Anda di halaman 1dari 10

p- ISSN : 2407 –

POSTER 021
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

IMPLEMENTASI ROLE-BASED ACCESS CONTROL (RBAC)


PADA PEMANFAATAN DATA KEPENDUDUKAN
DITINGKAT KABUPATEN
Rubiyanto1*, Selo2; Widyawan3
*123
Departemen Teknik Elektro, Teknologi Informasi, Fakultas Teknik,
Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta
Jl.Grafika No.2, Sleman, Yogyakarta, Kode pos
*
E-mail : mas.rubi@mail.ugm.ac.id.

ABSTRAK
Kontrol akses dengan menggunakan Role-Based Access Control (RBAC) dapat dimanfaatkan untuk
pengamanan pemanfaatan data kependudukan dalam proses otorisasi hak aksesnya. Hak akses sistem
pemanfaatan data kependudukan ditingkat kabupaten merupakan syarat untuk dapat mengakses data
kependudukan level kabupaten, yang diberikan berdasarkan mekanisme peraturan yang berlaku.
Penentuan kewenangan yang berbeda harus dilakukan karena adanya perbedaan kebutuhan data dan
peran berbagai sistem informasi yang membutuhkan data kependudukan. Penentuan kewenangan
dalam mengakses data tersebut perlu dipetakan untuk mengetahui kebutuhan data setiap sistem
pengakses, yang kemudian dijadikan sebagai pedoman dalam penyusunan pemberian hak akses dan
kewenangannya.

Pendekatan analisis deskriptif dilakukan dengan kajian pustaka terkait penggunaan RBAC,
ketersediaan dan pemanfaatan data kependudukan ditingkat kabupaten, otorisasi akses data
kependudukan dan analisa kondisi aktual terkait keamanan sistem terutama kontrol akses yang
dibutuhkan untuk mengetahui masalah yang ada.

Penelitian ini membahas mengenai otorisasi dalam pemanfaatan data kependudukan ditingkat
kabupaten dengan pendekatan Role-Based Access Control (RBAC) sebagai salah satu upaya
meningkatkan keamanan sistem web service yang digunakan. Pemetaan kebutuhan data kependudukan
dilakukan dengan mengelompokkan sistem informasi pengakses berdasarkan jenis dan kelompok data
yang dibutuhkan. Kebutuhan data sistem pengakses dipetakan berdasarkan fungsi bisnis dari sistem
tersebut. Pemetaan yang dilakukan menghasilkan tiga kelompok kewenangan berbeda, dalam
pengaksesan data identitas maupun data agregat kependudukan. Hasil penelitian ini diharapkan
menjadi bahan masukan dalam pembuatan PKS sebagai dasar pemberian hak akses pada pelayanan
data kependudukan oleh berbagai sistem pelayanan publik khususnya di tingkat Kabupaten Wonosobo

Kata kunci: RBAC, Hak Akses, Keamanan Sistem, Pemanfaatan Data Kependudukan

ABSTRACT
Access kontrol using Role-Based Access Kontrol (RBAC) can be utilized for securing the use of
demographic data in the process of authorization of access rights. Utilization system permissions
population data at the district level is a requirement to be able to access the district-level population
data, which are awarded based on the mechanism of regulation. Determination of different powers to
be done because of differences in data requirements and the role of Information systems requiring
demographic data. Determining authority to access that data needs to be mapped to determine the
needs of each system accessed the data, which is then used as a guide in the preparation of granting
access rights and authority. Descriptive analysis approach performed by literature review related to
the use of RBAC, the availability and utilization of population data at the district level, data access
authorization of residence and the analysis of actual conditions associated security access kontrol
systems primarily needed to know the problem exists. This study discusses the authorization of the use
of population data at the district level with the approach of Role-Based Access Kontrol (RBAC) as an

Sains dan 1
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017
p- ISSN : 2407 –
POSTER 021
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

effort to improve the security systems that use web service. Mapping needs population data is done by
grouping the access of information systems based on the type and the required data group. The access
system mapped data needs based on the business functions of the system. Scans taken produces three
different authority groups, in accessing identity data and aggregate data on population. Results of this
research are expected to be input in the manufacture of the Cooperation Agreement as the basis for
granting access rights to service the population data by a variety of public services, especially at the
level of Wonosobo regency

Keywords : RBAC, Permissions, System Security, Data Utilization Population

PENDAHULUAN perjanjian kerja sama (PKS) antara Instansi


Role-Based Access Control (RBAC) yang mempunyai sistem informasi Pengakses
adalah sebuah mekanisme pengelolaan dengan Dinas Kependudukan dan Pencatatan
sejumlah hak akses yang lebih fleksibel Sipil sebagai pemilik data Kependudukan.
dibandingkan dengan model kontrol akses Informasi mengenai kebutuhan data apa saja
Mandatory Access Control (MAC) maupun yang perlu diakses, bagiamana hal tersebut
Discretionary Access Control (DAC)(Habib, dapat terlayani , pengaturan apa saja yang
2011). Hak akses tidak harus diberikan kepada diperlukan serta sistem seperti apa yang
subjek yang sama dalam waktu yang dibutuhkan merupakan beberapa hal yang
bersamaan dalam RBAC untuk menjaga harus ada dalam PKS. PKS tersebut berlaku
keamanan sistem dari pihak yang tidak secara individu bukan kelompok sistem,
diinginkan (Strembeck M, 2004). sehingga tiap sistem informasi wajib
Data Kependudukan merupakan salah mempunyai PKS sendiri untuk dapat
satu data yang paling banyak digunakan dalam mengakses data kependudukan.
proses pelayanan publik. Database Ditingkat kabupaten Wonosobo, terdapat
Kependudukan dalam SIAK menggunakan beberapa sistem informasi yang membutuhkan
NIK untuk mengidentifikasi setiap record pada data kependudukan dengan jenis yang berbeda.
seluruh komponennya, mempunyai item data Oleh karena itu dibutuhkan pemetaan
yang lengkap tentang identitas, pencatatan kebutuhan data untuk mengetahui data apa saja
sipil, dan biometric memungkinkan untuk yang sebenarnya digunakan dalam sistem
dimanfaatkan berbagai sistem informasi di informasi mereka. Selain itu, pemetaan ini
Pemkab/ Pemkot(Sutanta & Ashari, 2012). digunakan untuk memfilter data-data yang
Pemanfaatan data kependudukan di tidak perlu di ekspos, tidak di keluarkan dalam
tingkat kabupaten untuk sistem informasi pelayanan data tersebut. Hal ini akan
pelayanan publik, bisa diwujudkan dengan menghemat resource baik dalam ekspose dari
pelayanan data kependudukan menggunakan data master hingga transimisi data yang
teknologi web service (Istiyanto & Sutanta, dilakukan. .
2012)(Sutanta, 2011)(Wardana & Rahman, Penelitian ini bertujuan untuk
2016). Pada implementasinya, sistem memberikan usulan mengenai kewenangan
informasi pelayanan publik sebagai pengakses, sistem informasi atau kelompok sistem
harus mempunyai hak akses yang di tuangkan informasi dalam akses data kependudukan
dalam Perjanjian Kerja Sama, yang yang disediakan berdasarkan sensitifitas data
didalamnya harus memuat tentang dan jenis data. Dengan menggunakan metode
kewenangan sistem informasi Pengakses. role-based access control (RBAC), pemetaan
Belum adanya standar baku yang mengatur kebutuhan data dilakukan pada berbagai sistem
tentang jenis dan kelompok data apa saja informasi pelayanan publik yang
dalam pemanfaatan data kependudukan, membutuhkan data kependudukan.
menyebabkan penentuan pemberian hak akses Kewenangan yang terpetakan dapat dijadikan
untuk jenis dan kelompok data dimungkinkan sebagai masukan dalam penyusunan Perjanjian
mengalami kesulitan atau bahkan menghambat Kerja Sama (PKS), sebagai dasar pemberian
proses pemberian hak akses tersebut. hak akses dalam pemanfaatan data
Pemberian hak akses sistem pelayanan kependudukan sesuai dengan Permendagri
data kependudukan, diwujudkan melalui

Sains dan 2
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017
p- ISSN : 2407 –
POSTER 021
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

nomor 61 Tahun 2015(Menteri Dalam Negeri sebagai subjeknya. Selain itu implementasi
Republik Indonesia, 2015). RBAC digunakan pada sistem informasi.
Implementasi RBAC pada penelitian ini
METODE berbeda dari sisi penggunanya yaitu berupa
Penelitian ini bertujuan untuk sistem informasi yang akan mengakses layanan
mengusulkan model pengamanan akses sistem web service data kependudukan. Sehingga
web service pelayanan data kependudukan implementasi pada pemberian kewenangan
dengan pendekatan Role-Based Access Control (role) adalah kewenangan untuk sistem
(RBAC) yang disesuaikan dengan Permendagri informasi dalam mengakses layanan yang
nomor 61 tahun 2015 tentang Persyaratan, disediakan berdasarkan tugas dan perannya
Ruang Lingkup Dan Tata Cara Pemberian Hak dalam melakukan pelayanan publik.
Akses Serta Pemanfaatan Nomor Induk Role Based Access Control (RBAC)
Kependudukan, Data Kependudukan Dan RBAC ( Role Based Access Control )
Kartu Tanda Penduduk Elektronik(Menteri adalah kontrol akses yang merupakan
Dalam Negeri Republik Indonesia, 2015). perpaduan mandatory access control (MAC)
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian dan discretionary access control
ini merupakan pendekatan analisis deskriptif (DAC)(Osborn, Sandhu, & Munawer, 2000).
dengan cara melakukan kajian pustaka terkait RBAC mengacu pada role based security yang
RBAC, ketersediaan Database kependudukan, bersifat netral(Rajkumar & Sandhu, 2016) dan
pemanfaatan data kependudukan oleh sistem merupakan teknologi kontrol akses yang
informasi pelayanan publik di tingkat fleksibel untuk simulasi DAC dan
kabupaten, otorisasi dalam akses data MAC(Osborn et al., 2000). RBAC sebenarnya
kependudukan, dan dilanjutkan analisa kondisi adalah bentuk MAC, tetapi tidak didasarkan
aktual terkait dengan keamanan sistem pada persyaratan keamanan yang bertingkat
terutama dalam kontrol akses yang dibutuhkan seperti diterapkan pada aplikasi
untuk mengetahui masalah yang ada. militer(Ferraiolo & Kuhn, 1992).
Selanjutnya disampaikan usulan konsep model Kebijakan akses yang dilakukan oleh
keamanan sistem web service untuk pelayanan MAC berdasarkan ketentuan yang ditentukan
data kependudukan bagi sistem informasi di oleh otoritas pusat (Samarati & Vimercati,
tingkat kabupaten dengan pendekatan RBAC, 2001), bukan dilakukan oleh para pemilik
kemungkinan masalah yang akan timbul serta individu dari objek tersebut, dan pemilik tidak
alternatif solusinya. dapat mengubah hak akses yang telah
dibuat(Pfleeger, 1997). MAC memperlakukan
kontrol akses berdasarkan keamanan informasi
HASIL DAN PEMBAHASAN yang melekat pada pengguna dan objek.
Penelitian mengenai implementasi Berbeda dengan MAC, Discretionary
RBAC yang telah dilakukan para peneliti Access Control (DAC) adalah model akses
sebelumnya diantaranya Asrianda yang sumber daya berdasarkan identitas pengguna.
menyimpulkan bahwa hak akses pengguna Pengguna dapat memberikan izin ke pengguna
dapat dibatasi dengan mutually exclusive lain atau kelompok lain dalam model DAC
permission (MEP)(Asrianda, 2016). Pengguna (Strembeck, 2004). Akses dibatasi berdasarkan
yang sama tidak dapat mengaktifkan dua role otorisasi yang diberikan pada pengguna,
yang berbeda meskipun sessionnya berbeda. sehingga subjek diizinkan untuk menentukan
Siregar dalam penelitiannya tipe akses apa yang dapat terjadi pada objek
menyimpulkan bahwa pemberian kewenangan yang mereka miliki. Kebijakan dari kontrol
kepada setiap user, dilakukan untuk mencegah akses yang dapat diubah oleh pemiliknya
kebocoran data dengan memisahkan sendiri serta secara optional dapat
kewenangan berdasarkan tugas dan melimpahkan kewenangan yang mereka miliki
tanggungjawabnya. Pemisahan kewenangan sehingga akan menimbulkan kesulitan untuk
tersebut dilakukan untuk mencegah terjadinya mengontrol informasi secara efisien (Na &
konflik dari tugas antar user (Siregar et al., Cheon, 2000).
2017). RBAC memberikan hak akses untuk
Beberapa penelitian tersebut meng- roles bukan menerapkan hak akses pelaku atau
implementasikan RBAC pada user manusia subjek. Pengguna tidak bisa mengambil hak

Sains dan 3
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017
p- ISSN : 2407 –
POSTER 021
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

akses pengguna lain merupakan dasar login ke sistem. Program utama yang
perbedaan antara RBAC dan DAC(Ferraiolo & beroperasi atas nama pengguna untuk login
Kuhn, 1992). Dalam organisasi, roles dibuat didefinisikan sebagai subjek (Ferraiolo &
untuk fungsi kerja yang berbeda sesuai dengan Kuhn, 1992).
peran keanggotaan yang didasarkan pada Merujuk pada definisi role yang ambigu(Zhu,
kompetensi, tugas, dan kewenangan. Tugas 2003) , karenanya kolaborasi dengan kontrol
keamanan RBAC diberikan pada kontrol akses akses masih disesuaikan dengan kebutuhan
sebagai prioritas tertinggi untuk mengontrol sehingga dalam implementasi pada penelitian
akses ke sumber daya. ini role di definisikan sebagai peran pengguna
Administrator sangat berperan dalam terkait kebutuhan data kependudukan nya.
memberikan hak kepada pengguna, sehingga
subjek akan mendapatkan akses ke objek Database SIAK dan pemanfaatannya.
melalui role yang telah diberikan oleh Sistem Informasi Administrasi
administrator(Khayat & Abdallah, 2003). Kependudukan (SIAK), yang terdiri dari
Struktur RBAC meliputi roles, Aplikasi, Database dan jaringan SIAK,
permission, user, dan session(Chen & Sandhu, terhubung dari pemerintah pusat, pemerintah
1996). provinsi dan pemerintah kabupaten yang
RBAC memerlukan penunggasan hak akses dijalankan oleh pengelolanya masing-
untuk role pada setiap subjek (Khayat & masing(Indonesia, 2013). Database
Abdallah, 2003), dengan cara menghubungkan kependudukan pada SIAK di kabupaten
subjek dengan role. Hak akses yang ditugaskan memiliki muatan yang kompleks dan seragam.
ke roles akan digunakan oleh pengguna untuk Database kependudukan di Kabupaten
membuat sebuah session, dan session akan menggunakan platform Database yang
mendapatkan izin (permission) dari role yang memuat data-data wilayah; keluarga; biodata;
didapatkan oleh pengguna untuk mengaktifkan pencatatan sipil; serta foto, sidik jari tangan,
perannya (roles). dan tanda tangan. Data wilayah, terdiri atas
Dalam RBAC, role didefinisikan sebagai nama dan kode provinsi; nama dan kode
suatu gagasan yang merupakan dasar dari kabupaten/kota; nama dan kode
kebijakan kontrol akses(Sandhu & kecamatan/lainnya; serta nama dan kode
Bhamidipati, 1999). Role didefinisikan dalam desa/kelurahan/lainnya, sedangkan data
ilmu perilaku sebagai pola yang ditentukan keluarga terdiri atas: nomor kartu keluarga;
sesuai perilaku seseorang dalam situasi tertentu nama kepala keluarga; alamat; RT; RW;
berdasarkan posisi orang . dusun; kode pos; dan nomor telepon.
Permission merupakan wewenang Pemanfaatan data kependudukan telah
diberikan kepada pengguna atau subjek diatur oleh pemerintah dalam UU nomor 24
melakukan beberapa operasi atau tindakan tahun 2013 (Indonesia, 2013) dan lebih rinci
yang dilakukan kepada objek (Ferraiolo & dalam Permendagri nomor 61 tahun
Kuhn, 1992). Objek dalam kontek kontrol 2015(Menteri Dalam Negeri Republik
akses dianggap sebagai sumber daya yang oleh Indonesia, 2015). Pemanfaatan data
pengguna dapat melakukan beberapa kegiatan. kependudukan oleh lembaga negara,
Objek dapat berupa file, folder, directory, kementerian/lembaga pemerintah non
record, atau table dan lain-lain. Tipe objek kementerian atau badan hukum Indonesia
tergantung dengan sifat pada sistem yang adalah data kependudukan yang sudah
dibuat. dikonsolidasikan dan dibersihkan oleh
Subjek merupakan proses untuk Kementerian Dalam Negeri. Data
menjalankan tugas atau aktivitas atas nama Kependudukan diterbitkan secara berkala,
pengguna. Dalam sebuah role, untuk untuk skala Nasional, skala Provinsi dan
menjalankan tugas tertentu dilakukan dengan Kabupaten/Kota diterbitkan per semester yaitu
melibatkan beberapa subjek yang aktif. Subjek semester pertama diterbitkan tiap tanggal 30
pada setiap proses akan melakukan jalur Juni dan semester kedua diterbitkan tanggal 31
aksesnya, sehingga akan diketahui proses Desember setiap tahun kalender(Indonesia,
tersebut dipanggil oleh pengguna yang resmi 2013) yang akan di olah untuk menjadi
atau tidak. Hal ini dilakukan pengguna dengan pelayanan data agregat untuk digunakan
memasukkan identitasnya dalam melakukan dalam perencanaan dan pelaporan.

Sains dan 4
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017
p- ISSN : 2407 –
POSTER 021
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Instansi pelayanan publik di tingkat masing instansi sudah terelasi dengan baik
kabupaten merupakan ujung tombak pelayanan (Informasi, 2012)
pemerintah kepada masyarakat. Mereka
membutuhkan data identitas mutakhir sesuai Pengamanan sistem berdasarkan otorisasi
dengan administrasi kependudukan agar lebih pengguna
efektif dan efisien dalam pelayanan, Pengamanan sistem integrasi, berkaitan
mengurangi redundansi data, serta mengurangi dengan pemanfaatan data kependudukan
munculnya banyak versi hasil olahan data menjadi suatu hal yang harus dilakukan untuk
akibat inkonsistensi data kependudukan mendapatkan manfaat dari integrasi sistem.
(Sutanta, 2011) pada sistem informasi Beberapa hal yang menjadi pertimbangan
pelayanan publik yang dimiliknya. Namun dalam mengembangkan keamanan sistem
sampai saat ini, berbagai sistem informasi tersebut antara lain kebutuhan untuk menjamin
tersebut belum dapat mengakses layanan data confidentiality, integrity ,dan availability data
yang disediakan oleh pemerintah penduduk yang disediakan oleh sistem, serta
pusat(Fakrulloh, 2015). Oleh karena itu, untuk berbagai kemungkinan kerentanan baik yang
memenuhi kebutuhan tersebut diperlukan disebabkan oleh tindakan sengaja
sebuah sistem pelayanan data kependudukan (penyerangan) maupun karena kelalaian.
yang aman ditingkat kabupaten berbasis data Salah satu cara dalam pengamanan
pelayanan. Sedangkan untuk mendapatkan sistem adalah dengan ortorisasi. Authorization
pelayanan data tersebut, terlebih dahulu harus merupakan proses mengijinkan atau penolakan
mendapatkan hak akses yang dituangkan untuk mengakses sumber daya dari service
dalam perjanjian kerja sama (PKS) dengan yang disediakan. Proses tersebut dilakukan
Disdukcapil Kabupaten (Menteri Dalam dengan menyediakan access control terhadap
Negeri Republik Indonesia, 2015). Hak akses resource atau operasi yang dapat dilakukan
terhadap data kependudukan akan diberikan oleh user.
sesuai dengan kewenangan yang tercantum Dalam konteks web service pemanfaatan
dalam PKS tersebut. data kependudukan, proses otorisasi diawali
dengan memberikan hak akses bagi user /user
Penggunaan web service dalam group, sesuai dengan kebutuhan datanya.
pemanfaatan data kependudukan oleh Pembagian user group didasarkan pada
sistem lain. perjanjian kerja sama (PKS) yang di dasarkan
Ketersediaan Database kependudukan pada Permendagri nomor 61 tahun 2015 yang
berbasis NIK yang saat ini semakin baik akan dibuat oleh masing-masing instansi dengan
memberikan manfaat yang maksimal di pihak dukcapil. Jenis data agregat ataupun data
Pemkab/Pemkot(Sutanta & Ashari, 2012), detail yang dibutuhkan oleh sistem informasi
melalui pengembangan ragam aplikasi sistem requester akan dilayani jika sesuai dengan hak
informasi yang terintegrasi dengan akses yang terdaftar.
memanfaatkan Database kependudukan, Berdasarkan pada peran masing-masing
terutama aplikasi pelayanan publik. Integrasi sistem informasi milik berbagai dinas di
pada level data, middleware, dan aplikasi tingkat kabupaten dalam pelayanan publik,
dikembangkan dengan teknologi web didapatkan gambaran mengenai kebutuhan
service(Istiyanto & Sutanta, 2012), yang data kependudukan berbagai sistem informasi
disertai dengan evaluasi atas kinerja sistem tersebut. Kebutuhan data secara garis besar
secara terus-menerus sebagai bagian proses dipetakan menjadi 2 kelompok (grup).
dalam siklus hidup sistem informasi(Sutanta & Kebutuhan data tersebut dibedakan menjadi
Ashari, 2012). kebutuhan data identitas dan kebutuhan data
Web service diusulkan sebagai sarana agregat kependudukan. Kebutuhan data
untuk melakukan integrasi secara horizontal dimaksud digambarkan pada Gambar 1 :
antara pemilik data kependudukan dengan
sistem informasi lain yang membutuhkan.
ditingkat kabupaten. Integrasi horizontal
ditingkat lokal, ditingkat regional dan tingkat
pusat, serta integrasi vertikal di semua
tingkatan akan dapat dilakukan jika masing-

Sains dan 5
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017
p- ISSN : 2407 –
POSTER 021
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

dilindungi kerahasiaannya , (pasal


1 point 22 UU No 24 tahun 2013)
2. Agregat Penduduk: Data
kependudukan yang dihimpun dari
pendaftaran penduduk dan
pencatatan sipil menjadi data
agregat penduduk yang meliputi
himpunan data
perseorangan berupa data
kuantitatif dan data kualitatif. Data
Gambar 1. Model pemetaan kebutuhan Kependudukan tersebut digunakan
data kependudukan berdasarkan PKS untuk semua keperluan berasal dari
Kementerian Dalam Negeri (pasal
58 UU No. 24 Tahun 2013)
Pemetaan kebutuhan data oleh sistem
informasi berdasarkan jenis data antara lain: Dalam implementasi pemetaan
1. Identitas : yang dimaksud dengan kebutuhan data berdasarkan fungsi dan peran
sistem informasi dikabupaten Wonosobo, jenis
identitas adalah data pribadi yang
data yang dibutuhkan di gambarkan dalam
merupakan data perseorangan
tertentu yang disimpan, dirawat, Tabel 1:.
dan dijaga kebenaran serta
Tabel 1 : Kebutuhan data penduduk berdasarkan data identitas dan agregat oleh sistem informasi di
tingkat Kabupaten Wonosobo
Dapodik mas

Penrbita SIM
SIS NAKER

Perke bunan
DIK PORA

SIM IMIG

SIM WAS
Penerbitan
(Perijinan)

SIM KAH
Diper tan
RENDA

BPH TB
SIM RS
SINTA/
PATEN

APRIZ

SKCK
SIGA

RASI
PBB

BPS
SIK

NIK √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Nama √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Lengkap
Blok √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Alamat
Blok Data √ √ √ √ √ √ √ √ √
Kelahiran
Jenis √ √ √ √ √ √ √ √ √
Klmin
Gol Darah √ √ √ √ √ √ √ √
Agama √ √
Jenis √ √ √ √ √
Pekerjaan
Blok √ √ √ √
Status
Kawin
Pendidikan √ √ √
akhir
Blok No √ √ √ √ √ √ √ √
Kk
Nama √ √ √ √ √ √ √ √
Lgkp Ibu
Nama √ √ √ √ √ √
Lgkp
Ayah

Sains dan 6
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017
p- ISSN : 2407 –
POSTER 021
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Data √ √ √ √ √ √ √ √
Aggregat
Penduduk

Pada Tabel 1, beberapa data dimasukkan akses sesuai kewenangannya, maka dapat
kedalam blok data, dikarenakan elemen data mengakses data yang digambarkan dengan
tersebut tidak bisa dipisahkan dari yang lain. perintah seperti pada Gambar 2 :
Blok-blok data tersebut antara lain :
1. Blok alamat : nama prop, no prop,
nama kab, no kab, nama kec, no kec,
nama kel, nama kel, alamat, no rw,
no rt
2. Blok data kelahiran : tempat lahir,
tanggal lahir, umur, status akta Gambar 2. Perintah untuk mendapatkan data
kelahiran, no akta kelahiran sesuai kewenangannya
3. Blok pendidikan: status pendidikan, User lintas_siak_sik_wns serta
no ijazah, tanggal lulus password siak_sik_3307_mr , merupakan hak
4. Blok status kawin : status kawin, no akses berdasarkan role pada kelompok
akta kawin/buku nikah, no akta cerai pengakses data identitas. Dengan perintah
5. Blok kk : no kk, nama kepala tersebut web service akan memberikan respon
keluarga, alamat kk, status hub yang isinya menyesuaikan dengan kebutuhan
dalam keluarga. data yang tercantum dalam PKS yang telah
disepakati bersama, yang diantaranya dapat
Berdasarkan kelompok data, data digambarkan pada Gambar 3:
kependudukan dibagi menjadi dua kelompok
yaitu :
1. Data Umum ; Merupakan data
kependudukan baik data identitas
maupun data aggregate yang bersifat
umum atau tidak dirahasiakan sesuai
dengan aturan kependudukan
menurut UU nomor 24 tahun 2013
yang di perjelas dengan
Permendagri no 61 tahun 2015. Gambar 3. Respon yang didapatkan dari
2. Data sensitif/ rahasia; Merupakan middleware sesuai dengan kewenangan hak
data yang di rahasiakan berdasarkan akses.
peraturan perundangan yang Berdasarkan hasil pemetaan kebutuhan
berlaku. Data ini meliputi data dalam tabel 1, didapatkan bahwa sistem
keterangan tentang cacat fisik informasi yang membutuhkan data identitas
dan/atau mental, sidik jari, iris mata, merupakan sistem informasi yang melayani
tanda tangan, dan elemen data publik secara langsung. Artinya SI-sistem
lainnya yang merupakan aib informasi tersebut digunakan untuk
seseorang. bertransaksi dengan masyarakat. Sedangkan
Berkaitan dengan data sensitif tersebut, sistem informasi yang membutuhkan data
dalam pengaksesan untuk data-data dimaksud agregat adalah jenis sistem informasi yang
memerlukan peraturan khusus. Bagi sistem- digunakan untuk memberikan laporan atau
informasi yang membutuhkan data-data tidak digunakan untuk transaksi dengan
sensitif misalnya sistem informasi dinas sosial, masyarakat secara langsung. Namun beberapa
membutuhkan hak akses khusus yang harus di sistem informasi juga membutuhkan kedua
kaji terlebih dahulu oleh kementrian dalam jenis data, baik detail maupun agregat, karena
negeri. Sehingga tidak dibahas dalam fungsi sistem informasi nya selain memberikan
penelitian ini. laporan juga digunakan untuk transaksi. Data
Pada implementasi di web service identitas minimal yang dibutuhkan oleh
pelayanan data kependudukan, misalkan user kelompok pengguna, meliputi data NIK; Nama
sistem informasi Kesehatan mendapatkan hak

Sains dan 7
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017
p- ISSN : 2407 –
POSTER 021
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Lengkap dan Blok Alamat. Pengelompokan Berbagai upaya pengamanan sistem


termasuk kontrol akses meelalui implementasi
RBAC harus diimbangi dengan peningkatan
kualitas sumberdaya manusia pengelola dan
pemakainya. Hal ini bertujuan agar sistem
yang sudah terbangun dapat memberikan
manfaat yang optimal.

SIMPULAN DAN SARAN


Upaya pengamanan sistem web service
pelayanan data kependudukan, salah satunya
dapat dilakukan dengan implementasi RBAC.
Untuk menentukan kewenangan dalam hak
akses berbagai sistem pelayanan di tingkat
kabupaten, dibutuhkan untuk mengetahui
kebutuhan data yang didapatkan digambarkan
kebutuhan data kependudukan bagi setiap
pada Gambar 4:
sistem atau kelompok sistem. Pemetaan
Gambar 4. Pengelompokan user group
kebutuhan data kependudukan pada sistem
berdasarkan kebutuhan data.
pelayanan publik, dilakukan dengan
mengelompokkan kebutuhan berdasarkan jenis
Kemungkinan masalah dan solusinya. data dan sensitifitas data. Hasil yang
Masalah yang berpotensi terjadi dalam didapatkan dari pengelompokkan tersebut
upaya pengamanan sistem web service bahwa beberapa sistem informasi
pemanfaatan data kependudukan melalui membutuhkan data aggregat untuk
pendekatan RBAC antara lain : kemungkinan memberikan informasi, perencanaan dan
berubahnya bisnis yang ditangani oleh Instansi pelaporan, sedangkan untuk sistem informasi
pengguna web service sebagai akibat pelayanan publik membutuhkan data identitas,
pemecahan atau penggabungan organisasi dengan beberapa variasi berkaitan dengan data
yang lazim terjadi di Pemkab. Karenanya perlu yang digunakan.
dilakukan evaluasi secara periodik terhadap Pemetaan yang sudah dilakukan
kebutuhan data tersebut minimal satu tahun berdasarkan estimasi kebutuhan, dapat
sekali dengan pertimbangan bahwa jangka dijadikan sebagai masukan dalam penyusunan
waktu tersebut di anggap cukup untuk PKS, terutama berkaitan dengan pemberian
melakukan evaluasi berkaitan hak akses. hak akses. Namun, karena berdasarkan
Masalah lain yang mungkin muncul estimasi kebutuhan, maka kebutuhan real yang
adalah keinginan untuk mendapatkan hak di butuhkan oleh sistem informasi terkait
akses yang melebihi kebutuhannya. Hal ini tersebut dimungkinkan akan ada perbedaan
bisa terjadi dikarenakan pengelola sistem dengan penelitian ini. Oleh karena itu, perlu
informasi yang berkeinginan untuk mengetahui dilakukan kajian mendalam mengenai berbagai
atau mengekspos data kependudukan lebih kebutuhan data kependudukan khususnya oleh
banyak tetapi sebenarnya hal tersebut tidak sistem pelayanan publik dengan melibatkan
dibutuhkan oleh sistem informasi nya.. tersebut para pemangku kepentingan di berbagai
membuat proses untuk mendapatkan hak akses instansi yang mengampunya.
tersebut tidak mudah. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, dibutuhkan komitmen UCAPAN TERIMAKASIH
baik para pimpinan maupun pengelola sistem Ucapan terimakasih setingi-tingginya
informasi yang membutuhkan data ditujukan kepada Dosen pengajar, dosen
kependudukan untuk mempelajari berbagai pembimbing, pegawai dan staf Departemen
persyaratan legal (Menteri Dalam Negeri Teknik Elektro dan Teknologi Informasi
Republik Indonesia, 2015) dibutuhkan untuk Universitas Gadjah Mada, terutaman Bapak
mendapatkan hak. Selain itu, baik pihak Selo, S.T., M.T., M.Sc., Ph.D, sebagai
provider maupun requester harus benar-benar pembimbing utama serta Bapak Widyawan,
memahami kewenangannya masing-masing. S.T., M.Sc., Ph.D, sebagai pembimbing kedua
yang telah meluangkan waktu ditengah

Sains dan 8
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017
p- ISSN : 2407 –
POSTER 021
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

kesibukan beliau berdua untuk memberikan 7507/).


bimbingan dalam penelitian ini. Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia.
2015. Peraturan Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 61 Tahun
DAFTAR PUSTAKA 2015 tentang Persyaratan, Ruang
Asrianda. 2016. Kontrol Akses dan Keamanan Lingkup Dan Tata Cara Pemberian Hak
Data bagi Penduduk Miskin. Hal. 51–55 Akses Serta Pemanfaatan Nomor Induk
in Proceeding Seminar Nasional Ilmu Kependudukan, Data Kependudukan
Komputer (SEMINASIK), vol. 1. Bireun, Dan Kartu Tanda Penduduk Elektronik.
Aceh: Fakultas Ilmu Komputer 1–6. Di akses 29 Juli 2017
Universitas Almuslim, 11 - 18 (http://www.dukcapil.kemendagri.go.id/i
November 2016. Di akses 9 Juli 2017 zCFiles/uploads/downloads/PERMEND
(http://www.academia.edu/34671943/K AGRI_NOMOR_61_THN_2015.pdf).
ONTROL_AKSES_DAN_KEAMANA Na, Sang Yeob dan Suh Hyun Cheon. 2000.
N_DATA_BAGI_PENDUDUK_MISKI Role delegation in role-based access
N). control. Hal. 39–44 in RBAC’00
Chen, Fang dan Ravi S. Sandhu. 1996. Procedings of the fifth ACM workshop
Constraints for role-based access on Role-based access control. Berlin,
control. Proceedings of the first ACM Germany: ACM New York.
Workshop on Role-based access control Osborn, Sylvia, Ravi Sandhu, dan Qamar
- RBAC ’95 (7):14–es. Di akses 18 Juli Munawer. 2000. Configuring role-based
2017 access control to enforce mandatory and
(http://dl.acm.org/citation.cfm?id=27015 discretionary access control policies.
2.270177). ACM Transactions on Information and
Fakrulloh, Zudan Arif. 2015. Pemanfaatan System Security 3(2):85–106.
Data Kependudukan Untuk Mendukung Pfleeger, Charles P. 1997. Security in
Pelayanan Publik. 1–16. Di akses 9 Juli Computing. 2 ed. Upper Saddle River,
2017 (ftp://167.205.53.175/pub/ISO- New Jersey, US: Prentice Hall
IMAGES/linux/eii2015itb/dukcapil - Professional Technical Reference.
ITB 2015.pdf). Presiden Republik Indonesia. 2013. Undang-
Ferraiolo, David F. dan D.Richard Kuhn. 1992. undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang
Role-Based Access Controls. Hal. 554– perubahan atas Undang-Undang Nomor
63 in 15 th National Computer Security 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Conference. Baltimore. Kependudukan. 1–43. Di akses 26 Juli
Habib, M. A. 2011. Role inheritance with 2017
object-based DSD. International (http://www.dukcapil.kemendagri.go.id/i
Journal Internet Technology and zCFiles/uploads/downloads/UU_24_Thn
Secured Transactions 3(2):149–60. _20132.pdf).
Istiyanto, Jazi Eko dan Edhy Sutanta. 2012. Rajkumar, P. V dan Ravi Sandhu. 2016.
Model Interoperabilitas antar Aplikasi POSTER : Security Enhanced
E-Government. Jurnal Teknologi Administrative Role Based Access
Technoscientia 4(2):137–48. Control Models. Hal. 1802–4 in
Kementrian Negara Komunikasi dan CCS’16. Viena, Austria.
Informasi. 2012. Sisfonas 2010: Sisfonas Samarati, P. dan S. C. de Vimercati. 2001.
Sebagai Tulang Punggung Aplikasi E- Access Control: Policies, Models, and
Government. Jakarta. Mechanisms. Hal. 137–96 in FOSAD
Khayat, E. J. dan A. E. Abdallah. 2003. A 2000: Foundation of Security Ananlysis
formal model for flat role-based access and Design. Berlin, Heidelberg:
control. Hal. 75 in ACS/IEEE Springer.
International Conference on Computer Sandhu, Ravi dan Venkata Bhamidipati. 1999.
Systems and Applications, 2003. Book of Role-based administration of user-role
Abstracts. Tunis, Tunisia: IEEE. Di assigment: The URA97 model and its
akses 4 Oktober 2017 Oracle implementation. Journal of
(http://ieeexplore.ieee.org/document/122 Computer Security 7(4):317–42.

Sains dan 9
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017
p- ISSN : 2407 –
POSTER 021
Website : jurnal.umj.ac.id/index.php/semnastek

Siregar, Firman Hamonangan et al. 2017. Sutanta, Edhy. 2011. Model Intregrasi
Analisis Metode Role-Based Access Database Penduduk Indonesia Dengan
Control Pada Sistem Pengamanan Basis Berbagai Sistem Informasi Berbasis
Data Dengan Konsep CIA. 1–7. Di Komputer. Jurnal Informatika
akses 8 Agustus 2017 5(2):542–53.
(http://journal.stth- Sutanta, Edhy dan Ahmad Ashari. 2012.
medan.ac.id/mahasiswa/index.php/doc_ Pemanfaatan Database Kependudukan
download/373-v1254-analisis-metode- Terdistribusi pada Ragam Aplikasi
role-based-access-control-pada-sistem- Sistem Informasi di Pemerintah
pengamanan-basis-data-dengan-konsep- Kabupaten/Kota. Jurnal Ilmiah
cia). Sisfotenika 2(1):11–20.
Strembeck, M. 2004. Conflict Cheking of Wardana, Mohamad Ali dan Rahman. 2016.
Separation of Duty Constraints in Interoperabilitas Sistem Terdistribusi
RBAC Implementation Experiences. Berbasis Protokol Soap. Jurnal Ilmiah
Hal. 1–6 in In Proc. of the Conference Ilkom 8(1):57–62.
on Software Engineering. Zhu, Haibin. 2003. A Role Agent Model for
Collaborative Systems. IKE 438–44.

Sains dan 10
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 1-2 November 2017

Anda mungkin juga menyukai