Muhammad 'Abdul 'Azim az-Zarqani, Manahil al-'Irfan, jld. I, h. 53-60. Manna' al-Qaththan,
Mabahis fi 'Ulum al-Qur'an, h. 107-114.
Demikian antara lain dari sekian banyak hikmah al-Qur'an diturunkan secara
berangsur-angsur.
BAB III
PENGUMPULAN DAN PENULISAN
AL-QUR'AN PADA MASA RASULULLAH
A. Pengertian
Para ahli 'Ulum al-Qur'an mengistilahkan pembahasan ini dengan istilah الجمع
(pengumpulan al-Qur'an). Istilah ini dimaksudkan dalam dua pengertian. Pertama, berarti
menghafalnya, jadi pengumpulan diartikan penghafalan. Kedua, dalam arti penulisan. Kedua
pengertian tersebut telah terjadi pada masa Rasul saw. Kenyataan al-Qur'an ketika diturunkan
kepada Rasul saw. ia menghafalnya, menyampaikannya kepada umat dan menyuruh para
penulis wahyu menulisnya. Selesai menulis wahyu itu Rasul saw. menyampaikan kepada
para penulis: "letakkan surat ini sesudah surat itu dan kamu letakkan ayat ini di depan ayat
itu. Hadits ini terdapat pada sunan Tirmizi dan al-Mustadrak al-Hakim dan yang lain. Dalam
riwayat Ibnu 'Abbas, ia mengatakan: Suatu waktu Rasul saw. datang kepadanya ketika itu
turun kepada beliau satu surat yang terdiri dari beberapa ayat. Jika turun kepada Rasul suatu
ayat beliau memanggil orang yang akan menuliskannya, beliau memerintahkan hendaklah
kamu letakkan ayat-ayat ini pada surat yang disebut di dalamnya begini-begini. Menurut
Tirmizi hadits ini hadits hasan sedangkan menurut al-Hakim hadits ini hadits sahih sesuai
syarat Bukahri Muslim.2
B. Penulisan Al-Qur'an
Suatu kebiasaan Rasul saw. bila ada ayat al-Qur'an yang diturunkan maka yang
pertama beliau lakukan adalah mengumpulkan para shahabatnya. Kedua mencari shahabat
yang mampu menulis di kalangan mereka dan menugaskannya menulis ayat yang
disampaikannya itu untuk disimpan di rumah Rasul saw. shahabat yang tidak ditugaskan
Rasul saw. menulis wahyu untuk beliau tetapi merasa mampu menulis, mereka menulis
wahyu untuk diri mereka pribadi. Shahabat yang tidak pandai menulis, mereka memadakan
kekuatan hafalannya.
Sampai selesai al-Qur'an diturunkan, penulis wahyu Rasul saw. lebih dari empat
puluh orang. Namun menurut sebagian ahli sejarah jumlah penulis wahyu itu hanya ada dua
puluh enam orang. Di dalam kitab as-Sirah yang ditulis al-'Iraqi jumlah penulis itu empat
puluh dua orang. Di antara mereka ada yang bernama Abdullah bin Sa'ad bin Sarh al-'Amiri.
Ia adalah orang yang pertama kali menjadi penulis wahyu Rasul saw. dari kalangan suku
Quraisy di kota Makkah. Dari kalangan suku Ansar di kota Madinah yang mula-mula sebagai
penulis wahyu bagi Rasul saw. adalah Ubai bin Ka'ab (w. 30 H.). Penulis wahyu yang paling
banyak menyertai Rasul saw. dalam mengikuti turunnya wahyu al-Qur'an adalah Mu'awiyah
ibnu Abi Sufyan (w. 60 H.) dan Zaid bin Tsabit (w. 45 H.), mereka juga yang paling banyak
menulis al-Qur'an di hadapan Rasul saw. mereka hampir tidak mempunyai pekerjaan lain.3
Para penulis wahyu tersebut menulis al-Qur'an di hadapan Rasul saw. dengan alat
tulis yang ada pada ketika itu. Antara lain:
1. Batu yang pipih atau semacam lembaran dari batu
2. Pelepah kurma, para penulis wahyu membelahnya mereka menulisknya pada
bagian pinggirnya.
3. Tulang unta atau kambing, mereka menulisnya setelah dikeringkan
4. Pada kayu yang biasa ditaruh di punggung unta sebagai tempat duduk ketika
menunggangnya.
5. Potongan kulit hewan yang tipis
6. Tulang rusuk hewan
C. Pemeliharaan Al-Qur'an
Dalam sejarah dijelaskan bahwa ketika Rasul saw. kembali ke hadrat Allah semua
ayat al-Qur'an sudah ditulis namun tidak dikumpulkan pada satu mushaf dan tidak berada
pada satu tempat. Perlu diingat pada masa Rasul saw. al-Qur'an dikumpulkan dan dijaga
degnan usaha yang sangat maksimal, yaitu:
1. Semua ayat al-Qur'an ditulis untuk Rasul saw. dan disimpan di rumah Rasul
saw.
2. Kuttab al-Wahyi juga menulis al-Qur'an untuk diri masing-masing. Namun tidak
semua ditulis di depan Rasul saw. Dengan kata lain tidak semua mereka
menerima al-Qur'an dari tangan pertama
3. Shahabat yang menurut mereka mempunyai kemampuan menulis, meski tidak
ditunjuk Rasul saw. sebagai Kuttab al-Wahyi, tetapi mereka menulis untuk diri
mereka masing-masing, baik mereka terima langsung dari Rasul saw. maupun
mereka terima dari sesama shahabat.
4. Shahabat yang tidak mempunyai kemampuan menulis, mereka menghafal ayat-
ayat yang mereka terima langsung dari Rasul saw. ataupun yang mereka terima
dari sesama shahabat
5. Dalam hadits riwayat Bukhari dari 'Aisyah dan pada riwayat lain dari Abi
Hurairah bahwa Jibril membacakan al-Qur'an kepada Rasul saw. setiap satu
3
Rawih Lutfi Jam'ah, al-Qur'an wa al-Mustasyrikun, (Qahirah: Majlis al-A'la asy-Syu'un al-Islamiyah,
1392 H. — 1973 M.), h. 83-84
tahun satu kali yaitu pada bulan Ramadhan. Pada tahun wafat Rasul saw. Jibril
membacakannya dua kali.4
D. Sosialisasi Al-Qur'an
Pada masa Rasul saw. sosialisasi penghafalan al-Qur'an dilakukan merupakan bagian
dari pemeliharaan al-Qur'an. Para shahabat Rasul saw. melakukan tadarus al-Qur'an, selain
itu mereka membacanya pada waktu salat fardu maupun salat sunat pada waktu siang dan
malam baik jahar maupun sir. Rasul saw. sendiri mengajari shahabatnya, ia menyuruh
mereka membacanya dan membantu mereka men-darus-nya. Bahkan Rasul saw. memilih di
antara shahabatnya orang yang menjadi rujukan dalam mempelajari al-Qur'an.5 Setiap ada
shahabat yang akan hijrah keluar kota Madinah, mereka disuruh Rasul saw. menemui
shahabat yang telah ditunjuk itu agar mereka diajari membaca, memahami dan mengamalkan
al-Qur'an. Umumnya mereka belajar di mesjid Nabawi.
Pada bulan Ramadhan para shahabat memenuhi kota Madinah dengan suara bacaan
al-Qur'an. Mereka membaca al-Qur'an di tempat berjualan, di toko bahkan mereka
memakmurkan rumah masing-masing dan mesjid dengan bacaan al-Qur'an. Rasul saw.
menyunatkan qiyam al-lail (salat malam), mereka membaca al-Qur'an pada setiap rakaatnya
dari awal salat ini sehingga ia dapat mendengar bacaan mereka, dan terkadang ia mendengar
bacaan mereka dari rumahnya.6
E. Al-Qur'an Tidak Dibukukan Pada Masa Rasul
Al-Qur'an tidak dibukukan pada masa Rasul saw. paling tidak disebabkan dua
faktor:
Pertama, perhatian shahabat Rasul saw. ketika itu terpusat pada upaya menghafal
ayat-ayat al-Qur'an. Banyak di antara shahabat yang hafal ayat al-Qur'an secara
keseluruhan dan mereka merupakan ahli qiraat. Di antara mereka adalah:
1. Abu Bakar as-Siddiq (w. 13 H.)
2. Umar bin al-Khattab (w. 23 H.)
3. Usman bin Affan (w. 35 H.)
4. Ali bin Abi Thalib (w. 40 H.)
4
Bukhari, Sahih al-Bukhari, Juz VI, (Semarang: Taha Putra, t.th.), h. 101-102.
5
Dalam hadits riwayat Bukhari dari Masruq, ia menyebut Abdullah bin Umar dan Abdullah bin
Mas'ud, saya tetap menyukainya. Saya pernah mendengar dari Rasul saw. ia bersabda: Kamu pelajarilah al-
Qur'an dari empat orang: Abdullah bin Mas'ud, Salim, Mu'az dan Ubai bin Ka'ab, Lihat Ibid, h. 102
6
Muhammad Salim Muhaisin, Rawih Lutfi Jam'ah al-Qur'an wa al-Mustasyrikun, h. 81
5. Talhah bin Abdullah bin Usman (w. 26 H.)
6. Sa'ad bin Abi Waqas (w. 56 H.)
7. Abdullah bin Mas'ud (w. 32 H.)
8. Khuzaifah bin Yaman (w. 36 H.)
9. Abu Hurairah (w. 57.)
10. Abdullah nin Umar (w. 73 H.)
11. Abdullah bin Abbas (w. 68 H.)
12. Amar bin As (w. 43 H.)
13. Abdullah bin Amar bin As (w. 65 H.)
14. Mu'awiyah bin Abi Sufyan (w. 60 H.)
15. Abdullah bin Zubair (w. 73 H.)
16. Abdullah bin Saib (w. 70 H.)
17. 'Aisyah binti Abi Bakar (w. 58 H.)
18. Hafsah binti Umar (w. 45 H.)
19. Ummu Salamah (w. 59 H.)
Hafizh dan Hafizhah di atas semua dari kalangan Muhajirin. Sedangkan dari
kalangan Ansar antara lain adalah:
1. Ubai bin Ka'ab (w. 20 H.)
2. Mu'az bin Jabal (w. 17 H.)
3. Abu Darda' (w. 32 H.)
4. Zaid bin Sabit (w. 45 H.)
5. Anas bin Malik (w. 93 H.)7
Kedua, karena ayat-ayat al-Qur'an ketika itu masih terus turun. Masih
memungkinkan adanya nasikh mansukh baik hukum bahkan tilawah. Dengan demikian
haruslah ditunda pembukuan al-Qur'an dalam satu kitab sampai seluruh ayat al-Qur'an sudah
sempurna turun. Sempurnanya al-Qur'an diturunkan diketahui adalah dengan wafatnya Rasul
saw.8
Muhammad Salim Muhaisin mengutip al-Itqan tentang perkataan Zaid bin Tsabit
(w. 45 H.) yang menjelaskan kondisi al-Qur`an pada masa Rasul saw. kemudian
menafsirkannya sebagai berikut :
Ibid., h. 138
9
قبض رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ولم يكن القرآن جمع في شيئ
Ketika Rasul saw. wafat al-Qur`an belum dikumpulkan al-Qur`an sedikitpun.
Ungkapan ini ditafsirkan sebagai berikut :
10
أى لم يكن جمع مرتب االيات و السور فى مصحف وحد
Belum ada kumpulan susunan ayat-ayat dan surat-surat dalam satu mushhaf.
Tegasnya ayat-ayat al-Qur`an pada masa Rasul saw. bukan belum dikumpulkan
sedikitpun. Semua ayat al-Qur`an telah ditulis di hadapan Rasul saw. dikumpulkan dan
disimpan di rumahnya. Pengumpulan tersebut dalam penjelasan sejarah telah dilakukan
meskipun ditulis pada pelepah kurma, kulit tipis, tulang dan batu yang pipih. Hal itu
dilakukan pada setiap ayat al-Qur`an yang diwahyukan sejak ada penulis wahyu yang
ditunjuk Rasul saw. Maksudnya meski pada awal-awal turun wahyu belum ditunjuk Kuttab
al-Wahyi, namun setelah ditunjuk Kuttab al-Wahyi, semua wahyu yang belum ditulis disuruh
ditulis kembali.