Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

AL-ISLAM DAN KE MUHAMMADIYAHAN

“HAKEKAT IBADAH”

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :

Nama : Faldi
Kelas : B-Akutansi
Semester : II

PROGARAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kita ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan

karunia-Nya, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Yang berjudul ” HAKIKAT

IBADAH”. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi saya

berhasil menyelesaian makalah ini tepat pada waktunya.

Saya juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,

untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya

makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi

pembaca pada umumnya.

Baubau, 13 Mei 2021

Penyusun

FALDI

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii

BAB I....................................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.................................................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1

C. Tujuan Makalah............................................................................................................................2

BAB II...................................................................................................................................................3

PEMBAHASAN....................................................................................................................................3

A. Pengertian dan Hakikat Ibadah......................................................................................................3

B. Macam-Macam Ibadah..................................................................................................................5

C. Hikmah dari Ibadah........................................................................................................................7

D. Ibadah Sosial................................................................................................................................10

BAB III................................................................................................................................................13

PENUTUP...........................................................................................................................................13

A. Kesimpulan..................................................................................................................................13

B. Saran...........................................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan segala

pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya tetapi

dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah swt yang telah memberikannya.

Oleh karena itu, manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat

berbuat sesuai bimbingan Allah swt atau memanfaatkan anugerah Allah swt. Hidup yang dibimbing

oleh syari’ah akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntuan Allah swt dan

Rasul Nya.

Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk beribadah kepada

sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syari’at Nya. Dalam ibadah, kita harus

memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita lakukan. Apakah ibadah tersebut termasuk dalam ibadah

wajib, sunnah, mubah, dan makruh.

Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan di bahas mengenai Hakikat tentang ibadah,

macam-macam ibadah, ibadah sosial beserta hikmah dari ibadah itu sendiri.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah penyusunan makalah ini adalah

1. Apa pengertian ibadah dan hakikat ibadah ?

2. Apa saja macam-macam dariIbadah ?

3. Apakah Hikmah dari Ibadah itu ?

4. Apa dan bagaimana Ibadah sosial itu ?

1
C. Tujuan Makalah

Adapun rumusan masalah penyusunan makalah ini adalah

1. Agar mahasiswa dapat menjelaskan pengertian ibadah dan hakikat ibadah

2. Agar mahasiswa dapat mengetahui macam-macam ibadah

3. Agar mahasiswa dapat mengetahui hikmah dari ibadah

4. Agar mahasiswa dapat mengetahui tentang ibadah sosial


BAB II

PEMBAHASA

A. Pengertian dan Hakikat Ibadah

· Pengertian Ibadah

Menurut bahasa berasal dari abida ya’budu yang berarti : menyembah, mengabdi dan menghinakan

diri.

Sebagaimana dalam firmannya :

“ Hai manusia, sembahlah Tuhan-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu agar

kamu bertakwa “ ( TQS. Al-Baqarah: 21)

a. Ibadah menurut beberapa ulama :

1) Menurut Abu A’la Maududi

Ibadah berarti penghambaan dan perbudakan. Seorang hamba harus bersikap sebagaimana

halnya seorang hamba yaitu senantiasa patuh dan taat kepada tuhannya tanpa membantah. Beliau juga

menambahkan pula bahwa ada 3 hal yang harus dimiliki sebagai hamba yang baik yaitu:

1. Seorang hamba hendaknya memandang tuannya sebagai penguasa dan berkewajiban untuk

merasa setia kepada orang yang menjadi tuannya, menunjang hidupnya, pelindung dan penjaganya

dan meyakini sepenuhnya bahwa tidak ada seorang pun selain tuannya yang layak mendapat

kesetiaannya

2. Selalu patuh pada tuannya, melaksanakan segala perintahnya dengan cermat dan tidak

mengatakan perkatan atau mendengar perkataan dan siapapun yang bernada menentang kehendaknya

tuannya

3. Menghormati dan menghargai tuannya dan ia harus mengikuti cara yang telah ditentukan oleh
tuannya sebagai sikap hormat kepada-Nya
2) Menurut H. Endang Syaifudin Anshori

Ibadah secara garis besar ada 2 (dua )arti

a. Ibadah dalam arti khusus (mudhloh) yaitu tata aturan ilahi yang secara langsung mengatur

hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya yang cara, tata cara dan upacara (ritual) telah

ditentukan secara terperinci daam Al- Qur’an dan As- Sunnah yang biasanya berkisar pada masalah

Thoharoh, Sholat, Zakat, Puasa, Haji.

b. Ibadah dalam arti luas, yaitu segala gerak-gerik, tingkah laku, serta perbuatan yang mempunyai

3 Tanda :

· Niat yang Ikhlas sebagai Titik Tolaknya

· Keridhoan Allah sebagai Titik Tujuannya

· Amal Sholeh sebagai Garis Amanah

3) Menurut Muhammad Qutb

Ibadah adalah kebaktian yang hanya ditujukan kepada Allah, mengambil petunjuk hanya

darinya saja tentang segala persoalan hidup dan akhirat dan kemudian mengadakan hubungan yang

terus-menerus dengan Allah tentang semua itu.

Jadi, Ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas pada saat-saat singkat yang

diisi dengan cara-cara tertentu. Suatu Ibadah mempunyai nilai yaitu jalan hidup dan seluruh aspek

kehidupan dan merupakan tingkah laku, tindak-tanduk, pikiran dan perasaan semata-mata untuk

Allah, yang dibangun dengan suatu sistem yang jelas, yang di dalamnya terlihat segalanya yang

pantas dan tidak pantas terjadi.

· Hakikat Ibadah

a. Sebagai tujuan diciptakannya manusia, sebagaimana firman Allah swt:


“Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka menyembah pada Ku” (QS. Az

Zariyat: 56)

b. Sebagai fitrah manusia, sebagaimana firman Allah swt:

“Dan ingatlah ketika Tuhan mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari selbi mereka,

dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini

Tuhanmu ?” Mereka menjawab,”Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. “(Kami lakukan

yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan,”sesungguhnya kami (Bani Adam)

adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhannya). (QS. Al A’raf:72)

c. Hakikat ibadah adalah menyembah yang sama dengan mencintai. Sebagaimana firman Allah

swt:

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah;

mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta

kepada Allah dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka

melihat siksa (pada hari Kiamat) bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah

amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka akan menyesal.” (QS. Al Baqoroh:165)

Artinya: jika kita sama atau lebih mengabdi atau mencintai selain Allah maka akan menjadi

dosa paling besar yang sulit diampuni kecuali dangan taubat nasuhah sebagaimana hadits dari Ibnu

Mas’ud.

“Aku bertanya, “wahai Rasullullah, dosa apakah yang paling besar?” Rasulullah saw

menjawab,”bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia lah yang menciptakan kamu.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

B. Macam-Macam Ibadah

Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat

yang berbeda antara satu dengan lainnya

1. Ibadah Mahdhah
Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah ditetpkan Allah akan

tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :

· Wudhu,

· Tayammum

· Mandi hadats

· Shalat

· Shiyam ( Puasa )

· Haji

· Umrah

Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:

a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al- Sunnah,

jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya. Haram

kita melakukan ibadah ini selama tidak ada perintah.

b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah

adalah untuk memberi contoh:

‫… سآء‬ ‫هلال‬ ‫ذ‬ ‫ال ع يط‬ ‫ل س‬ ‫س‬

Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 64)

c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika,

karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di

baliknya yang disebuthikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya,

keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai

dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang

ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau

ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk

kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul

adalah untuk dipatuhi.

[Rumus Ibadah Mahdhah adalah = “KA + SS” (Karena Allah + Sesuai Syariat)]

2. Ibadah Ghairu Mahdah

Ibadah ghairu mahdhah atau umum ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah. misalnya

ibadaha ghairu mahdhah ialah belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya. Prinsip-

prinsip dalam ibadah ini, ada 4:

a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya

tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan. Selama tidak diharamkan oleh Allah,

maka boleh melakukan ibadah ini.

b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak

dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul

bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadahmahdhah disebut bid’ah

dhalalah.

c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya,

dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan

madharat, maka tidak boleh dilaksanakan.

d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh

dilakukan. [Rumus Ibadah Ghairu Mahdhah = “BB + KA” (Berbuat Baik +

Karena Allah)]

C. Hikmah dari Ibadah

1. Tidak Syirik, ‫س‬.................................................dan melainkan bersujudlah kepada Allah,

yang telah menciptakan mereka, jika benar-benar hanya kepada Nya kamu menyembah
(beribadah) [Ha Mim As Sajdah 41:38]. Seorang hamba yang sudah berketapan hati untuk
senantiasa beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk

syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala

yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli Nya dan dapat dijadikan

tempat bernaung.

2. Memiliki ketakwaan, .Hai


manusia,

sembahlah Tuhan mu yang telah menjadikan kamu dan juga orang-orang sebelummu supaya

kamu bertakwa [Al Baqarah 2:22]. Ada dua hal yang melandasi manusia menjadi bertakwa,

yaitu karena cinta atau karena takut. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah

yang dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah

manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada

Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan

ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia

menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa

dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankan kewajiban.

3. Terhindar dari kemaksiatan, ... ‫م‬ ‫ر‬ [‫ء ش فح‬ [‫ى‬ ‫ص‬ ‫ة‬ .Sesungguhnya

shalat mencegah orang dari kekejian dan kejahatan yang nyata [Al Ankabut 29:46]. Ibadah

memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh

kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas.

Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai dimanapun manusia berada.

4. Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan

lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang

dikerjakannya. Sebagaimana ketika melakukan ibadah puasa, ia merasakan rasanya lapar

yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut

lebih memperhatikan orang-orang dalam kondisi ini.

5. Tidak kikir,‫ى‬ ‫ل م‬ ‫ذىر‬ ‫ي‬ ‫ال‬ ‫ىر‬ dan karena


‫ى‬ ‫مى ي‬ ‫مس‬ ‫يس‬ ‫يس‬

cinta kepada Nya memberikan harta benda kepada ahli kerabat, dan anak-anak yatim, dan

orang-orang miskin, dan kaum musafir, dan mereka yang meminta sedekah dan untuk
memerdekakan sahaya. [Al Baqarah 2:178]. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya
bukan miliknya tetapi milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan

umat. Tetapi karena kecintaan manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan

dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT,

senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya

adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata sebagai

bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan harta untuk keperluan umat.

6. Merasakan keberadaan Allah SWT, ‫ر‬ ‫سى‬ .Yang Dia melihatmu


‫ي‬

sewaktu kamu berdiri (shalat) dan bolak balik dalam sujud Ketika seorang hamba beribadah,

Allah SWT benar-benar berada berada dihadapannya, maka harus dapat merasakan/melihat

kehadiran Nya atau setidaknya dia tahu bahwa Allah SWT sedang memperhatikannya.

7. Meraih martabat liqa Illah, .... ‫م‬...Tangan Allah ada diatas tangan mereka [Al Fath
‫هلال‬

48:11]. Dengan ibadah seorang hamba meleburkan diri dalam sifat-sifat Allah SWT,

menghanguskan seluruh hawa nafsunya dan lahir kembali dalam kehidupan baru yang

dipenuhi ilham Ilahi. Dalam martabat ini manusia memiliki pertautan dengan Tuhan yaitu

ketika manusia seolah-olah dapat melihat Tuhan dengan mata kepalanya sendiri. Sehingga

segala inderanya memiliki kemampuan batin yang sangat kuat memancarkan daya tarik

kehidupan suci. Dalam martabat ini Allah SWT menjadi mata manusia yang dengan itu ia

melihat, menjadi lidahnya yang dengan itu ia bertutur kata, menjadi tangannya yang dengan

itu ia memegang, menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar, menjadi kakinya yang

dengan itu ia melangkah.

8. Terkabul Doa-doanya, ‫ي‬ ‫عذ‬ ‫ي ى‬ ‫ى‬ ‫ر‬ Aku


‫ة‬ ‫يس‬ ‫ي‬

mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia mendoa kepada Ku. Maka hendaklah

mereka menyambut seruan Ku dan beriman kepada Ku supaya mereka mengikuti jalan yang

benar [Al Baqarah 2:187]. Hamba yang didengar dan dikabulkan doa-doanya hanyalah

mereka yang dekat dengan Nya melalui ibadah untuk selalu menyeru kepada Nya.

9. Banyak saudara, ‫ر‬ ‫ر‬ ‫ط‬ ..... Ibadah selayaknya dikerjakan secara
‫ةص‬ ‫ي‬
berjamaah, karena setiap individu pasti memerlukan individu yang lain dan ibadah yang

dikerjakan secara berjamaah memiliki derajat yang lebih tinggi dari berbagai seginya
terutama terciptanya jalinan tali silaturahim. Dampak dari ibadah tidak hanya untuk individu

tetapi untuk kemajuan semua manusia, jangan pernah putus asa untuk mengajak orang lain

untuk beribadah, karena ia sedang memperluas lingkungan ibadah dan memperpanjang

masanya.

10. Memiliki kejujuran, ‫ذ‬ ‫ر‬ ‫ذ‬ ‫هلال‬ ‫ى‬ ‫م‬ ... Dan apabila kamu
‫ةص‬ ‫ي م‬

telah selesai mengerjakan shalat, maka ingat lah kepada Allah sambil berdiri, sambil duduk

dan sambil berbaring atas rusuk kamu. [An Nisa 4:104]. Ibadah berarti berdzikir (ingat)

kepada Allah SWT, hamba yang menjalankan ibadah berarti ia selalu ingat Allah SWT dan

merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasinya sehingga tidak ada kesempatan untuk

berbohong. ‫ىر‬ ‫ر‬ ‫ى‬.............Kejujuran mengantarkan orang kepada


‫ص‬

kebaikan dan kebaikan mengantarkan orang ke surga [HR Bukhari & Muslim]

11. Berhati ikhlas,


‫ر‬ ‫ي هلال‬ ....Dan mereka tidak diperintahkan
‫ال‬ ‫ي‬ ‫ص‬ ‫ءف‬

melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan kepada Nya

dengan lurus. [Al Bayyinah 98:6]. Allah SWT menilai amal ibadah hambanya dari apa yang

diniatkan, lakukanlah dengan ikhlas dan berkwalitas. Jangan berlebihan karena Allah SWT

tidak menyukainya. ‫م‬ Binasalah orang yang keterlaluan dalam beribadah,


‫ط‬ ‫ل‬,

beliau ulang hingga tiga kali. [HR Muslim]

12. Memiliki kedisiplinan, Ibadah harus dilakukan dengan ‫ م‬dawam (rutin dan teratur),

khusyu (sempurna), ‫ ظ ح‬terjaga dan semangat.

13. Sehat jasmani dan rohani, hamba yang beribadah menjadikan gerakan shalat sebagai

senamnya, puasa menjadi sarana diet yang sehat, membaca Al Qur an sebagai sarana terapi

kesehatan mata dan jiwa. Insya Allah hamba yang tekun dalam ibadah dikaruniakan

kesehatan.

D. Ibadah Sosial

Di dalam Islam, ibadah sosial lebih dikenal dengan istilah muamalah atau hubungan antara
seorang muslim dengan lingkungan sekitarnya. Seorang muslim yang baik, dalam melakukan

hubungan muamalah juga tetap mengacu kepada ketentuan syari’ah agamanya. Perbedaannya
hanyalah kepada objek ia melakukan ibadah. Ibadah sosial menyangkut hubungan antara manusia

dengan manusia dalam rangka mencari keridhaan dari Allah SWT. Melalui interaksi hubungan antara

sesama manusia tersebut, seorang hamba berharap bisa mendapatkan pahala dari amal ibadah sosial

yang telah dilakukannya.

Ada beberapa jenis ibadah sosial yang bisa secara mudah dilakukan oleh seorang muslim, beberapa

diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Sedekah

Sedekah merupakan salah satu jenis ibadah sosial yang menyangkut antara hubungan seorang

manusia dengan manusia. Ibadah yang dilakukan memberikan nilai kemanfaatan bagi orang yang

mendapatkan sedekah.

Sedangkan pelaku sedekah tersebut, berharap mencari pahala dari Allah SWT sebagai nilai

dari ibadah yang sudah dilakukannya. Ibadah sosial ini bisa mencakup sumbangan orang per orang

terhadap pihak yang tidak mampu, sumbangan bencana sosial dan lain sebagainya yang dilakukan

secara ikhlas tanpa pamrih maka akan dinilai sebagai ibadah sosial yang mendapatkan pahala di sisi

Allah SWT.

2. Zakat

Zakat juga menjadi salah satu bentuk ibadah sosial. Zakat hampir sama dengan sedekah,

bedanya hanya pada hukum pelaksanaanya serta ukuran-ukuran yang ditetapkan berdasarkan jenis

benda yang dizakatkan.Zakat hukumnya wajib, sedangkan sedekah sunnah. Jika kita menunaikan

ibadah zakat, maka harus dijelaskan dikeluarkan oleh siapa dan berapa jumlahnya. Berbeda dengan

sedekah. Sedekah yang sembunyi-sembunyi lebih baik dibanding dengan sedekah yang

dipublikasikan, terlebih nama si pemberi sedekah dengan jelas dan diketahui banyak orang.

Zakat merupakan salah satu bentuk ibadah sosial yang mampu mengentaskan kemiskinan

ummat. Bukan hanya ummat Islam, apabila semua orang mau menunaikan zakat, maka ummat

manusia akan makmur, meskipun mereka bukan muslim. Inilah yang sudah ditunjukkan di masa
kegemilangan Khalifah Ummar bin Abdul Azis, dimana pada saat itu ummat Islam tidak lagi

memiliki objek zakat, semua orang sudah makmur karena pelaksanaan

Permasalahan sosial kemiskinan yang ada saat ini salah satunya adalah karena tidak

berjalannya ibadah sosial zakat tersebut di tengah masyarakat khususnya ummat Islam. Zakat mal

merupakan salah satu zakat yang sangat efektif untuk menyelesaikan berbagai persoalan kemiskinan

negara-negara Islam.Di samping dua jenis ibadah sosial di atas, membangun hubungan yang baik

dengan tetangga dan masyarakat merupakan bentuk-bentuk lain dari ibadah sosial. Segala macam

bentuk interaksi sosial yang diniatkan semata-mata untuk mencari keridhaan Allah SWT, maka hal

tersebut bisa bernilai ibadah. Ibadah sosial menjadi bukti bahwa Islam adalah agama yang memberi

rahmat bagi seluruh alam.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ibadah merupakan suatu uasaha kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah dalam

islam itu ada dua macam yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah. Hakikat ibadah itu

adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh ketundukan dan perendahan diri

kepada Allah

B. Saran

Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan kita, yaitu untuk

beribadah kepada Allah swt sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits baik dalam ibadah mahdah (khusus)

maupun dalam ibadah ghoiru mahdah (umum) dengan niat semata-mata ikhlas untuk mencapai ridha

Allah.
DAFTAR PUSTAKA

Al manar, Abduh, Ibadah Dan Syari’ah, (Surabaya: PT. pamator, 1999).

http://islamireligius.blogspot.co.id/2009/08/hikmah-ibadah.html

https://noviaanjani1593.wordpress.com/2012/06/07/hikmah-ibadah-dan-amal-saleh/

http://renunganislami.net/ibadah-sosial-dalam-agama-islam/

Yusuf Qardhawi, Konsep Ibadah Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. Ke-2.

Anda mungkin juga menyukai