Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah adalah material yang terdiri dari butiran mineral-mineral padat yang tidak
terikat secara kimia satu sama lain, zat cair, dan gas yang mengisi ruangruang kosong
diantara butiran mineral-mineral tersebut. Dalam dunia sipil, tanah selalu berhubungan
dengan perencanaan konstruksi, karena tanah menjadi komponen dasar pada perencanaan
konstruksi. Tanah yang baik tentu memiliki daya dukung yang besar untuk menahan beban
yang ditimbulkan oleh bangunan yang berada diatasnya. Tanah bermacam-macam
ukurannya, dari ukuran butiran yang besar hingga ukuran butiran yang sangat kecil. Tanah
kerikil atau pasir yang memiliki ukuran butiran yang relatif besar, tentu memiliki luas
penyerapan air yang kecil, sehingga sifat interaksi butirannya hanya dipengaruhi oleh
mekanisme gravitasi saja. Oleh karena itu, sifat kohesif, plastisitas dan kembang susutnya
hampir tidak terjadi pada tanah kerikil dan pasir. Jika pada tanah lempung karena ukuran
butirannya kecil, sehingga luas penyerapan airnya besar. Hal ini menunjukan bahwa sifat
tanah lempung sangat dipengaruhi oleh interaksi antar butirannya, sehingga proses kembang
susut hanya terjadi pada tanah lempung. Ditinjau dari mineral pembentuknya, tanah lempung
dapat dibagi menjadi dua yaitu tanah lempung ekspansif dan tanah lempung non ekspansif.
Tanah lempung ekspansif tersusun dari mineral lempung yang mempunyai karakter kembang
susut yang besar apabila terjadi perubahan kadar air. Tanah akan mengembang (swelling)
pada kondisi basah dan akan menyusut (shrinkage) pada kondisi kering. Hal ini dikarenakan
tanah ekspansif mengandung jenis material tertentu dan memiliki luas permukaan penyerapan
air yang besar dan sangat mudah menyerap air dalam jumlah yang besar.

Kebanyakan masalah tanah dalam geoteknik adalah tanah ekspansif. Karena tanah
ekspansif termasuk tanah yang kohesif. Pengembangan dan penyusutan mengakibatkan
pengaruh yang besar terhadap bangunan atau struktur sipil seperti kenaikan (heave) atau
retak-retak (cracking) pada perkerasan jalan dan jembatan, kenaikan (heave) atau pecah/jebol
(buckling) pada lantai dasar (slab), kenaikan (heave) atau pecah/jebol (buckling pada
bendungan, dll). Selain memiliki sifat kembang susut yang tinggi , tanah ekspansif juga
memiliki daya dukung yang rendah dan kekakuan yang menurun drastis pada kondisi basah.
Oleh karena itu perlu dilakukan stabilisasi untuk mengatasi sifat tanah lempung ekspansif
yang merugikan tersebut.
Dalam pengertian luas, yang dimaksud Stabilitas tanah adalah pencampuran tanah
dengan bahan tertentu, guna memperbaiki sifat-sifat teknis tanah atau dapat pula , stabilitas
tanah adalah usaha untuk merubah atau memperbaiki sifat-sifat teknis tanah agar memenuhi
syarat teknis tertentu.  

Proses stabilisasi tanah meliputi pencampuran tanah dengan tanah lain untuk
memperoleh gradasi yang  diinginkan atau pencampuran tanah dengan bahan-tambah buatan
pabrik, sehingga sifat-sifat teknis tanah menjadi lebih baik. Guna merubah sifat-sifat teknis
tanah, seperti : seperti kapasitas dukung, kompresibilitas, permeabilitas, kemudahan
dikerjakan, potensi pengembangan dan sensitifitas terhadap perubahan kadar air, maka dapat
dilakukan dengan cara penanganan dari yang paling mudah sampai teknik yang lebih mahal
seperti: mencampur tanah dengan semen, kapur, abu terbang, dan lain-lain. Dalam hal ini
yang akan dibahas adalah stabilitas tanah dengan kapur.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan stabilisasi tanah ?


2. Apa yang dimaksud dengan stabilisasi tanah kapur ?
3. Apa saja jenis dan sifat-sifat kapur ?
4. Bagaimana mekanisme stabilisasi kapur ?
5. Bagaimana metode stabilisasi tanah dengan kapur untuk jalan ?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui pengertian stabilisasi tanah.
2. Mengetahui stabilisasi tanah kapur.
3. Mengetahui jenis dan sidat-sifat kapur.
4. Memahami mekanisme stabilisasi kapur.
5. Memahami metode stabilisasi tanah dengan kapur untuk jalan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Stablisasi Tanah

Dalam pengertian luas, yang dimaksud Stabilitas tanah adalah pencampuran tanah
dengan bahan tertentu, guna memperbaiki sifat-sifat teknis tanah atau dapat pula , stabilitas
tanah adalah usaha untuk merubah atau memperbaiki sifat-sifat teknis tanah agar memenuhi
syarat teknis tertentu.  
Proses stabilisasi tanah meliputi pencampuran tanah dengan tanah lain untuk
memperoleh gradasi yang  diinginkan atau pencampuran tanah dengan bahan-tambah b uatan
pabrik, sehingga sifat-sifat teknis tanah menjadi lebih baik. Guna merubah sifat-sifat teknis
tanah, seperti : seperti kapasitas dukung, kompresibilitas, permeabilitas, kemudahan
dikerjakan, potensi pengembangan dan sensitifitas terhadap perubahan kadar air, maka dapat
dilakukan dengan cara penanganan dari yang paling mudah sampai teknik yang lebih mahal
seperti: mencampur tanah dengan semen, kapur, abu terbang, dan lain-lain

2.2 Stabilisasi Tanah Kapur

Tanah kapur atau tanah mediteran merupakan tanah yang terbentuk dari bebatuan
kapur yang sudah melapuk. Tanah kapur tidak memiliki unsur hara sama sekali sehingga
tanah ini tidak subur. Walaupun demikian tanah ini masih bisa digunakan untuk pertanian
yaitu, sebagai media penurun tingkat keasaman tanah menjadi netral dengan pemakaian yang
sesuai.
Kapur dalam tanah memiliki kandungan kalsium dan magnesium tanah. Hal ini terjadi karena
keberadaan kedua unsur tersebut sering ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara
umum pemberian kapur ke tanah dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta
kegiatan jasad renik tanah. Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah
menetralkan kemasaman.
Kandungan Ca dan mg yang tinggi dalam tanah kapur berhubungan dengan taraf
perkembangan tanah tersebut, semakin tua tanahnya, akan semakin kecil pula kandungan
kedua zat tersebut. Kadar tinggi berkaitan dengan pH yang netral. Sebagai unsur hara makro
Ca dan Mg mempunyai fungsi yang penting pada tanaman. Kalsium (Ca) berperan sebagai
penyusun dinding sel tumbuhan dan sering pula menetralkan bahan racun dalam jaringan
tanaman. Magnesium (Mg) merupakan komponen dari klorofil dan berperan pula dalam
pembentukan lemak dan minyak pada tumbuhan. Kekurangan kedua zat ini dalam tanah
dapat menghambat perkembangan normal pada jaringan muda.
Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Kandungan kapur dari lapisan
atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses
pelindian kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya.
Selain itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada pada lokasi
tanah tersebut. Pengaruh iklim terhadap pembentukan dan perkembangan profil tanah sangat
bergantung pada besarnya air yang mampu melewati lapisan tanah.
Stabilitas tanah kapur yaitu mencampur tanah dengan kapur dan air pada lokasi
pekerjaan di lapangan untuk merubah sifat-sifat tanah tersebut menjadi material yang lebih
baik yang memenuhi ketentuan sebagai bahan konstruksi  yang diijinkan dalam perencanaan.
Kapur bereaksi dengan air tanah sehingga merubah sifat tanahnya, mengurangi kelekatan dan
kelunakan tanah. Sifat ekspansif yang menyusut dan berkembang karena kondisi airnya akan
berkurang secara drastis karena butir kapur.

2.3 Jenis dan Sifat-sifat Kapur

A. Karakteristik Tanah Kapur

Seperti jenis tanah yang lainnya, tanah kapur juga memiliki ciri- ciri tersendiri. Ciri-
ciri dari tanah kapur beserta sifat fisik tanah antara lain adalah:

1. Tidak memiliki unsur hara, sehingga tanah jenis ini tidak subur
Ciri pertama dan paling menonjol yang dimiliki oleh tanah kapur adalah bahwa
tanah jenis ini merupakan  jenis tanah yang tidak subur karena tidak memiliki unsur
hara atau humus. Karena tanah ini tidak subur, maka tanah kapur ini tidak cocok
digunakan sebagai lahan pertanian. Karena jika digunakan sebagai lahan pertanaian,
akan sangat sulit untuk mengembangka tanaman tersebut. Meskipun tidak cocok
digunakan sebagai lahan pertanian, namun tanah ini masih bisa berkontribusi dalam
bidang pertanian. (baca : ciri ciri tanah humus).

2. Sangat mudah untuk dilalui air


Tanah kapur merupakan tanah yang bersifat sangat mudah dilalui oleh air. Maka
dari itu jika kita terjun ke sungai, kita akan lebih sering  menemukan jenis tanah di
bawah aliran sungai tersebut adalah jenis tanah kapur.
3. Terbentuk dari pelapukan batuan kapur atau batu kapur yang sudah
hancur
Tanah kapur ini  merupakan jenis tanah yang terbenruk dari pelapukan batuan
kapur atau terbentuk oleh batuan kapur yang sudah melapuk dan hancur. Oleh karena
itu tanah kapur ini memiliki warna tanah yang terang dan tidak segelap warna tanah
lainnya.

4. Tanah ini hanya berkontribusi sedikit dalam bidang pertanian


Tanah kapur ini merupakan tanah yang tidak subur karena tidak memiliki unsur
hara atau humus. Namun, tanah ini masih dapat berkontribusi dalam bidang
pertanian. Kontribusi tanah kapur ini tergolong penting karena digunakan untuk
menurunkan tingkat keasaman pada tanah, sehingga akan diperoleh tanah yang
netral.

5. Merupakan tanah yang sangat cocok untuk pertumbuhan pahon jati


Meskipun tanah kapur merupakan tanah yang tidak subur dan tidak mendukung
untuk perkembangan proses pertanian, namun ternyata ada satu jenis tanaman yang
sangat cocok jika ditanam di jenis tanah ini. jenis tanaman tersebut adalah pohon
jati. Sehingga tanah kapur ini lebih cocok digunakan sebagai lahan perkebunan
pohon jati agar kelak diperoleh tanaman jati yang tumbuh subur, tinggi, dan
menjulang.

6. Mengandung kalsium dan magnesium yang tinggi


Satu hal yang sangat bermanfaat dari tanah adalah kandungan berbagai macam
zat atau unsur yang ada di dalam lapisan tanah. Tanah kapur juga merupakan salah
satu jenis tanah yang mempunyai kandungan zat tertentu. kandungan zat yang
paling tinggi yang terdapat pada tanah kapur adalah kalsium dan juga magnesium.
Kalsium dan magnesium ini mempunyai banyak sekali manfaat bagi manusia.

Itulah beberapa ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh tanah kapur ini. dari
beberapa ciri ciri di atas kita sudah memeperoleh gambaran mengenai baik dan
buruknya dari tanah kapur ini. Namun appaun jenis atau keadaan tanah, tanah tetap
mempunyai manfaat yang besar bagi kehidupan manusia, tidak peduli apakah tanah
tersebut merupakan tanah yang subur ataukah tidak.

B. Sifat-sifat Kapur
Sifat – sifat dari kapur  antara lain :
• Mempunyai sifat plastis yang baik
• Sebagai mortel, memberi kekuatan pada tembok
• Dapat mengeras dengan cepat dan mudah
• Mudah di kerjakan
• Mempunyai ikatan yang bagus dengan batu atau bata
• Mengurangi sifat mengembang dari tanah
• Meningkatkan daya dukung dari tanah

C. Jenis – jenis Kapur


Ada beberapa jenis kapur antara lain :
• kapur tipe I adalah kapur yang mengandung kalsium hidrat tinggi; dengan kadar
Magnesium Oksida (MgO) paling tinggi 4% berat
• kapur tipe II adalah kapur Magnesium atau Dolomit yang mengandung
Magnesium Oksida lebih dari 4% dan paling tinggi 36% berat
• kapur tohor (CaO) adalah hasil pembakaran batu kapur pada suhu ± 90°C,
dengan komposisi sebagian besar Kalsium Karbonat (CaCO3)
•    kapur padam adalah hasil pemadaman kapur tohor dengan air, sehingga
membentuk hidrat [Ca(OH)2]

2.4 Mekanisme Dasar Stabilisasi dengan Kapur


1. Adanya ikatan ion Ca, Mg dan Na yang menyebabkan bertambahnya ikatan antara
partikel tanah.
2. Adanya proses sementasi (antara kapur dan tanah sehingga kekuatan geser/daya
dukung tanah  menjadi naik).
3. Stabilitas tanah dengan campuran kapur hanya efektif digunakan untuk tanah
lempung dan tidak efektif untuk tanah pasir
 Material yang diperlukan pada stabilitas tanah kapur :
1. Kapur
Berdasarkan SNI 03-4147-1996 Kapur yang digunakan sebagai bahan stabilisasi
tanah adalah kapur padam dan kapur tohor.
2. Tanah
a. Efektif digunakan pada tanah lempung yang plastisitasnya tinggi.
b. Membuat struktur tanah jadi rapuh sehingga mudah dipadatkan dengan
konsekuensi  nilai kepadatan maksimum menjadi turun
3. Air
a. Air   yang   digunakan   adalah   air   yang   tidak mengandung asam.
b. Air   laut   boleh   digunakan   tapi   tidak   boleh mengalami kontak dengan
lapisan aspal.

2.5 Metode Stabilisasi Tanah Kapur Untuk Jalan

 Bahan dan Peralatan yang Digunakan :


Persyaratan bahan adalah sebagai berikut :
1. tanah yang akan distabilisasi dengan kapur adalah tanah yang berkohesi, berbutir
halus atau lempung yang sama dengan yang direncanakan di laboratorium sesuai
SK SNI T-14-1992-03 tentang Tata Cara Perencanaan Stabilisasi Tanah dengan
Kapur.

2. kapur yang akan digunakan sebagai bahan stabilisasi di lapangan adalah sama
dengan jenis kapur yang digunakan dalam perencanaan campuran stabilisasi
tanah dengan kapur di laboratorium. Peralatan yang digunakan harus layak pakai .
Alat penghampar, yaitu :
1. tangki air
2. alat pemadat
3. alat bantu

3. Peralatan   
Peralatan yang digunakan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1.  alat pencampur untuk pencampuran tanah dan kapur serta air di lapangan
dapat digunakan salah satu dari alat-alat berikut ini:
  alat-alat pertanian, yaitu : alat pencampur pupuk alat pemecah tanah dan alat
pembajak tanah
  alat pembentuk mekanik
  pencampur berjalan yaitu : alat pencampur menerus dan tempat pencampur
berjalan
  pengaduk rotor
  cangkul mekanik atau sekop mekanik

4.   alat pembentuk permukaan tanah


5.  alat penghampar, yaitu : 

 truk jangkit
  alat penyebar mekanik
  alat manual

6. tangki air yang dilengkapi distributor untuk menyiram pekerjaan selama


pencampuran dan pemadatan.

7.   alat pemadat, yaitu : 

   pemadat roda karet 10 – 12 ton 


   pemadat roda tandem 8 – 10 ton 

8.  alat bantu, yaitu : 

  penggaruk
  sekop
  roda dorong dan alat bantu lainnya yang diperlukan 

 Persiapan di Lapangan   
Persiapan di lapangan, sebagai berikut : 
1. tanah dasar yang akan distabilisasi harus dibersihkan dari kotoran dan bahan
organis serta bahan yang tidak dikehendaki serta dijaga kelembabannya

2. sebelum diberi kapur untuk dicampur, tanah dipecah dan digemburkan terlebih
dahulu dengan alat yang sesuai dengan jenis tanah yang akan digemburkan

3. air yang digunakan harus bersih tidak mengandung asam, alkali, bahan organik,
minyak, sulfat dan klorida di atas nilai yang diijinkan sesuai SK SNI T-14-1992-
03 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana Stabilisasi Tanah dengan Kapur

 Percobaan Lapangan   
Pencampuran kadar kapur yang sudah direncanakan di laboratorium, diperiksa dengan
faktor efisiensi pencampuran di lapangan dengan ketentuan sebagai berikut : 
1. rumus untuk menghitung faktor efisiensi, yaitu :  

F.E =  Kekuatan bahan yang dicampur di lapangan 


       kekuatan bahan yang dicampur di laboratorium  . . . .  . . . . . . (1)  

Keterangan : Kekuatan bahan, diuji dengan pengujian kuat tekan bebas 

2.  faktor efisiensi hubungannya dengan alat pencampuran, yaitu : 

  alat pembentuk mekanik : 40 – 50% 


  alat pencampur rotor : 60 – 80% 
  instalasi pencampur : 80 – 100% 

3. percobaan lapangan dilaksanakan dengan membuat jalur percobaan minimum


sepanjang 200 meter.
4. selama percobaan harus dilakukan hal-hal, sebagai berikut : 

  kegemburan tanah
  faktor efisiensi
  derajat kepadatan yang dicapai oleh alat pemadat
  efektifitas alat pencampur
  cara perawatan

 Pemadatan   
Ketentuan pemadatan, sebagai berikut : 
1. tebal padat setiap lapisan 15 – 20 cm, jumlah lintasan untuk tebal lapisan padat
disesuaikan dengan ruas percobaan
2. panjang maksimum pemadatan disesuaikan dengan kapasitas produksi dan
kemampuan peralatan pemadatan
3.  pemadatan harus mencapai 95% kepadatan laboratorium
4. bila akan memadatkan bagian berikutnya, bagian tepi yang akan disambung dan
sudah dipadatkan harus dipotong tegak lurus dan roda pemadat tidak menggilas
bagian yang sudah dipadatkan terlebih dahulu sewaktu menggilas bagian yang
baru
5. selama melaksanakan pekerjaan stabilisasi tanah dengan kapur sebaiknya
dilakukan dalam cuaca hangat

 Perawatan dan Perlindungan   


Ketentuan perawatan dan perlindungan, sebagai berikut : 
1. lapisan stabilisasi tanah dengan kapur harus dirawat untuk mencegah kehilangan
kadar air yang diperlukan untuk berhidrasi dengan cara memberi penutup selama
4 hari
2. selama masa perawatan, permukaan stabilisasi tanah dengan kapur tidak boleh
dilewati lalu lintas atau alat-alat berat

 Pengendalian Mutu   
Pengendalian mutu terdiri dari pengendalian mutu persiapan tanah dan pengendalian
mutu persiapan tanah dan pengendalian mutu stabilisasi tanah dengan kapur yang
meliputi : 
1. pemeriksaan kerataan 
2. pemeriksaan penggemburan 
3.  pemeriksaan pencampuran 
4.  pemeriksaan kepadatan 
5. pemeriksaan ketebalan
6. perawatan

 Pemeriksaan Kerataan   
Pemeriksaan kerataan, sebagai berikut : 
1. kerataan tanah harus diperiksa setiap jarak 25 meter dengan menggunakan mistar
pengukur kerataan panjang 3 m
2. ketidakrataan di bawah mistar yang diijinkan, yaitu 1,5 cm
3. bagian yang lemah seperti terlalu basah atau kurang padat harus diperiksa secara
visual dan ditangani menurut ketentuan yang berlaku

 Pemeriksaan Penggemburan  
Pemeriksaan penggemburan dapat dilakukan dengan mengambil satu contoh tanah
yang sudah diproses untuk setiap 2 m2, proses kegemburan dapat dikontrol dengan
rumus :  

PK = A/B x 100% . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .  (2)  

Keterangan :  

PK  =  proses kegemburan  
A  =  berat kering tanah yang lolos saringan tanah No. 4 
B  =  berat kering total contoh (tidak termasuk kerikil yang tertahan saringan No. 4)

 Pemeriksaan Pencampuran  
Pemeriksaan pencampuran, sebagai berikut : 
1. keseragaman bahan setelah pencampuran dapat dilakukan secara visual; 
2. membuat galian kearah melintang dengn ketebalan setebal hamparan setiap 50 m
3. bila hasil dari penelitian visual, campuran telah menunjukkan keseragaman yang
baik maka contoh dapat diambil untuk dilakukan pengujian untuk mencari faktor
efisiensi dari pencampuran 
 Pemeriksaan Kepadatan  
Pemeriksaan kepadatan, sebagai berikut : 
1. kepadatan harus diperiksa minimal satu titik untuk setiap 500 m2
2. dilakukan dengan memakai alat kerucut pasir, silinder tekan atau gelembung
balon karet bila masih kurang padat maka lintasan harus ditambah seperlunya 

 Pemeriksaan Ketebalan  
Pemeriksaan ketebalan, sebagai berikut : 
1. ketebalan hasil stabilisasi tanah dengan kapur harus diperiksa pada setiap jarak
50 m.
2. tebal padat stabilisasi tanah dengan kapur yang sudah selesai tidak boleh kurang
dari 1,25 cm dari tebal rencana.

 Perawatan  
Selama waktu perawatan perlu dilakukan pengamatan kelembaban secara periodik
setiap 24 jam, selama waktu perawatan. 

2.6 CARA PENGERJAAN    


Langkah-langkah cara pengerjaan stabilisasi tanah dengan kapur di lapangan, sebagai
berikut :

1. siapkan tanah yang akan distabilisasi untuk pencampuran stabilisasi tanah


lempung dengan kapur dilakukan di tempat.
2. gemburkan tanah yang akan distabilisasi.
3. hamparkan kapur yang akan dicampur secara merata dengan cara manual atau
dengan alat penyebar mekanik, sesuai dengan yang dibutuhkan apabila pencampuran
dilakukan di lokasi setempat.
4. aduk kedua bahan sampai merata, selama pengadukan dapat ditambahkan air bila
diperlukan dan pemberian air dilakukan secara bertahap sampai memenuhi ketentuan yang
berlaku.
5. sesuaikan dengan yang direncanakan dan kemampuan alat pencampur tebal campuran
di lapangan sebelum dipadatkan, yaitu 30 cm lepas.
6. padatkan tanah pada butir dengan menggunakan pemadat roda karet atau yang sejenis.
7. lakukan pemadatan dari tepi menuju ke tengah sejajar sumbu jalan pada bagian yang
lurus, sedangkan pada tikungan dilakukan dari bagian yang rendah ke bagian yang tinggi
sejajar sumbu jalan, demikian pula pada tanjakan, pemadatan dilakukan dari bagian yang
rendah menuju ke tempat yang tinggi sejajar sumbu jalan.
8. lakukan pemadatan awal dengan pemadat roda karet; pada lintasan pertama roda
penggerak dari mesin penggilas ditempatkan di depan; setelah pemadatan awal jika masih
perlu diratakan dan dibentuk, dipakai alat pembentuk mekanik.
9. lakukan pemadatan akhir dengan alat pemadat roda tandem, setelah kerataan
memenuhi persyaratan. 
10. periksa kepadatannya dan ukur tebal lapisan padat setelah minimum 4 lintasan. 
11. usahakan konstruksi lapisan campuran tidak menjadi kering, selama pelaksanaan dan
selama masa perawatan.
12. lakukan pengendalian mutu selama pekerjaan berlangsung; pengamatan kelembaban
dilakukan untuk menentukan efektivitas cara perawatan yang digunakan. 

2.7 CONTOH GAMBAR STABILITASI TANAH DENGAN CAMPURAN KAPUR

 Proses Percampuran Tanah Dengan Kapur


Gambar 1.1

Gambar 1.2

 Selesai Dikerjakan

Gambar 1.3

Gambar 1.4
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Akhirnya pada proses stabilisasi sangatlah dibutuhkan dalam mengatasi


keadaan tanah yang kurang baik, terlebih jika di atas tanah tersebut akan dilakukan
pembangunan. Sebagaimana dijelaskan bahwa proses stabilisasi sangatlah penting
terutama untuk menjaga keseimbangan unsur tanah agar padat dan dapat
dimanfaatkan untuk pembangunan yang baik dan layak. Dan proses stabilisasi ini
harus diperkirakan secaramatang dan benar agar segala aspek yang terkait dapat
berjalan sesuai dengan direncanakan sehingga memperoleh hasil yang memuaskan
dan harus mengikuti segala tahap-tahap yang telah ditentukan sesuai dengan
prosedurnya.

3.2 SARAN

Jika ingin melakukan pembangunan diatas lahan tanah yang kurang baik,
sebaiknya sebelum melaksanakan pembangunan harus melakukan stabilisasi terlebih
dahulu untuk memperoleh hasil yang baik dari proses pembangunan yang hendak
dikerjakan dan tidak merugikan banyak aspek
MAKALAH

STABILITAS TANAH KAPUR

NAMA KELOMPOK :
1. SHAZNA DINDA YUSKYANI PUTRI 0,2015.1.05043
2. YANTI PUJI RAHAYU 0,2015.1.05051
3. ROLLY FANDI BILI 0,2015.1.05074
4. ACHMAD YANUAR 0,2015.1.05089

DOSEN MATA KULIAH :


GATI SRI UTAMI S.T., M.T

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI ADHI TAMA
SURABAYA
2018

Anda mungkin juga menyukai

  • Dragline
    Dragline
    Dokumen1 halaman
    Dragline
    Rolly Fandi Bili
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen15 halaman
    Bab Iii
    Rolly Fandi Bili
    Belum ada peringkat
  • Dozer
    Dozer
    Dokumen1 halaman
    Dozer
    Rolly Fandi Bili
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    Rolly Fandi Bili
    Belum ada peringkat
  • Bahan Jalan Siap
    Bahan Jalan Siap
    Dokumen57 halaman
    Bahan Jalan Siap
    Rolly Fandi Bili
    Belum ada peringkat
  • Alat Gali
    Alat Gali
    Dokumen3 halaman
    Alat Gali
    Rolly Fandi Bili
    Belum ada peringkat