Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

AL-ISLAM DAN KE MUHAMMADIYAHAN

“AL-QUR’AN”

Dosen Pengampu :

Disusun Oleh :

Nama : Faldi
Kelas : B-Akutansi
Semester : II

PROGARAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BUTON
2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin, Segala puji hanya


layak kita panjatkan kehadirat Allah Swt. Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik,
serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul "Al-Qur’an”.
Penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak atas penyusunan makalah ini, karena itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen pengampu Mata Kuliah AIK II,
Bapak Makmur . yang telah memberikan dukungan, dan kepercayaan yang begitu besar.
Semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih
baik lagi kedepannya. Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan
kesalahan namun tak ada gading yang tak retak, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.

Baubau, 13 Mei 2021

Penulis

FALDI
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL .........................................................................................................

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................

 A. Latar Belakang ..............................................................................................


 B. Rumusan Masalah .........................................................................................
 C. Tujuan Penulisan ..........................................................................................
 D. Manfaat Penulisan ........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................

 A. Pengertian Al-qur’an ....................................................................................


 B. Sejarah Pembukuan Al-qur’an ......................................................................
 C. Mukjizat Al-qur’an .......................................................................................
 D. Pokok-pokok Kandungan Al-qur’an ............................................................
 E. Keutamaan Membaca dan Mengamalkan Al-qur’an ....................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

 A. Simpulan........................................................................................................
 B. Saran..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al quran adalah kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW sebagai
rahmat yang tak ada taranya bagi alam semesta, di dalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi
petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa yang mempelajarinya dan mengamalkannya. Bukan itu saja
tetapi juga Al quran adalah sebagai kitab suci terakhir di turunkan Allah SWT yang isinya mencakup
segala pokok-pokok syariat yang terdapat dalam kitab-kitab sebelumnya.

Karena itu orang yang mempercayai Al quran akan bertambah cinta kepadanya, cinta untuk
membacanya, untuk mempelajarinya dan memahaminya serta untuk mengamalkannya dan
mengajarkannya sampai merata rahmatnya dirasakan oleh penghuni alam semesta. Sehubungan dengan
hal tersebut di dalam mukaddimah Al quran dan Terjemahnya juga ditegaskan bahwa:
Membaca Al quran, baik mengetahui artinya maupun tidak adalah termasuk ibadah, amal saleh
dan memberi rahmat serta menjadi manfaat bagi yang melakukannya, memberi cahaya ke dalam hati yang
membacanya sehingga terang benderang, juga memberi cahaya kepada keluarga, rumah tangga tempat Al
quran itu dibaca.

Jadi, setiap mu’min harus yakin bahwa membaca Al quran saja sudah termasuk amal yang mulia
dan akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda sebab yang dibacanya adalah kitab suci dari Ilahi yang
diturunkan-Nya kepada umat manusia, Al quran adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mu’min, baik
dikala susah, dikala gembira ataupun dikala sedih bahkan membaca Al quran itu bukan saja menjadi amal
ibadah tetapi juga menjadi obat penawar bagi orang yang yang sedang gelisah jiwanya, seperti firman
Allah SWT dalam surah Al-Isra ayat 82 yang berbunyi:

ْ ِ ‫ش َ و ُ اه َ م ا ِن ْ ر ُ ْالق َ ن ِ ل م ُ ز َِّ ن ُ ن َ و ُ د ْ ِزي َ ي ا َل َ ْ َْي و ِ ن ِ م ا ً ار َ َس خ َّ ال ِ ْ َْي ا ِم‬


ِ ‫ؤ ُ ْلم ِّ ٌ ل ة ْْ َح َ ور َّ ٌ فاء‬
٨٢:‫)الظل )االسراء‬ّ

Manusia adalah makhluk sosial yang hidup dalam masyarakat. Aktivitasnya dalam kehidupan
sehari-hari tidak akan terlepas dari berbagai macam aspek kehidupan, salah satunya adalah aspek
keagamaan. Pembelajaran Al Qur’an Hadits merupakan bagian dari pelajaran agama yang menyangkut
pada bacaan surah-surah pendek/panjang. Berbagai inovasi pembelajaran telah muncul dalam rangka
upaya untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan metode driil adalah
salah satu inovasi pembelajaran di mana peserta didik disuruh maju ke depan kelas untuk menghafal
surah-surah sesuai dengan hukum dan bacaan tajwidnya. Namun, kenyataan di lapangan bahwa
kemampuan siswa dalam menghafal pada mata pelajaran Al Qur’an Hadits masih sangat rendah bahkan
di bawah target minimal yang harus dilampaui.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah:

1. Apa pengertian Al-qur’an?


2. Bagaimana Sejarah Pembukuan Al-qur’an?
3. Bagaimana Mukjizat Al-qur’an?
4. Apa saja Pokok-pokok Kandungan Al-qur’an?
5. Apa saja Keutamaan Membaca dan Mengamalkan Al-qur’an?

C. Tujuan Makalah

Adapun tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah :

1. Agar mahasiswa dapat mengetahui pengertian Al-qur’an


2. Agar mahasiswa mengetahui Sejarah Pembukuan Al-qur’an
3. Agar mahasiswa dapat mengetahui Pokok-pokok Kandungan Al-qur’an
4. Agar mahasiswa dapat mengetahui Keutamaan Membaca dan Mengamalkan Al-qur’an
5. Agar mahasiswa dapat mengetahui Mukjizat Al-qur’an

D. Manfaat Penulisan

Agar mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pentingnya memahami ilmu Al-qur’an.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-qur’an

Al-Qur'an, Qur'an, atau Quran (bahasa Arab: ‫القرآن‬, translit. al-Qurʾān, har. 'bacaan'; /kɔːrˈɑːn/[a] KOR-


AHN), adalah sebuah kitab suci utama dalam agama Islam, yang umat Muslim percaya bahwa kitab ini
diturunkan oleh Tuhan, (bahasa Arab: ‫هللا‬, yakni Allah) kepada Nabi Muhammad.[5] Kitab ini terbagi ke dalam
beberapa surah (bab) dan setiap surahnya terbagi ke dalam beberapa ayat.
Umat Muslim percaya bahwa Al-Qur'an difirmankan langsung oleh Allah kepada Nabi Muhammad
melalui Malaikat Jibril,[6][7] berangsur-angsur selama 22 tahun, 2 bulan dan 22 hari atau rata-rata selama 23
tahun, dimulai sejak tanggal 17 Ramadan,[8] saat Nabi Muhammad berumur 40 tahun hingga wafat pada tahun
632.[5][9][10] Umat Muslim menghormati Al-Qur'an sebagai sebuah mukjizat terbesar Nabi Muhammad, sebagai
salah satu tanda dari kenabian,[11] dan merupakan puncak dari seluruh pesan suci (wahyu) yang diturunkan oleh
Allah sejak Nabi Adam dan diakhiri dengan Nabi Muhammad.[b] Kata "Quran" disebutkan sebanyak 70 kali di
dalam Al-Qur'an itu sendiri.
Menurut ahli sejarah beberapa sahabat Nabi Muhammad memiliki tanggung jawab menuliskan
kembali wahyu Allah berdasarkan apa yang telah para sahabat hafalkan.[13] Setelah Nabi Muhammad wafat,
para sahabat segera menyusun dan menuliskan kembali hafalan wahyu mereka. Penyusunan kembali Al-Qur'an
ini diprakarsai oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq atas usulan dari Umar bin Khattab dengan persetujuan
para sahabat senior.
Al-Qur’an menjelaskan sendiri bahwa isi dari Al-Qur’an adalah sebuah petunjuk. Terkadang juga
dapat berisi cerita mengenai kisah bersejarah, dan menekankan pentingnya moral.[14][15] Al-Qur’an digunakan
bersama dengan hadis untuk menentukan hukum syari'ah.[16] Saat melaksanakan Salat, Al-Qur’an dibaca hanya
dalam bahasa Arab.[17] Beberapa pakar Barat mengapresiasi Al-Qur’an sebagai sebuah karya sastra bahasa
Arab terbaik di dunia.[18][19]
Seseorang yang menghafal isi Al-Qur'an disebut Al Hafidz. Beberapa umat Muslim membacakan Al-
Qur’an dengan bernada, dan peraturan, yang disebut tajwid. Saat bulan suci Ramadan, biasanya umat Muslim
melengkapi hafalan Dan membaca Al-Qur’an mereka setelah melaksanakan shalat tarawih. Untuk memahami
makna dari al quran, umat Muslim menggunakan rujukan yang disebut tafsir.

B. Sejarah Pembukuan Al-qur’an


Setelah Nabi SAW wafat, Abu Bakar al-Shiddiq RA diangkat menjadi pengganti Nabi
SAW.  Pada masa pemerintahannya, terjadi pemberontakan serta munculnya Musailamah yang
mengaku sebagai Nabi baru. Tentu hal ini amat merisaukan Umat Islam. Abu Bakar pun
memerintahkan para sahabat untuk menumpas Musailamah dan para pengikutnya. Meski Nabi
palsu ini berhasil ditumpas, namun tidak sedikit para sahabat yag gugur sebagai Syahid.
Kebanyakan diantara mereka adalah orang-orang yang telah hafal Al-Qur’an secara keseluruhan.
Melihat keadaan diatas, Umar bin Khattab RA merasa prihatin dan terdorong untuk
memikirkan kelestarian Al-Qur’an. Jika para penghafal Al-Qur’an gugur satu persatu, bukan
tidak mungkin Al-Qur’an akan hilang dipermukaan bumi. Akhirnya Umar yang jenius
mengusulkan kepada Khalifah Abu Bakar RA agar membukukan naskah-naskah Al-Qur’an yang
berserakan ditangan masing-masing sahabat.
Khalifah Abu Bakar RA dan Umar Bin Khattab memberikan kepercayaan kepada Zaid bin
Tsabit RA sebagai orang yang bertanggung jawab atas pengumpulan naskah Al-Qur’an. Kerja
Zaid bin Tsabit tersebut mendapat dukungan para sahabta serta dilaksanakan dalam waktu yang
singkat, yakni kurang lebih setahun. Kerjaan ini memerlukan ketelitian yang mendalam,
kepercayaan yang besar, dan ketekunan yang tinggi. Sedikit kecerobohan akan berdampak fatal.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab RA, lembaran-lembaran tulisan Zaid tersimpan
dengan baik. Selama pemerintahannya Umar bin Khattab memfokuskan pada pengajaran Al-
Qur’an. Setiapa daerah baru, Khalifah umar mengirim beberapa sahabat untuk menjadi Guru Al-
Qur’an. Karena lembaran Al-Qur’an belum tersebar, maka proes pengajaran yang menggunakan
sistem hafalan dibawah kendali Sahabat peghafal Al-Qur’an. Ketika Khalifah Umar RA ditikam
oleh seorang penjahat, lembaran-lembaran Al-Qur’an diserahkan kepada putrinya yang sekaligus
istri Nabi SAW, Hafshah RA. Penyerahan kepada Hafshah dipandang lebih aman daripada orang
lain yang belum tentu akan dipilih sebagai kepala negara. Pengangkatan kepala negara pengganti
Umar dilakukan melalui musyawarah para sahabat. Karenanya, Khalifah Umar sendiri tidak
mengetahui secara pasti siapa penggantinya kelak serta tidak ingin mempengaruhi hasil
musyawarah dengan menyerahkan kepada salah seorang sahabat.

1. Proses Penggandaan Mushaf Al-Qur’an


Ketika musyawarah para sahabat senior menentukan ‘Utsman bin Affan RA sebagai
khalifah, peperangan diberbagai daerah masih berlangsung. Di Medan peperangan ini muncul
permasalah besar yaitu perselisihan dikalangan prajurit. Perselisihan ini dikhawatirkan akan
merusak persatuan. Karenanya perselisihan ini harus dilaporkan kepada khalifah yang baru,
‘Utsman bin ‘Affan RA.
Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan dengan penduduk Irak. Diantara orang
yang ikut menyerbu kedua tempat itu ialah Huzaifah bin al-Yaman. Ia melihat banyak perbedaan
dalam cara-cara membaca Al-Qur’an. Sebagian bacaan itu bercampur dengan kesalahan; tetapi
masing-masing mempertahankan dan berpegang pada bacaannya, serta menentang setiap orang
yang menyalahi bacaannya dan bahkan mereka saling mengkafirkan. Melihat kenyataan
demikian Huzaifah segera menghadap ‘Utsman dan melapor kepadanya apa yang telah
dilihatnya. ‘Utsman juga memberitahukan kepada Huzaifah bahwa sebagian perbedaan itu akan
terjadi pada orang-orang yang mengajarkan Qiraat kepada anak-anak. Para sahabat amat
memperihatinkan kenyataan ini karena takut perbedaan mengenai bacaan Al-Qur’an akan
menimbulkan penyimpangan dan perubahan. Mereka sepakat unuk menyalin lembaran-lembaran
pertama yang ada pada Abu bakar dan meyatukan umat islam pada lembaran-lembaran itu
dengan bacaan yang tetap pada satu huruf.
‘Utsman kemudian mengirimkan utusan kepada Hafsah (untuk meminjamkan mushaf
Abu Bakar yang ada padanya) dan Hafsah pun mengirimkan lembaran-lembaran itu kepadanya.
Kemudian ‘Utsman memanggil Zaid bin Tsabit al-ansari, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Tsabit
al-Ansari, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin ‘As, dan Abdurrahman bin Haris bin Hisyam, ketiga
orang terakhir ini adalah suku Quraisy; lalu memerintahkan mereka agar menyalin dan
memperbanyak mushaf, serta memerintahkan pula agar apa yang diperselisihkan Zaid dengan
ketiga orang Quraisy itu didalam bahasa Quraisy, karena Al-Qur’an turun dalam logat mereka.
Dalam hal ini perlu dibedakan antara al-shuhuf  (lembaran-lembaran al-Qur’an) dan al-
mushhaf  (Al-Qur’an yang sudah dibukukan menjadi satu kitab). Lembaran Al-Qur’an adalah
tulisan Al-Qur’an diatas lembaran-lembaran kertas yang belum terjilid dimasa pemerintahan Abu
Bakar RA. Dalam lembaran ini, penulisan Al-Qur’an disesuaikan dengan urutan ayat. Sementara
mushaf adalah tulisan Al-Qur’an diatas kertas-kertas yang kemudian dijilid menjadi sebuah
buku. Didalamnya tertulis berdasarkan ayat dan surat. Mushaf ini dikerjakan oleh 4 orang
sahabat
Kemudian para sahabat menghafalkannya dan ada pula yang mencatatnya. Namun,
setelah Rasulullah wafat terjadi kekhawatiran di kalangan para sahabat. Mereka takut bahwa
Alquran akan punah karena pada saat itu banyak para hafidz Alquran yang gugur di dalam
pertempuran.
Dari situlah Umar bin Khattab memiliki gagasan bahwa sebaiknya Alquran dibukukan.
Pada awalnya, khalifah Abu Bakar menolak gagasan ini karena apa yang diusulkan oleh Umar
tersebut tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah. Namun setelah menjelaskan bahwa semua ini
demi kebaikan umat Islam maka khalifah Abu Bakar menyetujui gagasan Umar, kemudian Abu
Bakar memerintahkan agar naskah dari ayat-ayat yang sudah ditulis itu dikumpulkan untuk
disalin dan disusun kembali.
Abu Bakar dalam hal ini menunjuk Zaid bin Tsabit untuk melakukannya, karena dia
adalah penulis suhuf-suhuf di zaman Rasulullah. Zaid diperintahkan untuk mengumpulkan
suhuf-suhuf Alquran baik yang terdapat pada pelepah kurma, tulang hewan maupun dari para
penghafal Alquran yang masih hidup. Setelah selesai disusun, Abu Bakar kemudian menyimpan
mushaf ini hingga ia wafat.
Setelah Abu Bakar wafat, maka kekhalifahan berpindah ke tangan Umar. Pada nasa
kekhalifahannya, tidak ada kegiatan pembukuan Alquran lagi. Sehingga pada masa kekuasaan
Umar bin Khattab hanya fokus pada penyebaran agama Islam. Dan hingga Umar wafat, tidak ada
perdebatan tentang Alquran.
Kemudian kekhalifahan berpindah kepada khalifah Usman bin Affan. Pada masa Usman
bin Affan, kekuasaan Islam sudah sangat luas. Sehingga pemeluk Islam pada masa itu tidak lagi
hanya bangsa Arab saja.
Dan disinilah persoalan baru muncul. Salah seorang sahabat bernama Hudzaifah ibnu
Yaman yang baru pulang dari pertempuran mengabarkan kepada khalifah bahwa timbul
perdebatan tentang qiraat (bacaan) Alquran dikalangan kaum muslimin. Diantara mereka ada
yang menganggap bahwa bacaannya lah yang paling baik.
Dari persoalan itu Hudzaifah mengusulkan kepada khalifah agar segera diambil
kebijaksanaan untuk mengatasi perbedaan-perbedaan tersebut agar masalah tersebut tidak
menimbulkan perpecahan umat Islam.
Usul tersebut kemudian langsung diterima oleh khalifah Usman bin Affan dengan
langsung mengirim utusan untuk meminta mushaf kepada Hafsah yang disimpan di rumahnya
untuk disalin.
Zaid kembali ditunjuk oleh Usman sebagai ketua pembukuan Alquran ini dengan
anggota-anggotanya yaitu Abdullah bin Zubair, Said ibnu Ash dan Abdurahman bin Harits.
Setelah selesai, Usman kemudian mengembalikan mushaf yang asli kepada Hafsah untuk
disimpan. Kemudian mushaf salinan tadi dikirimkan ke berbagai penjuru negeri seperti Mekah,
Kuffah, Basrah dan Suriah.
Mushaf tersebutlah yang sekarang dikenal dengan mushaf Usmani. Dan ini adalah cara Allah
dalam menjaga dan memelihara Alquran melalui perantara para sahabat Nabi, dengan
membukukan Alquran maka hingga saat ini Alquran masih terjaga kemurniannya sebagaimana
firman Allah SWT:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-
benar memeliharanya.” [QS. Al-Hijr ayat 9]
Semoga para sahabat tersebut mendapat tempat terbaik disisi Allah karena telah berjasa
kepada seluruh umat Islam. Aamiin.

C. Mukjizat Al-qur’an
Mukjizat Alquran adalah kelebihan-kelebihan yang ada di dalam Alquran itu sendiri sebagai bukti
kebenaran. Dengan kata lain, bukti-bukti kebenaran yang datang dari luar Alquran bukanlah termasuk
mukjizat Alquran. Hal ini sebagaimana yang telah disebutkan dalam salah satu surah Alquran, artinya:
Artinya: "Jika Kami menghendaki,niscaya kami turunkan kepada mereka mukjizat dari langit,
yang akan membuat tengkuk mereka tunduk dengan rendah hati kepadanya." (QS. Asy-Syu’ara : 4)

Sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW, Alquran menjadi kitab suci yang tidak pernah
kering dalam memecahkan segala masalah kehidupan. Alquran senantiasa menjadi petunjuk bagi kaum di
segala zaman dan tempat. Berikut macam-macam mukjizat Alquran yang dilansir dari jurnal.unisu.ac.id

Secara umum, mukjizat dibagi menjadi dua, yakni mukjizat material dan mukjizat immaterial. Untuk
lebih jelasnya, berikut penjelasan mengenai macam-macam mukjizat:

1. Mukjizat Meterial

Mukjizat material indrawi adalah didefinisikan sebagai kekuatan yang muncul dari segi fisik yang
memberi isyarat terkait kesaktian seorang nabi. Biasanya, mukjizat yang dimiliki oleh para nabi tersebut,
dapat dilihat secara langsung oleh mata telanjang atau ditangkap oleh indera mata, tanpa perlu dianalisa.
Kendati demikian, mukjizat tersebut hanya terbatas pada kaum di mana seorang nabi diutus.

Umumnya, mukjizat diberikan Allah kepada para nabi sebagai jawaban atas tantangan yang
dihadapkan kepada mereka oleh pihak-pihak lawan. Ada beberapa contoh mukjizat melalui para nabi
untuk menunjukkan kekuasaan Allah, seperti perahu Nabi Nuh dan tongkat Nabi Musa. Semua mukjizat
tersebut bersifat inderawi dan tidak bisa ditolak.

2. Mukjizat Immaterial Logis

Salah satu contoh mukjizat immaterial yang bersifat immaterial logis adalah mukjizat yang diberikan
kepada Nabi Muhammad SAW, yaitu Alquran. Mukjizat ini dimaksudkan bahwa Rasulullah diutus
kepada seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Alquran juga menjadi bukti kebenaran ajarannya tanpa
mengenal waktu, situasi, dan kondisi apapun.

Mengenal Mukjizat Alquran

Seperti yang sudah diketahui, mukjizat adalah perkara luar biasa yang dilakukan oleh Allah untuk
membuktikan sebuah kebenaran, yang biasanya melalui para Nabi. Adapun secara bahasa, mukjizat
berasal dari kata Mukjiz yang berarti sesuatu yang mengalahkan atau melemahkan.

Mukjizat juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang luar biasa dan diperlihatkan Allah melalui
para Nabi dan Rasul-Nya sebagai bukti atas kebenaran pengakuan kenabian atau kerasulannya. Di dalam
Alquran, banyak menceritakan berita mengenai mukjizat dari Allah SWT melalui para Nabi-Nya.

Sementara itu, dapat dipahami bahwa mukjizat Alquran adalah kelebihan-kelebihan yang ada di
dalam Alquran sebagai bukti kebenaran. Sedangkan, bukti-bukti kebenaran yang datang dari luar Alquran
bukanlah termasuk mukjizat Alquran.

Macam-macam mukjizat Al-Qur'an

Hamka dalam bukunya Tafsir Al Azhar menyatakan bahwa ada empat rupa mukjizat Alquran, di
antaranya:
1. Salah satu mukjizat Alquran adalah diberitakan proses terjadinya bumi dan langit, bulan, bintang,
dan matahari. Selain itu, di dalam Alquran juga menyebutkan mengenai proses turunnya hujan
dan pengaruhnya terhadap kesuburan tanah di bumi.
2. Alquran juga banyak menceritakan berita tentang masa lalu, seperti berita tentang Tasmud,
Kaum Luth, dan lainnya. Semua berita di dalam Alquran merupakan berketetapan dengan benar
dan seluruh ahli sejarah mengakuinya.

3. Mukjizat Alquran selanjutnya, yaitu terkait dengan Fashahah dan Balaghah. Di mana, Alquran
memiliki derajat yang tinggi dalam setiap susunan kata, irama, dan gaya bahasa. Susunan kalimat
Alquran bukan merupakan syair dengan rangkaian kata menurut suku kata bilangan tertentu,
bukan puisi apalagi sebuah prosa.

4. Alquran memberitakan segala sesuatu yang akan terjadi. Banyak ayat-ayat Alquran yang
memberitakan peristiwa-peristiwa besar yang akan terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

D. Pokok-pokok Kandungan Al-qur’an

Sebagai kitab yang memberi petunjuk kepada umat manusia, Al-Qur’an memiliki beberapa pokok
kandungan, di antaranya adalah:

1. Akidah

Akidah secara etimologi bermakna kepercayaan dan keyakinan. Adapun kandungan aspek akidah
dalam Al-Qur’an adalah persoalan tauhid bahwa Allah Swt adalah yang maha segala-galanya.

Di samping itu, akidah di dalam Al-Qur’an juga meliputi rukun iman seperti keyakinan terhadap
Allah, malaikat, rasul, kitab, hari kiamat serta qada dan qadar.

"Rasul (Muhammad saw) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari
Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-
Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), ”Kami tidak membeda-bedakan seorang pun
dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, ”Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan
kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali.” (QS. al-Baqarah : 285)

2. Ibadah dan muamalah

Kandungan selanjutnya adalah persoalan ibadah (hubungan antara manusia dengan Allah Swt)
dan muamalah (hubungan antara manusia dengan manusia lainnya). Al-Qur’an memberi petunjuk dan tata
cara yang lengkap berkaitan dengan ibadah kepada Allah dan hubungan antar manusia.

3. Persoalan hukum

Hukum Allah Swt yang tertuang di dalam Al-Qur’an tentu merupakan hukum yang paling adil.
Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam harus selalu merujuk kepada Al-Qur’an dalam menetapkan
hukum tertentu.

Hal ini sejalan dengan QS. An-Nisa ayat 105 yang artinya, "Sesungguhnya Kami telah
menurunkan kitab kepadamu dengan membawa kebenaran agar kamu mengadili antara manusia dengan
apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak
bersalah), karena (membela) orang-orang yang berkhianat."
4. Sejarah dan kisah-kisah umat terdahulu

Selain mengandung perintah, Al-Qur’an juga menceritakan kejadian umat terdahulu agar kita
dapat mengambil pelajaran dari masa lalu. Salah satu contoh adalah yang tertulis dalam Surah Yusuf ayat
111 yang artinya,"Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai
akal. (Al-Qur’an) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang
sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang
beriman.”

5. Rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi

Banyak ilmuwan yang telah membuktikan bahwa ilmu pengetahuan yang senantiasa berkembang
setiap zaman telah dibahas terlebih dahulu di dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu. Oleh sebab itu,
apa yang ada di dalam Al-Qur’an harus selalu dijadikan rujukan dalam penelitian ilmu pengetahuan
termasuk teknologi

E. Keutamaan Membaca dan Mengamalkan Al-qur’an

Keutamaan membaca Al-Qur'an memberikan banyak manfaat yaitu:

6. Mendapat Pahala Berlipat

Rasulullah mengatakan bahwa orang yang membaca satu huruf ayat Al-Qur’an akan diberikan
balasan 10 kali lipat oleh Allah.

Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an maka ia akan mendapat satu kebaikan, dan dari
satu kebaikan itu berlipat menjadi sepuluh kebaikan. Aku tidak mengatakan alif lam mim sebagai satu
huruf. Akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.” (HR. Bukhari).

7. Derajatnya Diangkat.

Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang selalu membaca Al-Qur’an dan mempelajari isi
kandungannya serta mengamalkannya setiap hari.

8. Mendapat Pertolongan Allah SWT di Hari Kiamat

Salah satu keutamaan membaca Al-Qur’an akan mendapatkan syafaat (pertolongan) pada hari kiamat.

9. Mendapatkan Ketenangan Hati

Sebagaimana yang dijelaskan dalam surah Al-Isra [17] ayat 82 bahwa Al-Qur’an diturunkan Allah SWT
untuk menjadi obat segala macam penyakit kejiwaan. Sehingga keutamaan membaca Al-Qur’an akan
mendapatkan ketenangan jiwa.

10. Kedua orang tuanya mendapatkan mahkota surga


Dari Muadz bin Anas, bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang membaca Al-Qur`an dan
mengamalkan apa yang terdapat di dalamnya, Allah akan mengenakan mahkota kepada kedua orang
tuanya pada hari kiamat kelak. Di mana cahayanya lebih terang dari pada cahaya matahari di dunia. Maka
kamu tidak akan menduga bahwa ganjaran itu disebabkan dengan amalan yang seperti ini,” (HR. Abu
Daud).

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-Qur’an sebagai pedoman atau petunjuk bagi umat Islam yang selalu dikaji oleh umat manusia
terutama bagi umat Islam. Supaya dapat memahami upaya menafsirkan Al-Qur’an dengan berbagai
persepektif dan pendekatan untuk memperkaya hasanah intelektual Islam dengan adanya karya-karya
tafsir yang sudah dihidangkan oleh para ulama tafsir. Dari berbagai metode dan corak yang terdapat
pada karya tafsir, tafsir Nur-al-Ihsan Muhammad Sa’id bin Umar menggunakan metode ijmali.
Karena penilaian beliau pada masyarakat muslim disana waktu itu, masih lemah dari segi
keagamaan dan terdapat keistimewaan pada metode ijmali, maka metode ini sangat istimewa dan
cocok bagi masyarakat awam untuk lebih praktis dan mudah dipahami. Keistimewaan metode ijmali
adalah praktis dan mudah dipahami, tanpa berbelit-belit pemahaman Al-Qur’an segera dapat diserap
oleh pembacanya sebagai mana terlihat di dalam contoh yang telah di nukilkan. pola penafsiran
serupa ini lebih cocok untuk para pemula dan pendidikan dasar atau mereka yang baru belajar tafsir
Al-Qur’an, dikarenakan singkatnya penafsiran yang diberikan, tafsir Ijmali relatif lebih murni dan
terbebas dari pemikiran-pemikiran israilyat. Seperti yang di jelaskan pada bab 2 tentang keutamaan
membaca dan mengamalkan Al-Qur'an yaitu agar kita selalu mendapat ketenangan.

B. Saran

Bahwa betapa penting bagi seorang mufassir megetahui metode dan corak didalam menafsirkan
Al-Qur’an untuk bisa menyesuaikan dengan kondisi umat dan perubahan zaman. Kerena Al-Qur’an
adalah kalam Allah yang diyakini dan tempat berperan seluruh umat Islam .Maka berangkat dari
sinilah kesadaran seorang mufassir, mengunakan metode dan corak biar tepat, kerena tergatung maju
mundur bagi umat Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Qur’an Hadits MA


kelas I, Jakarta, 2002 Departemen Agama RI, Al quran dan Terjemahnya, Proyek Pengadaan Kitab
Suci Al quran, Jakarta, 1976-1977 Departemen Agama RI, Qur’an Hadits I MA Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007)
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2006 E. Mulyasa,
Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya) http://adsensecamp.com/show/frame.php?id Hufad, Ahmad, Penelitian Tindakan Kelas
(PTK),(Jakarta: Direktorat Jinderal Pendidikan Islam RI, 2009) Ian43.wordpress.com/2010/12/2.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,Kalam Mulis, Jakarta, 2002 Roestiyah N.K, Strategi Belajar
Mengajar, (PT. Rineka Cipta, t.t) Uman, Chaerul, dkk, Ushul Fiqih I, CV. Pustaka Setia, Bandung,
1998 www.eramuslim.com/berita/tahukah anda. Yusuf dan Syaifiil Anwar (Internet;1997)
https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Qur%27an
https://satubulanhafalquran.com/?page_id=245

Anda mungkin juga menyukai