PENDAHULUAN
Tanah adalah material yang terdiri dari butiran mineral-mineral padat yang tidak
terikat secara kimia satu sama lain, zat cair, dan gas yang mengisi ruangruang kosong
diantara butiran mineral-mineral tersebut. Dalam dunia sipil, tanah selalu berhubungan
dengan perencanaan konstruksi, karena tanah menjadi komponen dasar pada perencanaan
konstruksi. Tanah yang baik tentu memiliki daya dukung yang besar untuk menahan beban
yang ditimbulkan oleh bangunan yang berada diatasnya. Tanah bermacam-macam
ukurannya, dari ukuran butiran yang besar hingga ukuran butiran yang sangat kecil. Tanah
kerikil atau pasir yang memiliki ukuran butiran yang relatif besar, tentu memiliki luas
penyerapan air yang kecil, sehingga sifat interaksi butirannya hanya dipengaruhi oleh
mekanisme gravitasi saja. Oleh karena itu, sifat kohesif, plastisitas dan kembang susutnya
hampir tidak terjadi pada tanah kerikil dan pasir. Jika pada tanah lempung karena ukuran
butirannya kecil, sehingga luas penyerapan airnya besar. Hal ini menunjukan bahwa sifat
tanah lempung sangat dipengaruhi oleh interaksi antar butirannya, sehingga proses kembang
susut hanya terjadi pada tanah lempung. Ditinjau dari mineral pembentuknya, tanah lempung
dapat dibagi menjadi dua yaitu tanah lempung ekspansif dan tanah lempung non ekspansif.
Tanah lempung ekspansif tersusun dari mineral lempung yang mempunyai karakter kembang
susut yang besar apabila terjadi perubahan kadar air. Tanah akan mengembang (swelling)
pada kondisi basah dan akan menyusut (shrinkage) pada kondisi kering. Hal ini dikarenakan
tanah ekspansif mengandung jenis material tertentu dan memiliki luas permukaan penyerapan
air yang besar dan sangat mudah menyerap air dalam jumlah yang besar.
Kebanyakan masalah tanah dalam geoteknik adalah tanah ekspansif. Karena tanah
ekspansif termasuk tanah yang kohesif. Pengembangan dan penyusutan mengakibatkan
pengaruh yang besar terhadap bangunan atau struktur sipil seperti kenaikan (heave) atau
retak-retak (cracking) pada perkerasan jalan dan jembatan, kenaikan (heave) atau pecah/jebol
(buckling) pada lantai dasar (slab), kenaikan (heave) atau pecah/jebol (buckling pada
bendungan, dll). Selain memiliki sifat kembang susut yang tinggi , tanah ekspansif juga
memiliki daya dukung yang rendah dan kekakuan yang menurun drastis pada kondisi basah.
Oleh karena itu perlu dilakukan stabilisasi untuk mengatasi sifat tanah lempung ekspansif
yang merugikan tersebut.
Dalam pengertian luas, yang dimaksud Stabilitas tanah adalah pencampuran tanah
dengan bahan tertentu, guna memperbaiki sifat-sifat teknis tanah atau dapat pula , stabilitas
tanah adalah usaha untuk merubah atau memperbaiki sifat-sifat teknis tanah agar memenuhi
syarat teknis tertentu.
Proses stabilisasi tanah meliputi pencampuran tanah dengan tanah lain untuk
memperoleh gradasi yang diinginkan atau pencampuran tanah dengan bahan-tambah buatan
pabrik, sehingga sifat-sifat teknis tanah menjadi lebih baik. Guna merubah sifat-sifat teknis
tanah, seperti : seperti kapasitas dukung, kompresibilitas, permeabilitas, kemudahan
dikerjakan, potensi pengembangan dan sensitifitas terhadap perubahan kadar air, maka dapat
dilakukan dengan cara penanganan dari yang paling mudah sampai teknik yang lebih mahal
seperti: mencampur tanah dengan semen, kapur, abu terbang, dan lain-lain. Dalam hal ini
yang akan dibahas adalah stabilitas tanah dengan kapur.
PEMBAHASAN
Dalam pengertian luas, yang dimaksud Stabilitas tanah adalah pencampuran tanah
dengan bahan tertentu, guna memperbaiki sifat-sifat teknis tanah atau dapat pula , stabilitas
tanah adalah usaha untuk merubah atau memperbaiki sifat-sifat teknis tanah agar memenuhi
syarat teknis tertentu.
Proses stabilisasi tanah meliputi pencampuran tanah dengan tanah lain untuk
memperoleh gradasi yang diinginkan atau pencampuran tanah dengan bahan-tambah b uatan
pabrik, sehingga sifat-sifat teknis tanah menjadi lebih baik. Guna merubah sifat-sifat teknis
tanah, seperti : seperti kapasitas dukung, kompresibilitas, permeabilitas, kemudahan
dikerjakan, potensi pengembangan dan sensitifitas terhadap perubahan kadar air, maka dapat
dilakukan dengan cara penanganan dari yang paling mudah sampai teknik yang lebih mahal
seperti: mencampur tanah dengan semen, kapur, abu terbang, dan lain-lain
Tanah kapur atau tanah mediteran merupakan tanah yang terbentuk dari bebatuan
kapur yang sudah melapuk. Tanah kapur tidak memiliki unsur hara sama sekali sehingga
tanah ini tidak subur. Walaupun demikian tanah ini masih bisa digunakan untuk pertanian
yaitu, sebagai media penurun tingkat keasaman tanah menjadi netral dengan pemakaian yang
sesuai.
Kapur dalam tanah memiliki kandungan kalsium dan magnesium tanah. Hal ini terjadi karena
keberadaan kedua unsur tersebut sering ditemukan berasosiasi dengan karbonat. Secara
umum pemberian kapur ke tanah dapat mempengaruhi sifat fisik dan kimia tanah serta
kegiatan jasad renik tanah. Bila ditinjau dari sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah
menetralkan kemasaman.
Kandungan Ca dan mg yang tinggi dalam tanah kapur berhubungan dengan taraf
perkembangan tanah tersebut, semakin tua tanahnya, akan semakin kecil pula kandungan
kedua zat tersebut. Kadar tinggi berkaitan dengan pH yang netral. Sebagai unsur hara makro
Ca dan Mg mempunyai fungsi yang penting pada tanaman. Kalsium (Ca) berperan sebagai
penyusun dinding sel tumbuhan dan sering pula menetralkan bahan racun dalam jaringan
tanaman. Magnesium (Mg) merupakan komponen dari klorofil dan berperan pula dalam
pembentukan lemak dan minyak pada tumbuhan. Kekurangan kedua zat ini dalam tanah
dapat menghambat perkembangan normal pada jaringan muda.
Kandungan kapur dari setiap jenis tanah berbeda-beda. Kandungan kapur dari lapisan
atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses
pelindian kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya.
Selain itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada pada lokasi
tanah tersebut. Pengaruh iklim terhadap pembentukan dan perkembangan profil tanah sangat
bergantung pada besarnya air yang mampu melewati lapisan tanah.
Stabilitas tanah kapur yaitu mencampur tanah dengan kapur dan air pada lokasi
pekerjaan di lapangan untuk merubah sifat-sifat tanah tersebut menjadi material yang lebih
baik yang memenuhi ketentuan sebagai bahan konstruksi yang diijinkan dalam perencanaan.
Kapur bereaksi dengan air tanah sehingga merubah sifat tanahnya, mengurangi kelekatan dan
kelunakan tanah. Sifat ekspansif yang menyusut dan berkembang karena kondisi airnya akan
berkurang secara drastis karena butir kapur.
Seperti jenis tanah yang lainnya, tanah kapur juga memiliki ciri- ciri tersendiri. Ciri-
ciri dari tanah kapur beserta sifat fisik tanah antara lain adalah:
1. Tidak memiliki unsur hara, sehingga tanah jenis ini tidak subur
Ciri pertama dan paling menonjol yang dimiliki oleh tanah kapur adalah bahwa
tanah jenis ini merupakan jenis tanah yang tidak subur karena tidak memiliki unsur
hara atau humus. Karena tanah ini tidak subur, maka tanah kapur ini tidak cocok
digunakan sebagai lahan pertanian. Karena jika digunakan sebagai lahan pertanaian,
akan sangat sulit untuk mengembangka tanaman tersebut. Meskipun tidak cocok
digunakan sebagai lahan pertanian, namun tanah ini masih bisa berkontribusi dalam
bidang pertanian. (baca : ciri ciri tanah humus).
Itulah beberapa ciri atau karakteristik yang dimiliki oleh tanah kapur ini. dari
beberapa ciri ciri di atas kita sudah memeperoleh gambaran mengenai baik dan
buruknya dari tanah kapur ini. Namun appaun jenis atau keadaan tanah, tanah tetap
mempunyai manfaat yang besar bagi kehidupan manusia, tidak peduli apakah tanah
tersebut merupakan tanah yang subur ataukah tidak.
B. Sifat-sifat Kapur
Sifat – sifat dari kapur antara lain :
• Mempunyai sifat plastis yang baik
• Sebagai mortel, memberi kekuatan pada tembok
• Dapat mengeras dengan cepat dan mudah
• Mudah di kerjakan
• Mempunyai ikatan yang bagus dengan batu atau bata
• Mengurangi sifat mengembang dari tanah
• Meningkatkan daya dukung dari tanah
2. kapur yang akan digunakan sebagai bahan stabilisasi di lapangan adalah sama
dengan jenis kapur yang digunakan dalam perencanaan campuran stabilisasi
tanah dengan kapur di laboratorium. Peralatan yang digunakan harus layak pakai .
Alat penghampar, yaitu :
1. tangki air
2. alat pemadat
3. alat bantu
3. Peralatan
Peralatan yang digunakan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
1. alat pencampur untuk pencampuran tanah dan kapur serta air di lapangan
dapat digunakan salah satu dari alat-alat berikut ini:
alat-alat pertanian, yaitu : alat pencampur pupuk alat pemecah tanah dan alat
pembajak tanah
alat pembentuk mekanik
pencampur berjalan yaitu : alat pencampur menerus dan tempat pencampur
berjalan
pengaduk rotor
cangkul mekanik atau sekop mekanik
truk jangkit
alat penyebar mekanik
alat manual
penggaruk
sekop
roda dorong dan alat bantu lainnya yang diperlukan
Persiapan di Lapangan
Persiapan di lapangan, sebagai berikut :
1. tanah dasar yang akan distabilisasi harus dibersihkan dari kotoran dan bahan
organis serta bahan yang tidak dikehendaki serta dijaga kelembabannya
2. sebelum diberi kapur untuk dicampur, tanah dipecah dan digemburkan terlebih
dahulu dengan alat yang sesuai dengan jenis tanah yang akan digemburkan
3. air yang digunakan harus bersih tidak mengandung asam, alkali, bahan organik,
minyak, sulfat dan klorida di atas nilai yang diijinkan sesuai SK SNI T-14-1992-
03 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana Stabilisasi Tanah dengan Kapur
Percobaan Lapangan
Pencampuran kadar kapur yang sudah direncanakan di laboratorium, diperiksa dengan
faktor efisiensi pencampuran di lapangan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. rumus untuk menghitung faktor efisiensi, yaitu :
kegemburan tanah
faktor efisiensi
derajat kepadatan yang dicapai oleh alat pemadat
efektifitas alat pencampur
cara perawatan
Pemadatan
Ketentuan pemadatan, sebagai berikut :
1. tebal padat setiap lapisan 15 – 20 cm, jumlah lintasan untuk tebal lapisan padat
disesuaikan dengan ruas percobaan
2. panjang maksimum pemadatan disesuaikan dengan kapasitas produksi dan
kemampuan peralatan pemadatan
3. pemadatan harus mencapai 95% kepadatan laboratorium
4. bila akan memadatkan bagian berikutnya, bagian tepi yang akan disambung dan
sudah dipadatkan harus dipotong tegak lurus dan roda pemadat tidak menggilas
bagian yang sudah dipadatkan terlebih dahulu sewaktu menggilas bagian yang
baru
5. selama melaksanakan pekerjaan stabilisasi tanah dengan kapur sebaiknya
dilakukan dalam cuaca hangat
Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu terdiri dari pengendalian mutu persiapan tanah dan pengendalian
mutu persiapan tanah dan pengendalian mutu stabilisasi tanah dengan kapur yang
meliputi :
1. pemeriksaan kerataan
2. pemeriksaan penggemburan
3. pemeriksaan pencampuran
4. pemeriksaan kepadatan
5. pemeriksaan ketebalan
6. perawatan
Pemeriksaan Kerataan
Pemeriksaan kerataan, sebagai berikut :
1. kerataan tanah harus diperiksa setiap jarak 25 meter dengan menggunakan mistar
pengukur kerataan panjang 3 m
2. ketidakrataan di bawah mistar yang diijinkan, yaitu 1,5 cm
3. bagian yang lemah seperti terlalu basah atau kurang padat harus diperiksa secara
visual dan ditangani menurut ketentuan yang berlaku
Pemeriksaan Penggemburan
Pemeriksaan penggemburan dapat dilakukan dengan mengambil satu contoh tanah
yang sudah diproses untuk setiap 2 m2, proses kegemburan dapat dikontrol dengan
rumus :
Keterangan :
PK = proses kegemburan
A = berat kering tanah yang lolos saringan tanah No. 4
B = berat kering total contoh (tidak termasuk kerikil yang tertahan saringan No. 4)
Pemeriksaan Pencampuran
Pemeriksaan pencampuran, sebagai berikut :
1. keseragaman bahan setelah pencampuran dapat dilakukan secara visual;
2. membuat galian kearah melintang dengn ketebalan setebal hamparan setiap 50 m
3. bila hasil dari penelitian visual, campuran telah menunjukkan keseragaman yang
baik maka contoh dapat diambil untuk dilakukan pengujian untuk mencari faktor
efisiensi dari pencampuran
Pemeriksaan Kepadatan
Pemeriksaan kepadatan, sebagai berikut :
1. kepadatan harus diperiksa minimal satu titik untuk setiap 500 m2
2. dilakukan dengan memakai alat kerucut pasir, silinder tekan atau gelembung
balon karet bila masih kurang padat maka lintasan harus ditambah seperlunya
Pemeriksaan Ketebalan
Pemeriksaan ketebalan, sebagai berikut :
1. ketebalan hasil stabilisasi tanah dengan kapur harus diperiksa pada setiap jarak
50 m.
2. tebal padat stabilisasi tanah dengan kapur yang sudah selesai tidak boleh kurang
dari 1,25 cm dari tebal rencana.
Perawatan
Selama waktu perawatan perlu dilakukan pengamatan kelembaban secara periodik
setiap 24 jam, selama waktu perawatan.
Gambar 1.2
Selesai Dikerjakan
Gambar 1.3
Gambar 1.4
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Jika ingin melakukan pembangunan diatas lahan tanah yang kurang baik,
sebaiknya sebelum melaksanakan pembangunan harus melakukan stabilisasi terlebih
dahulu untuk memperoleh hasil yang baik dari proses pembangunan yang hendak
dikerjakan dan tidak merugikan banyak aspek
MAKALAH
NAMA KELOMPOK :
1. SHAZNA DINDA YUSKYANI PUTRI 0,2015.1.05043
2. YANTI PUJI RAHAYU 0,2015.1.05051
3. ROLLY FANDI BILI 0,2015.1.05074
4. ACHMAD YANUAR 0,2015.1.05089