Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
Cintia Rindyantika (CKR0190089)
Dini Supandi (CKR0190092)
Fina Astuti Herfiana (CKR0190096)
Gita Sri Wahyuni (CKR0190099)
Indy Mutia Teguh Puspita (CKR0190100)
Nuraini (CKR0190111)
Rika Ruslianawati (CKR0190115)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat,
Iniyah, Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam menambah ilmu
pengetahuan tentang kepemimpinan & kepribadian.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN....................................................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................................................3
BAB II.......................................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................................4
2.1 Definisi Kepemimpinan...............................................................................................................................4
2.2 Kekuasaan dan Wewenang..........................................................................................................................9
2.3 Kriteria seorang pemimpin........................................................................................................................14
1. Keinginan untuk menerima tanggung jawab.............................................................................................14
2. Kemampuan untuk bisa “perceptive”........................................................................................................15
3. Kemampuan untuk bersikap objektif.........................................................................................................15
4. Kemampuan untuk menentukan prioritas..................................................................................................15
5. Kemampuan untuk berkomunikasi............................................................................................................15
2.4 Perilaku pemimpin.....................................................................................................................................15
1. The anthoeratic leader................................................................................................................................16
2. The paticipative leader...............................................................................................................................16
3. The Free Rein Leader................................................................................................................................17
2.5 Pengambilan Keputusan............................................................................................................................17
1. Hakekat Pengambilan Keputusan..............................................................................................................18
2. Langkah-langkah Pengambilan Keputusan................................................................................................18
2.6 Gaya Kepemimpinan Yang Efektif............................................................................................................20
1. Kepemimpinan demokratis........................................................................................................................20
2. Kepemimpinan otokratis............................................................................................................................20
3. Kepemimpinan afiliatif,.............................................................................................................................21
4. Kepemimpinan visioner.............................................................................................................................21
BAB III...................................................................................................................................................................22
PENUTUP...............................................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................................23
3
4
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa arti kepemimpinan efektif?
2) Apa saja kriteria pemimpin?
3) Bagaimanan perilaku pemimpin?
4) Bagaimana cara mengambil keputusan seorang pemimpin?
5) Bagaimana gaya kepemimpinan yang efektif?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
yang unik dan tidak diwariskan secara otomatis tetapi seorang pemimpin haruslah
memiliki kharakteristik tertentu yang timbul pada situasi-situasi yang berbeda
menurut John. R. Schermer Horn: “Untuk menjadi seorang manajer tidaklah suatu
yang mudah. Untuk menjadi manajer berarti berani untuk bertindak secara efektif
dalam arti menyeluruh dalam perencanaan (planning), organisai (organizing),
memimpin dan mengendalikan. Kepemimpinan yang sukses adalah suatu kemauan
tetapi bukan dalam kondisi sukses managerial. Seorang manajer yang baik, maka
akan baik pula kepemimpinannya, tetapi seorang yang baik kepemimpinannya
belum tentu baik dalam manajer yang baik manajer.
Kepemimpinan adalah usaha mempengaruhi aktivittas individu atau kelompok
untuk mencapai tujuan--tujuan tertentu. Ricky W. Griffin membagi pengertian
kepemimpinan menjadi dua konsep, yakni penerapannya sebagai proses dan sebagai
atribut. Sebagai proses, kepemimpinan difokuskan kepada apa yang dilakukan oleh
para pemimpin, yaitu proses yang mengharuskan seseorang pemimpin didalam
menggunakan pengaruhnya untuk memperjelas tujuan organisasi bagi para pegawai,
atau siapa saja yang dipimpinnya, kemudian memotivasi mereka agar dapat
mencapai tujuan bersama dan membantu penciptaan budaya produktif di dalam
organisasi.
Sebagai atribut, kepemimpinan adalah kumpulan karakteristik yang harus
dimiliki oleh seorang pemimpin. Oleh karena itu, pemimpin dapat didefinisikan
sebagai seseorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
tanpa menggunakan kekuatan, sehingga orang-orang yang dipimpin itu menerima
dirinya sebagai sosok yang layak memimpin. Paradigma secara luas untuk
membedakan leader (pemimpin) dan manajer:
1. Manajer harus menggunakan fungsi-fungsi (prroses) manajemen, sedangkan leader
belum tentu menerapkan fungsi-fungsi tersebut.
2. Manajer dibatasi oleh aturan-aturan organisasi, sedangkan leader (dalam arti luas)
belum tentu dibatasi. Contoh: Ada seseorang yang bertanya kepada karyawan
disebuah perusahaan mengenai penilaian, “apakah bos-nya itu adalah seorang
manajer yang baik?” karyawan itu menjawab, “Ya, bos-ku adalah seorang manajer
yang baik.” kemudian seseorang tersebut bertanya lagi, “apakah bos-mu adalah
juga seorang pemimpin (leader) yang baik?” setelah berfikir beberapa saat,
karyawan itu merespon, “saya rasa tidak.” Dalam kajian lain yang ditulis oleh Eric
Garner, antara leadership (leader) dan manajemen (manajer) sebenarnya memiliki
5
sisi-sisi perbedaan yang cukup tajam. Bisakah seorang leader me-manage?
Bisakah seorang manajer memimpin? Setidaknya ada 7 cara untuk memahami
wacana ini:
1. Arah dan kemudi
Kata leadership konon berasal dari bahasa inggris kuno ‘lad’ yang
berarti ‘arah’. Sebuah kata ‘lad’ atau ‘lode’ dimaknai sebagai garis-garis
retakan yang menuju pada bijih besi, sebuah batu lode (ledostone) adalah
sebuah benda yang dipercayai dapat memberikan bimbingan, lode-star
adalah nama sebuah bintang yang dijadikan petunjuk arah oleh para pelaut.
Sementara itu, kata manajement berasal dari bahasa latin ‘manus’ yang
berarti ‘tangan’ yang biasa digunakan manusia untuk memperbaiki
berbagai benda. Dengan demikian, leadership itu ibarat orang yang
menunjukan arah kapal, sedangkan manajemen itu mempertahankan tangan
untuk memutar roda kemudi kapal.
2. Berkembang dan bertahan
Organisasi apapun pasti butuh bertahan dan berkembang. Untuk bisa
bertahan, diperlukan kebutuhan-kebuthan dasar hidup seperti makanan,
minuman (air), dan sandang, bagi manusia. Bagi organisasi, adanya laba,
pelanggan, dan program-program kerja adalah unsur-unsur yang menjadi
pertahanan hidup. Sedangkan berkembang adalah usaha untuk menjadi
lebih baik dari keadaan sebelumnya. Peliharaan dan upaya
mempertahankan organisasi dapat dilakukan melalui fungsi-fungsi
manajemen seperti pengukuran, penilaian, pengawasan, menjaga stoc
barang dan mempertimbangkan kebijakan. Di lain sisi, untuk membawa
organisasi dapat lebih maju berkembang, dibutuhkan leadership yang
bertugas untuk membawa pada arah perubahan dan pemberdayaan.
3. Potensi dan sumber daya
Manajemen hanya mengukur apa yang bisa dihitung dan dilihat.
Manajemen hanya berhubungan dengan sumber-sumber daya organisasi di
masa lalu dan bagaimana orang-orang bisa bekerja untuk masa sekarang.
Sementara itu, leadership memandang seseorang sebagai sesuatu yang
tidak bisa diukur, serta mengerjakan sesuatu yang dianggap kebanyakan
orang sebagai tugas yang tidak mungkin dapat dilakukan. Hal ini berkaitan
dengan prospek masa depan dan bagaimana orang-orang sanggup
6
menyelesaikan pekerjaan bila mana potensi mereka terealisasikan.
Leadership berfungsi mencari potensi dan manajemen mengelola sumber-
sumber daya yang sudah ada.
4. Otak Kanan dan Otak Kiri
Bagian otak kanan manusia adalah letak dari imajinasi, kreativitas, dan
emosi berfikir. Sedangkan otak kiri adalah sistem yang bekerja untuk
operasi logika dan berfikir rasional. Ketika dua sisi otak ini memiliki
karakter yang berbeda, maka amat beruntung bilamana dapat digunakan
secara bersama-sama dan seimbang. Otak kiri yang lebih rasional adalah
bagian dari kerja manajemen, karena berhubungan dengan apa-apa yang
bisa dihitung, mendetail, kontrol, dominasi, aksi, analisa, pengukuran dan
tertib teratur. Sementara otak kanan adalah analogi untuk leadership,
karena berdekatan dengan apa-apa yang tidak bisa dihitung, melihat
sesuatu secara holistik menyeluruh, sintesa, kemungkinann-kemungkinan,
kepercayaan, visi, artistik, instuisi dan imajinasi.
5. Tujuh (7) S
Richard Pascale mengatakan bahwa unsuur-unsur yang menentukan
jalannya kinerja dan performance (pelaksanaan) organisasi itu terletak pada
tujuh hal:
a) Strategy (strategi, akal)
b) Structure (struktur, kerangka)
c) Systems (sistem)
d) Shared Values (membagi penilaian)
e) Staff (dewan pegawai)
f) Skills (kepandaiann, keterampilan)
g) Style (gaya bahasa)
Fungsi dan efektifitas dari strategi, struktur, dan system hanya
bisa berjalan diatas tangan seorang manajer karena berhubungan
dengan bendabenda atau teknik teknologi, dan manajerlah orang yang
tepat untuk mengatasi hal ini. Sedangkanfungsi dari shared values,
staff, skills, dan style, hanya dapat berjalan di atastangan seorang leader
(pemimpin) karena berhubungan dengan orang orang.
6. Seni dan sains (Ilmu)
7
Johan adair dalam buku leadershipnya membandingkan manajemen dan
kepemimpinan dengan dikatomi klasik antara seni dan sains.Manajer
berasal dari kerja pikiran, akurasi, rutinitas statistical dan
metodikal.Dengan demikian, manajemen adalah sebuah sains.Sementara
itu, seorang pemimpin tumbuh berkembang dari semainan jiwa dan
semangat (spirit), yang mencakup kepribadian dari visi.Jadi, leadership
adalah sebuah seni.Keberadaannya para manajer itu penting dan
keberadaan leader itu esensial.
7. Jangka panjang dan jangka pendek
Tatkala sebuah organisasi berfikir tentang masa sekarang dan masa
depan dalam jangka pendek, maka hal itu berfikir tentang diri sendiri
sebagai satuan produksi. Sepertihalnya melihat perumpamaan masalah
teknik yang membutuhkan jawaban teknik namun bilamana organisasi
berfikir tentang masa depan dalam jangka panjang, maka hal tersebut
berfikir tentang membangun, belajar dan berkembang tidak kalah
pentingnya juga untuk mengidentifikasi dan mengembangkan peluang
peluang. Perbedaan antara manajemen dan kepemimpinan itu ibarat
perbedaan yang menarik antara laki laki dan perempuan, matahari dan
bulan, siang dan malam, gemuk dan kurus, panas dan dingin, datang dan
pergi, dan seterusnya. Kedua adalah doa sisi dari satu buah koin yang
sama. Untuk menjadikannya sebuah sabagai satu kesatuan yang tidak utuh,
kita tidak bisa hanya melihat satu sisi saja, malah harus melihat sisi yang
lainnya juga. Meskipun berbeda dan dibedakan keduanya dalah bagian dari
total memang bertentangan secara esensial, tetapi justru didalam dinamika
pertentangan itu keduanya saling penjelasan keberadaan yang lain. Dapat
disimpulkan bahwa kepemimpinan atau pemimpin adalah suatu proses
mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas tugas dari orang dalam
kelompok, biasanya dikaitkan dengan orang yang mempunyai semangat
yang tinggi, charisma yang tinggi, dan kemampuan memotifasi orang lain
yang sangat tinggi, dan usaha mempengaruhi aktivitas individu atau
kelompok untuk mencapai tujuan tertentu, serta pasti orang lain jadi
bekerja sama dibawah pimpinannya sebagai suatu waktu untuk mencapai
atau melakukan suatu tujuan.
8
2.2 Kekuasaan dan Wewenang
Untuk dapat mengusahakan orang lain bekerja sama dengannya, maka
pemimpin dapat menggunakan kewajiban tertentu kamu atau diberikan
kewenangan/kekuasaan resmi tertentu. Kekuasaan merupakan suatu bagian yang
merasuk ke seluruh sendi kehidupan organisasi.Bahkan dikatakan oleh Mc Clelland
kekuasaan saya rupakan salah satu kenutuhan manusia manajer dan tidak manajer
menggunakan kekuasaan dalam aktivitas sehariharinya.Maka memanipulasi
kekuasaan untuk mencapai tujuan dan memprkuat kedudukan mereka.Dalam teori
otoritas formil, kewenangan adalah suatu kekuasaan untuk bertindak, untuk
memerintah atau menurut tindakan oleh orang lain.
Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain untuk mencapai
sesuatu dengan cara yang diinginkan studi tentang kekuasaan dan selanjutnya
merupakan hal yang ga penting dalam manajemen. Karena kekuasaan merupakan
kemampuan mempengaruhi orang lain, maka mungkin sekali setiap interaksi dan
hubungan social dalam suatu organisasi melibatkan penggunaan kekuasaan. Cara
pengendalian satuan organisasi dan individu didalamnya hal baik dengan pengunaan
kekuasaan.Kekuasaan pengelola yang menginginkan peningkatan jumlah penjualan
adalah kemampuan untuk meningkatkan penjualan itu kekuasaan melibatkan
hubungan antara dua orang atau lebih.
Kekuasaan amat erat hubngannya dengan wewenang.Tetapi kedua konsep ini
harus dibedakan.Kekuasaan melibatkan kekuatan dan paksaan, wewenang merupakan
bagian dari kekuasaan yang cakupannya lebih sempit.Wewenang tidak menimbulkan
implikasi kekuatan.Wewenang adalah kekuasaan formal yang dimiliki oleh seseorang
karena posisi yang dipegang dalam organisasi. Unsur yang ada di dalam wewenang :
1. Wewenang ditanamkan pada posisi seseorang. Seseorang mempunyai
wewenang karena posisi yang diduduki, bukan karena karakeristik pribadinya
2. Wewenang tersebut diterima oleh bawahan. Individu pada posisi wewenang
yang sah melaksanakan wewenang dan dipatuhi bawahan karena dia memiliki
hak yang sah serta
3. Wewenang digunakan secara vertical. Wewenang mengalir dari atas kebawah
mengikuti hierarki organisasi. Konsep lain yang sangat dekat dengan
kekuasaan adalah pengaruh. Pengaruh merupakan suatu transaksi social
dimana seseorang atau kelompok orang yang lain untuk melakukan kegiatan
sesuai dengan harapan orang atau kelompok yang mempengaruhi. Dengan
9
demikian kita bisa mendefinisikan kekuasaan sebagai kemampuan untuk
mempunyai pengaruh. Pembedaan kekuasaan dengan pengaruh akan lebih
memperjelas pemahaman atas konsep ini. Tetapi para penulis juga sering
menggunakan konsep pengaruh dengan maksud menjelaskan kekuasaan,
begitu sebaliknya. Dalam modul ini istilah pengaruh dan kekuasaan bisa
dipakai secara bergantian.
Basis Kekuasaan
Kekuasaan dapat berasal dari berbagai sumber.Bagaimana kekuasaan tersebut
diperoleh dalam suatu organisasi sebagian besar tergantung jenis kekuasaan
yang sedang dicari.Kekuasaan dapat berasal dari basis antar pribadi, structural
dan situasi.
1. Kekuasaan antar pribadi
John R.P French dan Bertram raven mengajukan 5 basis kekuasaan antar
pribadi sebagai berikut : kekuasaan legitimasi, imbalan, paksaan, ahli dan
panutan.
a. Kekuasaan legitimasi
Kekuasaan legitimasi adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain karena posisinya. Seorang yang tingkatannya
lebih tinggi memiliki kekuasaan atas pihak yang berkedudukan lebih
rendah.Dalam teori, orang yang mempunyai kedudukan sederajat dalam
organisasi, misalnya sesame manajer, mempunyai kekuasaan legitimasi
yang sederajat pula.Kesuksesan penggunaan kekuasaan legitimasi ini
sangat dipengaruhi oleh bakat seseorang mengembangkan seni aplikasi
kekuasaan tersebut.Kekuasaan legitimasi sangat serupa dengan
wewenang.Selain seni pemegang kekuasaan, para bawahan memainkan
peranan penting dalam pelaksanaan penggunaan legitimasi. Jika
bawahan memandang, penggunaan kekuasaan tersebut sah, artinya
sesuai dengan hak hak yang melekat,mereka akan patuh. Tetapi jika
dipandang penggunaan kekuasaan tersebut tidak sah, mereka mungkin
sekali akan membangkang. Batas kekuasaan ini akan sangat tergantung
pada budaya, kebiasaan dan system nilai yang berlaku dalam organisasi
yang bersangkutan.
b. Kekuasaan imbalan
10
Kekuasaan imbalan didasarkan atas kemampuan seseorang untuk
memberikan imbalan kepada orang lain (pengikutnya) karena
kepatuhan mereka. Kekuasaan imbalam digunakan untuk mendukung
kekuasaan legitimasi. Jika seseorang memandang bahwa imbalan, baik
imbalan ektrinsik maupun imbalan intrinsic, yang ditawarkan seseorang
atau organisasi yang mungkin sekali akan diterimanya, mereka akan
tanggap terhadap perintah. Penggunaan kekuasaan imbalan ini amat
erat sekali kaitannnya dengan teknik memodifikasi perilaku dengan
menggunakan imbalan sebagai factor pengaruh.
c. Kekuasaan paksaan
Kekuasaan imbalan seringkali dilawankan dengan kekuasaan
paksaan, yaitu kekuasaan untuk menghukum.Hukuman adalah segala
konsekuensi tindakan yang dirasakan tidak menyenangkan bagi orang
yang menerimanya.Pemberian hukuman kepada seseorang
dimaksudkan juga untuk memodifikasi perilaku, menghukum perilaku
yang tidak baik/merugikan organisasi dengan maksud agar berubah
menjadi perilaku yang bermanfaat. Para manajer menggunakan
kekuasaan jenis ini agar para pengikutnya patuh pada perintah karena
takut pada konsekuensi tidak menyenangkan yang mungkin akan
diterimanya. Jenis hukuman dapat berupa pembatalan promosi,
pembatalan bonus, maupun pelaksanaan hukuman seperti skors, PHK,
potong gaji, teguran dimuka umum, dan sebagainya.Meskipun
hukuman mungkin mengakibatkan dampak sampingan yang tidak
diharapkan, misalnya perasaan dendam, tetapi hukuman adalah bentuk
kekuasaan paksaan yang masih digunakan untuk memperoleh
kepatuhan atau memperbaiki prestasi yang tidak produktif dalam
organisasi.
d. Kekuasaan ahli
Seseorang mempunyai kekuasaan ahli jika ia memiliki keahlian
khusus yang dinilai tinggi. Seseorang yang memiliki keahlian teknis,
administrative, atau keahlian yang lain dinilai mempunyai kekuasaan
walaupun kedudukan mereka rendah. Semakin sulit mencari pengganti
orang yang bersangkutan, semakin besar kekuasaan yang
dimiliki.Kekuasaan ini adalah sauatu karakteristik pribadi, sedangkan
11
kekuasaan legitimasi, imbalan dan paksaan sebagian besar ditentukan
oleh organisasi, karena posisi yang didudukinya. Seorang montir
mungkin sekali memiliki kekuasaan ahli karena dia mengetahui seluk
beluk mesin secara rinci, lebih dari orang lain.
e. Kekuasaan panutan
Banyak individu yang menyatukan diri dengan atau dipengaruhi
oleh seseorang dengan gaya kepribadian atau prilaku yang
bersangkutan. Karisma orang yang bersangkutan adalah basis
kekuasaan panutan. Seseorang yang berkarisma : misalnya seorang
manajer ahli, penyanyi, politikus, olahragawan, dikagumi karena
karakterristiknya. Derajat kekuasaan panutan ditentukan oleh kekuatan
pengaruh karisma orang lain.dengan demikian basis kekuasaan antar
pribadi dapat di kategorikan menjadi dua macam, organisasi dan
pribadi. Kekuasaan legimitasi, imbalan dan paksaan terutama
ditentukan oleh organisasi, posisi, kelompok formal atau pola interaksi
khusus. Kekuasaan legimitasi seseorang dapat diubah dengan mengalih
tugaskan orang yang bersangkutan, merumuskan kembali uraian
pekerjaan atau mengurangi kekuasaan orang yang bersangkutan dengan
menata kembali organisasi. Dilain pihak, kekuasaan panutan dan
kekuasaan ahli sangat bersifat pribadi, tidak tergantung pada posisi
dalam organisasi. Kelima jenis kekuasaan antara pribadi diatas tidaklah
berdiri sendiri atau terpisah-pisah. Seseorang dapat menggunakan basis
kekuasaan tersebut secara efektif melalui berbagai kombinasi. Mungkin
juga penggunaan basis kekuasaan tertentu dapat mempengaruhi jenis
kekuasaan yang lain. Misalnya, seorang manajer yang menggunakan
kekuasaan paksa untuk menghukum seorang bawahan mungkin akan
kehilangan kekuasaan panutannya karena kebanyakan orang tidak
menyukai atau tifak mengagumi manajrer yang menghukumnya.
2. Kekuasaan struktural dan situasional
Kekuasaan terutama ditentukan oleh struktur dodalam organisasi.
Struktur organisasi di pandang sebagai mekanisme pengendalian yang
mengatur organisasi. Salam tatanan struktur organisasi,kebijakan ngambil
keputusan dialokasikan keberbagai posisi. Selain itu struktur membentuk
pola organisasi dan arus infomasi. Jadi struktur organisasi menciptakan
12
kekuasaan dan wewenang formal, dengan menghususkan orang-orang
tertentu untuk melaksanakan tugas pekerjaan dan mengambil keputusan
tertentu dengan memanfaatkan kekuasaan informal mungkin timbul karena
struktur informasi dan komunikasi dalam sistem tersebut. Posisi formal
dalam organisasi amat erat hubungannya dengan kekuasaan dan wewenang
yang melekat. Tanggung jawab, wewenang dan berbagai hak-hak yang
lain tumbuh dari posisi sezeorang. Bentuk lain kekuasaan struktur timbul
karena sumber daya, pengambilan keputusan, dan informasi.
Sumber daya
Seorang alhi mengemukakan bahwa kekuasaan struktur seorang berasal
dari: Pertama, pengguna sumber daya,informasi dan dukungan. Kedua ,
kemampuan memperoleh kerjasama untuk melakukan pekerjaan yang
penting. Kekuasaan terjadi jika seseorang mempunyai saluran terbuka atas
sumber daya, dana tenaga kerja, teknologi, bahan mentah, pelanggan dan
sebagainya. Dalam organisasi sumber daya vital dialokasikan dibawah
sepanjang garis hierarki organisasi. Manejer tingkat atas mempunyai
kekuasaan lebih banyak untuk mengalokasikan sumber daya dibandingkan
dengan manajer tingkat bawahannya. Manajer tingkat yang lebih rendah
memperoleh sumber daya yang diberikan oleh manajer tingkat yang lebih
atas. Untuk menjamin pencapaian tujuan manajer tingkat yang lebih atas
mengalokasikan sumber daya atas dasar prestasi kepatuhan. Jadi, seorang
manajer tingkat atas biasanya mempunyai kekuasaan atas manajer yang
lebih rendah harus menerima sumber daya dari atas untuk mencapai tujuan.
Hubungan ketergantungan hierarki tersebut terjadi karena keterbatasan
sumber daya yang terbatas harus dialokasikan seoptimal mungkin demi
mencapai tujuan. Tanpa kepatuhan yang cukup tujuan dan permintaan top
manajer, manajer pada tingkat yang lebih rendah tidak dapat menerima
sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan. Pebagian
pekerjaan, misalnya, posisi dalam hierarki organisasi, memberikan hak
istimewah kepada menejemen tingkat yang lebih tinggi untuk
mengalokasikan sumber daya.
3. Kekuasaan pengambilan keputusan
Derajat atau subunit dapat mempengaruhi pengambilan keputusan akan
menentukan kadar kekuasaan. Seorang atau sub unit yang memiliki
13
kekuasaan dapat mempengaruhi jalannya proses pengambilan keputusan,
alternatif apa yang kapan keputusannya diambil.
Kekuasaan informasi
Memiliki akses atau (jangkauan) atas informasi yang relavan dan penting
merupakan kekuasaan. Gambaran yang benar tentang kekuasaan seseorang
tidak hanya disediakan oleh posisi yang bersangkutan, tetapi juga oleh
penguasa orang yang bersangkutan atas informasi yang relavan. Seseorang
angkutan dalam struktur organisasi umum nya tidak memiliki basis
kekuasaan antar pribadi khusus yang kuat atau jelas dalam struktur
organisasi, tetapi mereka memiliki kekuasaan karena mereka
mengendalikan informasi yang penting. Selanjutnya situasi organisasi
dapat berfungsi sebagai sumber kekuasaan atau ketidakkekuasaan. Manajer
yang sangat berkuasa muncul karena ia mengalokasikan sumber daya yang
dibutuhkan, mengambil keputusan yang penting, dan memiliki informasi
yang penting. Dialah yang memungkinkan banyak hal yang terjadi dalam
organisasi. Sebaliknya, manajer yang tidak mempunyaai sumber daya atau
jangkauan informasi atau hak-hak prerogratif dalam pengambilan
keputusan yang diperlukan agar produktif.
14
2. Kemampuan untuk bisa “perceptive”
Perceptive menunjukan kemampuan untuk mengamati atau menemukan
kenyatan suatu lingkungan. Setiap pinjaman haruslah mempunyai tujuan
organisasi sehingga mereka bisa bekerja untuk membantu mencapai tujuan
tersebut. Disini ialah memerlukan kemampuan untuk memahami bawahan,
sehingga ia dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan mereka serta juga
berbagai ambisi yang ada. Disamping itu pemimpin harus juga mempunyai
persepsi intropektif ( menilai diri sendiri ) sehingga ia bisa mengatahui
kekuatan,kelemahan dan tujuan yang layak baginya. Inilah yang disebut
kemampuan “perceptive”.
15
tidak lagi meneliti tentang apa persyaratan (kriteria) seorang pemimpin yang efektif
melainakan para ahli ini meneliti tentang hal-hal yang dilakukan oleh seorang
pemimpin yang efektif. Bagaimana mereka mendelegan tugas, bagaimana mereka
mengambil keputusan, bagaimana mereka berkomunikasi, dan memotivasi para
bawahan seorang pemimpin memang harus memiliki kwalitas tertentu namun
disamping itu ada suatu cara terbaik untuk memimpin tidak seperti kwalitas
pemimpin, maka perilaku pemimpin merupakan suatu yang dapat dipelajari, jadi
seseorang yang dilatih dengan kepemimpinan yang tepat akan bisa menjadi pemimpin
yang efektif. Perilaku pemimpin ini disebut juga gaya kepemipinan (style
leadership) . berbagai gaya kepemimpinan telah diteliti dan ditemukan bahwa setiap
pemimpin telah diteliti dan ditemukan bahwa harus mempunyai gaya kepemimpinan
yang berbeda kepemimpinan yang satu lebih baik atau lebih jelek daripada gaya
kepemimpinan yang lainnya. Para ahli mencoba mengelompokan gaya kepemimpinan
dengan menggunakan satu dasar tertentu. Dasar yang sering digunakan adalah tugas
yang dirasakan harus dilalukan oleh pemimpin,kewajiban yang pimpinan harapkan
diterima oleh bawahan dan falsafah yang dianut oleh pemimpin untuk pengembangan
atau pemenuhan harapan para bawahan. Ada beragai gaya kepemimpinan anatara lain
:
16
akan diambil. Ia akan secara serius mendengarkan dan menilai pikiran
pikiran para ba5ahanya dan menerimasumbangan pikiran mereka.
Sejauh pemikiran tersebut bias dipraktekan. Pemimpin dengan gaya
partisipatif akan mendorong kemampuan mengambilkeputusan dari pada
bawahanya sehingga pikiran-pikiran mereka akan selalu meningkat dan
makin matang. Para bawahanya juga didorong agar meningkatkan
kemampuan mengendalikan diri dan menerima tanggung jawab yang lebih
besarPemimpin akan lebih “supportif” dalam kontak dengan para
bawahan dan bukan menjadi bersikap dictator. Meskipun tentu saja
wewenang terakhir dalam pengambilan keputusan terletak pada pimpinan.
17
manajer atau pimpinan tersebut dapat dinilai berhasil, dan sebaliknya bila keputusan
yang diambil kurang cepat dan tepat maka dapatlah diambil suatukesimpulan bahwa
manajer atau pimpinan itu kurang berhasil.
Pengambilan keputusan dapat dilihat sebagai salah satu fungsi seorang
pemimpin Dalam pelaksanan kegiatan untuk menerjemahkan berbagi keputusan
berbagaialternatif dapat dilakukan dan untuk itu pemilihan harus dilakukan.
Pengambilan keputusan adalah soal yang berat karena sering menyangkut
kepentingan banyak orang. Tidak ada sesuatu yang pasti dalam pengambilan
keputusan. Pemimpin harus memilih alternatif yang ada dan kemungkinan implikasi
atau akibat suatu pengambilan keputusan tertentu.
18
keputusan senantiasadihubungkan dengan tujuan yang jelas.Jenis-jenis
masalah yang dihadapi oleh seorang pemimpin berdasarkan internitas
masalahnya dapat digolongkan menjadi masalah yang sederhana dan
masalah yang komplek. Masalah yang sederhana ialah masalah yang
mengandung cirri-ciri : kecil, berdiri sendiri dan tidak/kurang mempunyai
kaitan dengan masalah lain. Pemecahannya biasanya tidak memerlukan
pemikiran yang luas tetapi cukup dilakukan secara individual, yang
umumnya didasarkan kepada pengalaman, informasi yang sederhana dan
Wewenang yang melekat pada jabatan, masalah yang komplek yaitu
masalah yang mempunyai cirri-ciri ; besar, tidak berdiri sendiri sendiri,
berkaitan dengan masalah-masalah lain dan mempunyai akibat yang luas.
Pemecahannya umumnya dilakukan bersamaan antara pimpinan dengan
stafnya. Dilihat dari faktor penyebabnya, masalah yang dihadapi dapat
berupa masalah yang jelas penyebabnya (structure problem) dan masalah
yang tidak. Jelas penyebabnya (unstructured proble). Masalah yang jelas
penyebabnya, faktor penyebabnya jelas. Bersifat rutin dan biasanya
timbul berulang- ulang, sehingga pemecahannya dapat dilakukan dengan
proses pengambilan keputusan yang bercorak rutin dandibakukan. Proses
pengambilan keputusannya pada dasarnya telah ditentukan langkah-
langkah tertentu, relatif mudah untuk memperhitungkan hasil sertaakibat-
akibatnya. Masalah yang tidak jelas penyebabnya yaitu masalah yang
timbul sebagai kasus yang menyimpang dari masalah organisasi yang
bersifat umum, faktor penyebabnya tidak jelas. Tehnik pengambilan
keputusannya disebut non programmed decision making techhnique,
dimana diperlukan informasi tambahan, analisa, daya cipta, pertimbangan
serta penilaian kasus. Pengambilan keputusan antara lain juga diartikan
sebagai suatu tehnik memecahkan suatu masalah dengan mempergunakan
tehnik-tehnik ilmiah.Secara singkat dapa tdikatakan bahwa ada 7 langkah
yang perlu diambil dalam usaha memecahkan masalah dengan
mempergunakan teknik-teknik ilmiah.Langkah-langkah itu adalah :
(Siagian SP,1973).
19
1. Mengetahui hakekat dari pada masalah yang dihadapi, dengan
perkataan lain mendefinisikan masalah yang dihadapi itu dengan
setepat- tepatnya;
2. Mengumpulkan fakta dan data yang relevant
3. Mengolah fakta dan data tersebu
4. Menentukan beberapa alternatif yang mungkin ditempuh
5. Memilih cara pemecahan dari alternatif-alternatif yang telah diolah
dengan matang
6. Memutuskan tindakan apa yang hendak dilakukan
7. Menilai hasil-hasil yang diperoleh sebagai akibat daripada keputusan
yang telah di ambil.
1. Kepemimpinan demokratis
Adalah suatu jenis kepemimpinan dimana seorang pemimpin mendelegasikan
otoritasnya dan mengajak para pengikutnya untuk berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan. Seorang pemimpin yang demokratis merupakan seorang
pendengar yang baik bagi para pengikutnya dan seorang pekerja tim yang baik,
serta mampu memengaruhi dan berkolaborasi dengan tim yang dipimpinnya.
Dengan adanya gaya kepemimpinan seperti ini, tiap masukan dari anggota tim
dihargai dan komitmen dalam kerja tim dapat dirasakan melalui adanya
partisipasi yang aktif dari tiap anggota. Dalam hal ini, seorang pemimpin bisnis
dapat menerapkan gaya kepemimpinan ini untuk mendapatkan saran yang
berguna dari para pekerjanya.
2. Kepemimpinan otokratis
Adalah suatu gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin memiliki kekuasaan
absolut dan tanggung jawab penuh dalam memimpin timnya. Seorang pemimpin
yang autokratis memimpin dengan memberikan perintah kepada anggotanya,
memberikan ancaman kepada para bawahannya, dan memiliki kontrol yang ketat
20
terhadap organisasi yang dipimpin. Selain itu, pemimpin yang otokratis selalu
memonitor berjalannya aktivitas kerja secara terus-menerus. Dengan gaya
kepemimpinan yang otokratis, seorang pemimpin bisnis dapat mengontrol
perusahaannya dengan ketat. Gaya kepemimpinan ini layak digunakan ketika
perusahaan sedang menghadapi krisis.
3. Kepemimpinan afiliatif,
yaitu jenis kepemimpinan dimana seorang pemimpin memberikan saran-saran
yang efektif dan mendorong anggota timnya untuk lebih aktif dalam memberikan
ide dan pendapat. Pemimpin seperti ini memiliki beberapa karakteristik, yaitu
mementingkan harmoni antar para anggota timnya, berempati terhadap sesama,
meningkatkan semangat para anggotanya, dan membantu dalam menyelesaikan
konflik antar anggota tim. Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan seperti
ini menciptakan harmoni dalam tim dengan membantu membangun hubungan
anta para anggotanya. Seorang pemimpin perusahaan dapat menerapkan gaya
kepemimpinan seperti ini untuk memotivasi tim saat berada di saat sulit maupun
untuk mempererat hubungan antar anggotanya.
4. Kepemimpinan visioner
Adalah jenis kepemimpinan dimana pemimpin menginspirasi dan memotivasi
para anggota timnya, berpegang teguh pada visi yang ditetapkan, dan mendorong
para anggotanya untuk menjalankan tugas-tugasnya sejalan dengan tujuan besar
yang ingin dicapai bersama. Seorang pemimpin yang visioner menginspirasi
sesamanya dan percaya terhadap visi yang ingin dicapainya dan memiliki empati
terhadap anggota tim. Seorang pemimpin yang visioner mengomunikasikan
secara jelas mengenai bagaimana untuk mencapai visi tersebut dan mengapa
semua usaha dalam tim (baik perusahaan maupun organisasi lainnya) diperlukan
dalam mencapai visi tersebut. Gaya kepemimpinan ini diperlukan ketika bisnis
atau perusahaan membutuhkan suatu visi yang baru atau perubahan drastis yang
memberikan pengaruh besar terhadap perusahaan.
21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Seorang pemimpin yang efektif harus mempunyai keberanian untuk mengambil
keputusan dan memikul tanggung jawab atas akibat dan resiko yang timbul sebagai
konsekuensi daripada keputusan yang diambilnya Tentunya dalam mengambil
keputusan. Seorang pemimpin harus punya pengetahuan, keterampilan, informasi
yang mendalam dalam proses menyaring satu keputusan yang tepat. Disamping itu,
seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dapat mempengaruhi dan
mengarahkan segala tingkah laku dari bawahan sedemikian rupa sehingga segala
tingkah laku bawahan sesuai dengan keinginan pimpinan yang bersangkutan. Untuk
itu seorang pemimpin setidaknya harusmemiliki kriteria-kriteria tertentu, misalnya
kemampuan bisa (perfectif) dan objektif. Dalam mengarahkan dan memotivasi
bawahan agar melakukan pekerjaan dengan sesuai, seorang pemimpin bisa memilih
suatu gaya kepemimpinan tertentuapakah gaya autokratis, gaya partisipatif dan
bahkan gaya Free Rein yang sesuai dengan situasi dan lingkungan para bawahan.
Hanya dengan jalan demikian pencapaian tujuan dapat terlaksana dengan efisien dan
efektif
3.2 Saran
Marilah kita menjadi pribadi-pribadi yangperbedaanya adalah kemampuan untuk
mengubah yang biasa, menjadi yang luar biasa. Perhatikanlah, sebuah organisasi,
tidak mungkin bisa bergerak mendekati bentuk kreatifitas apapun, bila sang
pemimpin menjadikan dirinya sendiri sebagai contoh utama dalam penolakan cara-
cara yang lebih baik. Darimana memulainya, seperti dalam hal apapun, mulailah dari
diri kita sendiri anda adalah seorang Khalifa.
22
DAFTAR PUSTAKA
23
M. Manulang. 1990. Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Miftah Thoha, 1985. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta : CV.Rajawali.
James. L. Gibson,John M. Ivancevich,James H. Donnely, 1994, organisas dan Manajemen.
Jakarta : Erlangga.
24