“HAKEKAT IBADAH”
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Nama : Faldi
Kelas : B-Akutansi
Semester : II
Puji Syukur kita ucapkan kepada Allah Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Yang berjudul ” HAKIKAT
IBADAH”. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi saya
Saya juga menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna sempurnanya
makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi
Penyusun
FALDI
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
C. Tujuan Makalah............................................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................................3
B. Macam-Macam Ibadah..................................................................................................................5
D. Ibadah Sosial................................................................................................................................10
BAB III................................................................................................................................................13
PENUTUP...........................................................................................................................................13
A. Kesimpulan..................................................................................................................................13
B. Saran...........................................................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia di dunia merupakan anugerah dari Allah swt dengan segala
pemberiannya, manusia dapat mengecap segala kenikmatan yang bisa dirasakan oleh dirinya tetapi
dengan anugerah tersebut kadangkala manusia lupa akan Dzat Allah swt yang telah memberikannya.
Oleh karena itu, manusia harus mendapatkan suatu bimbingan sehingga di dalam kehidupannya dapat
berbuat sesuai bimbingan Allah swt atau memanfaatkan anugerah Allah swt. Hidup yang dibimbing
oleh syari’ah akan melahirkan kesadaran untuk berperilaku yang sesuai dengan tuntuan Allah swt dan
Rasul Nya.
Sebagai rasa syukur terhadap Allah swt, hendaknya kita sadar diri untuk beribadah kepada
sang Pencipta Langit dan Bumi beserta isinya sesuai syari’at Nya. Dalam ibadah, kita harus
memperhatikan jenis-jenis ibadah yang kita lakukan. Apakah ibadah tersebut termasuk dalam ibadah
Oleh karena itu, di dalam makalah ini akan di bahas mengenai Hakikat tentang ibadah,
macam-macam ibadah, ibadah sosial beserta hikmah dari ibadah itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Makalah
PEMBAHASA
· Pengertian Ibadah
Menurut bahasa berasal dari abida ya’budu yang berarti : menyembah, mengabdi dan menghinakan
diri.
“ Hai manusia, sembahlah Tuhan-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu agar
Ibadah berarti penghambaan dan perbudakan. Seorang hamba harus bersikap sebagaimana
halnya seorang hamba yaitu senantiasa patuh dan taat kepada tuhannya tanpa membantah. Beliau juga
menambahkan pula bahwa ada 3 hal yang harus dimiliki sebagai hamba yang baik yaitu:
1. Seorang hamba hendaknya memandang tuannya sebagai penguasa dan berkewajiban untuk
merasa setia kepada orang yang menjadi tuannya, menunjang hidupnya, pelindung dan penjaganya
dan meyakini sepenuhnya bahwa tidak ada seorang pun selain tuannya yang layak mendapat
kesetiaannya
2. Selalu patuh pada tuannya, melaksanakan segala perintahnya dengan cermat dan tidak
mengatakan perkatan atau mendengar perkataan dan siapapun yang bernada menentang kehendaknya
tuannya
3. Menghormati dan menghargai tuannya dan ia harus mengikuti cara yang telah ditentukan oleh
tuannya sebagai sikap hormat kepada-Nya
2) Menurut H. Endang Syaifudin Anshori
a. Ibadah dalam arti khusus (mudhloh) yaitu tata aturan ilahi yang secara langsung mengatur
hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya yang cara, tata cara dan upacara (ritual) telah
ditentukan secara terperinci daam Al- Qur’an dan As- Sunnah yang biasanya berkisar pada masalah
b. Ibadah dalam arti luas, yaitu segala gerak-gerik, tingkah laku, serta perbuatan yang mempunyai
3 Tanda :
Ibadah adalah kebaktian yang hanya ditujukan kepada Allah, mengambil petunjuk hanya
darinya saja tentang segala persoalan hidup dan akhirat dan kemudian mengadakan hubungan yang
Jadi, Ibadah merupakan seluruh aspek kehidupan. Tidak terbatas pada saat-saat singkat yang
diisi dengan cara-cara tertentu. Suatu Ibadah mempunyai nilai yaitu jalan hidup dan seluruh aspek
kehidupan dan merupakan tingkah laku, tindak-tanduk, pikiran dan perasaan semata-mata untuk
Allah, yang dibangun dengan suatu sistem yang jelas, yang di dalamnya terlihat segalanya yang
· Hakikat Ibadah
Zariyat: 56)
“Dan ingatlah ketika Tuhan mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari selbi mereka,
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini
Tuhanmu ?” Mereka menjawab,”Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi. “(Kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan,”sesungguhnya kami (Bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (Keesaan Tuhannya). (QS. Al A’raf:72)
c. Hakikat ibadah adalah menyembah yang sama dengan mencintai. Sebagaimana firman Allah
swt:
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah;
mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta
kepada Allah dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka
melihat siksa (pada hari Kiamat) bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah
Artinya: jika kita sama atau lebih mengabdi atau mencintai selain Allah maka akan menjadi
dosa paling besar yang sulit diampuni kecuali dangan taubat nasuhah sebagaimana hadits dari Ibnu
Mas’ud.
“Aku bertanya, “wahai Rasullullah, dosa apakah yang paling besar?” Rasulullah saw
menjawab,”bila kamu menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia lah yang menciptakan kamu.”
B. Macam-Macam Ibadah
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat
1. Ibadah Mahdhah
Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah ditetpkan Allah akan
tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
· Wudhu,
· Tayammum
· Mandi hadats
· Shalat
· Shiyam ( Puasa )
· Haji
· Umrah
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al- Sunnah,
jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya. Haram
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 64)
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika,
karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di
baliknya yang disebuthikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya,
keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai
dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang
ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau
ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk
kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul
[Rumus Ibadah Mahdhah adalah = “KA + SS” (Karena Allah + Sesuai Syariat)]
Ibadah ghairu mahdhah atau umum ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah. misalnya
ibadaha ghairu mahdhah ialah belajar, dzikir, dakwah, tolong menolong dan lain sebagainya. Prinsip-
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya
tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan. Selama tidak diharamkan oleh Allah,
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak
dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasul
bid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadahmahdhah disebut bid’ah
dhalalah.
c. Bersifat rasional, ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya,
dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, dan
Karena Allah)]
yang telah menciptakan mereka, jika benar-benar hanya kepada Nya kamu menyembah
(beribadah) [Ha Mim As Sajdah 41:38]. Seorang hamba yang sudah berketapan hati untuk
senantiasa beribadah menyembah kepada Nya, maka ia harus meninggalkan segala bentuk
syirik. Ia telah mengetahui segala sifat-sifat yang dimiliki Nya adalah lebih besar dari segala
yang ada, sehingga tidak ada wujud lain yang dapat mengungguli Nya dan dapat dijadikan
tempat bernaung.
sembahlah Tuhan mu yang telah menjadikan kamu dan juga orang-orang sebelummu supaya
kamu bertakwa [Al Baqarah 2:22]. Ada dua hal yang melandasi manusia menjadi bertakwa,
yaitu karena cinta atau karena takut. Ketakwaan yang dilandasi cinta timbul karena ibadah
yang dilakukan manusia setelah merasakan kemurahan dan keindahan Allah SWT. Setelah
manusia melihat kemurahan dan keindahan Nya munculah dorongan untuk beribadah kepada
Nya. Sedangkan ketakwaan yang dilandasi rasa takut timbul karena manusia menjalankan
ibadah dianggap sebagai suatu kewajiban bukan sebagai kebutuhan. Ketika manusia
menjalankan ibadah sebagai suatu kewajiban adakalanya muncul ketidak ikhlasan, terpaksa
dan ketakutan akan balasan dari pelanggaran karena tidak menjalankan kewajiban.
3. Terhindar dari kemaksiatan, ... م ر [ء ش فح [ى ص ة .Sesungguhnya
shalat mencegah orang dari kekejian dan kejahatan yang nyata [Al Ankabut 29:46]. Ibadah
memiliki daya pensucian yang kuat sehingga dapat menjadi tameng dari pengaruh
kemaksiatan, tetapi keadaan ini hanya bisa dikuasai jika ibadah yang dilakukan berkualitas.
Ibadah ibarat sebuah baju yang harus selalu dipakai dimanapun manusia berada.
4. Berjiwa sosial, ibadah menjadikan seorang hamba menjadi lebih peka dengan keadaan
lingkungan disekitarnya, karena dia mendapat pengalaman langsung dari ibadah yang
yang biasa dirasakan orang-orang yang kekurangan. Sehingga mendorong hamba tersebut
cinta kepada Nya memberikan harta benda kepada ahli kerabat, dan anak-anak yatim, dan
orang-orang miskin, dan kaum musafir, dan mereka yang meminta sedekah dan untuk
memerdekakan sahaya. [Al Baqarah 2:178]. Harta yang dimiliki manusia pada dasarnya
bukan miliknya tetapi milik Allah SWT yang seharusnya diperuntukan untuk kemaslahatan
umat. Tetapi karena kecintaan manusia yang begita besar terhadap keduniawian menjadikan
dia lupa dan kikir akan hartanya. Berbeda dengan hamba yang mencintai Allah SWT,
senantiasa dawam menafkahkan hartanya di jalan Allah SWT, ia menyadari bahwa miliknya
adalah bukan haknya tetapi ia hanya memanfaatkan untuk keperluanya semata-mata sebagai
bekal di akhirat yang diwujudkan dalam bentuk pengorbanan harta untuk keperluan umat.
sewaktu kamu berdiri (shalat) dan bolak balik dalam sujud Ketika seorang hamba beribadah,
Allah SWT benar-benar berada berada dihadapannya, maka harus dapat merasakan/melihat
kehadiran Nya atau setidaknya dia tahu bahwa Allah SWT sedang memperhatikannya.
7. Meraih martabat liqa Illah, .... م...Tangan Allah ada diatas tangan mereka [Al Fath
هلال
48:11]. Dengan ibadah seorang hamba meleburkan diri dalam sifat-sifat Allah SWT,
menghanguskan seluruh hawa nafsunya dan lahir kembali dalam kehidupan baru yang
dipenuhi ilham Ilahi. Dalam martabat ini manusia memiliki pertautan dengan Tuhan yaitu
ketika manusia seolah-olah dapat melihat Tuhan dengan mata kepalanya sendiri. Sehingga
segala inderanya memiliki kemampuan batin yang sangat kuat memancarkan daya tarik
kehidupan suci. Dalam martabat ini Allah SWT menjadi mata manusia yang dengan itu ia
melihat, menjadi lidahnya yang dengan itu ia bertutur kata, menjadi tangannya yang dengan
itu ia memegang, menjadi telinganya yang dengan itu ia mendengar, menjadi kakinya yang
mengabulkan doa orang yang memohon apabila ia mendoa kepada Ku. Maka hendaklah
mereka menyambut seruan Ku dan beriman kepada Ku supaya mereka mengikuti jalan yang
benar [Al Baqarah 2:187]. Hamba yang didengar dan dikabulkan doa-doanya hanyalah
mereka yang dekat dengan Nya melalui ibadah untuk selalu menyeru kepada Nya.
9. Banyak saudara, ر ر ط ..... Ibadah selayaknya dikerjakan secara
ةص ي
berjamaah, karena setiap individu pasti memerlukan individu yang lain dan ibadah yang
dikerjakan secara berjamaah memiliki derajat yang lebih tinggi dari berbagai seginya
terutama terciptanya jalinan tali silaturahim. Dampak dari ibadah tidak hanya untuk individu
tetapi untuk kemajuan semua manusia, jangan pernah putus asa untuk mengajak orang lain
masanya.
10. Memiliki kejujuran, ذ ر ذ هلال ى م ... Dan apabila kamu
ةص ي م
telah selesai mengerjakan shalat, maka ingat lah kepada Allah sambil berdiri, sambil duduk
dan sambil berbaring atas rusuk kamu. [An Nisa 4:104]. Ibadah berarti berdzikir (ingat)
kepada Allah SWT, hamba yang menjalankan ibadah berarti ia selalu ingat Allah SWT dan
merasa bahwa Allah SWT selalu mengawasinya sehingga tidak ada kesempatan untuk
kebaikan dan kebaikan mengantarkan orang ke surga [HR Bukhari & Muslim]
melainkan supaya beribadah kepada Allah dengan tulus ikhlas dalam ketaatan kepada Nya
dengan lurus. [Al Bayyinah 98:6]. Allah SWT menilai amal ibadah hambanya dari apa yang
diniatkan, lakukanlah dengan ikhlas dan berkwalitas. Jangan berlebihan karena Allah SWT
12. Memiliki kedisiplinan, Ibadah harus dilakukan dengan مdawam (rutin dan teratur),
13. Sehat jasmani dan rohani, hamba yang beribadah menjadikan gerakan shalat sebagai
senamnya, puasa menjadi sarana diet yang sehat, membaca Al Qur an sebagai sarana terapi
kesehatan mata dan jiwa. Insya Allah hamba yang tekun dalam ibadah dikaruniakan
kesehatan.
D. Ibadah Sosial
Di dalam Islam, ibadah sosial lebih dikenal dengan istilah muamalah atau hubungan antara
seorang muslim dengan lingkungan sekitarnya. Seorang muslim yang baik, dalam melakukan
hubungan muamalah juga tetap mengacu kepada ketentuan syari’ah agamanya. Perbedaannya
hanyalah kepada objek ia melakukan ibadah. Ibadah sosial menyangkut hubungan antara manusia
dengan manusia dalam rangka mencari keridhaan dari Allah SWT. Melalui interaksi hubungan antara
sesama manusia tersebut, seorang hamba berharap bisa mendapatkan pahala dari amal ibadah sosial
Ada beberapa jenis ibadah sosial yang bisa secara mudah dilakukan oleh seorang muslim, beberapa
1. Sedekah
Sedekah merupakan salah satu jenis ibadah sosial yang menyangkut antara hubungan seorang
manusia dengan manusia. Ibadah yang dilakukan memberikan nilai kemanfaatan bagi orang yang
mendapatkan sedekah.
Sedangkan pelaku sedekah tersebut, berharap mencari pahala dari Allah SWT sebagai nilai
dari ibadah yang sudah dilakukannya. Ibadah sosial ini bisa mencakup sumbangan orang per orang
terhadap pihak yang tidak mampu, sumbangan bencana sosial dan lain sebagainya yang dilakukan
secara ikhlas tanpa pamrih maka akan dinilai sebagai ibadah sosial yang mendapatkan pahala di sisi
Allah SWT.
2. Zakat
Zakat juga menjadi salah satu bentuk ibadah sosial. Zakat hampir sama dengan sedekah,
bedanya hanya pada hukum pelaksanaanya serta ukuran-ukuran yang ditetapkan berdasarkan jenis
benda yang dizakatkan.Zakat hukumnya wajib, sedangkan sedekah sunnah. Jika kita menunaikan
ibadah zakat, maka harus dijelaskan dikeluarkan oleh siapa dan berapa jumlahnya. Berbeda dengan
sedekah. Sedekah yang sembunyi-sembunyi lebih baik dibanding dengan sedekah yang
dipublikasikan, terlebih nama si pemberi sedekah dengan jelas dan diketahui banyak orang.
Zakat merupakan salah satu bentuk ibadah sosial yang mampu mengentaskan kemiskinan
ummat. Bukan hanya ummat Islam, apabila semua orang mau menunaikan zakat, maka ummat
manusia akan makmur, meskipun mereka bukan muslim. Inilah yang sudah ditunjukkan di masa
kegemilangan Khalifah Ummar bin Abdul Azis, dimana pada saat itu ummat Islam tidak lagi
Permasalahan sosial kemiskinan yang ada saat ini salah satunya adalah karena tidak
berjalannya ibadah sosial zakat tersebut di tengah masyarakat khususnya ummat Islam. Zakat mal
merupakan salah satu zakat yang sangat efektif untuk menyelesaikan berbagai persoalan kemiskinan
negara-negara Islam.Di samping dua jenis ibadah sosial di atas, membangun hubungan yang baik
dengan tetangga dan masyarakat merupakan bentuk-bentuk lain dari ibadah sosial. Segala macam
bentuk interaksi sosial yang diniatkan semata-mata untuk mencari keridhaan Allah SWT, maka hal
tersebut bisa bernilai ibadah. Ibadah sosial menjadi bukti bahwa Islam adalah agama yang memberi
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ibadah merupakan suatu uasaha kita untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ibadah dalam
islam itu ada dua macam yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah. Hakikat ibadah itu
adalah melaksanakan apa yang Allah cintai dan ridhai dengan penuh ketundukan dan perendahan diri
kepada Allah
B. Saran
Sebagai manusia hendaknya kita tidak melupakan hakikat dari penciptaan kita, yaitu untuk
beribadah kepada Allah swt sesuai dengan Al Qur’an dan Hadits baik dalam ibadah mahdah (khusus)
maupun dalam ibadah ghoiru mahdah (umum) dengan niat semata-mata ikhlas untuk mencapai ridha
Allah.
DAFTAR PUSTAKA
http://islamireligius.blogspot.co.id/2009/08/hikmah-ibadah.html
https://noviaanjani1593.wordpress.com/2012/06/07/hikmah-ibadah-dan-amal-saleh/
http://renunganislami.net/ibadah-sosial-dalam-agama-islam/
Yusuf Qardhawi, Konsep Ibadah Dalam Islam, (Bandung: Mizan, 2002), Cet. Ke-2.