DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
MEI 6
Posted by attawijasa20
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien
sesuai dengan situasi (Salusu, 1996: 47). Proses ini untuk menemukan dan menyeleseikan masalah
organisasi. Pernyataan ini menegaskan bahwa mengambil keputusan memerlukan satu seri tindakan,
memerlukan beberapa langkah. Dapat saja langkah-langkah tersebut terdapat dalam pikiran seseorang yang
sekaligus mengajaknya berfikir sistematis. Dalam dunia manajemen proses atau seri tindakan itu lebih
banyak tampak dalam kegiatan diskusi.
Kehidupan sehari-hari seorang eksekutif, manajer, kepala, ketua, direktur, rektor, bupati, gubernur,
menteri, panglima, presiden, atau pejabat apapun, sesungguhnya adalah kehidupan yang selalu bergumul
dengan keputusan. Sering kali ia merasa hampa apabila dalam satu hari tidak mengmbil suatu keputusan.
Tidak menjadi soal apakah keputusan itu benar atau mengandung kelemahan. Oleh sebab itu banyak
manajer yang berpendapat bahwa lebih baik membuat enam kesalahan dari sepuluh keputusan yang ia buat
daripada sama sekali tidak membuat keputusan. Bagi pejabat tersebut yang paling penting timbul rasa
kepuasan karena dapat mengmbil keputusan hari itu.
Ilustrasi itu menggambarkan bahwa pengambilan keputusan adalah aspek yang paling penting dalam aspek
manajemen. Keputusan merupakan kegiatan sentral dari manajemen, merupakan kunci kepemimpinan,
atau inti kepemimpinan (Siagian, 1988), sebagai suatu karakteristik yang fundamental, sebagai jantung
kegiatan administrasi (Mitchell, 1978), suatu saat kritis bagi tindakan administrasi (Robins, 1978). Bahkan
Higgins (1979) melanjutkan bahwa pengambilan keputusan adalah kegiatan yang paling penting dari
semua kegiatan karena di dalamnya manajer terlibat.
Pada akhirnya, Robin Hughes dalam prakatanya pada Decision Making berkesimpulan bahwa karena
pengambilan keputusan terjadi di semua bidang dan tingkat kegiatan serta pemikiran manusia, maka
tidaklah mengherankan apabila begitu banyak disiplin yang berusaha mengabalisis dan membuat
sistematika dari seluruh proses keputusan.
Pengambilan keputusan mempunyai arti penting bagi maju mundurnya suatu organisasi, terutama karena
masa depan suatu organisasi banyak ditentukan oleh pengambilan keputusan sekarang. Pentinya
pengambilan keputusan dilihat dari segi kekuasaan untuk membuat keputusan, yaitu mengikuti pola
desentralisasi atau pola sentralisasi. Berbeda dengan hal tersebut, beberapa ahli memberi perhatian pada
pengambilan keputusan dari sudut kehadirannya, yaitu adanya teori pengambilan keputusan administrasi,
kita dapat meramalkan tindakan-tindakan manajemen sehingga kita dapat menyempurnakan efektifitas
manajemen.
1. B. Rumusan Masalah
2. Apakah pengertian pengambilan keputusan.
3. Bagaimana fungsi dan apakah tujuan pengambilan keputusan.
4. Apakah dasar-dasar pengambilan keputusan.
5. Bagaimana proses pengambilan keputusan.
6. Apakah permasalahan yang dihadapi dalam pengambilan keputusan.
1. C. Tujuan
2. Mengetahui pengertian pengambilan keputusan
3. Mengetahui fungsi dan tujuan pengambilan keputusan
4. Mengetahui dasar- dasar pengambilan keputusan
5. Mengetahui proses pengambilan keputusan
6. Mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam pengambilan keputusan
BAB II
PEMBAHASAN
1. A. Pengertian Pengambilan Keputusan
Sebelum mulai dengan mengemukakan definisi pengambilan keputusan, maka perlu disampaikan lebih
dulu tentang apa pengertian keputusan itu.
1. 1. Menurut Ralp C. Davis
Keputusan adalah hasil pemecahan yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban
yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang
dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa tindakan terhadap
pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.
Keputusan adalah suatu atau sebagai hukum situasi. Apabila suatu fakta dapat diperolehnya dan semua
yang terlibat, baik pengawas maupun pelaksana mau mentaati hukumnya atau ketentuannya, maka tidak
sama dengan mentaati perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu merupakan wewenang dari hukum
situasi.
Keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah atau problema
untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan
menjatuhkan pilihan pada suatu alternatif.
Dari pengertian- pengertian tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa keputusan merupakan
suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu alternatif
dari beberapa alternatif (Hasan, 2002: 9)
Setelah mengetahui definisi dari keputusan maka selanjutnya akan dikemukakan definisi dari pengambilan
keputusan.
Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau lebih
alternatif yang ada.
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap perhitungan alternatif yang
dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat
1. 3. Menurut Jemes A.F Stoner
Pengambilan Keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai cara
pemecahan masalah.
Pengambilan keputusan adalah tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam
organisasi yang dipimpinnya dengan melalui satu diantara alternatif- alternatif yang memungkinkan.
Selain beberapa pengertian di atas, pengambilan keputusan itu juga berarti proses memilih suatu alternatif
cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi (Salusu, 1996: 47). Proses ini untuk
menemukan dan menyeleseikan masalah organisasi. Pernyataan ini menegaskan bahwa mengambil
keputusan memerlukan satu seri tindakan, memerlukan beberapa langkah. Dapat saja langkah-langkah
tersebut terdapat dalam pikiran seseorang yang sekaligus mengajaknya berfikir sistematis. Dalam dunia
manajemen proses atau seri tindakan itu lebih banyak tampak dalam kegiatan diskusi.
Dari pengertian- pengertian pengambilan keputusan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengambilan
keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis
untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah.
Persoalan pengambilan keputusan, pada dasarnya adalah bentuk pemilihan dari berbagai alternatif tindakan
yang mungkin dipilah yang prosesnya melalui mekanisme tertentu, dengan harapan akan menghasilkan
sebuah keputusan yang terbaik (Wahab, 2008: 163). Penyusunan model keputusan adalah salah satu cara
untuk mengembangkan hubungan- hubungan logis yang mendasari persoalan keputusan ke dalam suatu
model matematis, yang mencerminkan hubungan yang terjadi di antara faktor- faktor yang terlibat. Apapun
dan bagaimana pun prosesnya, satu tahapan yang paling sulit dihadapi pengambilan keputusan adalah
dalam segi penerapannya karena di sini perlu meyakinkan semua orang yang terlibat, bahwa keputusan
tersebut memang merupakan pilihan terbaik. Semuanya akan merasa terlibat dan terikat pada keputusan
tersebut. Hal ini, adalah proses tersulit. Walaupun demikian, bila hal tersebut dapat disadari, proses
keputusan secara bertahap, sistematik, konsisten, dan dalam setiap langkah sejak awal telah mengikut
sertakan semua pihak, maka usaha tersebut dapat memberikan hasil yang terbaik.
Pengambilan keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah memiliki fungsi antara lain
sebagai pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual
maupun secar kelompok, baik secara institusionalnya maupun secara organisasional. Selain itu
pengambilan keputusan juga merupakan sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut dengan
hari depan, masa yang akan datang, di mana efeknya atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.
Kegiatan- kegiatan yang dilakukan dalam organisasi itu dimaksudkan untuk mencapai tujuan
organisasinya. Yang diinginkan semua kegiatan itu dapat berjalan lancar dan tujuan dapat tercapai dengan
mudah dan efisien. Namun kerap kali terjadi hambatan- hambatan dalam melaksanakan kegiatan. Ini
merupakan masalah yang harus diselesaikan oleh pimpinan organisasi. Pengambilan keputusan
dimaksudkan untuk memecahkan masalah tersebut. Kerap kali pengambilan keputusan itu hanya
merupakan satu segi saja, misalnya hanya menyangkut segi keungan saja dan kalau dipecahkan tidak
menimbulkan efek sampingan atau akibat lain. Tetapi ada kemungkinan dapat saja terjadi masalah yang
pemecahannya menghendaki dua hal kontradiksi terpecahkan sekaligus (Syamsi, 2000: 5).
Oleh karena itu tujuan pengambilan keputusan itu dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.
Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya
menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak akan ada kaitannya dengan masalah lain.
Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan itu
menyangkut lebih dari satu masalah, artinya bahwa satu keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan
dua masalah (atau lebih), yang bersifat kontradiktif atau yang tidak bersifat kontradiktif.
Dasar pengambilan keputusan itu bermacam- macam tergantung dari permasalahannya. Keputusan dapat
diambil berdasarkan perasaan semata- mata, dapat pula keputusan dibuat berdasarkan rasio. Tetapi tidak
mustahil, bahkan banyak terjadi terutama dalam lingkungan instansi pemerintah maupun di perusahaan,
keputusan diambil berdasarkan wewenang yang dimilikinya.
Oleh George R. Terry, disebutkan dasar- dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku adalah sebagai
berikut.
1. Intuisi
Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subjektif, sehingga
mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini mengandung beberapa kebaikan
dan kelemahan.
1. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid, dan baik.
Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi, sehingga orang
dapat menerima keputusan dengan rela dan lapang dada.
1. Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap bawahannya
atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Pengambilan
keputusan berdasarkan wewenang juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.
1. Kebanyakan penerimanya adalah bawahan, terlepas apakah penerimaan tersebut secara sukarela
ataukah secara terpaksa.
2. Keputusan dapat bertahan dalam jangkia waktu yang cukup lama.
3. Memiliki otentisitan (otentik).
Pada pengambilan keputusan yang berdasar pada rasional, keputusan yang dihasilkan bersifat obyektif,
logis, lebih trasparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala terentu,
sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan. Pada pengambilan
keputusan secara rasional ini terdapat beberapa hal, sebagai berikut.
Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan yang ideal.
Secara garis besarnya proses pengambilan keputusan terdiri atas tiga tahap yaitu sebagai berikut.
1. Penemuan masalah
Tahap ini merupakan tahap di mana masalah harus didefinisikan dengan jelas sehingga perbadaan antara
masalah satu dan bukan masalah (misalnya isu) menjadi jelas.
1. Pemecahan masalah
Tahap ini merupakan tahap di mana masalah yang sudah ada atau sudah jelas itu kemudian diselesaikan.
Langkah- langkah yang diambil adalah sebagai berikut.
Keputusan yang diambil adalah berdasarkan pada keadaan lingkungan atau kondisi yang ada, seperti
kondisi pasti, kondisi beresiko, kondisi tidak pasti dan kondisi konflik.
Banyak para ahli yang berpendapat mengenai proses pengambilan suatu keputusan, namun pada intinya
proses pengambilan keputusan dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi masalah
Suatu organisasi apabila menghadapi permasalahan lebih dulu harus dibuat jelas apakah itu memang
masalah (problem) atau sekedar isu (issue) belaka. Yang dimaksud dengan masalah disini adalah persoalan
yang harus dipecahkan sedangkan isu adalah persoalan yang perlu dibicarakan (tidak harus dipecahkan)
1. Menganalisis masalah
Untuk mengetahui penyebab timbulnya masalah, lebih dahulu harus diperoleh data dan informasinya.
Dengan kata lain, lebih dulu harus didapat datanya. Data tersebut kemudian diolah menjadi informasi
tentang penyebab timbulnya masalah. Disini fungsi unit pengolah data sangat penting sebab kemungkinan
juga akan ada informasi yang masuk yang tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk dapat membuat alternatif-alternatif pemecahan masalah, maka lebih dahulu harus diketahui
penyebab timbulnya masalah. Selanjutnya dibuatlah beberapa alternative pemecahannya. Dalam
pembuatan beberapa alternative, maka masing-masing alternatif harus ditunjukkan kekurangan dan
kelebihannya.
Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi terhadap masing-masing alternatif
yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah alternatif yang terbaik. Alternatif-alternatif tindakan
dipertimbangkan berkaitan dengan tujuan yang ditentukan, apakah dapat memenuhi keharusan atau
keinginan. Alternatif yang terbaik adalah dalam hubungannya dengan sasaran atau tujuan yang hendak
dicapai. Bidang ilmu statistik dan riset operasi merupakan model yang baik untuk menilai berbagai
alternatif yang telah dikembangkan.
1. Melaksanakan keputusan
Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut kemudian harus
diterapkan. Sekalipun langkah ini sudah jelas, akan tetapi sering kali keputusan yang baik sekalipun
mengalami kegagalan karena tidak diterapkan dengan benar. Keberhasilan penerapan keputusan yang
diambil oleh pimpinan bukan semata-mata tanggung jawab dari pimpinan akan tetapi komitmen dari
bawahan untuk melaksanakannya juga memegang peranan yang penting.
Dalam mengevaluasi dan memilih alternatif suatu keputusan seharusnya juga mempertimbangkan
kemungkinan penerapan dari keputusan tersebut. Betapapun baiknya suatu keputusan apabila keputusan
tersebut sulit diterapkan maka keputusan itu tidak ada artinya. Pengambil keputusan membuat keputusan
berkaitan dengan tujuan yang ideal dan hanya sedikit mempertimbangkan penerapan operasionalnya.
Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja menganggap bahwa hasil yang
diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem pengendalian dan evaluasi perlu dilakukan agar apa yang
diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisir. Penilaian didasarkan atas sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan. Tujuan yang bersifat khusus dan mudah diukur dapat mempercepat pimpinan untuk menilai
keberhasilan keputusan tersebut. Jika keputusan tersebut kurang berhasil, di mana permasalahan masih
ada, maka pengambil keputusan perlu untuk mengambil keputusan kembali atau melakukan tindakan
koreksi. Masing-masing tahap dari proses pengambilan keputusan perlu dipertimbangkan dengan hati-hati,
termasuk dalam penetapan sasaran tujuan Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan
kebijakan yang telah digariskan. Oleh karena itu analisis proses pengambilan keputusan pada hakikatnya
sama saja dengan proses kebijakan.
Diakui oleh banyak pihak, bahwa pengambilan keputusan yang benar- benar tepat itu memeng sulit.
Namun sekedar pedoman umum cara pengambilan keputusan
Kegiatan yang dilakukan oleh setiap organisasi itu diharapkan dapat berjalan dengan lancar, tanpa
mengalami suatu hambatan apapun. Tetapi dalam prakteknya selalu ada saja masalah atau kendala yang
dihadapi sehingga tujuan tidak selalu dapat dicapai dengan mulus.
Oleh karena itu yang pertama-tama dilakukan dalam proses pengambilan keputusan adalah mengadakan
identifikasi masalahnya lebih dahulu. Masalah adalah sesuatu yang perlu dipecahkan, yang kerap kali
membutuhkan beberapa alternatif untuk kemudian dipilih satu yang sekiranya paling tepat untuk masalah
tersebut. Apabila dihubungkan dengan kebijakan dalam pengambilan keputusan dalam suatu organisasi
maka masalah yang dihadapi itu merupakan nilai-nilai, kebutuhan-kebutuhan yang belum sempat
terealisasi namun apabila dapat diidentifikasikan akan dapat dilaksanakan dengan baik melalui tindakan
pengambil keputusan.
Dalam menghadapi masalah, hendaknya merici terlebih dahulu permasalahannya dengan cermat. Dari
masalah yang dirinci kemudian disusun manalah yang bulat dan menyeluruh. Dunn memberikan
memberikan pendapat bahwa penyusunan masalah secara bulat melalui tiga tahap. Pertama, mengadakan
konseptualisasi permasalahannya. Kedua, mengadakan spesifikasi permasalahan dan ketiga berusaha
memehami permasalahan secara keseluruhan.
Quade mengemukakan langkah-langkah apa yang sekiranya perlu dilakukan dalam menangani masalah:
(1) mengusahakan keterangan dan penjelasan yang lebih lanjut tentang masalah itu sendiri; (2) identifikasi
sasaran dan tujuan kegiatan yang akan dilakukan; (3) mengukur tingkat keberhasilannya; (4) menentukan
kriteria keberhasilan pencapaian tujuan; (5) memperhatikan sektor lingkungan; (6) meneliti satu per satu
alternatif pemecahan masalah sehingga masing-masing dikrtahui kelemahan dan keunggulannya; (7)
merumuskan model mana saja yang dimungkinkan untuk pemecahan masalah; (8) mengumpulkan data
untuk pengukuran dan pemilihan alternatif yang paling tepat untuk pemecahan masalah; (9) mengadakan
perbandingan antara model yang satu dengan model yang lain; (10) mengetes hasil analisis untuk lebih
meyakinkan; (11) mempertimbangkan juga apakah terdapat juga segi-segi ketidakefisienan yang terjadi,
dan (12) mengadakan ringkasan bilamana perlu menyertakan juga saran-sarannya.
BAB III
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara
sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah. Pengambilan
keputusan sebagai suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah memiliki fungsi antara lain sebagai
pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah, baik secara individual maupun
secar kelompok, baik secara institusionalnya maupun secara organisasional. Dasar pengambilan keputusan
itu bermacam- macam tergantung dari permasalahannya. Secara garis besarnya proses pengambilan
keputusan terdiri atas tiga tahap yaitu penemuan masalah, pemecahan masalah, pengambilan keputusan.
Dalam menghadapi masalah, hendaknya merici terlebih dahulu permasalahannya dengan cermat. Dari
masalah yang dirinci kemudian disusun manalah yang bulat dan menyeluruh. Dunn memberikan
memberikan pendapat bahwa penyusunan masalah secara bulat melalui tiga tahap. Pertama, mengadakan
konseptualisasi permasalahannya. Kedua, mengadakan spesifikasi permasalahan dan ketiga berusaha
memehami permasalahan secara keseluruhan.