Anda di halaman 1dari 29

PRESENTASI KASUS

Identifikasi

- Nama : Ny. S

- Umur : 37 tahun

- Jenis kelamin : perempuan

- Alamat : Tanjung Bintang

- Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

- Suku : Sunda

- Agama : Islam

- Status : Sudah menikah

Anamnesa ( autoanamnesa tanggal 23 Desember 2011 jam 09.00 WIB)

Keluhan utama : Gatal di daerah perut

Keluhan tambahan : Nyeri pada bagian tubuh setelah digaruk

Riwayat penyakit sekarang

Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUAM dengan keluhan gatal di derah perut

yang dan disertai nyeri setelah digaruk.

Pasien mengaku hal ini sudah dialami sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Gatal

dirasakan pada perut bagian bawah dan menyebar sampai ke perut bagian samping

kanan. Gatal dirasakan pasien terutama saat pasien berkeringat. Jika terasa gatal,

pasien sering menggaruk dengan menggunakan sisir hingga terasa nyeri setelahnya

1
dan keluar cairan di tempat yang digaruk, keluhan ini sering hilang timbul sejak 1

bulan yang lalu. Awalnya keluhan ini timbul seperti lingkaran sebesar koin Rp.500

bewarna kemerahan pada pinggirnya pada daerah di bawah pusat. Lama kelamaan

lingkaran ini membesar menjadi bentuk yang kurang jelas dan menyebar sampai ke

seluruh daerah perut bawah.

Sebelumnya pasien pernah berobat ke bidan dan diberikan pil berwarna kuning serta

salep berwarna putih, namun pasien tidak mengetahui jelas nama obat ini. Setelah

berobat pasien tak kunjung sembuh, hingga dating ke poli kulit dan kelamin RSAM.

Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan maupun obat-

obatan. Pasien mengakui ada salah satu kerabat dekatnya yang menderita penyakit

serupa dan pasien merasa tertular penyakit ini darinya.

Pengobatan yang pernah didapat

Salep putih

Pil kuning

Penyakit lain yang pernah diderita

Riwayat kencing manis disangkal

Riwayat alergi disangkal

2
Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

- Keadaan umum : baik

- Kesadaran : Compos mentis

- Keadaan gizi : Cukup

- Tekanan darah : 130 / 80 mmHg

- Nadi : 80 x / menit

- Suhu : 37 0 C

- Respirasi : 20 x / menit

- Berat Badan : 50 kg

- Tinggi badan : 160 cm

- Thoraks

Cor dan pulmo : Dalam batas normal

- Abdomen

Hepar dan lien : Dalam batas normal

- Kel. Getah bening : Tidak ada pembesaran

3
Status Dermatologis

Lokasi :

Regio suprapubis dan Regio Lumbal dekstra

Inspeksi :

Tampak lesi pada kulit berupa makula eritematous berskuama, multiple

berukuran plakat serta tepi lesi terdapat vesikel dan papul bulat eritematous yang

disertai dareah sentral tenang dengan erosi di beberapa tempat dan krusta akibat

garukan.

4
Tes Manipulasi

Tidak dilakukan

Laboratorium

Tidak dilakukan

5
RESUME

Pasien datang ke poli kulit dan kelamin RSUAM dengan keluhan gatal di derah perut

yang dan disertai nyeri setelah digaruk.

Pasien mengaku hal ini sudah dialami sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Gatal

dirasakan pada perut bagian bawah dan menyebar sampai ke perut bagian samping

kanan. Gatal dirasakan pasien terutama saat pasien berkeringat. Jika terasa gatal,

pasien sering menggaruk dengan menggunakan sisir hingga terasa nyeri setelahnya

dan keluar cairan di tempat yang digaruk, keluhan ini sering hilang timbul sejak 1

bulan yang lalu. Awalnya keluhan ini timbul seperti lingkaran sebesar koin Rp.500

bewarna kemerahan pada pinggirnya pada daerah di bawah pusat. Lama kelamaan

lingkaran ini membesar menjadi bentuk yang kurang jelas dan menyebar sampai ke

seluruh daerah perut bawah.

Sebelumnya pasien pernah berobat ke bidan dan diberikan pil berwarna kuning serta

salep berwarna putih, namun pasien tidak mengetahui jelas nama obat ini. Setelah

berobat pasien tak kunjung sembuh, hingga dating ke poli kulit dan kelamin RSAM.

Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan maupun obat-

obatan. Pasien mengakui ada salah satu kerabat dekatnya yang menderita penyakit

serupa dan pasien merasa tertular penyakit ini darinya.

6
Pada pemeriksaan fisik status generalis dalam batas normal dan didapat status

dermatologis :

Lokasi :

Regio suprapubis dan Regio Lumbal dekstra

Inspeksi :

Tampak lesi pada kulit berupa makula eritematous berskuama, multiple berukuran

plakat serta tepi lesi terdapat vesikel dan papul bulat eritematous yang disertai

dareah sentral tenang dengan erosi di beberapa tempat dan krusta akibat garukan.

Diagnosa Banding

1. Tinea Corporis

2. Ptiriasis rosea

3. Neurodermatitis sirkumskripta

Diagnosa Kerja

Tinea Corporis

7
Penatalaksanaan

1. Umum

a. Meningkatkan hygiene pribadi

b. Menghindari pakaian yang tidak menyerap keringat dan ketat

c. Menghindari garukan yang berlebihan

d. Menyarankan anggota keluarganya dengan penyakit yang sama untuk berobat

2. Khusus

Sistemik

a. Antihistamin : Interhistin 2x 50mg (3 hari)

b. Antijamur : Ketokonazol 1x200mg (14 hari)

Topikal

Ketokonazol krim oles tipis-tipis 2-3x/hari

Prognosa

Quo ad vitam : Dubia ad bonam

Quo ad functionam : Dubia ad bonam

Quo ad sanationam : Dubia ad bonam

Follow Up

Kontrol jika obat habis

8
ANALISA KASUS

1. Apakah diagnosa sudah tepat ?

Berdasarkan anamnesa pasien mengeluh gatal di daerah perut yang disertai

nyeri setelah digaruk sejak kurang lebih 1 bulan yang lalu. Hal ini sesuai

dengan keluhan utama yang diakibatkan oleh tinea corporis. Gatal yang

dirasakan pada perut bagian bawah dan menyebar sampai ke perut bagian

samping kanan sesuai untuk daerah corporal.

Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan lesi pada kulit berupa makula

eritematous berskuama, multiple berukuran plakat serta tepi lesi terdapat

vesikel dan papul bulat eritematous yang disertai dareah sentral tenang dengan

erosi di beberapa tempat dan krusta akibat garukan di regio suprapubis.

Oleh karena itu, diagnose tinea corporis sudah tepat.

2. Apakah penatalaksanaan sudah tepat ?

Penatalaksaan yang diberikan sudah tepat. Dimana diberikan antihistamin

untuk mengurangi rasa gatal sehingga dapat megurangi keluhan gatal.

Kemudian diberikan anti jamur sistemik dan topical untuk mengobati

causanya.

9
Tinea Corporis

Latar belakang

Tinea korporis adalah infeksi dermatofit superfisial ditandai oleh lesi inflamasi atau

non inflamasi pada kulit (yaitu, kulit wilayah kecuali kulit kepala, pangkal paha,

telapak tangan, dan telapak). Tiga bentuk anamorphic (aseksual atau tidak sempurna)

adalah genus yang dapat menyebabkan dermatofitosis: Trichophyton, Microsporum,

dan Epidermophyton. Dermatofit dapat menginfeksi manusia (anthropophilic),

menginfeksi mamalia bukan manusia (zoophilic), atau berada terutama dalam tanah

(geophilic).

Patofisiologi

Dermatofit khususnya menghuni lapisan kulit yang tak hidup seperti lapisan korneum

dari kulit, rambut, dan kuku, dimana memberikan lingkungan yang hangat dan

lembab sehingga kondusif untuk proliferasi jamur. Jamur dapat melepaskan

keratinase dan enzim lain untuk menyerang ke lapisan yang lebih dalam dari stratum

korneum, meskipun biasanya kedalaman infeksi terbatas pada epidermis. Mereka

umumnya tidak menyerang dalam, karena mekanisme pertahanan host spesifik yang

10
dapat mencakup aktivasi faktor inhibisi serum, komplemen, dan leukosit

polimorfonuklear.

Setelah masa inkubasi 1-3 minggu, dermatofita menyerang dalam pola sentrifugal.

Sebagai reaksi terhadap infeksi, perbatasan aktif memiliki proliferasi sel epidermis

yang meningkat dengan skala yang dihasilkan. Hal ini menciptakan pertahanan

parsial dengan cara mendorong kulit yang terinfeksi sehingga tampak kulit sehat di

pusat lesi. Penghapusan dermatofit dicapai dengan imunitas yang diperantarai sel.

Trichophyton rubrum adalah dermatofit umum dan, karena dinding sel nya organisme

ini tahan terhadap pemberantasan. Barrier pelindungnya mengandung mannan, yang

dapat menghambat imunitas yang diperantarai sel, menghambat proliferasi

keratinosit, dan meningkatkan resistensi organisme untuk pertahanan alami kulit.

Epidemiologi

Tinea korporis adalah infeksi umum yang lebih sering terlihat dalam keadaan

lingkungan panas, iklim lembab. Tinea rubrum adalah agen menular yang paling

umum di dunia dan merupakan sumber dari 47% dari kasus tinea corporis.

Trichophyton tonsurans adalah dermatofit yang paling umum yang menyebabkan

tinea capitis, dan orang-orang dengan infeksi tinea kapitis anthropophilic lebih

mungkin untuk berkembang menjadi tinea corporis. Oleh karena itu, prevalensi tinea

corporis yang disebabkan oleh Tinea tonsurans meningkat. Microsporum canis adalah

organisme penyebab ketiga yang paling umum dan berhubungan dengan 14% dari

11
infeksi tinea korporis. Sebuah kasus yang jarang terjadi infeksi kulit Microsporum

fulvum (lengan bawah) baru-baru ini dilaporkan.

Sebuah studi 5-tahun dari Kuwait yang mencakup 2730 pasien melaporkan bahwa

infeksi jamur kulit tetap lazim di negara itu, khususnya daerah Ibukota. Pada pasien

dengan dermatofit, 6 spesies dapat terisolasi yaitu Trichophyton mentagrophytes

(39%), M canis (16%), T rubrum (10%), Epidermophyton floccosum (6,2%),

Trichophyton violaceum (2,4%), dan Trichophyton verrucosum (0,4%).

Mortalitas / Morbiditas

Infeksi dermatofit tidak mengakibatkan kematian yang signifikan, namun mereka

dapat sangat mempengaruhi kualitas hidup.

Seks

Tinea korporis terjadi baik pada pria maupun wanita. Wanita usia subur lebih

mungkin untuk menderita tinea corporis sebagai hasil dari frekuensi yang lebih besar

dari kontak dengan anak yang terinfeksi.

Umur

Tinea korporis mempengaruhi orang-orang dari semua kelompok umur, namun

prevalensi tertinggi pada dewasa muda. Tinea korporis yang diperoleh dari hewan

12
biasanya terjadi pada anak-anak. Tinea korporis yang menjadi tinea capitis biasanya

terjadi pada anak-anak karena tinea capitis lebih sering menyerang populasi ini.

Sejarah

Gejala, riwayat kontak, perjalanan terakhir memberikan petunjuk yang relevan

dalam sejarah seseorang dengan tinea korporis. Pasien yang terinfeksi mungkin

memiliki gejala yang bervariasi. Pasien dapat asimtomatik. Sebuah pruritus, plak

annular adalah karakteristik dari infeksi bergejala. Pasien kadang-kadang dapat

mengalami sensasi terbakar. Pasien HIV-positif atau immunocompromised mungkin

mengembangkan pruritus berat atau nyeri.

Tinea korporis mungkin hasil dari kontak dengan manusia terinfeksi, binatang, atau

benda mati. Atau riwayat termasuk pekerjaan (misalnya, pekerja peternakan, kebun

binatang, pekerja laboratorium, dokter hewan), lingkungan (misalnya, berkebun,

kontak dengan hewan), atau rekreasi (misalnya, kontak olahraga, kontak dengan

fasilitas olahraga)

Granuloma Majocchi yang biasanya disebabkan oleh Tinea rubrum, merupakan

infeksi jamur di rambut, folikel rambut, dan, sering dermis sekitarnya, dengan reaksi

granulomatosa terkait. Granuloma Majocchi sering terjadi pada wanita yang

mencukur bulu kaki mereka

13
Tinea korporis gladiatorum adalah infeksi dermatofit disebarkan oleh kontak kulit ke

kulit antara pegulat. Tinea imbricata adalah bentuk tinea korporis yang ditemukan

terutama di Asia Tenggara, Pasifik Selatan, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan.

Hal ini disebabkan oleh Trichophyton concentricum . Penyamaran Tinea adalah tinea

corporis dengan presentasi, diubah nonclassic akibat pengobatan kortikosteroid

Fisik

Tinea korporis dapat berwujud dalam berbagai bentuk.

Biasanya, lesi dimulai sebagai eritematosa, plak bersisik yang cepat dapat memburuk

dan membesar, seperti yang ditunjukkan pada gambar di bawah

Diagnosa banding

14
 Atopic Dermatitis

 Candidiasis, Cutaneous

 Erythema Annulare Centrifugum

 Erythema Multiforme

 Erythrasma

 Granuloma Annulare

 Granuloma Faciale

 Impetigo

 Lupus Erythematosus, Subacute Cutaneous

 Lymphocytic Skin Infiltration

 Nummular Dermatitis

 Parapsoriasis

 Pityriasis Rosea

 Psoriasis, Annular

 Psoriasis, Plaque

 Seborrheic Dermatitis

 Syphilis

 Tinea Versicolor

Infeksi akibat dermatofit zoophilic atau geophilic dapat menghasilkan respon

inflamasi yang lebih intens daripada yang disebabkan oleh mikroba anthropophilic.

15
Terinfeksi HIV atau pasien immunocompromised sering memiliki presentasi atipikal

termasuk abses dalam atau infeksi kulit yang tersebar luas.

Granuloma Majocchi bermanifestasi sebagai nodul perifollicular, granulomatosa

biasanya di lokasi yang berbeda, yang merupakan dua pertiga lebih rendah dari kaki

pada wanita. Tinea korporis gladiatorum sering bermanifestasi pada kepala, leher,

dan lengan, yang merupakan distribusi konsisten dengan daerah kulit-ke-kulit dalam

gulat. Tinea imbricata dikenal secara klinis oleh plak bersisik yang berbeda yang

disusun dalam lingkaran konsentris.

Penyebab

Tinea korporis dapat disebabkan oleh berbagai dermatofit, meskipun prevalensi dan

riwayat pasien sangat membantu dalam mengidentifikasi organisme yang paling

mungkin. Penyebab paling umum adalah T rubrum. T tonsurans, Trichophyton

mentagrophytes, Trichophyton interdigitale, Trichophyton verrucosum, Microsporum

canis, Microsporum gypseum dan juga dikenal untuk menghasilkan infeksi. Tinea

Imbricata disebabkan oleh Trichophyton concentricum.

Dermatofitosis dapat diperoleh dari sumber yang berbeda, seperti orang, hewan, atau

tanah. Manusia yang terinfeksi merupakan sumber yang paling umum dari tinea

corporis di Amerika Serikat. Kontak dengan hewan peliharaan yang terkontaminasi,

hewan ternak, dan fomites (misalnya sikat rambut, handuk) dapat menyebarkan

infeksi.

16
Tinea verrucosum adalah penyebab 98% infeksi dermatofit pada sapi dan

menunjukkan peningkatan prevalensi infeksi pada kontak dengan manusia. Tinea

mentagrophytes disebarkan oleh kelinci, marmut, dan tikus kecil. Infeksi dengan M

gypseum, organisme geophilic, dapat presentasinya hampir sebanyak tinea imbricata.

Karena arthroconidia jamur dapat bertahan hidup di lingkungan, wabah berulang

dapat terjadi.

Studi Laboratorium

Sebuah pemeriksaan hidroksida (KOH) kalium dari kerokan kulit mungkin dapat

memperdalam diagnosis tinea corporis. Sebuah tes KOH adalah pemeriksaan

mikroskopis yang digunakan untuk memvisualisasikan elemen jamur yang berasal

dari kerokan kulit stratum korneum. Sampel harus diambil dari perbatasan lesi aktif

karena daerah ini memberikan hasil tertinggi dari elemen jamur. Sebuah pemeriksaan

KOH dari lesi vesikuler harus dibuat dari atap vesikel tersebut.

KOH membantu melarutkan keratin dan daun elemen jamur utuh, memperlihatkan

banyak septae, percabangan hifa di antara sel-sel epitel. Sebuah counterstain, seperti

chlorazol hitam atau tinta Parker E biru-hitam, dapat membantu memvisualisasikan

hifa di bawah mikroskop.

17
Kultur jamur sering digunakan sebagai tambahan KOH untuk diagnosis. Kultur jamur

lebih spesifik daripada KOH untuk mendeteksi infeksi dermatofit, karena itu, jika

kecurigaan klinis yang tinggi namun hasilnya negatif KOH, kultur jamur harus

dilakukan.

Media kultur mampu untuk pertumbuhan dermatofit. Agar Sabouraud yang

mengandung neopeptone atau agar polypeptone dan glukosa sering digunakan untuk

kultur jamur. Namun, tidak mengandung antibiotik dan memungkinkan pertumbuhan

berlebih dari jamur dan bakteri kontaminan.

Mycosel, adalah agar-agar yang sering digunakan, mirip dengan agar-agar Sabouraud

tetapi mengandung antibiotik. Biasanya dermatophyte test medium (DTM) digunakan

yaitu media agar yang berisi antibakteri (yaitu, gentamisin, chlortetracycline) dan

antijamur (yaitu, cycloheximide) pada base agar nutrient nya. Kombinasi ini dapat

mengisolasi dermatofit sementara menekan spesies jamur dan bakteri lain yang dapat

mengkontaminasi kultur.

Setelah inokulasi kultur, potensi pertumbuhan jamur dimonitor selama 2 minggu.

Hasil kultur positif bervariasi tergantung pada media yang digunakan. DTM berisi

solusi merah fenol, yang menyebabkan perubahan warna dari kuning jerami ke

terang-merah di bawah kondisi alkali, menunjukkan hasil kultur positif dermatofit.

Namun, warna membuat identifikasi morfologi kultur (khususnya pigmentasi) sulit.

Sabouraud atau agar-agar Mycosel harus digunakan untuk menilai karakteristik

koloni dan mikroskopis.

18
Jika evaluasi klinis di atas tidak dapat disimpulkan, metode molekuler PCR DNA

untuk identifikasi jamur dapat diterapkan. Untuk presentasi atipikal tinea korporis,

evaluasi lebih lanjut untuk HIV dan infeksi / atau keadaan immunocompromised

harus dipertimbangkan.

Temuan histologis

Biopsi kulit dengan pewarnaan hematoxylin dan eosin dari tinea corporis

menunjukkan spongiosis, parakeratosis, dan inflamasi. Neutrofil dapat dilihat dalam

stratum korneum, yang merupakan petunjuk diagnostik signifikan. Dapat juga

tampak septate hifa bercabang terlihat dalam stratum korneum dengan noda

hematoxylin dan eosin, tapi noda jamur khusus (misalnya, asam-Schiff periodik,

Gomori methenamine perak).

Perawatan Medis

Terapi topikal dianjurkan untuk infeksi dermatofit lokal karena jarang menyerang

jaringan hidup. Terapi topikal harus diterapkan pada lesi dan setidaknya 2 cm di

daerah ini sekali atau dua kali sehari selama minimal 2 minggu, tergantung pada agen

yang digunakan. Azoles topikal dan allylamines menunjukkan efikasi klinis tingkat

tinggi. Agen ini menghambat sintesis ergosterol, sterol utama membran sel jamur.

19
Azole topikal (misalnya, ekonazol, ketoconazole, clotrimazole, miconazole,

oxiconazole, sulconazole, sertaconazole) menghambat enzim lanosterol 14-alpha-

demethylase, enzim P-450-bergantung sitokrom yang mengkonversi lanosterol untuk

ergosterol. Penghambatan ini menghasilkan enzim dalam membran sel jamur yang

tidak stabil dan menyebabkan kebocoran membran. Dermatofit yang melemah tidak

dapat mereproduksi dan secara perlahan dibunuh oleh tindakan fungistatic.

Sertaconazole nitrat adalah salah satu azoles topikal terbaru. Agen ini memiliki

kemampuan fungisidal dan anti-inflamasi dan digunakan sebagai agen spektrum luas.

Agen ini juga mungkin memiliki efek reservoir dan karena itu adalah pilihan yang

baik untuk pasien yang tidak patuh. Terakhir, menurut Liebel dkk yang diterbitkan

dalam data in vitro pada tahun 2006, melaporkan obat ini memiliki sifat anti-gatal.

Allylamines (misalnya, naftifine, terbinafine) dan benzylamine terkait Butenafine

epoxidase menghambat squalene epoxidase, yang mengubah squalene untuk

ergosterol. Penghambatan enzim ini menyebabkan squalene, zat racun bagi sel-sel

jamur, untuk mengumpulkan intrasel dan menyebabkan kematian sel yang cepat.

Allylamines mengikat secara efektif dengan stratum korneum karena sifat lipofilik

mereka. Mereka juga menembus dalam ke folikel rambut.

Ciclopiroxolamine adalah agen topikal fungisida. Hal ini menyebabkan

ketidakstabilan membran dengan terakumulasi di dalam sel-sel jamur dan

mengganggu transportasi asam amino melintasi membran sel jamur.

20
Sebuah potensi rendah hingga menengah kortikosteroid topikal dapat ditambahkan ke

rejimen anti jamur topikal untuk mengurangi gejala. Steroid dapat memberikan

bantuan yang cepat dari komponen inflamasi dari infeksi, tetapi steroid seharusnya

hanya diterapkan untuk beberapa hari pertama pengobatan. Penggunaan jangka

panjang dari steroid dapat menyebabkan infeksi persisten dan berulang, durasi yang

lebih lama dari rejimen pengobatan, dan efek merugikan dari atrofi kulit, striae, dan

telangiectasias.

Terapi sistemik dapat diindikasikan untuk tinea corporis yang mencakup infeksi kulit

yang luas, imunosupresi, resistensi terhadap terapi antijamur topikal, dan

komorbiditas dari tinea capitis atau tinea unguium. Penggunaan obat oral

memerlukan perhatian untuk interaksi obat yang potensial dan pemantauan untuk

efek samping.

Mekanisme of Action (MOA) griseofulvin terhadap dermatofit adalah gangguan

mitosis spindle mikrotubule pada metafase, menyebabkan penangkapan mitosis sel

jamur. Dosis 10 mg / kg / hari selama 4 minggu efektif. Selain itu, griseofulvin

menginduksi sitokrom P-450 sistem enzim dan dapat meningkatkan metabolisme

CYP-450 tergantung pada obat. Ini adalah obat sistemik pilihan untuk infeksi Tinea

corporis pada anak-anak.

Azoles sistemik (misalnya, flukonazol, itrakonazol, ketokonazol) fungsi mirip dengan

agen topikal, menyebabkan kerusakan membran sel.

21
Ketokonazol oral 3-4 mg / kg / hari dapat diberikan. Namun, agen ini membawa

risiko yang terkait hepatitis dalam waktu kurang dari 1 dalam 10.000 kasus dan

sekarang jarang digunakan secara oral untuk infeksi dermatofit.

Flukonazol di 50-100 mg / hari atau 150 mg sekali seminggu selama 2-4 minggu

digunakan dengan hasil yang baik.

Itrakonazol oral dalam dosis 100 mg / hari selama 2 minggu menunjukkan

keberhasilan yang tinggi. Dengan peningkatan dosis 200 mg / hari, durasi pengobatan

dapat dikurangi menjadi 1 minggu. Namun, aktivitas sitokrom P-450 dari itrakonazol

memungkinkan untuk potensi interaksi dengan obat yang biasa diresepkan lainnya.

Berdasarkan E-test untuk kerentanan dari T rubrum, vorikonazol adalah yang paling

aktif dan flukonazol adalah yang paling aktif dari obat azol.

Terbinafine oral dapat digunakan pada dosis 250 mg / hari selama 2 minggu, potensi

ada untuk sitokrom P-450, khususnya CYP-2D6, interaksi obat dengan agen ini.

Terapi sistemik diperlukan ketika infeksi melibatkan folikel rambut, seperti

granuloma Majocchi. Dalam kasus ini, terapi topikal dapat berfungsi sebagai

pengobatan tambahan dengan obat oral.

Pengobatan pilihan untuk tinea imbricata adalah griseofulvin atau terbinafine,

meskipun beberapa resistensi telah ditemukan untuk griseofulvin oral.

22
Bedah Perawatan

Pembedahan biasanya tidak diindikasikan kecuali untuk drainase vesikula superfisial,

bula, pustula, atau abses yang mendalam.

FARMAKOTERAPI

Tujuan dari farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan mencegah

komplikasi. Agen antijamur topikal yang efektif untuk mengobati kasus tinea

corporis kebanyakan. Terapi sistemik dapat diindikasikan untuk tinea corporis yang

luas, melibatkan pasien immunocompromised, atau refrakter terhadap terapi topikal.

Untuk infeksi berat, terapi sistemik dapat dikombinasikan dengan perawatan

antijamur topikal.

Butiran oral terbinafine (Lamisil) tersedia dalam paket yang berisi 125 mg dan 187,5

mg dan untuk digunakan pada anak dengan tinea capitis yang berusia 4 tahun dan

lebih tua, butiran ini dapat ditaburkan sekali sehari pada puding atau kentang tumbuk.

Sementara disetujui hanya untuk tinea capitis, butiran lisan ini kemungkinan

digunakan pada anak dengan tinea korporis ketika terapi sistemik diperlukan. Jadwal

dosis yang disarankan untuk tinea capitis adalah 125 mg / hari untuk berat badan

kurang dari 25 kg , 187,5 mg / hari untuk 25-35 kg, dan 250 mg / hari lebih untuk

berat badan lebih dari 35 kg.

Naftifine 1% krim atau gel (Naftin)

23
Agen antijamur spektrum luas yang tampaknya mengganggu biosintesis sterol

dengan menghambat enzim squalene 2,3-epoxidase. Penghambatan Hal ini

menyebabkan penurunan jumlah sterol, menyebabkan kematian sel. Jika tidak ada

perbaikan klinis setelah 4 minggu terjadi, mengevaluasi kembali pasien.

Topikal terbinafine (Lamisil)

Aktivitas fungisida; derivate sintetik yang menghambat allylamine epoxidase

squalene, sebuah enzim kunci dalam biosintesis sterol jamur, sehingga kekurangan

ergosterol yang menyebabkan kematian sel jamur. Gunakan sampai gejala secara

signifikan menurun.

Ciclopirox olamine krim 1% (Loprox)

Mengganggu sintesis DNA, RNA, dan protein dengan menghambat transportasi

elemen penting dalam sel jamur.

Butenafine 1% krim (Mentax)

Menghambat squalene epoksidasi, yang pada gilirannya, menyebabkan penyumbatan

biosintesis ergosterol (suatu komponen penting dari membran sel jamur),

menyebabkan pertumbuhan sel jamur untuk menangkap.

Flukonazol (Diflucan)

Antijamur oral sintetik (spektrum luas bistriazole) yang selektif menghambat

sitokrom P-450 jamur dan sterol C-14 alpha-demethylation, yang mencegah konversi

24
lanosterol untuk ergosterol, sehingga mengganggu membran selular. Memiliki

afinitas sitokrom sedikit untuk mamalia, yang diyakini untuk menjelaskan toksisitas

rendah. Tersedia sebagai tab untuk pemberian oral, sebagai bubuk untuk susp oral,

dan sebagai solusi steril untuk digunakan IV. Memiliki efek samping lebih sedikit

dan lebih baik pada distribusi jaringan dibandingkan imidazoles sistemik.

Itraconazole (Sporanox)

Aktivitas Fungistatic : merupakan sintetik triazole, agen antijamur yang menghambat

pertumbuhan sel jamur dengan menghambat sintesis sitokrom P-450-tergantung dari

ergosterol, komponen vital membran sel jamur.

Ketoconazole (nizoral)

Menghambat sintesis ergosterol (sterol utama membran sel jamur), menyebabkan

komponen seluler bocor; menyebabkan kematian sel.

Terbinafine (Lamisil, Daskil)

Aktivitas fungisida; sintetik derivatif yang menghambat allylamine epoxidase

squalene, sebuah enzim kunci dalam biosintesis sterol jamur, mengakibatkan

kekurangan ergosterol yang menyebabkan kematian sel jamur. Gunakan sampai

gejala secara signifikan meningkatkan.

Griseofulvin (Fulvicin)

25
Kegiatan Fungistatic; pembelahan sel jamur terganggu dengan mengganggu

mikrotubulus. Mengikat sel-sel prekursor keratin. Keratin secara bertahap digantikan

oleh jaringan yang tidak terinfeksi, yang sangat tahan terhadap invasi jamur.

Klotrimazol 1% krim (Mycelex, Lotrimin)

Nonabsorbable imidazol. Agen antijamur spektrum luas sintetis yang menghambat

pertumbuhan jamur dengan mengubah permeabilitas membran sel, yang

menyebabkan kematian sel jamur. Terapi diarahkan pada kondisi yang mendasari,

dengan tujuan meminimalkan gejala dan mencegah komplikasi.

Mikonazol topikal (Monistat)

Kerusakan dinding sel jamur membran dengan menghambat biosintesis ergosterol.

Permeabilitas membran meningkat, menyebabkan nutrisi bocor dan mengakibatkan

kematian sel jamur. Lotion lebih disukai di daerah intertriginosa. Jika krim

digunakan, berlaku hemat untuk menghindari efek maserasi.

Oxiconazole 1% krim (Oxistat)

Kerusakan membran sel jamur dengan menghambat biosintesis ergosterol.

Permeabilitas membran meningkat, menyebabkan nutrisi bocor, mengakibatkan

kematian sel jamur.

Sulconazole 1% krim atau larutan (Exelderm)

26
Agen antijamur spektrum luas yang menghambat sintesis ergosterol, menyebabkan

kebocoran komponen seluler untuk dan mengakibatkan kematian sel jamur

FOLLOW UP

Tindak lanjut perawatan untuk tinea corporis harus ditentukan sesuai kebutuhan

pasien, tingkat keparahan infeksi, dan respon terhadap pengobatan.

Pencegahan / Pencegahan

Hal penting untuk mencegah penyebaran infeksi dermatofit adalah untuk mencegah

kontak erat antara individu yang terinfeksi dan tidak terinfeksi dan untuk

menghentikan berbagi fomites (misalnya, handuk, topi, pakaian).

Karena dermatofit berkembang dalam lingkungan yang lembab, pasien harus

disarankan untuk memakai pakaian longgar yang terbuat dari katun atau bahan

sintetis.

Komplikasi

Tinea korporis bisa kambuh jika terapi tidak menghasilkan dalam pemberantasan

lengkap dari organisme, seperti ketika pasien berhenti menerapkan terapi topikal

terlalu cepat atau jika organisme yang resisten terhadap agen antijamur yang

digunakan.

27
Reinfeksi dapat terjadi jika reservoir, seperti kuku yang terinfeksi atau folikel rambut

masih ditemukan. Sebagian besar, pasien dewasa dengan tinea korporis atau tinea

pedis juga memiliki tinea unguium yang harus diobati.

Prognosa

Untuk tinea corporis lokal, prognosis sangat baik, dengan tingkat kesembuhan dari

70-100% setelah pengobatan dengan azoles topikal atau sistemik allylamines atau

antijamur jangka pendek.

28
DAFTAR PUSTAKA

1. Unandar Budimulja : Mikosis dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, BP

FKUI, Jakarta, 1994

2. Siregar R.S. : Psoriasis dalam Atlas berwarna Saripati Penyakit Kulit, EGC,

Jakarta, 1996

3. www.medscape.com

29

Anda mungkin juga menyukai