Anda di halaman 1dari 30

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pre eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai protein urin dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah melahirkan
(Mansjoer:2000).
Pre eklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang termasuk dalam bagian
yang langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal itu
terjadi (Wiknjosastro: 2007).
Di Indonesia, eklampsia masih merupakan sebab utama kematian ibu, dan sebab
kematian perinatal yang tinggi. Pre eklampsia terjadi pada 14% kehamilan. Kira-kira 85%
pre eklampsia terjadi pada kehamilan pertama. Pada pre eklampsia dijumpai sindrom
HELLP yang mempengaruhi sekitar 2% sampai 12% PEB, dengan angka mortalitas 2%
sampai 24%. Insiden paling tinggi terdapat pada ibu multipara, berusia lanjut.
Oleh karena itu, diagnosis dini preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan
eklampsia, serta mengetahui penanganannya dengan segera akan membantu menurunkan
kejadian eklampsia atau kematian yang disebabkan oleh preeklampsia.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaiman memberikan asuhan kebidanan pada ibu/ pasien dengan masalah preeklampsia
ringan?

1.3 Tujuan
Tujuan umum : mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan PER
Tujuan khusus :
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan PER
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa aktual pada pasien dengan PER
c. Mahasiswa mampu membuat rencana asuhan pada pasien dengan PER
d. Mahasiswa mampu melaksanakan rencana asuhan yang dibuat pada pasien dengan
PER
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil asuhan yang diberikan
f. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan pada pasien PER dengan
SOAP
BAB II
TINJAUAN KASUS

2.1 Pre Eklampsia dan Eklampsia


2.1.1 Definisi
Preeklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi
terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah
normal (Cunningham, 2005)
Preeklmapsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema
akibat kehamilan setelah usia 20 minggu atau segera setelah persalinan (Arif
Mansjoer, 2000)

2.1.2 Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak
teori-teori dikemukakan para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya,
namun belum ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang dipakai
sebagai penyebab preeklampsia dan eklampsia adalah teori iskemia plasenta.
Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan
panyakit ini. Beberapa teori yang dikemukakan adalah:
a. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-
cabang arter uterina dan artetri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut
menembus miometrium berupa arteri arkuarta dan arteri arkuarta memberi
cabang arteri radialis. Arteria radialis menembus endometrium menjadi arteri
basalis yang kemudian memberi cabang arteri spiralis.
Pada hamil normal yang belum jelas sebabnya terjadi invasi trofoblas ke dalam
lapisan tot yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut sehingga terjadi
dilatasi. Invasi trofoblas juga memasuki jaringan sekitar arteri spiralis sehingga
mengalami distensi dan dilatasi. Keadaan ini memberikan dampak penurunan
tekanan darah, penurunan resistensi vaskular dan peningkatan aliran darah
menuju uteroplasenter sehingga aliran ke janin juga baik.
Pada preeklampsia tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan otot
sehingga menjadi tetap kaku dan keras atau mengalami vasokonstriksi yang
berakibat aliran ke janin berkurang/hipoksia
b. Teori iskemia plasenta, radikal bebas dan pembentukan oksidan
Sebagaiman dijelaskan dalam teori invasi trofoblas, pada hipertensi dalam
kehamilan terjadi kegagalan proses aliran darah ke janin cukup banyak dan
perfusi jaringan juga meningkat sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin
dengan baik, akibatnya plasenta mengalami iskemia.
c. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
Dugaan bahwa faktor imunologik berperan terhadap terjadinya hipertensi
dalam kehamilan terbukti dengan fakta:
- Primigravida mempunyai resiko lebih besar terjadinya hipertensi kehamilan
jika dibandingkan dengan multigravida
- Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai resiko lebih besar
terjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan suami
sebelumnya
- Seks oral mempunyai resiko lebih rendah terjadinya hipertensi dalam
kehamilan. Lamanya periode hubungan seks sampai saat kehamilan ialah
makin lama periode ini, makin kecil terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak adanya “hasil
konsepsi” yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukosit
antigen protein 6 yang berperan penting dalam modulasi respon imun, sehingga
ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta).
Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekskresi HLA-6
sehingga menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas
sangat penting agar jaringan desidua ibu menjadi lunak sehingga memudahkan
terjadnya dilatasi arteri spiralis juga merangsang produksi sitikon. Sehingga
memudahkan terjadinya reaksi inflamasi. Kemungkinan terjadi imun
maladaptation pada preeklampsia.
d. Teori adaptasi kardiovaskular
Pada hamil normal pembuluh darah refrakter terhadap bahan-bahan vasopresor.
Pada hipertensi dalam kehamilan kehilangan daya refrakter terhadap bahan
vasokonstriktor dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-
bahan vasopresor. Artinya daya refrakter pebuluh darah terhadap bahan
vasopresor hilang sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap
bahan vasopresor.
e. Teori genetik
Genotipe ibu lebih menetiukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara
familial jika dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa pada
ibu yang mengalami preeklampsia 26% anak perempuannya akan mengalami
preeklmapsia pula, segdangkan hanya 8% anak menantu mengalami
preeklmapsia.
f. Teori diet (defisiensi gizi)
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan gizi berperan dalam
terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian terakhir membuktikan bahwa
konsumsi minyak ikan dapat mengurangii preeklampsia.
Beberapa juga menganggap bahwa defisiensi kalsium pada diet perempuan
hamil mengakibatkan tresiko terjadinya preeklampsia/eklampsia. Dari
penelitian diketahui bahwa ibu hamil yang diberi suplemen kalsium cukup,
kasus yang mengalami preeklampsia adalah 14% sedang yang diberi glukosa
17%.
g. Teori stimulus inflamasi
Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi
darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Pada
kehamilan normal plasenta juga melepaskaan debris trofoblas, sebagai sisa-sisa
proses apoptosis dan nekrotik trofoblas, akibat reaksi stress oksidatif bahan-
bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian merangsang timbulnya proses
inflamasi.
Pada kehamilan normal, jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar,
sehingga reaksi inflamasi juga masih dalam batas normal. Berbeda dengan
proses apoptosis pada preeklampsia, dimana pada PE terjadi peningkatan stress
oksidatif sehingga produksi trofoblas meningkat sehingga beban reaksi
inflamasi pada ibu juga meningkat.

2.1.3 Patofisiologi
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan resiko
retensi garam dan air. Pada biopsi ditemukan spasme hebat arteriola sedemikian
sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu darah merah. Jadi, jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik, sebagai
usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat
dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh
penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui
sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh
spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus (Rustam Muchtar,
1998)

2.1.4 Perubahan Sistem dan Organ pada PE


a. Volume plasma
Pada hamil normal volume plasma meningkat dengan bermakna (hipervolemia)
guna memenuhi kebutuhan pertumbuhan janin. Peningkatan tertinggi volume
plasma pada hamil normal terjadi pada umur kehamilan 32-34 minggu
sebaliknya oleh sebab yang tidak jelas pada preeklampsia terjadi penurunan
volume plasma antara 30%-40% dibandingkan hamil normal. Hipovolemia
diimbangi dengan vasokonstriksi sehingga terjadi hipertensi.
b. Hipertensi
Tekanan diastolik menggambarkan resistensi perifer, sedangkan tekanan
sistolik manggambarkan besaran curah jantung. Pada PE peningkatan
reaktivitas vaskuler dimulai umur kehamilan 20 minggu, tetapi hipertensi
dideteksi umumnya pada TM II. Tekanan darah yang tinggi pada PE bersifat
labil dan mengikuti irama sirkadia normal
c. Fungsi ginjal
i. Proteinuria
Bila proteinuria timbul:
 Sebelum hipertensi, umumnya merupakan gejala penyakit ginjal
 Tanpa hipertensi, maka dapat dipertimbangkan sebagai penyulit
kehamilan
 Tanpa kenaikan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg umumnya ditemukan
pada infeksi saluran kencing atau anemia. Jarang ditemukan proteinuria
pada diastolik ≤90mmHg
Pangukuran proteinuria dapat dialakukan dengan urin dipstik 100mg/L atau
+1, sekurnag-kurangnya diperiksa 2 kali urin acak selang 6 jam dan
pengumpulan proteinuria ≥300 mg/24 jam.
ii. Asam urat serum
Umumnya meningkat ≥5 mg/cc. Hal ini disebabkan oleh hipervolemia yang
menimbulkan menurunnya aliran darah ginjal
iii. Kreatinin
Kadar kreatinin pada PE meningkat. Hal ini disebabkan hipovolemia, aliran
darah ginjal menurun, filtrasi glomerulus menurun dan sekresi kreatinin
menurun disertai sekresi kreatinin plasma
iv. Oliguria dan anuria
Terjadi karena hipovolemia sehingga aliran darah ke ginjal menurun yang
mengakibatkan produksi urin menurun (oliguria), bahkan terjadi anuria.
d. Elektrolit
Kadar elektrolit total menurun pada waktu hamil normal. Pada PE elektrolit
normal sama seperti hamil normal, kecuali bila diberi diuretikum banyak
retriksi konsumsi garam atau pemberian cairan oksitosin yang bersifat
antidiuretik.
e. Koagulasi dan fibrinolisin
Gangguan koagulasi pada PE misalnya trombositopenia, jarang yang berat
tetapi sering dijumpai. Pada PE terjadi peningkatan PDP, penurunan
antitrombin III dan peningkatan fibronektin.
f. Viskositas darah
Pada PE, viskositas darah meningkat mengakibatkan meningkatnya resistensi
perifer dan menurunnya aliran darah ke organ.
g. Hematokrit
Pada PE hematokrit meningkat karena hipovolemia yang menggambarkan
beratnya PE.
h. Edema
Edema pada kehamilan mempunyai banyak interpretasi 40% pada kehamilan,
60% pada kehamilan dan hipertensi, 80% edema, dengan hipertensi dan
proteinuria. Edema terjadi karena hipoalbuminemia atau kerusakan sel endotel
kapiler, edema yang patologik adalah edema yang nondependen pada muka dan
tangan atau edema generalisata dan biasanya disertai kenaikan berat badan.
i. Neurologik
Perubahan neurologik dapat berupa :
- Nyeri kepala disebabkan hiperperfusi otak
- Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi gangguan visus
- Hiperrefleksi sering dijumpai pada PEB, tetapi bukan faktor prediksi
terjadinya PE
- Dapat timbul kejang eklamptik
- Perdarahan intrakranial meskipun jarang, dapat terjadi pada PEB dan
eklampsia
j. Kardiovaskuler
Disebabkan oleh peningkatan cardiac afterload akibat hipertensi dan penurunan
cardiac preload hipovolemia
k. Paru
Penderita PEB mempunyai resiko besar terjadinya edema paru
l. Janin
PE dan eklampsia memberi pengaruh buruk pada kesehatan janin disebabkan
menurunnya perfusi uteroplasenta. Dampak PE dan eklmapsia pada janin
adalah:
- IUGR dan oligohidramnion
- Kenaikan morbiditas dan mortalitas janin, secara tidak langsung akibat
intrauterin growth restriction, prematuritas, oligohidramnion dan solusio
plasenta.

2.1.5 Pre Eklampsia


a. Klasifikasi
- Pre Eklampsia Rendah (PER)
Merupakan suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi
organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi
endotel (Wiknjosastro, 2010).
- Pre Eklampsia Berat (PEB)
Merupakan PE disertai keadaan seperti tekanan darah ≥160/110 mmHg,
proteinuria ≤ 5 gr/L, oliguria (urin <500cc per 24 jam), adanya gangguan
serebral, visus serta edema paru (Rustam Muchtar, 1998)
b. Diagnosis
- Pre Eklampsia Ringan
Ditegakkan berdasarkan atas timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
atau edema setelah kehamilan 20 mgg.
 Hipertensi : sistolik/ diastolik ≥140/90 mmHg. Kenaikan sitolik ≥30
mmHg dan kenaikan diastolik ≥15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai
kriteria PE
 Proteinuria : ≥300 mg/24 jam atau ≥1+ dipstik
 Edema : edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria PE, kecuali edema
pada tangan, muka, perut, edema generalisata
- Pre Eklampsia Berat
Diagnosis ditegakkan berdasar kriteria PEB sebagaimana tercantum di
bawah ini :
 Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan diastolik 110 mmHg
 Proteinuria 5 gr/ 24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kualitatif
 Oliguria yaitu urin < 500cc/24 jam
 Kenaikan kadar kreatinin plasma
 Gangguan visus dan serebral, penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma dan pandangan kabur
 Nyeri epigastrium
 Edema paru dan sianosis
 Hemolisis mikroangiopatik
 Trombositopenia berat < 100.000 sel/ mm3
 Gangguan fungsi hepar
 Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
 Sindrom HELLP
(Wiknjosastro, 2010)
c. Penatalaksanaan
(i). Pre Eklampsia Ringan
 Rawat jalan (ambulatoir)
Ibu hamil dengan PER dapat dirawat secara rawat jalan. Dianjurkan
banyak istirahat (berbaring/tidur miring), tetapi tidak harus mutlak
selalu tirah baring. Pada UK 20 minggu, tirah baring dengan posisi
miring menghilangkan aliran darah rahim pada vena cava inferior
sehingga meningkatkan aliran darah balik dan akan menambah curah
jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan aliran darah ke organ vital.
 Rawat inap (dirawat di RS)
Pada keadaan tertentu ibu hamil dengan PER perlu dirawat di RS.
Kriteria PER dirawat di RS ialah bila tidak ada perbaikan : tekanan
darah, kadar proteinuria selama 2 minggu, adanya satu atau lebih gejala
dan tanda-tanda PEB. Selama di RS dilakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan laboratorik. Pemeriksaan kesejahteraan janin, UDG dan
doppler untuk evaluasi pertumbuhan janin dan jumlah cairan amnion,
pemeriksaan NST juga dilakukan.
 Perawatan Obstetrik
Menurut Williams, kehamilan preterm ialah kehamilan antara 22
minggu sampai < 37 minggu. Pada kehamilan preterm (< 37 minggu),
bila tekanan darah mencapai normotensif, selama perawatan,
persalinannya ditunggu sampai aterm. Sementara pada kehamilan
aterm (> 37 minggu), persalinan ditunggu sampai terjadi anset
persalinan atau dipertimbangkan melakukan induksi persalinan pada
taksiran tanggal persalinan. Persalinan dapat dilakukan secara spontan
bila perlu memperpendek kala II persalinan.
(ii) Pre Eklampsia Berat
PEB dibagi menjadi PEB tanpa impending eklampsia dan PEB dengan
impending eklampsia. Disebut impending eklampsia bila PEB disertai
gejala subyektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, mual muntah,
nyeri epigastrum dan kenaikan progresif tekanan darah. Pengelolaan PE dan
eklampsia mencakup pencegahan kejang pengobatan hipertensi,
pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang
terlibat.
 Monitoring selama di rumah sakit
Pemeriksaan sangat teliti diikuti dengan observasi harian tentang tanda-
tanda klinik berupa: nyeri kepala, gangguan visus, nyeri epigastrum, dan
kenaikan cepat berat badan.
 Manajemen umum perawatan PE
Sikap terhadap penyakit: pengobatan medikamentosa penderita PEB
harus segera masuk rumah sakit untuk rawat inap dianjurkan tirah baring
miring ke kiri. Perawatan yang penting pada PEB ialah pengelolaan
cairan karena penderita PE dan eklampsia mempunyai risiko tinggi
untuk terjadinya edema paru dan oliguria. Sebab terjadinya kedua
keadaan tersebut belum jelas, tetapi faktor yang sangat menentukan
terjadinya edema paru dan oliguria ialah hipovolemia, vasospasme.
Bila terjadi tanda-tanda edema paru, segera dilakukan tindakan koreksi.
Cairan yang diberikan dapat berupa: 5% Ringer-dextrose atau cairan
garam faali jumlah tetesan < 125 cc / jam atau Infus Dextrose 5% yang
tiap 1 liternya diselingi dengan Infus Ringer laktat (60-125 cc / jam) 500
cc. Dipasang Folley Cateter untuk mengukur pengeluaran urine. Oliguria
terjadi bila produksi urin < 30 cc / jam dalam 2-3 jam atau < 500 cc / 24
jam. Diberikan antasida untuk menetralisir asam lambung hingga bila
mendadak kejang, dapat menghindari risiko aspirasi asam lambung yang
sangat asam. Diet yang cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan
garam.
 Pemberian obat antikejang
Obat anti kejang adalah:
MgSO4
Contoh obat-obat lain yang dipakai untuk antikejang:
 Diasepam
 Fenitoin
 Difenihidantoin obat antikejang untuk epilepsi telah banyak dicoba
pada penderita pre eklampsia.
Pemberian MgSO4 sebagai antikejang lebih efektif dibanding dengan
fenitoin. Diberikan 4 gram MgSO4 intravena (40% dalam 10 cc) selama
15 menit. Kemudian diberikan infus 6 jam dalam larutan Ringer / 6 jam
atau diberikan 4 gram atau 5 gram IM. Selanjutnya diberikan 4 gram IM
tiap 4 jam – 6 jam. Syarat pemberian MgSO4 harus tersedia antidotum
yakni Kalsium Glukonas 10% 1 g (10% dalam 10 cc) IV 3 menit, reflek
patella (+) kuat, frekuensi pernapasan > 16 kali / menit. Pemberian
Magnesium Sulfat dihentikan bila ada tanda intoksinasi. Setelah 24 jam
pasca persalinan atau 24 jam setelah kejang terakhir.
 Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-
paru, payah jantung kongestif atau anasarka.
 Pemberian antihepertensi
- Antihipertensi Lini Pertama
Nifedepin: dosis 10-20 mg per oral, diulangi setelah 30 menit;
maksimum 120 mg dalam 24 jam.
- Antihipertensi Lini Kedua
Sodium nitroprusside: 0,25 µg IV/kg/menit, infus, ditingkatkan 0,25
µg IV/kg/5 menit.
Menurut Rustam Muchtar (1998) dilakukan:
1. Penanganan konservatif bila kehamilan < 37 minggu tanpa disertai tanda-
tanda impending eklampsia dan keadaan janin baik. Prinsip terapi serupa
dengan yang aktif hanya tidak dilakukan terminasi kehamilan. Pemberian
MgSO4 2mg intravena dilanjutkan 2 gram/jam dalam drip infus dextrose
5% 500 ml/6 jam dapat dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda
preeclampsia ringan, selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila tidak
ada perbaikan atau bila dalam 6 jam selama pengobatan terdapat
peningkatan tekanan darah, terapi dianggap gagal dan lakukan terminasi.
2. Penanganan aktif bila kehamilan > 37 minggu, ada tanda-tanda impending
eklampsia, kegagalan terapi konservatif, ada tanda gawat janin atau
pertumbuhan janin terhambat dan sindrom HELLP.
(i) Penderita dirawat inap
- Istirahat
- Berikan diet rendah garam dan tinggi protein.
- Berikan suntikan sulfat magnesikus 8 gram intra muscular 4 gram
di bokong kanan dan 4 gram di bokong kiri.
- Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gram setiap 4 jam.
- Syarat pemberian MgSO4 adalah: reflek patella positif, diuresis
100 cc dalam 4 jam terakhir; respirasi 16 kali per menit, dan
harus tersedia antidotumnya uaitu kalsium glukonas 10% dalam
ampul 10 cc
- Infus dekstrosa 5% dan RL
(ii) Berikan obat antihipertensi: injeksi katapres 1 ampul IM dan
selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3 kali ½ tablet atau 2 kali
½ tablet sehari.
(iii) Diuretika tidak diberikan, keculai bila ada edeme umum, edema paru,
dan kegagalan jantung kongestif. Untuk itu dapat diinjeksikan 1
ampul IV Lasix.
(iv) Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi
persalinan dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai
oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.
(v) Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi vakum, jadi ibu dilarang
mengedan.
(vi) Jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi perdarahan
yang disebabkan atonia uteri.
(vii) Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi,
kemudian diteruskan dengan dosis 4 gram setiap 4 jam dalam 24 jam
postpartum.
(viii) Bila ada indikasi obstetric lakukan SC
2.2 Hipoalbumin
2.2.1 Pengertian
Hipoalbumin adalah istilah untuk menyebutkan kadar albumin yang rendah dalam
tubuh. Albumin merupakan protein terbesar dalam plasma darah. Kadar albumin
sangat menentukan tekanan osmotik plasma, bila kadar albumin menurun, maka
tekanan osmotik plasma turun, sehingga cairan keluar dari pembuluh darah,
akibatnya timbul pembengkakan

2.2.2 Etiologi
Kadar albumin sangat tergantung dari asupan protein yang masuk dalam tubuh.
Hipoalbumin atau kadar albumin rendah disebabkan oleh beberapa hal, yaitu
antara lain:
a. Berkurangnya sintesis (produksi) karena asupan protein kurang (malnutrisi),
kelainan genetic, kerusakan jaringan, gangguan penyerapan protein
(malabsorbsi), penyakit hati sehingga tempat produksi protein/albumin
terganggu, kebocoran protein melalui ginjal, dan lain-lain.
b. Peningkatan ekskresi (pengeluaran), karena luka bakar luas, penyakit usu,
nefrotik syndrome (penyakit ginjal)

2.2.3 Nilai Normal


Nilai normal kadar albumin dalam tubuh:
- Dewasa : 3,8 – 5,1 gr/dl
- Anak : 4,0 – 5,8 gr/dl
- Bayi : 4,4 – 5,4 gr/dl
- Bayi baru lahir : 2,9 – 5,4 gr/dl

2.2.4 Penanganan
Albumin dapat kembali ke batas normal atau meningkat jika penyebab yang
menurunkan kadar albumin dihilangkan. Untuk perbaikan tahap demi tahap dapat
diberikan protein albumin, baik dalam bentuk kapsul albumin atau serum
albumin. Tujuannya adalah untuk mengembalikan tekanan osmotik darah dengan
memberikan asupan protein yang cukup.

Konsep asuhan kebidanan pada pre eklamsia

1. PENGKAJIAN
Tanggal/jam pengkajian : Tempat :
Tanggal/jam MKB : Oleh :
No register :
DATA SUBYEKTIF
1. Biodata
Nama : nama digunakan untuk membedakan pasien satu dengan yang lainnya
Umur : menentukan resiko kejadian PE. Umur < 16 th dan > 35 th adalah resiko tinggi
terjadinya PE
Agama : sesuai agama pasien (membedakan cara pendekatan)
suku bangsa : memudahkan komunikasi dengan pasien
Pendidikan : tingkat pendidikan mempengaruhi cara pemberian KIE
Pekerjaan : menentukan status ekonomi pasien. Status ekonomi rendah, cenderung
menjadi etiologi PE
2. keluhan utama
ibu hamil anak ke ... mengeluh pusing dan kakinya bengkak
3. riwayat menstruasi
HPHT : menentukan UK
HPL : menentukan taksiran persalinan
4. riwayat obstetri
Ada nya riwayat penyulit PE / eklamsia pada kehamilan, persalinan atau nifas yang lalu
5. riwayat hamil ini
Primigravida atau multigravida merupakan risiko PE
6. riwayat KB
Pemakaian KB hormonal yang dapat menaikkan tekanan darah
7. riwayat kesehatan
Menderita tekanan darah tinggi sebelum hamil
8. riwayat kesehatan keluarga
Ibu, ayah atau keluarga menderita tekanan darah tinggi, saudara kandung yang pernah
PE / eklamsia pada kehamilan, persalinan atau nifas
9. riwayat Psikososial, sosial dan budaya
Perkawinan : menikah 1 kali atau 2 kali
Psikologi : psikologi yang buruk akan berpengaruh pada tekanan darah ibu (menaikkan
tekanan darah)
10. pola fungsional
Kebutuhan dasar manusia
 Nutrisi : makan teratur 3 X 1 sehari atau secukupnya dan minum 8 gelas / hari
 Eliminasi : BAK 4-5 kali/hari dengan jumlah urine > 500 cc/24 jam
 Aktivitas dan istirahat
Melakukan aktivitas seperti biasa. Istirahat lebih sering. 2 jam pada siang 5-6 jam
pada malam hari

DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : lemah – baik
Kesadaran : compos mentis
TD : > 140/90 - < 160/110 mmHg
Nadi : 80 – 110 x/menit
Pernapasan : < 16 x/menit, 16 – 24 x/menit
BB : kenaikan < 11 – 13 kg
2. pemeriksaan Fisik
Inspeksi dan palpasi
 Muka : terdapat cloasma, terdapat oedema papelbra
 Mata : conjungtiva bisa merah muda bisa pucat, sklera putih, tidak ada
gangguan visus
 Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid ataupun kelenjar limfe, tidak
ada bendungan vena jugularis
 Dada : payudara membesar dan terdapat terdapat hyperpigmentasi pada
payudara dan areola
 Perut : tidak ada nyeri epigastrium saat ditekan, perut membesar, terdapat
linea
Leopold I : TFU bisa sesuai UK bisa > besar atau bisa lebih kecil.
Bagian yang terdapat di fundus bisa kepala, bokong atau
kosong
Leopold II : bisa teraba bagian kepala, bokong atau punggung ataupun
bagian kecil janin
Leopold III : bisa teraba bokong, kepala atau kosong. Bisa digoyangkan
ataupun tidak bisa digoyangkan
Leopold IV : bisa konvergen / divergen
 Genetalia : vulva vagina tidak oedem, tidak ada varices, bila dilakukan VT bisa
terdapat pembukaan bisa tidak ada
 Ekstremitas : bisa oedema atau tidak oedema reflek patella bisa +/-
Auskultasi : DJJ (+) 120 – 160. Bisa < 120 atau > 160 x/menit
Perkusi : Reflek patella bisa (+) atau (-)
3. pemeriksaan penunjang
Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter
Proteinuria kualitatif +1 atau +2 pada urin kateter
USG, DL, SGOT, SGPT, Fungsi ginjal hipoalbumin.
4. Data riwayat perawatan

II. Identifikasi diagnosa dan masalah


Diagnosis = G... P... / UK / tunggal atau gemelli / hidup atau IUFD / intrauterin/
presentasi kepala, Presentasi bokong, atau letak lintang / kesan jalan lahir normal / CPD
KU ibu dan janin baik sampai lemas dengan PER.

III. Antisipasi Masalah potensial


1. PEB
2. Eklampsia
3. Distress pada janin
4. IUFD

IV. Identifikasi Kebutuhan segera


1. terapi konservatif
2. terminasi kehamilan
V. Intervensi
Konservatif: rawat jalan
1. diskusikan dengan ibu memperbanyak waktu istirahat di tempat tidur.
R/ mempertahankan kondisi ibu dan menjaga tekanan darah tidak naik.
2. anjurkan Diit rendah garam.
R/ menjaga tekanan darah agar tidak naik dan
3. berikan kalsium
R/ berdasarkan penelitian, kalsium membantu mencegah pre eklampsia, eklampsia
4. diskusikan dengan keluarga untuk memberikan support kepada ibu
R/ memberikan kenyaman pada ibu
5. mendiskusikan tanggal kunjungan ulang yang lebih sering 2 – 3 kali per minggu
R/ untuk pemantauan
Rawat inap:
1. infromed consent rawat inap
R/ persetujuan tindakan pada pasien
2. ambil sampel darah untuk laboratorium
R/ sebagai pembanding untuk terapi
3. cek urin
R/ untuk mengetahui protein urin
4. pantau keadaan ibu TTV, UC, His, dan kesejahteraan janin (DJJ)
R/ untuk pemantauan
5. Berikan nutrisi pada ibu
R/ Memenuhi kebutuhan nutrisi ibu agar ibu kuat
6. Bantu ibu memenuhi kebutuhan eliminasi (BAK, BAB)
R/ Ibu merasa nyaman karena kebutuhan eliminasinya terpenuhi
7. Bantu ibu menjaga personal hygiene
R/ Ibu merasa nyaman dan segar
8. Selalu berikan support pada ibu
R/ Ibu merasa dirinya diperhatikan

VI. Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan asuhan kebidanan yang diberikan kepada ibu
sesuai dengan keadaan dan kebutuhan ibu yang mengacu pada Planning.
VII. Evaluasi
Evaluasi merupakan hasil dari implementasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny. Y A GIIP1000 36-37 MINGGU


DENGAN PREEKLAMPSIA RINGAN
DI RUANG BERSALIN RSU HAJI SURABAYA

Pengkajian
Tanggal/ Jam Pengkajian : 09 Juli 2012/ 11.00
Tanggal/ Jam MKB : 09 Juli 2012/ 10.30
Tempat : Ruang VK RSU Haji Surabaya
Oleh : Ratih Mega S
NO. Register : 623500

A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama Ibu : Ny. S Nama : Tn. D
Umur : 29 th Umur : 36 th
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : S1 Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Guru Pekerjan : Swasta
Suku Bangsa : Jawa Suku bangsa : Jawa
Alamat : Jl. Lebak Rejo 132 A, Surabaya
2). Alasan Kunjungan:
Kontrol ulang
Keluhan Utama Pasien :
Hamil anak kedua datang ke poli hamil RSU Haji Surabaya untuk kontrol. Karena
tensi naik dan kaki bengkak, langsung dibawa ke Ruang VK RSU Haji Surabaya
3). Riwayat Menstruasi :
HPHT : 24-10-2011
HPL : 01-08-2012
Menarche : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Lama haid : 5-6 hari.
Banyaknya : biasa, ganti pembalut 3-4x /hari
Dismenorhea. : ada
Sifat Darah : encer
Flour Albus : tidak ada
4). Riwayat Obstetri:
Nifa
Kehamilan Persalinan Anak KB ket
s
Hml Se Lama
UK Penyul Penol jenis Penyul BB M H
ke ks netek
1 9 dokter Spt. Eklam- TA P 3000 M
bln B si K

2 H A M I L I N I

5). Riwayat Hamil ini:


ANC : 6x di BPM, 4x di RS Suwandi, 1x di RSU Haji Surabaya
Keluhan : Bulan 1-3 mual dan muntah
Bulan ke-8 mual, pusing, kaki bengkak
6). Riwayat KB:
Tidak pernah memakai KB
7). Riwayat Kesehatan yang lalu:
Baru dirawat inap di RSU Haji Surabaya karena typhoid selama 2 minggu mulai 20
Juni 2012 s.d 4 Juli 2012, sebelumnya tidak pernah menderita tekanan darah tinggi
8). Riwayat Kesehatan Keluarga:
Dalam keluarga tidak ada yang terkena penyakit darah tinggi
Ibu dan Saudara kandung pasien tidak pernah ada yang terkena PE
9). Riwayat Psikososial, sosial, dan Keluarga:
Perkawinan : Kawin 1x , usia kawin 26 tahun, lama kawin 3 tahun
Psikososial : Kehamilan ini adalah kehamilan yang diharapkan. Ibu cemas akan
kehamilan ini
Sosial : Keluarga mendukung atas kehamilan ini
10). Data Fungsional
Nutrisi:
Ibu belum makan saat MKB
Eliminasi:
Ibu BAK 1 kali sebanyak 100cc saat MKB, Ibu tidak BAB
Istirrahat:
Ibu belum istirahat karena masih dilakukan pemeriksaan
Aktivitas:
Ibu hanya tidur terlentang dan miring saat MKB

B. Data Obyektif
1). Pemeriksaan Umum:
a. Keadaan Umum : Lemah
b. Kesadaran : composmentis
Tensi : 160/100 mmHg Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,70C Pernafasan : 18 x/menit
TB : 156 cm
2). Pemeriksaan Fisik :
a. Muka : terdapat cloasma gravidarum, tidak nampak oedema, bibir kering,
terdapat bekas luka
b. Mata : Conjungtiva pucat, sklera putih, mata minus 5
c. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, dan bendungan vena jugularis.
d. Dada :Simetris, payudara membesar, terdapat hiperpigmentasi, serta areola
bertambah gelap,
e. Perut : Tampak membesar, terdapat linea nigra, nyeri tekan pada perut kiri,
tidak ada bekas luka operasi, ada pembengkakan pada perut bagian kiri.
Pemeriksaan leopold :
 Leopold I : TFU 28 cm, teraba bulat, lunak, tidak
melenting dibagian fundus (bokong)
 Leopold II : Teraba bagian yang keras dan memenjang di
bagian kiri dan bagian kecil janin di perut bagian kanan
 Leopold III : Teraba bulat, keras, dan melenting di bagian
terbawah dan tidak dapat digoyangkan (kepala)
 Leopold IV : Divergen 4/5
Tidak ada HIS
Hasil pemeriksaan auskultasi :
 Terdengar DJJ dengan frekwensi 12-13-12 = 148 X/menit
f. Genetalia : vulva vagina tidak oedema, tidak ada varicess, tidak ada
pembengkakan kelenjar bartholin dan skene, tidak ada pengeluaran, tidak ada
condiloma akuminata
VT tidak dilakukan
g. Ekstremitas atas: Tidak ada edema.
Bawah: terdapat edema pada paha serta tungkai kanan dan kiri
Reflek patella : kanan, kiri : positif +/+

3). Data penunjang


Protein Urine negative
USG

C. ANALISIS
Diagnosis:
GIIP1000 hamil 36-37 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine, Presentasi kepala,
keadaan jalan lahir normal, KU ibu lemah dan janin baik dengan PER
Masalah : Ketidaknyamanan pembengkakan pada kaki

Diagnosa potensial : PEB dan Eklampsia


Kebutuhan tindakan segera : -

D. PELAKSANAAN

Tanggal/Jam Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Petugas


09 Juli 2012 1. Memberitahukan kondisi Ibu mengetahui kondisinya
ibu dan janin
10.30 WIB
2. Berkolaborasi dengan
Sp.OG dalam pemberian a.p dokter pemberian infus dan
infus RD5 500 cc dan nifedipin 10 mg jika TD >140
nifedipin
ibu dapat mengerti penjelasan.
3. Memberikan KIE dan
informed consent pada
pasien agar pasien MKB.
4. Memberikan nifedipin 10 Pasien setuju MKB
mg per oral pada ibu

5. Memasang infus RD5 500


cc 17 tetes/menit

6. Mengambil sampel darah Ibu meminum nifedipin 10 mg


ibu
12.15

infus RD5 terpasang di tangan


7. Mengobservasi TTV Ibu, kiri ibu
12.30 His, serta jantung janin
darah ibu dikirim ke Lab, dan
8. Mendiskusikan pada ibu ibu memahami darah diambil
tentang cara mengatasi untuk observasi keadaan ibu
ketidaknyamanan pada kaki
yang bengkak, saat tiduran Dapat dipantau keadaan ibu
kaki ditinggikan dan
diganjal bantal

9. Memberikan ibu makan Ibu memahami dan


13.30 mempraktikannya

10. Membantu ibu memenuhi


kebutuhan eliminasi
(BAK)
11. Menanyakan perasaan ibu
dan memberikan support

Ibu memakan makanan yang


diberikan

Ibu BAK dan merasa lega

Ibu menjawab pertanyaan dan


merasa nyaman dengan support
yang diberikan
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal 9 Juli 2012 Pukul 14.00 WIB


S : Ibu sudah tidak pusing
O : TD= 120/90 mmHg

N= 88 x/mnt

RR= 20x/mnt

S= 36,6 C

DJJ 145 HIS + jarang


Hb 8,9 Normalnya: 11,4-15,1

Lekosit 10.810 4300-11.300

Trombosit 172.000 150.000-400.000

Hematokrit 29,8 39-42

Kimia Klinik:

GDA 98 50-140

BUN 5 10-20

Kreatinin Serum 0,7 ≤ 1,2

SGOT 33 < 38

SGPT 22 < 41

Albumin 2,5 3,7-5,6

Urine Lengkap:

Protein Negatif Negatif

Glukosa Normal Normal


A : GIIP1000 hamil 36-37 minggu, janin tunggal, hidup, intrauterine, Presentasi kepala,
keadaan jalan lahir normal, KU ibu lemah dan janin baik dengan PER dan
Hipoalbumin
P:
Tanggal/Jam Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Petugas
9 Juli 2012 1. Menerangkan hasil Ibu mengerti tentang yang
dari pemeriksaan pada dijelaskan
ibu
14.00 2. Berkolaborasi dengan Pasang DC dan tranfusi
Sp.OG dan albumin 220% 100cc dengan
memberikan tranfusi 20 tetes/menit, diet TKTP
albumin 20% 100cc ekstra putih telur
dengan 20 tetes/menit
3. Membantu ibu
memahami tentang
keadaannya Ibu memahami
4. Memberikan informed
consent pemberian
tranfusi albumin
Ibu dan keluarga setuju dan
5. Membantu ibu
menandatangani
menjaga personal
hygiene (menyeka ibu
dan mengganti pakaian
ibu) Ibu terlihat bersih dan segar
6. Membantu ibu
memenuhi kebutuhan
nutrisinya
7. Membantu Ibu
memenuhi kebutuhan
eliminasi dengan
Memasang DC
8. Memberikan tranfusi Ibu memakan makanan yang
albumin disajikan
9. Mengganti tranfusi
DC terpasang
albumin dengan RD5
500cc ke-2
20tetes/menit
10. Mengobservasi TTV
Ibu, His, serta jantung
janin Tranfusi albumin terpasang
11. Memberikan nifedipin
10mg per oral
12. Menjaga komunikasi
dengan ibu Ibu mampu menceritakan
13. Selalu memberikan perasaan tentang
support pada ibu keadaaannya
14. Membantu ibu
memenuhi kebutuhan Keadaan ibu dan janin
18.30
nutrisi dengan terpantau
memberikan minum
Ibu merasa nyaman

18.45

19.15

21.00

Tanggal 10 Juli 2012 Pukul 02.30 WIB


S : Kaki ibu masih bengkak
O : TD= 140/90 mmHg

N= 88 x/mnt

RR= 20x/mnt

S= 36,7 C

DJJ 145
Kimia Klinik:

Albumin post 2,5 Normalnya: 3,7-5,6


tranfusi

A : GIIP1000 hamil 36-37 minggu, janin tunggal, hidup, Presentasi kepala, intrauterine,
keadaan jalan lahir normal, KU ibu lemah dan janin baik dengan PER dan
Hipoalbumin

P :
Tanggal/Jam Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Petugas
10-7-2012 1. Mengganti RD5 flash I
dengan flash ke-2 17/tpm
02.30
2. Mengobservasi TTV, DJJ
3. Mengecek ulang albumin
4. Memberikan nifedipin
05.00
10mg
06.00 5. Mengobservasi TTV, HIS,
DJJ, UP
6. Berkolaborasi dengan dr.
Sp.OG
7. Berkolaborasi dengan dr
Bedah
07.00
8. Mendiskusikan dengan ibu
agar ibu mengkonsumsi
tinggi protein
E/ ibu makan putih telur
09.00 dan ekstrak sari kutuk Cek Lab Albumin darah dan
urine

a.p pro SC
09.15

Tanggal 10 Juli 2012 Pukul 10.00 WIB


S : Bengkak pada kaki berkurang
O : KU Ibu baik
TD= 130/90 mmHg

N= 88 x/mnt

RR= 20x/mnt

S= 36,7 C

DJJ 145
Kimia Klinik:

Albumin 2,9 Normalnya: 3,7-5,6

A : GIIP1000 hamil 36-37 minggu, janin tunggal, hidup, Presentasi kepala, intrauterine,
keadaan jalan lahir normal, KU ibu lemah dan janin baik dengan PER dan
Hipoalbumin
P :
Tanggal/Jam Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Petugas
1.
hasil pemeriksaan
E/ Ibu memahami
2.
telur
E/ Ibu meminum ekstrak
putih telur
3.
operasi SC untuk terminasi
kehamilan
E/ Ibu dan keluarga
memahami dann bersedia
4.
pre-op

E/ Ibu tidak makan apapun

Tanggal 10 Juli 2012 Pukul 15.00 WIB


S : Siap operasi
O : KU Ibu baik S= 36,7 C

TD= 130/80 mmHg DJJ 149

N= 88 x/mnt RR= 20x/mnt


Hb 9,8 Normalnya: 11,4-15,1

Lekosit 8650 4300-11.300

Trombosit 196.000 150.000-400.000

Hematokrit 28,6 39-42

Albumin 2,9 3,7-5,6


A : GIIP1000 hamil 36-37 minggu, janin tunggal, hidup, Presentasi kepala, intrauterine,
keadaan jalan lahir normal, KU ibu lemah dan janin baik dengan PER dan
Hipoalbumin
P :
Tanggal/Jam Pelaksanaan Kegiatan Evaluasi Petugas
1. Membawa pasien ke OK
E/ Pasien dioperasi untuk
terminasi kehamilan
2. Bayi lahir

E/ pukul 15.25 WIB, Bayi


lahir SC, Perempuan, AS 7-8
BB 2800 PB 47 cm anus+
tidak ada kelainan

BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengumpulan data
Pada data subjektif didapatkan keluhan utama adalah kaki bengkak sesuai dengan teori
tanda gejala PER dan hipoalbumin adalah terjadi pembengkakan pada tangan/ kaki/ perut/
muka/ generalia. Pada riwayat obstetri persalinan yg lalu terjadi eklampsia, hal ini sesuai
teori bahwa jika pada riwayat obstetri yang lalu terdapat PE-eklampsia maka kehamilan/
persalinan/ nifas sekarang beresiko terjadinya PE-eklampsia.
Pada data objektif , didapatkan TD 160/100 mmHg tetapi proteinuria (-) ,kadar albumin yg
kurang dari normal yaitu 2,5 gr/dl, hal ini sesuai dengan teori bahwa salah satu tanda PER
adalah TD : >140/90 - < 160/110 mmHg dan kadar albumin normal pd org dewasa
adalah : 3,8-5,1 gr/dl

2. Analisis
Tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan fakta. Diagnosis dan masalah diambil
berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif, sesuai dengan teori bahwa jika ada
salah satu tanda dari hipertensi, proteinuria, edema sudah dapat diambil diagnosis PE
pengambilan diagnosis PER berdasarkan TD diastolik 100 mmHg sesuai teori bahwa pada
PER tekanan diastolik < 110 mmHg, meskipun tekanan sistolik 160 mmHg (merupakan
tanda PEB) dan protein uria (-)

3. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan diagnosis dan masalah yang ada dan sesuai teori
yaitu pada PER dilakukan konservatif rawat inap dan pada albumin diberikan diit putih
telur, pemberian sari kutuk dan serum albumin 20% karena keadaan tidak membaik
dilakukan terminasi.

BAB V
PENUTUP

Dari hasil penyelesaian asuhan kebidanan pada Ny S GIIP1000 hamil 36-37 minggu dengan
PER dan Hipoalbumin, didapatkan:
5.1 Simpulan
Setelah dilakukan pengkajian, didapatkan diagnose bahwa Ny S mengalami PER
karena mempunyai tanda dan riwayat yang sesuai dengan teori yang ada. Diagnosis dan
masalah diambil berdasarkan pengkajian data subjektif dan objektif, sesuai dengan teori
bahwa jika ada salah satu tanda dari hipertensi, proteinuria, edema sudah dapat diambil
diagnosis PE.
Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan diagnosis dan masalah yang ada dan sesuai
teori yaitu pada PER dilakukan konservatif rawat inap dan pada albumin diberikan diit
putih telur, pemberian sari kutuk dan serum albumin 20% karena keadaan tidak membaik
dilakukan terminasi dengan SC.

5.2 Saran
5.1.1 Bagi Lahan Praktek
Pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan yang sesuai hendaknya selalu
dikerjakan agar dapat memberikan asuhan yang berkualitas.
5.1.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dalam pemberian asuhan kebidanan memerlukan berbagai sumber kepustakaan.
Untuk menambah pengetahuan dan materi tentang asuhan kebidanan Patologi
5.1.3 Bagi Penulis
Keseriusan dalam belajar, kemauan untuk lebih memperdalam ilmu pengetahuan
sangat diperlukan guna mempertinggi kwalitas ilmu dan keterampilan.

DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC


Wiknjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP
Wiknjosastro, Hanifa. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

Anda mungkin juga menyukai