ANORGANIK
B. DASAR TEORI
Senyawa hidrotalsit merupakan senyawa layered double hydroxides (LDHs) yang juga
dikenal sebagai lempung anionik, mempunyai formula umum : [MII(1-x)MIIIx(OH)2]
[An-]x/n.zH2O, dimana MII adalah ion bermuatan 2+ (Mg2+, Mn2+, Fe2+, Ni2+, Cu2+, Zn2+ atau
Ca2+ ); MIII adalah ion bermuatan 3+ (Al3+, Cr3+, Mn3+, Fe3+, Co3+, atau La3+) dan An- adalah
anion penyeimbang muatan permukaan. Rasio molar (x) antara 0,2 – 0,33 dan y adalah
jumlah H2O pada interlayer. Dengan formula ini, sangat dimungkinkan untuk membuat
senyawa hydrotalcite dengan dua logam seperti Mg/Al hydrotalcite (Heraldy et al., 2015).
Hidrotalsit banyak juga dimanfaatkan sebagai adsorben, katalis dan material penukar anion.
Beberapa tahun belakangan, komposit magnetit-hidrotalsit sebagai material serbaguna
sebagai penghantaran dan targeting obat, adsorben (Ardyanti and Santosa, 2016) dan katalis
mulai banyak dikembangkan.
Adsorpsi adalah terserapnya suatu zat (molekul atau ion) pada permukaan adsorben.
Mekanisme adsorpsi digambarkan sebagai proses dimana molekul yang semula ada pada
larutan, menempel pada permukaan zat adsorben secara fisika. Suatu molekul dapat
teradsorpsi jika gaya adhesi antara molekul adsorbat dengan molekul adsorben lebih besar
dibanding dengan gaya kohesi pada masing-masing molekul ini. Proses adsorpsi biasanya
dilakukan untuk mengurangi senyawa organik yang terdapat dalam limbah cair, sehingga
limbah cai dapat dimurnikan. Proses adsorpsi terjadi karena adanya luas permukaan, makin
luas permukaan adsorben yang disediakan maka makin banyak molekul yang diserap (Imas et
al., 2019). Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi daya adsorpsi suatu
adsorben :
1. Jenis Adsorbat
a)Ukuran molekul adsorbat Ukuran molekul merupakan hal yang sangat penting diperhatikan
supaya proses adsorpsi dapat terjadi dan berjalan dengan baik. Ukuran molekul adsorbat
nantinya mempengaruhi ukuran pori dari adsorben yang digunakan. Molekul- molekul
adsorbat yang dapat diadsorpsi adalah molekul-molekul yang diameternya lebih kecil dari
diameter pori adsorben.
b. Kepolaran Zat Sifat kepolaran dari adsorbat dan adsorben juga mempengaruhi proses
adsorpsi. Misalnya karbon aktif, adsorpsi lebih kuat terjadi pada molekul polar dibandingkan
dengan molekul non-polar pada kondisi diameter yang sama.
2. Karakteristik Adsorben
a. Kemurnian Adsorben Sebagai zat yang digunakan untuk mengadsorpsi, maka adsorben
yang lebih murni lebih diinginkan karena memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih baik.
b. Luas permukaan dan volume pori adsorben Jumlah molekul adsorbat yang teradsorpsi
meningkat dengan bertambahnya luas permukaan dan volume pori adsorben. Dalam proses
adsorpsi, adsorben sering kali ditingkatkan luas permukaannya karena luas permukaan
adsorben merupakan salah satu faktor utama yang memperngaruhi proses adsorpsi. Berat
adsorben akan mempengaruhi gugus aktif dari adsorben itu sendiri sedangkan suhu akan
mempengaruhi daya serap adsorben terhadap adsorbat (Madina et al., 2017)
3. Temperatur
Berdasarkan prinsip Le Chatelier, maka proses adsorpsi yang merupakan proses eksotermis,
dengan peningkatan temperatur pada tekanan tetap akan mengurangi jumlah senyawa yang
teradsorpsi.
4. Tekanan adsorbat Untuk setiap jenis adsorpsi berdasarkan interaksi molekular yang terjadi,
tekanan adsorbat akan mempengaruhi jumlah molekul adsorbat. Pada adsorpsi fisika, bila
tekanan adsorbat meningkat, jumlah molekul adsorbat akan bertambah. Namun pada adsorpsi
kimia, jumlah molekul adsorbat akan berkurang bila tekanan adsorbat meningkat.
Kapasitas adsorpsi menyatakan banyaknya adsorbat yang mampu terakumulasi pada
permukaan adsorben. Ada beberapa kondisi yang mempengaruhi besarnya kapasitas suatu
adsorben dalam menyerap adsorbat yaitu pH larutan, waktu kontak, berat adsorben dan suhu
(Sari et al., 2017). Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben
antara fasa teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan fasa ruah saat kesetimbangan pada
temperatur tertentu. Pada proses adsorpsi, telah banyak model dikembangkan, tetap
perkembangan model-model itu tidak lepas dari model adsorpsi yang umum digunakan, yaitu
model Isoterm Langmuir atau Freundlich.
Model adsorpsi Langmuir mendefinisikan bahwa kapasitas adsorpsi maksimum terjadi
akibat adanya lapisan tunggal (monolayer) adsorbat permukaan adsorben. Ada empat asumsi
dasar yang digunakan dalam model yaitu :
1. Molekul diadsorpsi oleh site (tempat terjadinya reaksi di permukaan adsorben) yang tetap.
2. Setiap site dapat “memegang” satu molekul adsorbat.
3. Semua site mempunyai energi yang sama.
4. Tidak ada interaksi antara molekul yang teradsorpsi dengan site sekitarnya.
Isoterm adsorpsi Langmuir dianggap bahwa hanya sebuah adsorpsi tunggal yang terjadi.
Adsorpsi tersebut terlokalisasi, artinya molekulmolekul zat hanya dapat diserap pada
tempattempat tertentu dan panas adsorpsi tidak tergantung pada permukaan yang tertutup
oleh adsorben. Isoterm adsorpsi Langmuir digunakan untuk menggambarkan adsorpsi kimia.
Model adsorpsi Freundlich digunakan jika diasumsikan bahwa terdapat lebih dari satu
lapisan permukaan (multilayer) dan site bersifat heterogen, yaitu adanya perbedaan energi
pengikatan pada tiap-tiap site. Persamaan ini diturunkan secara empirik, dan berlaku untuk
gas yang bertekanan rendah. Isoterm adsorpsi Freundlich menggambarkan adsorpsi jenis
dimana adsorpsi terjadi pada beberapa lapis dan ikatannya tidak kuat. Asumsi yang
digunakan pada isoterm adsorpsi Freundlich adalah :
a. Tidak ada asosiasi dan disosiasi molekulmolekul adsorbat setelah teradsorpsi pada
permukaan padatan.
b. Hanya berlangsung mekanisme adsorpsi secara fisis tanpa adanya chemisorption.
c. Permukaan padat bersifat homogen.
C. ALAT BAHAN+SDS
Alat :
1. Gelas Kimia
2. Pengaduk
Bahan:
1. Sampel hidrotalsit yang telah diperam
2. Sampel hidrotalsit yang telah dipresipitasi
3. Sampel hidrotalsit yang telah dikalsinasi
4. Organolempung kitosan-montmorillonit sebanyak 0,10 gram
5. Larutan congo red dengan konsentrasi 400, 600, 800, 1000, 1200, 1400, 1600, 1800,
2000 dan 2200 ppm sebanyak 25 mL
SDS ( Tidak dilampirkan)
D. BAGAN ALIR
E. PERTANYAAN AWAL
P.15. Mengapa hidrotalcite memiliki kemampuan untuk menyerap anion? Berikan
deskripsi yang terjadi dalam proses serapan anion tersebut, apakah melalui proses
pertukaran anion?
Jawab:
Hidrotalcite adalah penyerap yang efisien karena memiliki luas permukaan yang besar dan
memiliki efek sinergis antara lapisan-lapisan yang memungkinkan meningkatkan
efektivitas dan jumlah situs penukaran anion. Oleh karena itu hidrotalsit memiliki
kemampuan menyerap anion. Hidrotalsit memiliki kemampuan untuk menyerap anion
karena pada hidrotalsit terdapat kation logam divalen yang berada di pusat oksigen
oktahedral yang kemudian membentuk lapisan dua dimensi dengan cara penggunaan
bersama sudut oktahedral. Penggantian sebagian kation logam divalen oleh logam trivalen
mengakibatkan terbentuknya muatan positif pada lapisan hidrotalsit. Muatan positif ini
diseimbangkan oleh keberadaan anion organik maupun anorganik pada daerah antar lapis.
Bagian antarlapis pada hidrotalsit berisi anion dan air yang bersifat bebas berpindah
dengan memutus ikatannya dan membentuk ikatan baru. Air tersebut dapat dieliminasi
tanpa merusak struktur inti hidrotalsit. Untuk menyerap congo red anion pada hidrotalsit
akan bertukar dengan anion pada congo red. Hydrotalcite diketahui memiliki kemampuan
menukar anion pada antar lapis hydrotalcite karena pada bagian antar lapis hydrotalcite
berisi anion dan air yang bersifat bebas berpindah dengan memutus ikatannya dan
membentuk ikatan baru sehingga modifikasi hydrotalcite dengan menukar anion
penyeimbang nitrat dengan anion lain yang memiliki kemampuan lebih baik dalam
berinteraksi dengan ion logam dapat dilakukan. Namun, dalam penggantian anion
penyeimbang tersebut harus diperhatikan tingkat afinitas dari anion tersebut. Afinitas
anion yang lebih besar mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam penukaran anion.
F. DATA PENGAMATAN
Perlakuan Persamaan Reaksi Hasil
- [Mg8Al2(OH)20](CO3).6H2O
1 gram sampel diperlukan untuk Waktu
menguji unjuk kerja kemampuan (menit
adsorpsi.
) Abs
0 0,335
-Dimasukkan sebanyak 0,10 5 0,136
gram organolempung kitosan- 15 0,116
montmorillonit ke dalam masing- 30 0,401
masing gelas kimia yang berisi 45 0,219
25 mL larutan congo red dengan 60 0,346
konsentrasi 400, 600, 800, 1000, 120 0,27
1200, 1400, 1600, 1800, 2000
240 0,178
dan 2200 ppm
360 0,581
-Diaduk masing-masing variasi
konsentrasi congo red selama 15
menit.
-Dilakukan studi isotherm
adsorpsi pada tahap ini.
- Ditentukan banyaknya adsorbat
yang teradsorpsi pada keadaan
kesetimbangan dengan nilai
kapasitas adsorpsi
G. PERHITUNGAN
(TIDAK ADA)
H. ANALISA DATA
Praktikum berjudul uji unjuk kerja adsorpsi terhadap anion bertujuan untuk
memverifikasi kapasitas adsorpsi, kurva adsorpsi dan energi ikat antara adsorben dengan
adsorbat. Adsorpsi merupakan proses terikatnya suatu molekul gas atau cair (adsorbat)
pada permukaan padatan (adsorben). Adsorben adalah zat yang bertindak sebagai
pengadsorpsi (penyerap) molekul baik cair maupun gas. Adsorben dengan ciri memiliki
kapasitas adsorpsi dan laju adsorpsi yang tinggi serta selektif terhadap molekul target
merupakan pilihan ideal dalam sebuah proses adsorpsi (Fatimah, 2013). Kapasitas
adsorpsi menyatakan banyaknya adsorbat yang mampu terakumulasi pada permukaan
adsorben. Ada beberapa kondisi yang mempengaruhi besarnya kapasitas suatu adsorben
dalam menyerap adsorbat yaitu pH larutan, waktu kontak, berat adsorben dan suhu (Sari
et al., 2017).
Hal pertama yang dilakukan adalah membuat larutan Congo Red untuk kurva
kalibrasi standar. Larutan induk congo red 1000 mg/L dipipet sebanyak 0,06; 0,08; 0,16;
0,24; 0,32 dan 0,4mL. Masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL lalu
ditambahkan akuades sampai tanda batas sehingga diperoleh larutan congo red 6;
8;16;24;32 dan 42 mg/L. Kemudian diukur masing-masing absorbansi larutan pada
panjang gelombang 496,7 nm menggunakan Spektrofotometer (Biospec 1601,
Shimadzu). Kemudian diukur masing-masing absorbansi larutan pada panjang
gelombang 617,3 nm. Kemudian membuat kurva kalibrasi standar antara konsentrasi
pewarna terhadap absorbansi. Digunakan panjang gelombang 496,7 nm untuk mengukur
absorbansi larutan congo red karena panjang gelombang tersebut merupakan panjang
gelombang maksimum dimana congo red akan memberikan penyerapan paling tinggi,
sehingga data yang diperoleh akan lebih akurat.
Dalam praktikum ini kitosan-MMT digunakan sebagai adsorben. Kitosan
memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengadsorpsi berbagai jenis zat warna. Kitosan
bersifat ramah lingkungan dan merupakan polisakarida tidak beracun. Sedangkan
mineral lempung memiliki luas permukaan yang besar. Salah satu contoh mineral
lempung adalah monmorillonit (MMT) yang memiliki luas permukaan yang besar dan
kapasitas pertukaran kation yang tinggi. Monmorillonit bersifat hidrofobik, sehingga
untuk digunakan sebagai adsorben monmorillonit harus dimodifikasi dengan
menyisipkan senyawa lain ke dalam lapisan monmorillonit. Penelitian menunjukkan
monmorillonit yang dimodifikasi dengan kitosan dapat digunakan untuk mengadsorpsi
zat warna congo red (R. P. Sari. et. al., 2013). Oleh karena itulah dilakukan
pemodifikasian terhadap kitosan dengan monmorillonit untuk memperluas permukaan
dari kitosan.
Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat kapasitas adsorpsi tertinggi terjadi pada menit 45
dengan kapasitas adsorpsi sebesar 97,51316. hal ini disebabkan waktu kontak sebelum titik
optimum menyebabkan semakin besar kontak antara adsorben dengan adsorbat, sehingga daya
serap adsorben dapat bekerja dengan optimal.Namun terjadi penurunan kapasitas adsorpsi pada
menit 60, hal ini disebabkan kemungkinan konsentrasi adsorbat tidak dapat berinteraksi dengan
adsorben pada waktu kontak 60 menit, karena molekul-molekul adsorbat tidak
keseluruhan berikatan dengan sisi aktif dari adsorben dikarenakan terjadi kejenuhan pada
adsorben dan sebagian adsorben melepaskan adsorbat sehingga terjadi penurunan setelah
kondisi optimum.
Selanjutnya dianalisis pengaruh pH terhadap adsorpsi. Sebanyak 0,05 gram
organolempung kitosan-montmorillonit dimasukkan ke dalam masing-masing gelas
kimia yang berisi 12,5 mL larutan congo red 400 mg/L dengan kondisi pH 5, 7, 8, 9 dan
10 (pH diatur dengan penambahan H2SO4 0,01M atau NaOH 0,01M). Selanjutnya
campuran tersebut di-stirrer selama waktu optimum hasil studi pengaruh waktu kontak
congo red pada suhu kamar. Kemudian, campuran disaring dengan kertas saring halus
dan filtratnya dianalisis secara spektrofotometri. Penambahan H2SO4 0,01M atau NaOH
0,01M digunakan untuk menyesuaikan pH larutan agar menjadi suasana asam atau
suasana basa.
Pengaruh pH juga merupakan faktor penting pada adsorpsi Congo red. Adsorpsi
dipengaruhi oleh pH, yaitu dengan mempengaruhi protonasi dari adsorben yang
digunakan.
P.17. Berdasarkan data yang Anda peroleh, tentukan isotherm adsorpsinya, apakah
mengikuti model Langmuir ataukah Freundlich.
Jawab :
Model Freundlich
P.18. Apa yang dapat Anda simpulkan mengenai hubungan antara material yang Anda
sintesis dengan model isotherm adsorpsinya?
Jawab:
Asumsi Freundlich didasarkan bahwa ada permukaan heterogen dengan beberapa tipe
pusat adsorpsi yang aktif (multilayer) yang umumnya disebut dengan pysisorption hal ini
dikarenakan proses penyerapan anion pada hidrotalsit dapat melalui proses pertukaran
anion. Proses pertukaran anion terjadi pada antar lapisan-lapisan hidrotalsit.
J. KESIMPULAN
1. Semakin besar besar konsentrasi adsorbat maka adsorpsi yang dihasilkan semakin
besar.
2. Bertambahnya waktu kontak, jumlah adsorbat yang terserap pada permukaan
adsorben akan semakin meningkat hingga tercapai titik setimbang.
3. Pada saat melewati titik setimbang, kemampuan adsorpsi menurun.
4. Penambahan monmorillonit ke dalam kitosan membuat adsorben memiliki
kemampuan lebih baik untuk mengadsorp.
5. Proses penyerapan anion pada hidrotalsit dapat melalui proses pertukaran anion.
6. Kapasitas adsorpsi berkurang perlahan-lahan dengan meningkatnya pH.
7. Berdasarkan data yang diperoleh, isotherm adsorpsi mengikuti model Freundlich.
K. DAFTAR PUSTAKA
Ardhyani LI, Santosa SJ. 2016. Synthesis of Magnetite-Mg/Al hydrotalcite and its
application as adsorbent for navy blue and yellow F3G Dyes. Proc. Eng. 148:
1380- 1387.
Heraldy, E., Santosa, S.J., Triyono, and Wijaya, K., 2015. Anionic and Cationic Dyes
Removal from Aqueous Solutions by Adsorption onto Synthetic Mg/Al
Hydrotalcite-like Compound. Indonesian Journal of Chemistry 15, 234–241.
Madina, F.E, Rina Elvia, I Nyoman Chandra,.2017. Analisis Kapasitas Adsorpsi Silika
dari Pasir Pantai Panjang Bengkulu Terhadap Pewarna Rhodamine B. Alotrop .
1(2): 98-101.
Wijayanti, Imas Eva dan Eka Anisa. 2019. Studi Kinetika Adsorpsi Isoterm Persamaan
Langmuir dan Freundlich Pada Abu Gosok Sebagai Adsorben. Jurnal Kimia dan
Pendidikan Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
Zian, Ita Ulfin, dan Harmami. 2016. Pengaruh Waktu Kontak Pada Adsorpsi Remazol
Violet 5R Menggunakan Adsorben Nata de Coco. ITS : Surabaya.