Sejumlah negara telah menerapkan omnibus law, seperti Kanada, Amerika Serikat, dan Irlandia. Irlandia
bahkan menerbitkan UU omnibus yang merevisi lebih dari 3.000 UU.
Terdapat 33 Pasal dari 118 Pasal dalam UU No. 39 Tahun 2014 ttg Perkebunan
yang terkena dampak UU No. 11 Tahun 2020 ttg Cipta Kerja dengan penjelasan:
Mengubah konsepsi kegiatan usaha yang semula berbasis izin usaha
(license approach) menjadi penerapan standar dan berbasis resiko (risk
based approach/RBA) sehingga Mengubah kalimat/norma Izin Usaha
Perkebunan menjadi Perizinan Berusaha.
Pasal-Pasal yang dihapus sejatinya tidak dihilangkan, namun norma
pengaturannya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah, karena sifatnya
yang sangat teknis dan dinamis sehingga dapat lebih aplikatif dalam
pelaksanaannya.
Penataan Perizinan diatur oleh Pemerintah Pusat yg selanjutnya dalam
praktek di lapangan kewenangan tersebut dapat dilimpahkan kepada
Pemerintah Daerah.
QUESTION ??
ANSWER
Perusahaan Perkebunan yang mendapatkan perizinan Berusaha untuk budi daya yang seluruh atau sebagian
lahannya berasal dari:
a. area penggunaan lain yang berada di luar HGU;dan/atau
b. area yang berasal dari pelepasan kawasan hutan,
wajib memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat sekitar, seluas 2O o/o dari luas lahan tersebut.
Fasilitasi pembangunan kebun masyarakat sekitar dilaksanakan paling lambat 3 (tiga) tahun sejak lahan
untuk Usaha Perkebunan diberikan HGU.
Fasilitasi pembangunan kebun masyarakat dapat dilakukan Ketentuan lebih lanjut mengenai pola dan
melalui: bentuk fasilitasi pembangunan kebun serta
a. pola kredit; tahapan fasilitasr pembangunan kebun
b. pola bagi hasil; masyarakat sekitar diatur dengan Peraturan
c. bentuk pendanaan lain yang disepakati para pihak;dan/atau Menteri.
d. bentuk kemitraan lainnya
Perusahaan Perkebunan yang tidak memenuhi ketentuan mengenai kewajiban memfasilitasi pembangunan
kebun masyarakat sekitar, seluas 2O%o sesuai dengan jangka waktu tertentu dan/atau pelaporan fasilitasi
pembangunan kebun masyarakat sekitar dikenai sanksi administratif berupa:
a. denda;
b. penghentian sementara dari kegiatan Usaha Perkebunan; dan/atau
c. pencabutan Perizinan Berusaha Perkebunan.
16
SYARAT PERMOHONAN IUP (Pasal 21, 22, 23)
Permohonan secara tertulis dilengkapi persyaratan:
Akte pendirian perusahaan dan Pertimbangan teknis ketersediaan Pernyataan kesanggupan memiliki
perubahannya yang terakhir; lahan dari instansi Kehutanan sarana, prasarana dan sistem untuk
Nomor Pokok Wajib Pajak; (apabila areal berasal dari kawasan melakukan pengendalian OPT;
Surat keterangan domisili; hutan); Pernyataan kesanggupan memiliki
Rekomendasi kesesuaian dengan Jaminan pasokan bahan baku yang sarana, prasarana dan sistem untuk
RTRW kabupaten/kota dari diketahui oleh bupati/walikota; melakukan pembukaan lahan tanpa
bupati/walikota untuk IUP yang Rencana kerja pembangunan pembakaran serta pengendalian
diterbitkan oleh gubernur; kebun dan unit pengolahan hasil kebakaran;
Rekomendasi kesesuaian dengan perkebunan; Pernyataan kesediaan dan rencana
rencana makro pembangunan Izin Lingkungan dari gubernur atau kerja pembangunan kebun untuk
perkebunan provinsi dari gubernur bupati/walikota sesuai masyarakat; dan
untuk IUP yang diterbitkan oleh kewenangannya; Pernyataan kesediaan dan rencana
bupati/walikota; Pernyataan perusahaan belum kerja kemitraan.
Izin lokasi dari bupati/walikota yang menguasai lahan melebihi batas
dilengkapi dengan peta calon lokasi luas maksimum;
dengan skala 1: 100.000 atau
1:50.000;
KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN USAHA PERKEBUNAN
Perusahaan Perkebunan yang telah memiliki IUP-B, IUP-P, IUP sesuai Peraturan ini wajib:
memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat bersamaan dengan pembangunan kebun
perusahaan dan pembangunan kebun masyarakat diselesaikan paling lama dalam waktu 3
(tiga) tahun.
melakukan kemitraan dengan Pekebun, karyawan dan masyarakat sekitar;
melaporkan perkembangan Usaha Perkebunan kepada pemberi izin secara berkala setiap
6 bulan sekali dengan tembusan kepada Menteri Pertanian melalui Direktur Jenderal
Perkebunan;
menyelesaikan proses perolehan hak atas tanah sesuai peraturan perundang-undangan di
bidang pertanahan;dan
merealisasikan pembangunan kebun dan/atau unit pengolahan sesuai dengan studi
kelayakan, baku teknis, dan peraturan perundang-undangan.
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN TERHADAP PEMBERI IZIN
Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan perizinan usaha perkebunan dilakukan
oleh gubernur dan bupati/walikota sesuai kewenangan.
Pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh gubernur atau bupati/walikota dalam bentuk
evaluasi kinerja perusahaan perkebunan dan penilaian usaha perkebunan.
Evaluasi kinerja Perusahaan Perkebunan dilakukan paling kurang 6 (enam) bulan sekali
melalui pemeriksaan lapangan berdasarkan laporan perkembangan usaha perkebunan
Pembinaan dan pengawasan dilakukan Direktur Jenderal paling sedikit 1 (satu) tahun sekali
19
terhadap pemberian izin dan pelaksanaan usaha perkebunan.
Updating data dan informasi dilakukan per semester sesuai format yang telah disepakati
mencakup data Izin Lokasi, Izin Usaha Perkebunan, data pelepasan kawasan dan HGU.
SANKSI ADMINISTRASI (PERMENTAN NO 98/2013)
Perusahaan terbukti memberikan pernyataan status perusahaan sebagai usaha mandiri atau
bagian dari kelompok (group) perusahaan belum menguasai lahan melebihi batas paling luas yg
tdk benar, IUP-B atau IUP dicabut tanpa peringatan dan hak atas tanah diusulkan utuk
dibatalkan.
Perusahaan yang tidak melaporkan pengalihan kepemilikan perusahaan, dikenai sanksi
peringatan tertulis 3 kali dengan tenggang waktu 4 bulan, apabila tidak diindahkan IUP-B, IUP
dicabut dan hak atas tanah diusulkan utk dibatalkan.
20
Perusahaan yang tidak menyampaikan peta digital lokasi IUPB atau IUP, memfasilitasi
pembangunan kebun masyarakat, melakukan kemitraan, melaporkan perubahan kepemilikan
dan kepengurusan, dikenai sanksi peringatan tertulis 3 kali masing-masing dlm tenggang waktu
2 bln. Apbl tdk diindahkan IUP-B, IUP-P atau IUP dicabut dan hak atas tanah diusulkan utk
dibatalkan.
PERALIHAN
(1) Izin Usaha Perkebunan (IUP), Surat Pendaftaran Usaha Perkebunan (SPUP), Izin Tetap Usaha
Budidaya Perkebunan (ITUBP), atau Izin Tetap Usaha Industri Perkebunan (ITUIP), yang diterbitkan
sebelum peraturan ini diundangkan dinyatakan tetap berlaku.
(2) Dalam hal terjadi pemekaran wilayah, izin usaha perkebunan yang telah diterbitkan,
dinyatakan tetap berlaku dan pembinaan selanjutnya dilakukan oleh kabupaten/kota yang
merupakan lokasi kebun berada.
21
(3) Apabila pemekaran wilayah mengakibatkan lokasi kebun berada pada lintas kabupaten, maka
pembinaan selanjutnya dilakukan oleh provinsi.
(4) Izin usaha yang telah diterbitkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam rangka
penanaman modal sebelum diundangkannya Peraturan ini dinyatakan tetap berlaku.
PERMENTAN NO. 29/2016
PERUBAHAN PERATURAN ATAS
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR
98/PERMENTAN/OT.140/9/2013
TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA
PERKEBUNAN
• Pasal 49 dihapus.
1) Perusahaan Perkebunan yang memperoleh IUP-P, tidak melakukan penjualan saham kepada koperasi
pekebun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dikenai sanksi peringatan tertulis 3 (tiga) kali dalam
tenggang waktu 4 (empat) bulan untuk melakukan penjualan saham kepada koperasi pekebun.
2) Dalam hal peringatan ke-3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dipenuhi, IUP-P dicabut dan hak atas
tanah diusulkan kepada instansi yang berwenang untuk dibatalkan..
PERMENTAN NO. 21/2017
PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN
MENTERI PERTANIAN NOMOR
98/PERMENTAN/OT.140/9/2013
TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA
PERKEBUNAN
Pasal 11A
(1) Kebun yang diusahakan sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(1) dapat diperoleh dari hak milik atas tanah Pekebun, hak guna usaha,
dan/atau hak pakai.
(2) Kebun yang diusahakan sendiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
tercantum dalam IUP-P.
Pasal 11B
(1) Kebun yang diperoleh dari hak milik atas tanah Pekebun sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11A ayat (1) dapat dilakukan dengan sewa atau
sesuai dengan kesepakatan antara Pekebun dan perusahaan industri
pengolahan hasil Perkebunan.
(2) Kebun yang diperoleh dari hak guna usaha dan/atau hak pakai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11A ayat (1) dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 11C
(1) Kebun yang diusahakan sendiri yang diperoleh dari hak milik atas tanah
Pekebun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11B ayat (1) dilakukan untuk
jangka waktu paling singkat 15 (lima belas) tahun dan dibuat perjanjian
tertulis dengan bermaterai cukup.
(2) Dalam hal perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berakhir dan
tidak diperpanjang, IUP-P perusahaan industri pengolahan hasil
Perkebunan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 11E
Pendaftaran NIB
melalui OSS
7. Menjamin kelangsungan usaha pokok, menjaga kelestarian fungsi lingkungan dan keragaman
sumber daya genetic serta mencegah berjangkitnya OPT, dalam hal melakukan diversifikasi usaha
8. Melaksanakan tanggung jawab social dan lingkungan sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan
Terima Kasih