Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH:
Rimbun Utari
1910611014
Paralel 08
DIAMPUH OLEH:
Dr. Yetmaneli, S.Pt., MP
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT, atas berkah dan
rahmat serta hidayah yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Praktikum Ilmu dan Teknologi Produksi Ternak Potong ini.
Semoga Allah SWT selalu memberikan kesehatan, kemudahan serta
keselamatan kepada semua yang terlibat dalam pembuatan laporan praktikum ini.
Penulis mengucapkan terima kasih Ibu Dr. Yetmaneli, S.Pt., MP selaku dosen
pengampu mata kuliah Ilmu dan Teknologi Produksi Ternak Potong yang telah
banyak memberikan ilmunya sehingga penulis berhasil menyelesaikan laporan
praktiukum ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
pengerjaan laporan praktikum ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran untuk kemajuan pengetahuan terutama untuk dalam pelajaran ternak
potong, sehingga diharapkan dapat memberikan pedoman untuk mempebelajaran
serta dapat memberikan petunjuk penulisan yang teratur dan tersusun rapi tanpa
ada unsur kesengajaan yang sama dari pihak lainnya.
Akhir kata, penulis berharap semoga laporan praktikum ini dapat
memberikan manfaat bagi kami maupun bagi pembaca agar dapat memperluas
pengetahuan kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii
LAMPIRAN.................................................................................................................. iii
i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................... 1
1.2 Tujuan......................................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 3
2.1 Bangsa Sapi Potong.................................................................................................. 3
2.2 Pendugaan Umur....................................................................................................... 2
2.3 Pengukuran Tubuh.................................................................................................... 5
2.4 Pendugaan Bobot Badan.......................................................................................... 6
2.5 Pakan.......................................................................................................................... 6
2.6 Penentuan Kondisi Tubuh Sapi Potong.................................................................. 7
BAB III MATERI DAN METODE........................................................................... 9
3.1 Materi......................................................................................................................... 9
3.2 Metode....................................................................................................................... 9
3.3 Waktu dan Tempat.................................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................. 10
4.1 Hasil......................................................................................................................... 10
4.2 Pembahasan............................................................................................................. 10
4.2.1 Identifikasi Bangsa Sapi Potong........................................................................ 10
4.2.2 Pendugaan Umur................................................................................................. 11
4.2.3 Pengukuran Lingkar Dada.................................................................................. 11
4.2.4 Pendugaan Bobot Badan..................................................................................... 11
4.2.5 Estimasi Kebutuhan Pakan................................................................................. 12
4.2.6 Penentuan Kondisi Tubuh atau BSC................................................................. 13
BAB V PENUTUP....................................................................................................... 14
5.1. Kesimpulan............................................................................................................ 14
5.2. Saran....................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 15
DOKUMENTASI........................................................................................................ 19
ii
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Untuk Peternak ...................................................... 17
Lampiran 2. Tabel Penentuan Body Condition Score (BCS) ..................... 17
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sapi potong merupakan sapi yang dipelihara dengan tujuan utama sebagai
penghasil daging. Sapi potong biasa disebut sebagai sapi tipe pedaging. Adapun
ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok,
kualitas dagingnya maksimum, laju pertumbuhan cepat, cepat mencapai dewasa,
efisiensi pakannya tinggi, dan mudah dipasarkan (Sarwono, 1995). Menurut
Abidin (2002) sapi potong adalah jenis sapi khusus dipelihara untuk digemukkan
karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging
cukup baik. Sapi-sapi ini umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan, dipelihara
secara intensif selama beberapa bulan, sehingga diperoleh pertambahan bobot
badan ideal untuk dipotong.
1
rakyat yang ada di daerah tertentu.
Praktikum ini dilakukan untuk memperluas wawasan mahasiswa tentang
manajemen, pemberian pakan, pemberian minum, dan praduga ukuran bobot serta
umur seekor sapi. Metode praktikum nya adalah mahasiswa mendatangi
peternakpeternak yang ada di daerah nya dan melakukan pengukuran lingkar dada
serta pengukuran cincin tanduk pada sapi sehingga bisa menduga bobot sapi serta
umur dari sapi tersebut.
1.2 Tujuan
Pratikum ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui tentang:
2
Artiodactyla, Sub ordo : Ruminantia, Infra ordo : Pecora, Famili : Bovidae, Genus
: Bos (cattle), Group : Taurinae, Spesies : Bos taurus (sapi Eropa), Bos indicus
(sapi India/sapi zebu), Bos sondaicus (banteng/sapi Bali).
3
komponenkomponen tubuh organ serta komponen kimia (Soeparno, 2005).
Pertumbuhan adalah pertambahan berat badan atau ukuran tubuh sesuai dengan
umur, sedangkan perkembangaan berhubungan dengan adanya perubahan ukuran,
serta fungsi dari berbagai bagian tubuh semenjak embrio sampai menjadi dewasa
(Sugeng, 1992). Menurut Soenarjo (1988), proses pertumbuhan hewan yaitu :
pertambahan berat sampai dewasa (Growth) dan perkembangan bentuk badan dan
proses kinerjanya (Development). Tillman et al. (1998), menyatakan bahwa
pertumbuhan biasanya dimulai perlahan-lahan, kemudian berlangsung lebih cepat,
selanjutnya berangsur-angsur menurun atau melambat dan berhenti setelah
mencapai dewasa tubuh.
Umur sapi dapat diketahui dengan melihat keadaan gigi serinya. Gigi seri
sapi hanya tgerdapat dirahang bawah. Semenjak lahir, gigi seri sapi sudah tumbuh.
Gigi secara bertahap pada umur tertentu akan tanggal sepasang demi sepasang,
berganti dengan gigi seri yang baru. Gigi seri yang pertama atau yang sudah
tumbuh semenjak sapi lahir disebut gigi susu, sedangkan gigi baru yang
menggantikan gigi susu disebut gigi tetap. Pemunculan setiap pasang gigi
berlangsung kira-kira pada waktu yang sama dari kehidupan dan dengan demikian
merupakan indikasi dari umur ternak yang mungkin dapat diperiksa dari gigi-gigi
sapi.
Pertumbuhan gigi sapi bisa dibedakan menjadi tiga fase, yaitu fase gigi
susu, fase dimana gigi yang tumbuh semenjak lahir sampai gigi itu berganti
dengan gigi yang baru, fase pergantian gigi yaitu dari awal pergantian sampai
selesai, dan fase keausan yaitu dimana gigi tetap mengalami keausan (Murtidjo,
1992). Sapi yang memiliki gigi susu semua pada rahang bawah, mempunyai usia
sekitar kurang lebih 1,5 tahun. Sapi yang memiliki gigi tetap sepasang pada
rahang bawah mempunyai usia sekitar 2 tahun.
Sapi yang memiliki gigi tetap dua pasang pada rahang bawah mempunyai
usia sekitar 3 tahun. Sapi yang memiliki gigi tetap tiga pasang pada rahang bawah
mempunyai usia sekitar 3,5 tahun. Sapi yang memiliki gigi tetap empat pasang
pada rahang bawah, mempunyai usia sekitar 4 tahun. Sapi yang mempunyai gigi
tetap lengkap empat pasang, tapi 25% bagian telah aus mempunyai usia sekitar 6
tahun. Sapi yang memiliki gigi tetap lengkap tapi aus 50% bagian telah aus,
4
mempunyai usia sekitar 7 tahun. Sapi yang mempunyai gigi tetap lengkap empat
pasang, tapi 75% telah aus, mempuyai usia sekitar 8 tahun. Sapi yang mempunyai
gigi tetap lengkap dan semuanya sudah aus, memiliki usia diatas 8 tahun
(Murtidjo, 1992).
5
atau tubuh belakang bahu, sedangkan panjang badan diperoleh dengan cara
mengukur jarak antara sendi bahu sampai tepi belakang tulang pelvis deengan
menggunakan pita ukur. Pertambahan bobot badan hampir bersamaan dengan
perubahan bentuk tubuh sehingga ukuran-ukuraan tubuh dapat digunakan sebagai
penduga bobot hidup. Jenis ternak, fase pertumbuhan, bangsa dan habitat yang
berbeda umumnya akan menghasilkan rumus yang berbeda pula (Meivilia, 2011).
2.5 Pakan
Bahan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna dan digunakan
oleh hewan. Bahan pakan ternak terdiri dari tanaman, hasil tanaman, dan
kadangkadang berasal dari ternak serta hewan yang hidup di laut (Tillman et al.,
1991). Menurut Blakely dan Bade (1998) bahan pakan dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu konsentrat dan bahan berserat. Konsentrat berupa bijian dan
butiran serta bahan berserat yaitu jerami dan rumput yang merupakan komponen
penyusun ransum. Pakan adalah bahan yang dimakan dan dicerna oleh seekor
hewan yang mampu menyajikan hara atau nutrien yang penting untuk perawatan
tubuh, pertumbuhan, penggemukan, dan reproduksi. Darmono (1993)
menjelaskan bahwa bahan pakan yang baik adalah bahan pakan yang mengandung
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral serta tidak mengandung racun
yang dapat membahayakan ternak yang mengkonsumsinya.
Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman
ataupun tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang termasuk batang, ranting dan
bunga (Sugeng, 1998). Menurut Lubis (1992) pemberian pakan pada ternak
sebaiknya diberikan dalam keadaan segar. Pemberian pakan yang baik diberikan
dengan perbandingan 60 : 40 (dalam bahan kering ransum), apabila hijauan yang
diberikan berkualitas rendah perbandingan itu dapat menjadi 55 : 45 dan hijauan
yang diberikan berkualitas sedang sampai tinggi perbandingan itu dapat menjadi
64 : 36 (Siregar 2008).
6
bersifat sangat subyektif (sangat tergantung kepada yang melakukan pengukuran)
melalui teknik penglihatan dan perabaan untuk melakukan pendugaan terhadap
simpanan/ cadangan lemak tubuh tersebut. Simpanan lemak merupakan cadangan
energy pada ternak yang tersimpan pada saat ternak mendapatkan pakan yang
cukup atau berlebih. Simpanan lemak akan dimanfaatkan oleh ternak itu pada saat
kekurangan pakan terutama pada musim kemarau sehingga terjadi penurunan
BSC. Skor kondisi tubuh pada saat calving memiliki efek yang paling besar
terhadap tingkat kebuntingan (Lalman, et.al 1997).
Pengaruh Pakan Terhadap Penampilan Ternak:
1. Penampilan ternak apabila mendapat pakan yang cukup sesuai dengan
kebutuhannya maka scor BCS sedang, fertilias baik dan produksi
meningkat.
2. Penampilan ternak apabila mendapat pakan yang kurang /under feeding,
maka nilai BCSnya akan rendah, produksinya akan terhambat, pubertasnya
lambat, Conception Rate rendah, Calving Interval lama, Reproduktivitas
rendah, kematangan lambat, penampilan tidak sesuai standar. Fungsi
ovarium terganggu, silen estrus, kematian embrio, fetus abnormal,
kesehatan memburuk.
3. Penampilan ternak apabila mendapat pakan yang berlebih /Over feeding,
maka nilai BCS akan tinggi, Fertilitas rendah, biaya tidak efesien, eksresi
kelingkungan berlebih sehingga dapat menyebabkan pencemaran, obesitas,
reproduksi periode berikutnya rendah, infeksi uterin, fungsi ovarium
terganggu, kelebihan protein (keracunan ammonia),Pubertas lambat
(kelebihan mineral), Fertilitas rendah (kelebihan mikro nutrient).
7
BAB III MATERI DAN METODE
3.1 Materi
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 sapi Bali yang
dipelihara secara intensif di kandang.
3.2 Metode
Metode praktikum kali ini yaitu dengan cara mahasiswa mendatangi
peternak yang ada didaerah tempat tinggal masing-masing dan melaksanakan
praktikum. Data yang harus dianalisis :
1. Mencatat data pribadi peternak yang di kunjungi.
2. Menganalisis bangsa-bangsa sapi yang di pelihara oleh peternak melalui
ciri-ciri sapi tersebut.
3. Pendugaan bobot badan dari sapi dengan menggunakan rumur lingkar
dada.
4. Menganalisis jumlah pakan hijauan dan konsentrat untuk seekor sapi
berdasarkan jumlah pakan yang sudah ditentukan.
5. Pendugaan umur seeokor sapi melalui pertukaran dan jumlah gigi serta
cincin tanduk.
6. Penentuan kondisi tubuh atau BCS sesuai tingkat kegemukan sapi.
8
4.1 Hasil
Hasil yang didapat dari praktikum mandiri ini adalah, praktikan dapat
menentukan bangsa-bangsa sapi, mengetahui ciri-ciri, ukuran tubuh, umur, dan
kondisi tubuh berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan. Berdasarkan
kegiatan praktikum, diperoleh data seuai dengan dengan Tabel 1 berikut:
4.2 Pembahasan
4.2.1 Identifikasi Bangsa Sapi Potong
Sapi Bali merupakan keturunan dari sapi liar yang disebut Banteng (Bos
sondaicus) yang telah mengalami proses penjinakan (domestikasi) berabad-abad
lamanya (Sugeng, 1992). Menurut Abidin (2002), keunggulan sapi Bali adalah
mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, sehingga sering disebut ternak
perintis. Payne dan Hodges (1997), menyatakan bahwa sapi Bali memiliki potensi
genetik plasma ternak lokal yang mempunyai keunggulan komparatif
dibandingkan dengan ternak impor antara lain, keunggulan dalam memanfaatkan
hijauan pakan yang berserat tinggi, daya adaptasi iklim tropis dan fertilitas tinggi
(83%) serta persentase karkas (56%) dan kualitas karkas yang baik.
Ukuran tubuh sedang, dada dalam, tidak berpunuk dan kaki-kakinya
ramping. Kulitnya berwarna merah bata. Cermin hidung, kuku dan bulu ujung
ekornya berwarna hitam. Kaki di bawah persendian karpal dan tarsal berwarna
putih. Kulit berwarna putih juga ditemukan pada bagian pantatnya dan pada paha
bagian dalam kulit berwarna putih tersebut berbentuk oval (Soeparno, 1992).
Sapi Bali mempunyai ciri-ciri morfometrik yakni sapi Bali jantan dewasa
mempunyai bobot antara 337-494 kg dengan tinggi sekitar 122-130 cm (Pane,
1991), sedangkan bobot badan sapi Bali terbaik pada pameran ternak tahun 1991
9
mencapai 450-647 kg dengan tinggi sekitar 125-144 cm (Hardjosubroto, 1994).
Sementara itu, sapi Bali betina dewasa mempunyai bobot badan antara 224-300 kg
dengan tinggi sekitar 105-114 cm (Pane, 1991), sedangkan bobot badan sapi Bali
betina terbaik pada pameran temak tahun 1991 mencapai 300-489 kg dengan
tinggi sekitar 121-127 cm (Hardjosubroto, 1994).
100
10
100 100
100 100
11
Perbandingan pemberian rumput konsentrat yaitu 40% dan 60% dari 100%
Rumput = 60/100 x 31,3 kg
= 18,78 kg
Konsentrat = 40/100 x 31,3 kg
= 12,52 kg
Dari jumlah pemberian pakan hijauan dan konsentrat oleh peternak dapat
disimpulkan bahwa pakan belum memenuhi standar kebutuhan ternak berdasarkan
bobot badan sapi. Hijauan yang diberikan oleh peternak terlalu banyak yaitu 25 kg
untuk sapi dengan kebutuhan sapi yang diamati pada sapi Bali 1 sebanyak 17,52
kg dan sapi Bali 2 sebanyak 18,78 kg. Sedangkan konsentrat yang diberikan terlalu
sedikit dengan yaitu 5 kg per hari dengan kebutuhan untuk sapi Bali 1 sebanyak
11,68 kg dan sapi Bali 2 sebanyak 12,52 kg.
12
5.1 Kesimpulan
1. Jenis sapi potong yang banyak di pelihara oleh peternak rakyat di Nagari
taeh Bukik, Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota,
Provinsi Sumatera Barat adalah sapi Bali dengan jumlah 30 ekor.
2. Pakan yang diberikan yaitu jerami kering 25 kg dan konsentrat berupa
campuran ampas sawit, ubi kayu dan dedak 5 kg dalam 1 hari.
3. Pakan yang diberikan belum memenuhi kebutuhan standar sapi menurut
bobot badannya yaitu sekitar 10% BB dengan perbandingan 60:40 ruput
dan konsentrat.
4. Untuk meminimalkan penggunaan pakan, peternak mengganti penggunaan
hijauan segar menjadi jerami kering.
5.2 Saran
Untuk memaksimalkan bobot badan sapi, sebaiknya peternak memberikan
pakan sapi sesuai kebutuhan standar pakan ternak berdasarkan bobot badannya
dengan menambahkan hijauan segar kedalam pakaan dan meningkatkan
penggunaan konsentrat. Dan pemerintah juga harus mensupport peternak-peternak
lokal dengan cara memberikan subsidi ke kelompok peternak, sehingga usaha
ternak rakyat menjadi lebih maju dan bisa bersaing dengan usaha swasta.
DAFTAR PUSTAKA
Bahary, M. A. D., 2017. Perbedaan Sifat Kualitatif Dan Kuantitatif Sapi Bali
Tidak Bertanduk dengan Sapi Bali Bertanduk. Skripsi. Fakultas Peternakan
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Fikar, S., Ruhyadi, D. 2010. Beternak dan Bisnis Sapi Potong. PT Agromedia
Pustaka ; Jakarta.
GD, Suranjaya, I., dan Wiyana, KD, Anom. 2011. Aplikasi Rumus Penaksiran
Bobot Badan Ternak Berdasarkan Ukuran Dimensi Tubuh Pada Kelompok
Peternak Sapi Potong Di Desa Dauh Yeh Cani Abiansemal Bandung.
Udayana Mengabdi, Vol. 10(1) : 46-50.
Hikmawaty, dkk. 2014. Dentifikasi Ukuran Tubuh dan Bentuk Tubuh Sapi Bali Di
13
Beberapa Pusat Pembibitan Melalui Pendekatan Analisis Komponen
Utama. Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan. Vol. 02 No.
1, Januari 2014 Hlm: 231-237
Karno, Rano. 2017. Hubungan Umur dan Jenis Kelamin Terhadap Bobot Badan
Sapi Bali Di Kecamatan Donggo Kabupaten Bima. Skripsi. Jurusan Ilmu
Peternakan Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri
Alauddin. Makassar.
Meivilia, M. 2011. Pendugaan Bobot Hidup pada Kambing Kacang Berdasarkan
Ukuran Linier Tubuh. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Purnomoadi, dkk. 2012. Hubungan Antara Ukuran-Ukuran Tubuh dengan Bobot
Badan Sapi Bali Betina pada Berbagai Kelompok Umur. Animal
Agriculture Journal, Vol. 1. No. 1, 2012, 541 – 556
Purnomoadi. H. U. M. Ni’ am, A dan Dartosukarno. S. 2012. Hubungan Antara
Ukuran-Ukuran Tubuh Dengan Bobot Badan Sapi Betina Pada Berbagai
Kelompok Umur. Semarang. Universitas Diponegoro. Animal Agriculture
Journal, Vol. 1(1) : 541-556.
Sugeng, Y.B. 1992. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta. 2003. Beternak Sapi
potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wahyono, D. E. dan R. Hardianto. 2004. Pemanfaatan sumberdaya pakan lokal
untuk pengembangan usaha sapi potong. Jurnal Loka Karya Sapi Potong.
Granti.Pasuruan.
14
LAMPIRAN
Tulang Diukur Bagian Bagian atas Bentuk Tulang Bentuk tulang belakang
belakang dengan tulang belakang tidak terlihat sama sekali
tulang tulang
dan iga pengamatan tidak tidak
belakang masih terlalu begitu
nyata terlihat
membentuk membentuk
tonjolan tajam tonjolan
Diukur Langsung dapat dipegang Tulang iga dan tulang Tulang belakang tidak
dengan belakang langsung dapat dapat dirasakan tanpa
palpasi dirasakan dengan adanya adanya tekanan kuat,
tekanan tangan tulang iga terlindung
lemak
15
lapisan lemak lapisan lapisan lapisan lapisan lapisan lapisan lapisan
lemak lemak lemak lemak lemak lemak lemak
sedang agak agak tebal sangat
sangat tipis tipis tebal tebal tebal
Tulang Diukur Tulang hip dan Rump Tulang hip dan pin terlihat Tulang hip dan Rump
hip dan dengan pin terlihat terlihat nyata. Rump terlihat datar pin tidak terlihat terlihat
pin pengamatan cekung dan mulai terisi lemak penuh
sangat nyata nyata. Rump
terisi lemak
Diukur Dapat dipegang Terasa adanya lemak Dapat dirasakan Dapat dirasakan adanya
dengan langsung tipis pada kedua adanya lapisan lapisan lemak tebal
palpasi
tulang lemak tipis
Pangkal Diukur Pangkal ekor terlihat cekung Bentukan Bentukan cembung
ekor dengan dan terlihat tulang sangat agak
pengamatan nyata cembung
Diukur Dapat dirasakan Dapat dirasakan Dapat dirasakan Lapisan Lapisan lemak
dengan bentukan tajam lapisan lemak tipis adanya lapisan lemak sangat tebal
palpasi lemak tebal
DOKUMENTASI
Gambar Peternakan Sapi Potong Rakyat di Jorong Talago, Nagari Taeh Bukik,
Kecamatan Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota.
16
17
Sapi Bali 1
(Bagian Depan)
18
Sapi Bali 1
(Lingkar Dada)
19
Sapi Bali 1
(Gigi)
20
Sapi Bali 1
21
Sapi
22
Bali 2 (Tanduk)
Pakan
23
Sapi
24