Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS DAN IDENTIFIKASI MOLEKUL

ANORGANIK

Uji unjuk kerja adsorpsi terhadap anion

Nama Lengkap : Reny Juniar


Nomor Registrasi :1307618013
Kelas/Semester : Kimia / 114
Kelompok : 7
Dosen Pembimbing : Arif Rahman, M.Si
AsistenLaboratorium : 1. Agnes Trisela Yudia(1307617021)
2. Annisa Auliya (1307617013)
3. Farah Nadiyah (1303617001)
Tanggal Pengumpulan Nilai
Laporan Awal Laporan Akhir
28 Mei 2021

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2021
Uji unjuk kerja adsorpsi terhadap anion
A. TUJUAN
1. Mengidentifikasi unjuk kerja kemampuan adsorpsi.
2. Memverifikasi kapasitas adsorpsi
3. Memverifikasi kurva adsorpsi
4. Memverifikasi energi ikat antara adsorben dengan adsorbat.
5. Menentukan banyaknya adsorbat yang teradsorpsi pada keadaan kesetimbangan
6. Menentukan isotherm adsorpsi,
7. Menganalisis hubungan antara material yang disintesis dengan model isotherm
adsorpsinya
8. Menentukan nilai kapasitas adsorpsi
9. Menganalisis proses adsorpsi dan kejenuhan adsorben.
10. Menganalisis proses serapan anion yang terjadi

B. DASAR TEORI
Senyawa hidrotalsit merupakan senyawa layered double hydroxides (LDHs) yang juga
dikenal sebagai lempung anionik, mempunyai formula umum : [MII(1-x)MIIIx(OH)2]
[An-]x/n.zH2O, dimana MII adalah ion bermuatan 2+ (Mg2+, Mn2+, Fe2+, Ni2+, Cu2+, Zn2+ atau
Ca2+ ); MIII adalah ion bermuatan 3+ (Al3+, Cr3+, Mn3+, Fe3+, Co3+, atau La3+) dan An- adalah
anion penyeimbang muatan permukaan. Rasio molar (x) antara 0,2 – 0,33 dan y adalah
jumlah H2O pada interlayer. Dengan formula ini, sangat dimungkinkan untuk membuat
senyawa hydrotalcite dengan dua logam seperti Mg/Al hydrotalcite (Heraldy et al., 2015).
Hidrotalsit banyak juga dimanfaatkan sebagai adsorben, katalis dan material penukar anion.
Beberapa tahun belakangan, komposit magnetit-hidrotalsit sebagai material serbaguna
sebagai penghantaran dan targeting obat, adsorben (Ardyanti and Santosa, 2016) dan katalis
mulai banyak dikembangkan.
Adsorpsi adalah terserapnya suatu zat (molekul atau ion) pada permukaan adsorben.
Mekanisme adsorpsi digambarkan sebagai proses dimana molekul yang semula ada pada
larutan, menempel pada permukaan zat adsorben secara fisika. Suatu molekul dapat
teradsorpsi jika gaya adhesi antara molekul adsorbat dengan molekul adsorben lebih besar
dibanding dengan gaya kohesi pada masing-masing molekul ini. Proses adsorpsi biasanya
dilakukan untuk mengurangi senyawa organik yang terdapat dalam limbah cair, sehingga
limbah cai dapat dimurnikan. Proses adsorpsi terjadi karena adanya luas permukaan, makin
luas permukaan adsorben yang disediakan maka makin banyak molekul yang diserap (Imas et
al., 2019). Berikut ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi daya adsorpsi suatu
adsorben :
1. Jenis Adsorbat
a)Ukuran molekul adsorbat Ukuran molekul merupakan hal yang sangat penting diperhatikan
supaya proses adsorpsi dapat terjadi dan berjalan dengan baik. Ukuran molekul adsorbat
nantinya mempengaruhi ukuran pori dari adsorben yang digunakan. Molekul- molekul
adsorbat yang dapat diadsorpsi adalah molekul-molekul yang diameternya lebih kecil dari
diameter pori adsorben.
b. Kepolaran Zat Sifat kepolaran dari adsorbat dan adsorben juga mempengaruhi proses
adsorpsi. Misalnya karbon aktif, adsorpsi lebih kuat terjadi pada molekul polar dibandingkan
dengan molekul non-polar pada kondisi diameter yang sama.
2. Karakteristik Adsorben
a. Kemurnian Adsorben Sebagai zat yang digunakan untuk mengadsorpsi, maka adsorben
yang lebih murni lebih diinginkan karena memiliki kemampuan adsorpsi yang lebih baik.
b. Luas permukaan dan volume pori adsorben Jumlah molekul adsorbat yang teradsorpsi
meningkat dengan bertambahnya luas permukaan dan volume pori adsorben. Dalam proses
adsorpsi, adsorben sering kali ditingkatkan luas permukaannya karena luas permukaan
adsorben merupakan salah satu faktor utama yang memperngaruhi proses adsorpsi. Berat
adsorben akan mempengaruhi gugus aktif dari adsorben itu sendiri sedangkan suhu akan
mempengaruhi daya serap adsorben terhadap adsorbat (Madina et al., 2017)
3. Temperatur
Berdasarkan prinsip Le Chatelier, maka proses adsorpsi yang merupakan proses eksotermis,
dengan peningkatan temperatur pada tekanan tetap akan mengurangi jumlah senyawa yang
teradsorpsi.
4. Tekanan adsorbat Untuk setiap jenis adsorpsi berdasarkan interaksi molekular yang terjadi,
tekanan adsorbat akan mempengaruhi jumlah molekul adsorbat. Pada adsorpsi fisika, bila
tekanan adsorbat meningkat, jumlah molekul adsorbat akan bertambah. Namun pada adsorpsi
kimia, jumlah molekul adsorbat akan berkurang bila tekanan adsorbat meningkat.
Kapasitas adsorpsi menyatakan banyaknya adsorbat yang mampu terakumulasi pada
permukaan adsorben. Ada beberapa kondisi yang mempengaruhi besarnya kapasitas suatu
adsorben dalam menyerap adsorbat yaitu pH larutan, waktu kontak, berat adsorben dan suhu
(Sari et al., 2017). Isoterm adsorpsi adalah hubungan yang menunjukkan distribusi adsorben
antara fasa teradsorpsi pada permukaan adsorben dengan fasa ruah saat kesetimbangan pada
temperatur tertentu. Pada proses adsorpsi, telah banyak model dikembangkan, tetap
perkembangan model-model itu tidak lepas dari model adsorpsi yang umum digunakan, yaitu
model Isoterm Langmuir atau Freundlich.
Model adsorpsi Langmuir mendefinisikan bahwa kapasitas adsorpsi maksimum terjadi
akibat adanya lapisan tunggal (monolayer) adsorbat permukaan adsorben. Ada empat asumsi
dasar yang digunakan dalam model yaitu :
1. Molekul diadsorpsi oleh site (tempat terjadinya reaksi di permukaan adsorben) yang tetap.
2. Setiap site dapat “memegang” satu molekul adsorbat.
3. Semua site mempunyai energi yang sama.
4. Tidak ada interaksi antara molekul yang teradsorpsi dengan site sekitarnya.
Isoterm adsorpsi Langmuir dianggap bahwa hanya sebuah adsorpsi tunggal yang terjadi.
Adsorpsi tersebut terlokalisasi, artinya molekulmolekul zat hanya dapat diserap pada
tempattempat tertentu dan panas adsorpsi tidak tergantung pada permukaan yang tertutup
oleh adsorben. Isoterm adsorpsi Langmuir digunakan untuk menggambarkan adsorpsi kimia.
Model adsorpsi Freundlich digunakan jika diasumsikan bahwa terdapat lebih dari satu
lapisan permukaan (multilayer) dan site bersifat heterogen, yaitu adanya perbedaan energi
pengikatan pada tiap-tiap site. Persamaan ini diturunkan secara empirik, dan berlaku untuk
gas yang bertekanan rendah. Isoterm adsorpsi Freundlich menggambarkan adsorpsi jenis
dimana adsorpsi terjadi pada beberapa lapis dan ikatannya tidak kuat. Asumsi yang
digunakan pada isoterm adsorpsi Freundlich adalah :
a. Tidak ada asosiasi dan disosiasi molekulmolekul adsorbat setelah teradsorpsi pada
permukaan padatan.
b. Hanya berlangsung mekanisme adsorpsi secara fisis tanpa adanya chemisorption.
c. Permukaan padat bersifat homogen.

C. ALAT BAHAN+SDS

Alat :
1. Gelas Kimia
2. Pengaduk

Bahan:
1. Sampel hidrotalsit yang telah diperam
2. Sampel hidrotalsit yang telah dipresipitasi
3. Sampel hidrotalsit yang telah dikalsinasi
4. Organolempung kitosan-montmorillonit sebanyak 0,10 gram
5. Larutan congo red dengan konsentrasi 400, 600, 800, 1000, 1200, 1400, 1600, 1800,
2000 dan 2200 ppm sebanyak 25 mL
SDS ( Tidak dilampirkan)
D. BAGAN ALIR

1 gram sampel diperlukan untuk


menguji unjuk kerja kemampuan
adsorpsi.

-Dimasukkan sebanyak 0,10 gram organolempung kitosan-montmorillonit ke dalam


masing-masing gelas kimia yang berisi 25 mL larutan congo red dengan konsentrasi
400, 600, 800, 1000, 1200, 1400, 1600, 1800, 2000 dan 2200 ppm
- Diaduk masing-masing variasi konsentrasi congo red selama 15 menit.
- Dilakukan studi isotherm adsorpsi pada tahap ini.
- Ditentukan banyaknya adsorbat yang teradsorpsi pada keadaan kesetimbangan
( Co−Ceq ) V
dengan nilai kapasitas adsorpsi menurut persamaan (Q) =
W

E. PERTANYAAN AWAL
P.15. Mengapa hidrotalcite memiliki kemampuan untuk menyerap anion? Berikan
deskripsi yang terjadi dalam proses serapan anion tersebut, apakah melalui proses
pertukaran anion?

Jawab:
Hidrotalcite adalah penyerap yang efisien karena memiliki luas permukaan yang besar dan
memiliki efek sinergis antara lapisan-lapisan yang memungkinkan meningkatkan
efektivitas dan jumlah situs penukaran anion. Oleh karena itu hidrotalsit memiliki
kemampuan menyerap anion. Hidrotalsit memiliki kemampuan untuk menyerap anion
karena pada hidrotalsit terdapat kation logam divalen yang berada di pusat oksigen
oktahedral yang kemudian membentuk lapisan dua dimensi dengan cara penggunaan
bersama sudut oktahedral. Penggantian sebagian kation logam divalen oleh logam trivalen
mengakibatkan terbentuknya muatan positif pada lapisan hidrotalsit. Muatan positif ini
diseimbangkan oleh keberadaan anion organik maupun anorganik pada daerah antar lapis.
Bagian antarlapis pada hidrotalsit berisi anion dan air yang bersifat bebas berpindah
dengan memutus ikatannya dan membentuk ikatan baru. Air tersebut dapat dieliminasi
tanpa merusak struktur inti hidrotalsit. Untuk menyerap congo red anion pada hidrotalsit
akan bertukar dengan anion pada congo red. Hydrotalcite diketahui memiliki kemampuan
menukar anion pada antar lapis hydrotalcite karena pada bagian antar lapis hydrotalcite
berisi anion dan air yang bersifat bebas berpindah dengan memutus ikatannya dan
membentuk ikatan baru sehingga modifikasi hydrotalcite dengan menukar anion
penyeimbang nitrat dengan anion lain yang memiliki kemampuan lebih baik dalam
berinteraksi dengan ion logam dapat dilakukan. Namun, dalam penggantian anion
penyeimbang tersebut harus diperhatikan tingkat afinitas dari anion tersebut. Afinitas
anion yang lebih besar mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam penukaran anion.

F. DATA PENGAMATAN
Perlakuan Persamaan Reaksi Hasil
- [Mg8Al2(OH)20](CO3).6H2O
1 gram sampel diperlukan untuk Waktu
menguji unjuk kerja kemampuan (menit
adsorpsi.
) Abs
0 0,335
-Dimasukkan sebanyak 0,10 5 0,136
gram organolempung kitosan- 15 0,116
montmorillonit ke dalam masing- 30 0,401
masing gelas kimia yang berisi 45 0,219
25 mL larutan congo red dengan 60 0,346
konsentrasi 400, 600, 800, 1000, 120 0,27
1200, 1400, 1600, 1800, 2000
240 0,178
dan 2200 ppm
360 0,581
-Diaduk masing-masing variasi
konsentrasi congo red selama 15
menit.
-Dilakukan studi isotherm
adsorpsi pada tahap ini.
- Ditentukan banyaknya adsorbat
yang teradsorpsi pada keadaan
kesetimbangan dengan nilai
kapasitas adsorpsi
G. PERHITUNGAN
(TIDAK ADA)

H. ANALISA DATA
Praktikum berjudul uji unjuk kerja adsorpsi terhadap anion bertujuan untuk
memverifikasi kapasitas adsorpsi, kurva adsorpsi dan energi ikat antara adsorben dengan
adsorbat. Adsorpsi merupakan proses terikatnya suatu molekul gas atau cair (adsorbat)
pada permukaan padatan (adsorben). Adsorben adalah zat yang bertindak sebagai
pengadsorpsi (penyerap) molekul baik cair maupun gas. Adsorben dengan ciri memiliki
kapasitas adsorpsi dan laju adsorpsi yang tinggi serta selektif terhadap molekul target
merupakan pilihan ideal dalam sebuah proses adsorpsi (Fatimah, 2013). Kapasitas
adsorpsi menyatakan banyaknya adsorbat yang mampu terakumulasi pada permukaan
adsorben. Ada beberapa kondisi yang mempengaruhi besarnya kapasitas suatu adsorben
dalam menyerap adsorbat yaitu pH larutan, waktu kontak, berat adsorben dan suhu (Sari
et al., 2017).
Hal pertama yang dilakukan adalah membuat larutan Congo Red untuk kurva
kalibrasi standar. Larutan induk congo red 1000 mg/L dipipet sebanyak 0,06; 0,08; 0,16;
0,24; 0,32 dan 0,4mL. Masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 10 mL lalu
ditambahkan akuades sampai tanda batas sehingga diperoleh larutan congo red 6;
8;16;24;32 dan 42 mg/L. Kemudian diukur masing-masing absorbansi larutan pada
panjang gelombang 496,7 nm menggunakan Spektrofotometer (Biospec 1601,
Shimadzu). Kemudian diukur masing-masing absorbansi larutan pada panjang
gelombang 617,3 nm. Kemudian membuat kurva kalibrasi standar antara konsentrasi
pewarna terhadap absorbansi. Digunakan panjang gelombang 496,7 nm untuk mengukur
absorbansi larutan congo red karena panjang gelombang tersebut merupakan panjang
gelombang maksimum dimana congo red akan memberikan penyerapan paling tinggi,
sehingga data yang diperoleh akan lebih akurat.
Dalam praktikum ini kitosan-MMT digunakan sebagai adsorben. Kitosan
memiliki kemampuan yang tinggi untuk mengadsorpsi berbagai jenis zat warna. Kitosan
bersifat ramah lingkungan dan merupakan polisakarida tidak beracun. Sedangkan
mineral lempung memiliki luas permukaan yang besar. Salah satu contoh mineral
lempung adalah monmorillonit (MMT) yang memiliki luas permukaan yang besar dan
kapasitas pertukaran kation yang tinggi. Monmorillonit bersifat hidrofobik, sehingga
untuk digunakan sebagai adsorben monmorillonit harus dimodifikasi dengan
menyisipkan senyawa lain ke dalam lapisan monmorillonit. Penelitian menunjukkan
monmorillonit yang dimodifikasi dengan kitosan dapat digunakan untuk mengadsorpsi
zat warna congo red (R. P. Sari. et. al., 2013). Oleh karena itulah dilakukan
pemodifikasian terhadap kitosan dengan monmorillonit untuk memperluas permukaan
dari kitosan.

Jenis Adsorben Q (mg/g)


MMT 77,43
Chi-MMT 1 90,44
Chi-MMT 2 91,56
Chi-MMT 3 95,36
Chi-MMT 4 93,34
Dengan penambahan monmorillonit (MMT) ke dalam kitosan ternyata berhasil
menambah luas permukaannya, sehingga adsorben memiliki kemampuan lebih baik
untuk mengadsorpi. Hal ini sesuai dari data percobaan yang didapat dimana nilai Q yang
menunjukkan jumlah adsorbat teradsorpsi per bobot adsorben (mg/g) mengalami
kenaikan.
Kemudian dianalisis mengenai pengaruh waktu kontak. Sebanyak 0,05 gram
organolempung kitosan-montmorillonit dimasukkan ke dalam
t Q masing-masing gelas kimia yang berisi 12,5 mL larutan congo red
(menit)
400 mg/L, lamanya waktu kontak divariasikan mulai dari 0, 5, 15,
0 0
30, 45, 60 dan 120 menit. Selanjutnya campuran tersebut di-stirrer
5 86,05263 pada suhu kamar. Kemudian setelah mencapai waktu kontak
15 88,68421 masing-masing, campuran disaring dengan kertas saring halus.
30 95,11842 Kemudian filtratnya dianalisis secara spektrofotometri. Data yang
45 97,51316 diperoleh sebagai berikut:
60 95,84211
Waktu
120 96,84211
(menit
240 98,05263
360 92,75 ) Abs
0 0,335
5 0,136
15 0,116
30 0,401
45 0,219
60 0,346
120 0,27
240 0,178
360 0,581
Dengan bertambahnya waktu kontak, jumlah adsorbat yang terserap pada permukaan
adsorben akan semakin meningkat. Waktu kontak antara adsorben dan adsorbat yang
terlalu lama dapat menyebabkan kondisi adsorben menjadi jenuh dan adsorbat terlepas
(Zian, 2016).

Grafik Pengaruh Waktu Terhadap Kapasitas


Adsorpsi
120
100
80
60
40
20
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat kapasitas adsorpsi tertinggi terjadi pada menit 45
dengan kapasitas adsorpsi sebesar 97,51316. hal ini disebabkan waktu kontak sebelum titik
optimum menyebabkan semakin besar kontak antara adsorben dengan adsorbat, sehingga daya
serap adsorben dapat bekerja dengan optimal.Namun terjadi penurunan kapasitas adsorpsi pada
menit 60, hal ini disebabkan kemungkinan konsentrasi adsorbat tidak dapat berinteraksi dengan
adsorben pada waktu kontak 60 menit, karena molekul-molekul adsorbat tidak
keseluruhan berikatan dengan sisi aktif dari adsorben dikarenakan terjadi kejenuhan pada
adsorben dan sebagian adsorben melepaskan adsorbat sehingga terjadi penurunan setelah
kondisi optimum.
Selanjutnya dianalisis pengaruh pH terhadap adsorpsi. Sebanyak 0,05 gram
organolempung kitosan-montmorillonit dimasukkan ke dalam masing-masing gelas
kimia yang berisi 12,5 mL larutan congo red 400 mg/L dengan kondisi pH 5, 7, 8, 9 dan
10 (pH diatur dengan penambahan H2SO4 0,01M atau NaOH 0,01M). Selanjutnya
campuran tersebut di-stirrer selama waktu optimum hasil studi pengaruh waktu kontak
congo red pada suhu kamar. Kemudian, campuran disaring dengan kertas saring halus
dan filtratnya dianalisis secara spektrofotometri. Penambahan H2SO4 0,01M atau NaOH
0,01M digunakan untuk menyesuaikan pH larutan agar menjadi suasana asam atau
suasana basa.
Pengaruh pH juga merupakan faktor penting pada adsorpsi Congo red. Adsorpsi
dipengaruhi oleh pH, yaitu dengan mempengaruhi protonasi dari adsorben yang
digunakan.

Selanjutnya dianalisis pengaruh konsentrasi. Sebanyak 0,05 gram organolempung


kitosan-montmorillonit dimasukkan ke dalam masing-masing gelas kimia yang berisi
12,5 mL larutan congo red dengan konsentrasi tertentu. Variasi konsentrasi untuk congo
red yang dilakukan yaitu 400, 600, 800, 1000, 1200, 1400, 1600, 1800, 2000 dan 2200
ppm. Masing-masing variasi konsentrasi congo red tersebut, di-stirrer selama waktu
optimum dengan pH optimum yang diperoleh dari prosedur sebelumnya.
Grafik Pengaruh Konsentrasi Terhadap Adsorpsi
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Berdasarkan grafik diatas terlihat semakin besar besar konsentrasi adsorbat maka
adsorpsi yang dihasilkan semakin besar. Semakin pekat konsentrasi congo red membuat
semakin banyak ion-ion yang terdapat dapat larutan sehingga semakin banyak pula yang
dapat teradsorp oleh adsorben Chi-MMT. Interaksi yang terjadi antara hidrotasit dengan
congo red akan terjadi pada gugus hidroksi yang menempel di atom Al pada lapisan
adsorben. Hidrotalsit yang memiliki muatan positif nantinya akan menyerap ion congo
red. Hidrotalsit memiliki kemampuan untuk menyerap ion congo red karena memiliki
luas permukaan yang besar dan memiliki efek sinergis antara lapisan-lapisan yang
memungkinkan meningkatkan efektivitas dan jumlah situs penukaran anion. Oleh karena
itu hidrotalsit memiliki kemampuan menyerap anion.
Proses penyerapan anion pada hidrotalsit dapat melalui proses pertukaran anion.
Proses pertukaran anion ini terjadi pada antar lapisnya. Pada bagian antar lapisan
hidrotalsit berisi anion dan molekul air yang bebas berpindah dengan memutus ikatan dan
mebentuk ikatan baru sehingga proses pertukaran anion dengan ion penyeimbang Na +
pada congo red dapat terjadi. Dalam pertukaran dengan anion yang baru, hidrotalsit harus
memiliki afinitas anion yang lebih besar agar proses pertukaran anion dapat terjadi.
Dalam proses adsorpsi dikenal dengan adanya istilah isoterm adsorpsi yang
menggambarkan hubungan antara zat yang teradsopsi oleh adsorben dengan tekanan atau
konsentrasi pada kesetimbangan dan temperatur tetap. Berdasarkan data yang diperoleh,
isotherm adsorpsi mengikuti model Freundlich. Isoterm freundlich menggambarkan
adsorpsi jenis fisika dimana adsorpsi terjadi pada beberapa lapis dan ikatannya tidak kuat.
Isoterm freundlich juga mengasumsikan bahwa tempat adsorpsi bersifat heterogen.
Asumsi Freundlich didasarkan bahwa ada permukaan heterogen dengan beberapa tipe
pusat adsorpsi yang aktif (multilayer) yang umumnya disebut dengan pysisorption hal ini
dikarenakan proses penyerapan anion pada hidrotalsit dapat melalui proses pertukaran
anion. Proses pertukaran anion terjadi pada antar lapisan-lapisan hidrotalsit.
I. PERTANYAAN AKHIR
P.16. Dengan menggunakan data kapasitas adsorpsi yang diperoleh pada percobaan ini,
berikan deskripsi mengenai proses adsorpsi dan kejenuhan adsorben.
Jawab:
Pada awal waktu kontak, adsorspsi berlangsung cepat karena sisi aktif pada adsorben
masih cukup banyak sehingga frekuensi terjadinya ikatan dengan molekul adsorbat cukup
tingi. Semakin lamanya waktu kontak, jumlah adsorbat yang terserap pada permukaan
adsorben akan semakin meningkat hingga tercapai titik seimbang. Waktu kontak antara
adsorben dan adsorbat yang terlalu lama dapat menyebabkan kondisi adsorben menjadi
jenuh dan adsorbat terlepas.

P.17. Berdasarkan data yang Anda peroleh, tentukan isotherm adsorpsinya, apakah
mengikuti model Langmuir ataukah Freundlich.
Jawab :
Model Freundlich

P.18. Apa yang dapat Anda simpulkan mengenai hubungan antara material yang Anda
sintesis dengan model isotherm adsorpsinya?
Jawab:
Asumsi Freundlich didasarkan bahwa ada permukaan heterogen dengan beberapa tipe
pusat adsorpsi yang aktif (multilayer) yang umumnya disebut dengan pysisorption hal ini
dikarenakan proses penyerapan anion pada hidrotalsit dapat melalui proses pertukaran
anion. Proses pertukaran anion terjadi pada antar lapisan-lapisan hidrotalsit.

J. KESIMPULAN
1. Semakin besar besar konsentrasi adsorbat maka adsorpsi yang dihasilkan semakin
besar.
2. Bertambahnya waktu kontak, jumlah adsorbat yang terserap pada permukaan
adsorben akan semakin meningkat hingga tercapai titik setimbang.
3. Pada saat melewati titik setimbang, kemampuan adsorpsi menurun.
4. Penambahan monmorillonit ke dalam kitosan membuat adsorben memiliki
kemampuan lebih baik untuk mengadsorp.
5. Proses penyerapan anion pada hidrotalsit dapat melalui proses pertukaran anion.
6. Kapasitas adsorpsi berkurang perlahan-lahan dengan meningkatnya pH.
7. Berdasarkan data yang diperoleh, isotherm adsorpsi mengikuti model Freundlich.

K. DAFTAR PUSTAKA

Ardhyani LI, Santosa SJ. 2016. Synthesis of Magnetite-Mg/Al hydrotalcite and its
application as adsorbent for navy blue and yellow F3G Dyes. Proc. Eng. 148:
1380- 1387.
Heraldy, E., Santosa, S.J., Triyono, and Wijaya, K., 2015. Anionic and Cationic Dyes
Removal from Aqueous Solutions by Adsorption onto Synthetic Mg/Al
Hydrotalcite-like Compound. Indonesian Journal of Chemistry 15, 234–241.

Madina, F.E, Rina Elvia, I Nyoman Chandra,.2017. Analisis Kapasitas Adsorpsi Silika
dari Pasir Pantai Panjang Bengkulu Terhadap Pewarna Rhodamine B. Alotrop .
1(2): 98-101.

Sari, R.A. M. Lutfi Firdaus., Rina Elvia. 2017. Penentuan Kesetimbangan,


Termodinamika dan Kinetika Adsorpsi Arang Aktif Tempurung Kelapa Sawit
Pada Zat Warna Reactive Red dan Direct Blue. Alotrop. 1 (1) : 10-14

Wijayanti, Imas Eva dan Eka Anisa. 2019. Studi Kinetika Adsorpsi Isoterm Persamaan
Langmuir dan Freundlich Pada Abu Gosok Sebagai Adsorben. Jurnal Kimia dan
Pendidikan Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Zian, Ita Ulfin, dan Harmami. 2016. Pengaruh Waktu Kontak Pada Adsorpsi Remazol
Violet 5R Menggunakan Adsorben Nata de Coco. ITS : Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai