat diskret
ini menjadi proses yang bersifat kontinu perlu dilakukan modifikasi terhadap percobaan
sehingga membutuhkan peralatan tambahan.
-7-

3.3.1 Tegangan Listrik ( Ecell)


Analisa data terhadap proses kontinu dilakukan untuk mengetahui densitas daya dan
densitas arus yang dihasilkan, serta deskripsi terhadap kestabilan energi yang dihasilkan.
Pada pengoperasian reaktor biofuel cell spiral dengan proses kontinu ini, diperoleh
gambaran tegangan listrik luaran seperti yang ditunjukan oleh Gambar 5.

0.8
7 Jam
Tegangan (V)

0.6
5 Jam
0.4
4 Jam
0.2 2 Jam
0
-30 20 70 120
Waktu (Jam)

Gambar 5.,Tegangan listrik (Esel) yang dihasilkan pada berbagai variasi waktu laju alir (HRT)
dengan pengoperasian reaktor biofuel cell spiral secara kontinu selama selang waktu 0 sampai 100
jam.

Dari grafik di atas terlihat bahwa pada tahap awal (20 jam) terjadi kenaikan tegangan
listrik luaran yang mengalami peningkatan secara signifikan, hal ini dikarenakan aktifitas
awal komunitas bakteri yang mampu mentrasfer elektron langsung ke permukaan anoda
serat karbon terdeteksi lansung sebagai tegangan yang dihasilkan. Meningkatnya elektron
yang ditransfer semakin besar seiring dengan bertambahnya jumlah bakteri yang
tertambat pada serat karbon yang. Pada beberapa jenis bakteri mampu menghasilkan
densitas daya 2,2 W/m2 (Logan, 2006 ). Tidak hanya bakteri yang tertambat pada serat
karbon yang mentransfer elektron, demikian halnya dengan bakteri yang tersuspensi di
dalam limbah juga memberikan kontribusi untuk peningkatan elektron yang mengalir ke
anoda serat karbon. Pada tahap selanjutnya (20 – 40 jam) dikarenakan terjadi laju alir
umpan berlangsung kontinu bakteri mengalami fase penyesuaian terhadap kondisi baru,
sehingga energi listrik yang dihasilkan relatif konstan. Kondisi lingkungan bakteripun
mulai mengalami perubahan, karena adanya peningkatan suhu dan keasaman (pH)
limbah di dalam reaktor. Peningkatan suhu di dalam reaktor ini diakibatkan proses
metabolisme bakteri yang melepaskan panas secara terus menerus. Demikian halnya
penurunan pH di dalam reaktor diakibatkan adanya proton (H+) yang tidak tereduksi
menjadi gas H2. Untuk mencegah terjadinya fase kematian total bakteri, pada proses ini
dilakukan penambahan substrat yang dialirkan menggunakan pompa pristaltik. Namun
pada tahap (40-70 jam) produksi listrik mengalami peningkatan kembali hingga
mencapai nilai maksimum, hal ini diakibatkan bakteri yang telah mengalami penyesuaian
kondisi dapat beraktifitas kembali untuk menghasilkan elektron melalui proses-proses
metaboismenya. Setelah aliran umpan dialirkan secara kontinu (70-100 jam) , maka
tegangan listrik yang dihasilkan mengalami kondisi stabil. Hal ini dikarenakan adanya
kesesuaian jumlah nutrisi dan kondisi lingkungan yang dibutuhkan bakteri yang pada
akhirnya perkembangbiakan bakteri baik yang hidup dan yang mati berada dalam jumlah
yang reatif sama. Ketersediaan subtrat yang cukup dan kondisi operasi yang masih sesuai
dengan kehidupan bakteri membuat komunitas bakteri mampu melakukan transfer
elektron secara maksimal. Namun setelah tahap ini bakteri mulai mengalami gangguan
dengan terbatasnya nutrisi dan kondisi lingkungannya yang mulai berubah, karena
-8-

peningkatan suhu dan keasaman (PH) limbah yang semakin bertambah. Seperti halnya
pada proses batch, meningkatnya suhu di dalam rektor diakibatkan proses metabolisme
bakteri yang terus-menerus melepaskan energi dan gas-gas hasil dari respirasi yang
terjadi dalam tubuh bakteri. Demikian halnya penurunan PH di dalam reaktor diakibatkan
adanya proton (H+) yang tidak tereduksi menjadi gas H2.
Dari hasil percobaan tegangan listrik maksimum yang dihasilkan proses kontinu
terjadi pada HRT : 5 jam, yang mencapai nilai 935 mV (0,935 V) . Pada aliran ini juga
diperoleh bahwa tegangan listrik berlangsung secara kontinu sebesar 925 mV (0,925 V) .
Hal ini terjadi karena adanya kesesuaian jumlah substrat yang dialirkan dengan
kebutuhan nutrisi dari komunitas bakteri yang hidup di dalam reaktor sehingga
kemampuan bakteri melakukan transfer elektron tidak mengalami gangguan. Sedangkan
pada waktu tinggal limbah (HRT : 2 jam) tegangan listrik yang dihasilkan justru menurun
mencapai 673 mV(0,673 V). Nilai ini merupakan nilai terendah yang diperoleh dalam
selang waktu yang sama dengan variabel laju alir umpan lainya. Kondisi ini diakibatkan
aliran umpan yang relatif besar mengakibatkan efek turbulensi serta waktu tinggal
umpan yang singkat, karenanya substrat yang terbawa oleh aliran tidak dapat dikonsumsi
oleh bakteri secara maksimal. Namun demikian pada akhirnya kondisi menjadi lebih
stabil. Pada laju alir terkecil yaitu pada HRT: 7 jam, tegangan yang dihasilkan mencapai
nilai maksimum sebesar 854 mV (0,854V). Hal ini terjadi karena kebutuhan nutrisi dari
bakteri untuk berkembang secara maksimal belum terpenuhi.

3.3.2 Daya (Power) dan Densitas Daya (Power Density)

3.3.2.1 Daya (Power)


Pada penelitian ini diperoleh daya (power) pada kondisi stabil (steady) yang
dihasilkan pada berbagai variasi aliran ditunjukkan pada Gambar 6.

10.00
Daya, P ( mW)

8.00
6.00
Daya,
4.00 P(mW)
2.00
0.00
0 5 10
HRT (jam)

Gambar 6. Daya (P) yang dihasilkan pada berbagai waktu tinggal umpan (HRT) di dalam reaktor
proses kontinu.

Dari Gambar.5 menunjukan perbandingan daya maksimum yang dihasilkan dalam


berbagai variabel laju alir yang ditetapkan , dimana nilai terbesar dicapai oleh laju alir 3
mL/menit (HRT: 5 jam ) yaitu sebesar 8,56 mW , sedangkan niai terkecil terjadi pada
laju alir 7 mL/menit (HRT : 2 jam) yaitu sebesar 4,5 mW. Hal ini sesuai dengan
tegangan luaran yang dihasilkan pada berbagai variasi waktu tinggal yang ditetapkan.

3.3.2.2 Densitas Daya (Power Density)


Hasil pengolahan data pengoperasian reaktor secara kontinu diperoleh nilai-nilai
densitas daya atau daya persatuan volume reaktor (Pv) dari berbagai percobaan terhadap
variasi aliran umpan reaktor, grafik densitas daya kontinu yang dihasilkan ditunjukan
pada Gambar 7.
-9-

6.00

Densitas Daya (w/m3)


5.00
4.00 HRT = 7 jam
3.00 HRT = 5 jam
2.00
HRT = 4 jam
1.00
0.00 HRT = 2 jam
0 50 100 150
Waktu (jam)

Gambar 7. Densitas daya (W/m3) yang dihasilkan secara kontinu pada berbagai laju alir (HRT)

Dari Gambar. 7, terlihat bahwa setiap perubahan laju alir umpan reaktor
menghasilkan densitas daya maksimum yang stabil (steady) bervariasi yaitu pada HRT :
7 jam, dihasilkan densitas daya maksimum sebesar 4,05 W/m3 , namun pada laju air 3
mL/menit(HRT: 5 jam) densitas daya maksimum mengalami peningkatan yang
signifikan menjadi 4,75 W/m3, ketika laju alir ditingkatkan menjadi 4 mL/menit (HRT: 4
jam) densitas daya justru cenderung menurun menjadi 4,21 W/m3 ,nilai ini masih lebih
besar dibandingkan nilai yang dicapai laju alir umpan (HRT: 7 jam), demikian halnya
dengan percobaan yang dilakukan pada HRT: 2 jam diperoleh densitas daya sebesar 2,52
W/m3.Dengan demikian diketahui bahwa densitas daya maksimum terbesar yang
dihasilkan pada penelitian ini adalah densitas daya yang dicapai pada HRT: 5 jam, yaitu
sebesar 4,75 W/m3.

3.3.3 Penurunan COD Limbah


Selain sebagai penghasil energi listrik reaktor biofuel cell spiral berfungsi ganda
yaitu menurunkan kandungan COD yang terdapat di dalam limbah. Analisa COD limbah
dilakukan dengan metode standar yaitu dengan penambahan 0,1 N K2CrO7 dan dititrasi
dengan larutan thiosulfat 0,05 N. Penurunan COD hingga berada di bawah nilai ambang
batas yang telah ditetapkan, sebaiknya dapat dicapai oleh rancangan reaktor biofuel cell
spiral. Pada penelitian ini diperoleh persentase penurunan COD terbesar yaitu 47%
dengan kandungan CODinf ( influent COD) sebesar 2850 mg/L dan CODeff (effluent
COD) buangan sebesar 1500 mg/L. Hubungan persentase penurunan COD limbah dan
daya yang dihasilkan pada berbagai variabel waktu tinggal (HRT) ditunjukan oleh
Gambar 8.

50% 10
Persen Penurunan COD

40% 8
Daya (mW)

30%
Persen
6
Penurunan
20% COD 4
Daya,P (mW)
10% 2
0% 0
7 5 4 2
HRT (jam)

Gambar 8. Hubungan persen penurunan COD limbah, daya kontinu (mW) pada berbagai waktu
tinggal (HRT) umpan reaktor biofuel cell spiral.
- 10 -

Dari Gambar.8, diketahui pada HRT : 7 jam penurunan COD mencapai 33% dengan
daya maksimum sebesar 7,30 mW. Sedangkan pada HRT : 5 jam menunjukan hasil
penurunan COD yang mencapai 47%, dengan daya maksimum 8,56 mW. Namun ketika
laju alir diperbesar (HRT: 4 jam), persen penurunan COD dan daya maksimum
dihasilkan cenderung menurun menjadi 46% (7,57mW). Terjadinya daya luaran dan
penurunan COD yang menurun pada HRT : 7 jam, dikarenakan belum tepenuhinya
substrat yang dibutuhkan bakteri untuk berkembang biak secara optimal, sehingga
sebagian bakteri mengalami kematian, dengan demikian jumlah elektron yang mampu
ditranfer ke anoda relatif sedikit, demikian halnya terjadinya penurunan COD yang masih
kecil diakibatkan aliran yang lambat sehingga ion H+ yang terbentuk didalam limbah
tidak seluruhnya terbawa ke katoda untuk membentuk molekul air, justru menurunkan
pH limbah. Pada kondisi pH yang bersifat asam, maka aktifitas enzimatik dari bakteri
untuk mendegradasi bahan-bahan organik (COD) akan berjalan lambat. Pada HRT : 5
jam, jumlah subtrat yang dibutuhkan oleh bakteri lebih terpenuhi sehingga terjadi
perkembangbiakan bakteri yang optimal, adanya laju aliran umpan yang sesuai ini juga
mengakibatkan ion H+ yang terbentuk mengalir dengan cepat ke katoda sehingga beda
potensial anoda dan katoda menjadi lebih tinggi. Peningkatan laju alir (HRT : 4 jam)
dalam hal ini justru menurunkan densitas daya dan persen penurunan COD, hal ini
dikarenakan efek turbulensi yang mengakibatkan tidak tercapainya kesempatan bakteri
melakukan penguraian terhadap substratnya, sehingga sebagian besar substrat yang
dipompakan keluar melalui aliran effluent.

4. KESIMPULAN
Limbah cair pabrik kelapa sawit (POME) memiliki potensi untuk menghasilkan
energi listrik dengan menggunakan reaktor biofuel cell spiral secara kontinu dengan
tegangan maksimum (Ecell) sebesar 0,925 V (Rext = 100 Ω) dengan kuat arus (I) sebesar
18,5 mA pada HRT : 5 jam. Densitas daya kontinu maksimum yang dihasilkan oleh
reaktor adalah sebesar 4,75 W/m3 dengan persen penurunan COD limbah maksimum
sebesar 47%. Adanya laju alir dan konsentrasi umpan (CODinf) yang sesuai dengan
kebutuhan substrat oleh bakteri sangat berpengaruh terhadap energi listrik yang
dihasilkan oleh reaktor biofuel cell spiral.
DAFTAR PUSTAKA

Bond, D.R., and Lovely, D.R., 2002, “Electricity Production by Geobacter


sulfurreducens Attached to Electrodes”, Journal.ASM.org, Vol. 69. No.3,
University of Massachusetts, Amherst.
Logan, B.E, 2008, “Microbial Fuel Cells”, John Wiley & Sons, New Jersey
Logan,B.E dan Regan,J.M, 2006,” Electricity-producing bacterial communities in
microbial fuel cells”, Department of Civil and Environmental Engineering, Penn
State University, University Park, PA 16802, USA
Nwokocha, J.V.,Nwokocha,N.J., Nana,L.A., 2012, “The Microbial Fuel Cell: The
Solution to the Global Energy and Environmental Crises?”, Vol.1, No.1 ,
International Journal of Academic Research in Progressive Education and
Development. Abia State University.
Rabaey, K., dan Verstraete, W., 2005, “Microbial fuel cells: novel biotechnology for
energy generation”, Review TRENDS in biotechnology, Vol. 23 No. 6, Ghent
University, Belgium.
Rahimnejad, M., Najafpour,G., and Ghoreyshi, A .A., 2009 “Effect of Mass Transfer
on Performance of Microbial Fuel Cell”, Babol Noshirvani University,Iran.
Tortora, G.J.,Funke,B.R., dan Case,C.L., 2010, Mcrobiology An Introduction, 10th ed,
Person education., Sansome St., San Francisco.

Anda mungkin juga menyukai