Potensi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
Potensi Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
ABSTRAK
Kata kunci : Limbah cair pabrik kelapa sawit, biofuel cell spiral, energi listrik
1. PENDAHULUAN
Salah satu hasil rekayasa dari bioteknologi untuk membangkitkan energi listrik
sekarang sedang dan terus dikembangkan adalah biological fuel cells atau biofuel cell
(BFC). Biofuel cell adalah peralatan yang dapat mengkonversi energi listrik didasarkan
pada aktivitas bioelktrokatalis oleh enzim atau mikroorganisme yang disebut dengan
microbial fuel cell (MFC). Reaksi kimia yang terjadi dapat memproses secara langsung
perpindahan elektron (direct electron transfer ) yang terjadi antara enzim dengan
elektroda atau melalui suatu media ( mediated electron transfer ), dimana dengan adanya
media dapat memperkecil penghalang dan meningkatkan efisiensi perpindahan elektron
dari enzim ke elekrtoda. (Kannan et al., 2008)
Microbial fuel cell (MFC) merupakan peralatan teknologi relatif baru yang hadir
untuk menghasilkan energi listrik (bioelectricity) dari biomassa menggunakan aktivitas
metabolisme mikroba (Nwokocha, 2012). Di dalam MFC, mikroorganisme atau mikroba
electrigenic mendegradasi bahan organik atau anorganik melalui reaksi biokatalitik dan
reduksi-oksidasi, untuk menghasilkan elektron serta energi untuk sel dalam bentuk
adinosine triphosphate (ATP). Elektron bergerak melewati sistim pernafasan (electron
-2-
transport chain) dari dalam sel mikroba dan ditransfer untuk direduksi pada sebuah
terminal electron acceptor (TEA) atau permukaan anoda yang dihubungkan dengan
kawat rangkaian listrik untuk mereduksi ion hidrogen yang terdapat pada bagian katoda
(Logan, 2008). Sedangkan proton (H+) bergerak melalui suatu membran selektif (proton
exchange membrane) ke bagian katoda dan bereaksi dengan oksigen membentuk
molekul air (Rabaey, 2005).Persamaan reaksi redoks berikut menggambarkan persamaan
setengah reaksi (1) dan (2) untuk menjelaskan persamaan reaksi oksidasi -reduksi secara
keseluruhan (3) menggunakan monosakarida (glukosa) sebagai bahan organik (Samatha
et al., 2012).
Kinerja pada MFC sangat bergantung pada aktivitas mikroorganisme yang secara
langsung dapat mentransfer elektron ke anoda menggunakan sitokrom (cytocrome).
Sebagai contoh mikroorganisme dengan kemampuan ini termasuk Shewanella
putrefaciens, Geobacter sulfurreducens, Geobacter metallireducens, dan Ferrireducens
Rhodoferax (Bond et al., 2002).
Hasil studi literatur terhadap beberapa penelitian sebelumnya, peningkatan energi
listrik yang dihasilkan oleh biofuel cell mengalami kenaikan yang signifikan. Bond dan
Lovely (2002), dengan menggunakan bakteri Geobacter sulfurreducens dan asetat
dijadikan sebagai subtrat mencapai densitas daya sebesar 0,1 Wm-2. Park & Zeikus
(2003) mencapai densitas daya sekitar 0.7 Wm−2 , dengan menggunakan sebuah elektroda
karbon graphite mengandung MnO2 dan diumpankan lumpur aktif dengan glukosa
sebagai sebuah substrat. Rabaey (2003) meningkatkan unjuk kerja biofuel cell yang
mencapai densitas daya sekitar 3,6 Wm-2 dengan menggunakan kultur bakteri campuran
dan glukosa sebagai substrat. Menggunakan MFC ruang tunggal yang dilakukan oleh
You et al (2006) mampu menghasilkan densitas daya sebesar 3,99 Wm-2. Deskripsi ini
menunjukan perlu dilakukannya penelitian lanjutan untuk memaksimalkan produksi
energi listrik yang dihasilkan. Hal ini disebabkan parameter-parameter yang berpengaruh
terhadap tingginya energi listrik yang dihasilkan pada biofuel cell memberikan
kemungkinan untuk dilakukan modifikasi lebih lanjut. Beberapa parameter yang
berpengaruh terhadap unjuk kerja biofuel cell adalah mikroba yang digunakan, luas
permukaan perpindahan massa, jenis bahan proton exchange membrane digunakan,
mekanisme perpindahan elektron pada permukaan anoda, tahanan eksternal, jenis bahan
elektroda dan jarak antara elektroda (Rahimnejad et al, 2009).
-3-
Pada tahap awal dilakukan pengoperasian reaktor biofuel cell spiral menggunakan
proses batch yang bertujuan untuk mengetahui pola produksi energi listrik yang
dihasilkan. Sebanyak 1800 liter limbah cair dimasukkan kedalam rekator biofuel cell
spiral. Reaktor ditutup rapat sehingga udara luar tidak dapat masuk. Bakteri yang telah
dikembangbiakkan dari lumpur limbah pabrik kelapa sawit diinjeksikan ke dalam reaktor
dengan menggunakan suntikan. Untuk menjaga agar bakteri tetap hidup dilakukan
penginjeksian 5 sampai 10 mL glukosa dengan konsentrasi 0,2 gr/mL dengan
menggunakan pompa pristaltik. Arus listrik yang keluar dihubungkan dengan rangkaian
kabel ke tahanan (resistor) 100 ohm sebagai tahanan eksternal (Rext) yang terhubung
secara paralel dengan multimeter digital.
Dari hasil pencatatan dan pengolahan data yang dihasilkan oleh reaktor biofuel cell
spiral proses batch ini diperoleh nilai-nilai daya listrik (P), densitas daya (power
density) (Pv), kuat arus (I) dan densitas arus (C).Dari hasil pengolahan data yang
diperoleh, kemudian dibuat grafik perbandingan antara waktu inkubasi terhadap tegangan
listrik yang dihasilkan, yang ditunjukan pada Gambar 3.
500
450
Tegangan Listrik (mV)
400
350
300
250
200 Tegangan
150 (mV)
100
50
0
0 20 40 60
Waktu (jam)
Gambar. 3. Grafik hubungan waktu inkubasi terhadap tegangan listrik (mV) yang dihasilkan
reaktor biofuel cell spiral menggunakan proses batch
Dari Gambar. 3, terlihat bahwa terjadi kenaikan tegangan yang signifikan pada tahap
awal (0-10 jam) mencapai 442 mV, hal ini diakibatkan adanya aktifitas bakteri (mixed
culture) yang terdapat di dalam limbah sawit (Livinus et al, 2013), yang terdiri dari
bakteri-bakteri Swanella putrefacien,Geobacter Sulphureduciens, Geobacter
Metalreduciens Anaeromonas hidrophilla (Liu et al, 2005) mempunyai kemampuan
mentansfer elektron ke anoda serat karbon tanpa adanya mediator masih bekerja dengan
aktifitas yang tinggi. Pada tahap selanjutnya (10 – 45 jam), tegangan yang dihasilkan
relatif konstan hanya terjadi fluktuasi yang sangat kecil (443 – 418 mV), hal tersebut
terjadi karena berkurangnya substrat di dalam limbah dan terjadinya perubahan kondisi
lingkungan bakteri. Proses katabolisme dan metabolisme dari bakteri untuk
mendegradasi limbah (COD) sebagai substratnya disamping menghasilkan proton (H+)
dan elektron dari terminal elektron yang berbentuk NADH/NAD+, juga menyebabkan
terbentuknya gas-gas metan (CH4), hidrogen (H2) dan karbondioksida (CO2).
Pembentukan proton (H+) yang tidak tereduksi dan bereaksi membentuk molekul air
dapat menurunkan pH limbah, gas-gas yang dihasilkan oleh proses respirasi bakteri
tersebut juga mengakibatkan penurunan aktifitas reaksi enzimatis pada proses
katabolisme bakteri (Tortora et al, 2010). Kenaikan temperatur di dalam reaktor, akibat
dari pelepasan energi bebas (Gibbs free energy, ∆G) oleh bakteri ke dalam
lingkungannya mengakibatkan kenaikan temperatur sistim sehingga pertumbuhan dan
kematian bakteri terjadi dalam jumlah yang hampir sama. Dalam tahap-tahap akhir
proses ini (45-55 jam) terjadi penurunan tegangan yang sangat drastis hingga mencapai 1
mV dikarenakan bakteri mengalami fase kematian karena berkurangnya substrat di dalam
limbah serta terjadinya perubahan kondisi operasi baik suhu dan pH limbah. Pada suhu
ekstrim mencapai di atas 60oC, bakteri akan mengalami kematian yang akut, hanya
bakteri thermophiles tertentu yang mampu bertahan (Logan, 2008).
-6-
1200 12.0
1000 10.0
Power Density mW/m3
445
448
421
0
95
Tegangan, Esel(mV)
Gambar 4. Hubungan densitas daya (power density), densitas arus (current density ) terhadap
tegangan listrik (voltage) yang dihasilkan reaktor biofuel cell spiral proses batch.
Dari gambar di atas menunjukan bahwa kenaikan produksi energi listrik sebanding
dengan kenaikan tegangan listrik (voltase) yang dihasilkan. Pada proses batch ini
kenaikan tegangan listrik maksimum sebesar 451 mV (0,451V) dengan densitas daya
maksimum sebesar 4,735 W/m3 serta densitas arus maksimum sebesar 10,50 mA/m2
yang terjadi pada selang waktu inkubasi 20-30 jam operasi.
Reaktor biofuel cell spiral yang memproduksi energi listrik menggunakan proses
batch memiliki banyak kelemahan. Hal ini dikarenakan pada proses batch energi listrik
yang dihasilkan bersifat diskret (discrete) atau terputus-putus dan berdiri sendiri,
sehingga penggunaan proses ini tidak menghasilkan energi secara kontinu. Walaupun
demikian untuk melihat kondisi, potensi (kemampuan) dan fisibelitas peralatan sangatlah
dimungkinkan pada proses batch. Untuk mengintegrasikan proses yang bersifat diskret
ini menjadi proses yang bersifat kontinu perlu dilakukan modifikasi terhadap percobaan
sehingga membutuhkan peralatan tambahan.
-7-
0.8
7 Jam
Tegangan (V)
0.6
5 Jam
0.4
4 Jam
0.2 2 Jam
0
-30 20 70 120
Waktu (Jam)
Gambar 5.,Tegangan listrik (Esel) yang dihasilkan pada berbagai variasi waktu laju alir (HRT)
dengan pengoperasian reaktor biofuel cell spiral secara kontinu selama selang waktu 0 sampai 100
jam.
Dari grafik di atas terlihat bahwa pada tahap awal (20 jam) terjadi kenaikan tegangan
listrik luaran yang mengalami peningkatan secara signifikan, hal ini dikarenakan aktifitas
awal komunitas bakteri yang mampu mentrasfer elektron langsung ke permukaan anoda
serat karbon terdeteksi lansung sebagai tegangan yang dihasilkan. Meningkatnya elektron
yang ditransfer semakin besar seiring dengan bertambahnya jumlah bakteri yang
tertambat pada serat karbon yang. Pada beberapa jenis bakteri mampu menghasilkan
densitas daya 2,2 W/m2 (Logan, 2006 ). Tidak hanya bakteri yang tertambat pada serat
karbon yang mentransfer elektron, demikian halnya dengan bakteri yang tersuspensi di
dalam limbah juga memberikan kontribusi untuk peningkatan elektron yang mengalir ke
anoda serat karbon. Pada tahap selanjutnya (20 – 40 jam) dikarenakan terjadi laju alir
umpan berlangsung kontinu bakteri mengalami fase penyesuaian terhadap kondisi baru,
sehingga energi listrik yang dihasilkan relatif konstan. Kondisi lingkungan bakteripun
mulai mengalami perubahan, karena adanya peningkatan suhu dan keasaman (pH)
limbah di dalam reaktor. Peningkatan suhu di dalam reaktor ini diakibatkan proses
metabolisme bakteri yang melepaskan panas secara terus menerus. Demikian halnya
penurunan pH di dalam reaktor diakibatkan adanya proton (H+) yang tidak tereduksi
menjadi gas H2. Untuk mencegah terjadinya fase kematian total bakteri, pada proses ini
dilakukan penambahan substrat yang dialirkan menggunakan pompa pristaltik. Namun
pada tahap (40-70 jam) produksi listrik mengalami peningkatan kembali hingga
mencapai nilai maksimum, hal ini diakibatkan bakteri yang telah mengalami penyesuaian
kondisi dapat beraktifitas kembali untuk menghasilkan elektron melalui proses-proses
metaboismenya. Setelah aliran umpan dialirkan secara kontinu (70-100 jam) , maka
tegangan listrik yang dihasilkan mengalami kondisi stabil. Hal ini dikarenakan adanya
kesesuaian jumlah nutrisi dan kondisi lingkungan yang dibutuhkan bakteri yang pada
akhirnya perkembangbiakan bakteri baik yang hidup dan yang mati berada dalam jumlah
yang reatif sama. Ketersediaan subtrat yang cukup dan kondisi operasi yang masih sesuai
dengan kehidupan bakteri membuat komunitas bakteri mampu melakukan transfer
elektron secara maksimal. Namun setelah tahap ini bakteri mulai mengalami gangguan
dengan terbatasnya nutrisi dan kondisi lingkungannya yang mulai berubah, karena
-8-
peningkatan suhu dan keasaman (PH) limbah yang semakin bertambah. Seperti halnya
pada proses batch, meningkatnya suhu di dalam rektor diakibatkan proses metabolisme
bakteri yang terus-menerus melepaskan energi dan gas-gas hasil dari respirasi yang
terjadi dalam tubuh bakteri. Demikian halnya penurunan PH di dalam reaktor diakibatkan
adanya proton (H+) yang tidak tereduksi menjadi gas H2.
Dari hasil percobaan tegangan listrik maksimum yang dihasilkan proses kontinu
terjadi pada HRT : 5 jam, yang mencapai nilai 935 mV (0,935 V) . Pada aliran ini juga
diperoleh bahwa tegangan listrik berlangsung secara kontinu sebesar 925 mV (0,925 V) .
Hal ini terjadi karena adanya kesesuaian jumlah substrat yang dialirkan dengan
kebutuhan nutrisi dari komunitas bakteri yang hidup di dalam reaktor sehingga
kemampuan bakteri melakukan transfer elektron tidak mengalami gangguan. Sedangkan
pada waktu tinggal limbah (HRT : 2 jam) tegangan listrik yang dihasilkan justru menurun
mencapai 673 mV(0,673 V). Nilai ini merupakan nilai terendah yang diperoleh dalam
selang waktu yang sama dengan variabel laju alir umpan lainya. Kondisi ini diakibatkan
aliran umpan yang relatif besar mengakibatkan efek turbulensi serta waktu tinggal
umpan yang singkat, karenanya substrat yang terbawa oleh aliran tidak dapat dikonsumsi
oleh bakteri secara maksimal. Namun demikian pada akhirnya kondisi menjadi lebih
stabil. Pada laju alir terkecil yaitu pada HRT: 7 jam, tegangan yang dihasilkan mencapai
nilai maksimum sebesar 854 mV (0,854V). Hal ini terjadi karena kebutuhan nutrisi dari
bakteri untuk berkembang secara maksimal belum terpenuhi.
10.00
Daya, P ( mW)
8.00
6.00
Daya,
4.00 P(mW)
2.00
0.00
0 5 10
HRT (jam)
Gambar 6. Daya (P) yang dihasilkan pada berbagai waktu tinggal umpan (HRT) di dalam reaktor
proses kontinu.
6.00
Gambar 7. Densitas daya (W/m3) yang dihasilkan secara kontinu pada berbagai laju alir (HRT)
Dari Gambar. 7, terlihat bahwa setiap perubahan laju alir umpan reaktor
menghasilkan densitas daya maksimum yang stabil (steady) bervariasi yaitu pada HRT :
7 jam, dihasilkan densitas daya maksimum sebesar 4,05 W/m3 , namun pada laju air 3
mL/menit(HRT: 5 jam) densitas daya maksimum mengalami peningkatan yang
signifikan menjadi 4,75 W/m3, ketika laju alir ditingkatkan menjadi 4 mL/menit (HRT: 4
jam) densitas daya justru cenderung menurun menjadi 4,21 W/m3 ,nilai ini masih lebih
besar dibandingkan nilai yang dicapai laju alir umpan (HRT: 7 jam), demikian halnya
dengan percobaan yang dilakukan pada HRT: 2 jam diperoleh densitas daya sebesar 2,52
W/m3.Dengan demikian diketahui bahwa densitas daya maksimum terbesar yang
dihasilkan pada penelitian ini adalah densitas daya yang dicapai pada HRT: 5 jam, yaitu
sebesar 4,75 W/m3.
50% 10
Persen Penurunan COD
40% 8
Daya (mW)
30%
Persen
6
Penurunan
20% COD 4
Daya,P (mW)
10% 2
0% 0
7 5 4 2
HRT (jam)
Gambar 8. Hubungan persen penurunan COD limbah, daya kontinu (mW) pada berbagai waktu
tinggal (HRT) umpan reaktor biofuel cell spiral.
- 10 -
Dari Gambar.8, diketahui pada HRT : 7 jam penurunan COD mencapai 33% dengan
daya maksimum sebesar 7,30 mW. Sedangkan pada HRT : 5 jam menunjukan hasil
penurunan COD yang mencapai 47%, dengan daya maksimum 8,56 mW. Namun ketika
laju alir diperbesar (HRT: 4 jam), persen penurunan COD dan daya maksimum
dihasilkan cenderung menurun menjadi 46% (7,57mW). Terjadinya daya luaran dan
penurunan COD yang menurun pada HRT : 7 jam, dikarenakan belum tepenuhinya
substrat yang dibutuhkan bakteri untuk berkembang biak secara optimal, sehingga
sebagian bakteri mengalami kematian, dengan demikian jumlah elektron yang mampu
ditranfer ke anoda relatif sedikit, demikian halnya terjadinya penurunan COD yang masih
kecil diakibatkan aliran yang lambat sehingga ion H+ yang terbentuk didalam limbah
tidak seluruhnya terbawa ke katoda untuk membentuk molekul air, justru menurunkan
pH limbah. Pada kondisi pH yang bersifat asam, maka aktifitas enzimatik dari bakteri
untuk mendegradasi bahan-bahan organik (COD) akan berjalan lambat. Pada HRT : 5
jam, jumlah subtrat yang dibutuhkan oleh bakteri lebih terpenuhi sehingga terjadi
perkembangbiakan bakteri yang optimal, adanya laju aliran umpan yang sesuai ini juga
mengakibatkan ion H+ yang terbentuk mengalir dengan cepat ke katoda sehingga beda
potensial anoda dan katoda menjadi lebih tinggi. Peningkatan laju alir (HRT : 4 jam)
dalam hal ini justru menurunkan densitas daya dan persen penurunan COD, hal ini
dikarenakan efek turbulensi yang mengakibatkan tidak tercapainya kesempatan bakteri
melakukan penguraian terhadap substratnya, sehingga sebagian besar substrat yang
dipompakan keluar melalui aliran effluent.
4. KESIMPULAN
Limbah cair pabrik kelapa sawit (POME) memiliki potensi untuk menghasilkan
energi listrik dengan menggunakan reaktor biofuel cell spiral secara kontinu dengan
tegangan maksimum (Ecell) sebesar 0,925 V (Rext = 100 Ω) dengan kuat arus (I) sebesar
18,5 mA pada HRT : 5 jam. Densitas daya kontinu maksimum yang dihasilkan oleh
reaktor adalah sebesar 4,75 W/m3 dengan persen penurunan COD limbah maksimum
sebesar 47%. Adanya laju alir dan konsentrasi umpan (CODinf) yang sesuai dengan
kebutuhan substrat oleh bakteri sangat berpengaruh terhadap energi listrik yang
dihasilkan oleh reaktor biofuel cell spiral.
DAFTAR PUSTAKA