Anda di halaman 1dari 8

D.

Hikmah Diturunkan Al-Qur'an Bertahap


Al-Qur'an diturunkan berangsur tidak sekedar menolak kemauan orang-orang
musyrik setelah mendengar bahwa kitab sebelumnya diturunkan Allah sekaligus kepada
Rasul-Nya. Ada kepentingan dibalik ketentuan ini, yaitu kepentingan Rasul, umat dan
kepentingan yang menyangkut al-Qur'an itu sendiri, antara lain sebagai berikut:
1. Agar Rasul saw. tetap mempunyai semangat yang kuat. Dengan
turunnya al-Qur'an secara bertahap, membuat malaikat datang berulang kali. Setiap
kedatangan malaikat akan menggembirakan hati Rasul saw. dan melapangkan
dadanya menghadapi segala persoalan, karena dengan kedatangan malaikat sebagai
pembawa wahyu dari Allah membuat perasaan Rasul saw. dekat kepada Tuhannya.
2. Karena al-Qur'an turun bertahap maka Rasul dapat menghafal dan
memahaminya dan mengetahui aturan-aturannya secara bertahap pula. Hal ini akan
menenangkan hati Rasul saw. sebab ia dapat menghimpun wahyu semuanya baik
dalam hafalan, pemahaman, aturan-aturan dan hikmah yang terkandung di
dalamnya.
3. Setiap al-Qur'an diturunkan maka setiap itu pula muncul ke-i'jazan al-
Qur'an yang membuat ketidak mampuan orang menandinginya. Setiap itu pula
muncul kekuatan dan ketenangan di hati Rasul saw. Sejalan dengan itu semakin
lama terasa tegaknya kebenaran yang disampaikan dan semakin lama pula
tertunjukkan kebatilan musuh.
4. Berulang-ulangnya turun wahyu al-Qur`an Rasul merasa kekuatan terus
ada padanya. Artinya kekuatan terus ada di hati Rasul saw. setiap al-Qur'an turun,
karena setiap al-Qur'an turun Rasul saw. merasa datang dukungan dari Allah
kepadanya sehingga hatinya semakin tangguh dalam menghadapi beratnya
permusuhan yang ada di hadapannya.
5. Menumbuhkan ilmu dan amal umat secara bertahap. Hal ini sangat
mendukung kondisi bangsa Arab yang beriman ketika itu. Umat pada umumnya
tidak pandai tulis baca, sulit di dapatkan alat tulis baca dan penulis-penulis di
kalangan mereka masih sangat sedikit. Kekurangan ini sangat teratasi dengan
bertahapnya al-Qur'an diturunkan. Umat dapat menghafal dan memahami dan
mengamalkan al-Qur'an dengan baik.
6. Turunnya wahyu al-Qur`an secara bertahap juga membantu umat ketika
itu mengupayakan kesempurnaan usaha membersihkan diri mereka dari akidah yang
batil, ibadah yang fasid, dan kebiasaan yang hina. Tegasnya semua terjdi tidak
mendadak sontak tetapi terjadi setahap demi setahap.
7. Dengan berangsur-angsurnya yat al-Qur`an diturunkan maka hati umat
semakin tangguh karena dipersenjatai dengan ketangguhan kesabaran dan kuatnya
keyakinan.
8. Dalam tahapan dan terpisah-pisahnya ayat al-Qur'an diturunkan menjadi
kendali bagi umat menghadapi peristiwa dan kondisi yang terjadi. Hikmah ini paling
tidak terlihat dalam empat hal.
a. Menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan kepada Rasul
saw.
b. Menjawab permasalah dan kejadian-kejadian ketika hukum
Allah diperlukan penjelasannya saat kejadian dan berlakunya.
c. Mengarahkan pemikiran umat Islam kepada memperbaiki
kesalahan-kesalahan yang mereka lakukan
d. Menyingkap keadaan musuh-musuh Allah dari kalangan orang
munafik dan membuka ketertutupan dan rahasia-rahasia mereka kepada Rasul dan
kaum muslimin.
9. Turun al-Qur'an berangsur-angsur menajadi petunjuk bagi umat kepada
al-Qur'an itu sendiri. Al-Qur`an merupakan aturan yang tersusun, susunan yang
halus, gaya bahasa yang kuat, hubungan setiap ungkapan dalam jalinan yang kokoh,
mempunyai kedekatan antara sebagian surat dengan sebagian yang lain, antar
sebagian ayat bahkan bagian kalimat. I'jaz tetap ada pada keseluruhannya dari
susunannya sampai posisinya seperti satu hasil cetakan yang padu. Tidak ada yang
tertinggal seakan halaqah yang kosong. Ia seakan untaian yang satu, ikatan yang
tunggal yang dapat ditangkap dengan pandangan. Huruf dan kata-katanya disusun,
kalimat dan ayat-ayatnya dirangkai ujung-ujungnya tergiring kepangkalnya, jelas
awalnya berturut ke akhirnya. Sehingga bila ada yang masuk dari luar ke dalam al-
Qur'an akan mudah diketahui
10. Berangsur-angsurnya ayat al-Qur`an diturunkan memudahkan ayat-ayat
al-Qur`an dapat diketahui oleh umat dari awal sampai akhir. Pengenalan terhadap
al-Qur'an menjadi pengenalan sejarah. Al-Qur'an akan dikenal tidak hanya tekstual
tetapi latar belakang, di mana, kapan dan kepada siapa ayat itu diturunkan..1
1

Muhammad 'Abdul 'Azim az-Zarqani, Manahil al-'Irfan, jld. I, h. 53-60. Manna' al-Qaththan,
Mabahis fi 'Ulum al-Qur'an, h. 107-114.
Demikian antara lain dari sekian banyak hikmah al-Qur'an diturunkan secara
berangsur-angsur.

BAB III
PENGUMPULAN DAN PENULISAN
AL-QUR'AN PADA MASA RASULULLAH

A. Pengertian

Para ahli 'Ulum al-Qur'an mengistilahkan pembahasan ini dengan istilah ‫الجمع‬
(pengumpulan al-Qur'an). Istilah ini dimaksudkan dalam dua pengertian. Pertama, berarti
menghafalnya, jadi pengumpulan diartikan penghafalan. Kedua, dalam arti penulisan. Kedua
pengertian tersebut telah terjadi pada masa Rasul saw. Kenyataan al-Qur'an ketika diturunkan
kepada Rasul saw. ia menghafalnya, menyampaikannya kepada umat dan menyuruh para
penulis wahyu menulisnya. Selesai menulis wahyu itu Rasul saw. menyampaikan kepada
para penulis: "letakkan surat ini sesudah surat itu dan kamu letakkan ayat ini di depan ayat
itu. Hadits ini terdapat pada sunan Tirmizi dan al-Mustadrak al-Hakim dan yang lain. Dalam
riwayat Ibnu 'Abbas, ia mengatakan: Suatu waktu Rasul saw. datang kepadanya ketika itu
turun kepada beliau satu surat yang terdiri dari beberapa ayat. Jika turun kepada Rasul suatu
ayat beliau memanggil orang yang akan menuliskannya, beliau memerintahkan hendaklah
kamu letakkan ayat-ayat ini pada surat yang disebut di dalamnya begini-begini. Menurut
Tirmizi hadits ini hadits hasan sedangkan menurut al-Hakim hadits ini hadits sahih sesuai
syarat Bukahri Muslim.2

B. Penulisan Al-Qur'an
Suatu kebiasaan Rasul saw. bila ada ayat al-Qur'an yang diturunkan maka yang
pertama beliau lakukan adalah mengumpulkan para shahabatnya. Kedua mencari shahabat
yang mampu menulis di kalangan mereka dan menugaskannya menulis ayat yang
disampaikannya itu untuk disimpan di rumah Rasul saw. shahabat yang tidak ditugaskan
Rasul saw. menulis wahyu untuk beliau tetapi merasa mampu menulis, mereka menulis
wahyu untuk diri mereka pribadi. Shahabat yang tidak pandai menulis, mereka memadakan
kekuatan hafalannya.

Az-Zarkasyi, al-Burhan fi 'Ulum al-Qur'an, jld. I, h. 241.


Shahabat yang ditugasi menulis wahyu untuk Rasul saw. dan shahabat yang ada di
majlis itu diberi petunjuk oleh Rasul saw. agar menempatkan ayat-ayat tersebut pada tempat
tertentu dalam rangkaian ayat-ayat yang terdapat pada surat tertentu yang telah disampaikan
sebelumnya.
Para penulis wahyu yang ditunjuk Rasul saw. ini di sebut Kuttab al-Wahyi. Selain
mereka menulis wahyu untuk kemudian disimpan di kediaman Rasul saw. mereka juga
menulis wahyu untuk diri masing-masing dan disimpan di rumah masing-masing. Jadi
tulisan wahyu pada setiap wahyu disampaikan Rasul saw. paling tidak ada tiga kelompok,
yaitu tulisan yang disimpan di rumah Rasul saw., catatan Kuttab al-Wahyi yang disimpan di
rumah masing-masing dan catatan yang ditulis oleh shahabat yang tidak digolongkan sebagai
Kuttab al-Wahyi yang juga disimpan di rumah masing-masing. Dokumentasi ini didukung
pula oleh hafalan mereka yang tidak mampu tulis baca dan hafalan mereka yang pandai
menulis termasuk Kuttab al-Wahyi. Penulis al-Qur'an yang ditunjuk Rasul saw. (Kuttab al-
Wahyi) banyak tetapi yang terpopuler di antara mereka adalah:
1. Abu Bakar Siddiq (w. 13 H.)
2. Umar bin Khattab (w. 23 H.)
3. Usman bin Affan (w. 35 H.)
4. Ali bin Abi Thalib (w. 40 H.)
5. Zaid bin Sabit (w. 45 H.)
6. Ubai bin Ka'ab (w. 30 H.)
7. Mu'awiyah bin Abi Sufyan (w. 60 H.)
8. Khalid ibnu al-Walid (w. 21 H.)
9. Aban bin Sa'id (w. 13 H.)
10. Sabit bin Qais (w. 12 H.)

Sampai selesai al-Qur'an diturunkan, penulis wahyu Rasul saw. lebih dari empat
puluh orang. Namun menurut sebagian ahli sejarah jumlah penulis wahyu itu hanya ada dua
puluh enam orang. Di dalam kitab as-Sirah yang ditulis al-'Iraqi jumlah penulis itu empat
puluh dua orang. Di antara mereka ada yang bernama Abdullah bin Sa'ad bin Sarh al-'Amiri.
Ia adalah orang yang pertama kali menjadi penulis wahyu Rasul saw. dari kalangan suku
Quraisy di kota Makkah. Dari kalangan suku Ansar di kota Madinah yang mula-mula sebagai
penulis wahyu bagi Rasul saw. adalah Ubai bin Ka'ab (w. 30 H.). Penulis wahyu yang paling
banyak menyertai Rasul saw. dalam mengikuti turunnya wahyu al-Qur'an adalah Mu'awiyah
ibnu Abi Sufyan (w. 60 H.) dan Zaid bin Tsabit (w. 45 H.), mereka juga yang paling banyak
menulis al-Qur'an di hadapan Rasul saw. mereka hampir tidak mempunyai pekerjaan lain.3
Para penulis wahyu tersebut menulis al-Qur'an di hadapan Rasul saw. dengan alat
tulis yang ada pada ketika itu. Antara lain:
1. Batu yang pipih atau semacam lembaran dari batu
2. Pelepah kurma, para penulis wahyu membelahnya mereka menulisknya pada
bagian pinggirnya.
3. Tulang unta atau kambing, mereka menulisnya setelah dikeringkan
4. Pada kayu yang biasa ditaruh di punggung unta sebagai tempat duduk ketika
menunggangnya.
5. Potongan kulit hewan yang tipis
6. Tulang rusuk hewan

C. Pemeliharaan Al-Qur'an
Dalam sejarah dijelaskan bahwa ketika Rasul saw. kembali ke hadrat Allah semua
ayat al-Qur'an sudah ditulis namun tidak dikumpulkan pada satu mushaf dan tidak berada
pada satu tempat. Perlu diingat pada masa Rasul saw. al-Qur'an dikumpulkan dan dijaga
degnan usaha yang sangat maksimal, yaitu:
1. Semua ayat al-Qur'an ditulis untuk Rasul saw. dan disimpan di rumah Rasul
saw.
2. Kuttab al-Wahyi juga menulis al-Qur'an untuk diri masing-masing. Namun tidak
semua ditulis di depan Rasul saw. Dengan kata lain tidak semua mereka
menerima al-Qur'an dari tangan pertama
3. Shahabat yang menurut mereka mempunyai kemampuan menulis, meski tidak
ditunjuk Rasul saw. sebagai Kuttab al-Wahyi, tetapi mereka menulis untuk diri
mereka masing-masing, baik mereka terima langsung dari Rasul saw. maupun
mereka terima dari sesama shahabat.
4. Shahabat yang tidak mempunyai kemampuan menulis, mereka menghafal ayat-
ayat yang mereka terima langsung dari Rasul saw. ataupun yang mereka terima
dari sesama shahabat
5. Dalam hadits riwayat Bukhari dari 'Aisyah dan pada riwayat lain dari Abi
Hurairah bahwa Jibril membacakan al-Qur'an kepada Rasul saw. setiap satu
3

Rawih Lutfi Jam'ah, al-Qur'an wa al-Mustasyrikun, (Qahirah: Majlis al-A'la asy-Syu'un al-Islamiyah,
1392 H. — 1973 M.), h. 83-84
tahun satu kali yaitu pada bulan Ramadhan. Pada tahun wafat Rasul saw. Jibril
membacakannya dua kali.4

D. Sosialisasi Al-Qur'an
Pada masa Rasul saw. sosialisasi penghafalan al-Qur'an dilakukan merupakan bagian
dari pemeliharaan al-Qur'an. Para shahabat Rasul saw. melakukan tadarus al-Qur'an, selain
itu mereka membacanya pada waktu salat fardu maupun salat sunat pada waktu siang dan
malam baik jahar maupun sir. Rasul saw. sendiri mengajari shahabatnya, ia menyuruh
mereka membacanya dan membantu mereka men-darus-nya. Bahkan Rasul saw. memilih di
antara shahabatnya orang yang menjadi rujukan dalam mempelajari al-Qur'an.5 Setiap ada
shahabat yang akan hijrah keluar kota Madinah, mereka disuruh Rasul saw. menemui
shahabat yang telah ditunjuk itu agar mereka diajari membaca, memahami dan mengamalkan
al-Qur'an. Umumnya mereka belajar di mesjid Nabawi.
Pada bulan Ramadhan para shahabat memenuhi kota Madinah dengan suara bacaan
al-Qur'an. Mereka membaca al-Qur'an di tempat berjualan, di toko bahkan mereka
memakmurkan rumah masing-masing dan mesjid dengan bacaan al-Qur'an. Rasul saw.
menyunatkan qiyam al-lail (salat malam), mereka membaca al-Qur'an pada setiap rakaatnya
dari awal salat ini sehingga ia dapat mendengar bacaan mereka, dan terkadang ia mendengar
bacaan mereka dari rumahnya.6
E. Al-Qur'an Tidak Dibukukan Pada Masa Rasul
Al-Qur'an tidak dibukukan pada masa Rasul saw. paling tidak disebabkan dua
faktor:
Pertama, perhatian shahabat Rasul saw. ketika itu terpusat pada upaya menghafal
ayat-ayat al-Qur'an. Banyak di antara shahabat yang hafal ayat al-Qur'an secara
keseluruhan dan mereka merupakan ahli qiraat. Di antara mereka adalah:
1. Abu Bakar as-Siddiq (w. 13 H.)
2. Umar bin al-Khattab (w. 23 H.)
3. Usman bin Affan (w. 35 H.)
4. Ali bin Abi Thalib (w. 40 H.)
4

Bukhari, Sahih al-Bukhari, Juz VI, (Semarang: Taha Putra, t.th.), h. 101-102.
5
Dalam hadits riwayat Bukhari dari Masruq, ia menyebut Abdullah bin Umar dan Abdullah bin
Mas'ud, saya tetap menyukainya. Saya pernah mendengar dari Rasul saw. ia bersabda: Kamu pelajarilah al-
Qur'an dari empat orang: Abdullah bin Mas'ud, Salim, Mu'az dan Ubai bin Ka'ab, Lihat Ibid, h. 102
6
Muhammad Salim Muhaisin, Rawih Lutfi Jam'ah al-Qur'an wa al-Mustasyrikun, h. 81
5. Talhah bin Abdullah bin Usman (w. 26 H.)
6. Sa'ad bin Abi Waqas (w. 56 H.)
7. Abdullah bin Mas'ud (w. 32 H.)
8. Khuzaifah bin Yaman (w. 36 H.)
9. Abu Hurairah (w. 57.)
10. Abdullah nin Umar (w. 73 H.)
11. Abdullah bin Abbas (w. 68 H.)
12. Amar bin As (w. 43 H.)
13. Abdullah bin Amar bin As (w. 65 H.)
14. Mu'awiyah bin Abi Sufyan (w. 60 H.)
15. Abdullah bin Zubair (w. 73 H.)
16. Abdullah bin Saib (w. 70 H.)
17. 'Aisyah binti Abi Bakar (w. 58 H.)
18. Hafsah binti Umar (w. 45 H.)
19. Ummu Salamah (w. 59 H.)
Hafizh dan Hafizhah di atas semua dari kalangan Muhajirin. Sedangkan dari
kalangan Ansar antara lain adalah:
1. Ubai bin Ka'ab (w. 20 H.)
2. Mu'az bin Jabal (w. 17 H.)
3. Abu Darda' (w. 32 H.)
4. Zaid bin Sabit (w. 45 H.)
5. Anas bin Malik (w. 93 H.)7
Kedua, karena ayat-ayat al-Qur'an ketika itu masih terus turun. Masih
memungkinkan adanya nasikh mansukh baik hukum bahkan tilawah. Dengan demikian
haruslah ditunda pembukuan al-Qur'an dalam satu kitab sampai seluruh ayat al-Qur'an sudah
sempurna turun. Sempurnanya al-Qur'an diturunkan diketahui adalah dengan wafatnya Rasul
saw.8
Muhammad Salim Muhaisin mengutip al-Itqan tentang perkataan Zaid bin Tsabit
(w. 45 H.) yang menjelaskan kondisi al-Qur`an pada masa Rasul saw. kemudian
menafsirkannya sebagai berikut :

Muhammad Salim Muhaisin, Fi Rihabi al-Qur'an al-Karim, jld. I, h. 273


8

Ibid., h. 138
9
‫قبض رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ولم يكن القرآن جمع في شيئ‬
Ketika Rasul saw. wafat al-Qur`an belum dikumpulkan al-Qur`an sedikitpun.
Ungkapan ini ditafsirkan sebagai berikut :
10
‫أى لم يكن جمع مرتب االيات و السور فى مصحف وحد‬
Belum ada kumpulan susunan ayat-ayat dan surat-surat dalam satu mushhaf.
Tegasnya ayat-ayat al-Qur`an pada masa Rasul saw. bukan belum dikumpulkan
sedikitpun. Semua ayat al-Qur`an telah ditulis di hadapan Rasul saw. dikumpulkan dan
disimpan di rumahnya. Pengumpulan tersebut dalam penjelasan sejarah telah dilakukan
meskipun ditulis pada pelepah kurma, kulit tipis, tulang dan batu yang pipih. Hal itu
dilakukan pada setiap ayat al-Qur`an yang diwahyukan sejak ada penulis wahyu yang
ditunjuk Rasul saw. Maksudnya meski pada awal-awal turun wahyu belum ditunjuk Kuttab
al-Wahyi, namun setelah ditunjuk Kuttab al-Wahyi, semua wahyu yang belum ditulis disuruh
ditulis kembali.

Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqan Fi Ulum al-Qur`an, jld. 1, h. 58.


10
Muhammad Salim Muhaisin, Fi Rihabi al-Qur'an al-Karim, jld. 1, h. 138.

Anda mungkin juga menyukai