Disusun Oleh
NIP. 199804162020121004
REGIONAL BANDUNG
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu hal yang penting dalam menciptakan pemerintahan yang efektif dengan
mencetak Aparatur Sipil Negara (ASN) yang kompeten, handal, dan kompetitif melalui
system manajemen ASN berbasis merit. Dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) mengamanatkan penerapan system merit dalam
kebijakan dan manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN). Dalam Undang-undang tersebut,
system merit didefinisikan sebagai kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada
kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa diskiminasi. Tujuan
penerapan sistem merit adalah untuk memastikan jabatan di birokrasi pemerintah diduduki
oleh orang-orang yang profesional, dalam arti kompeten dan melaksanakan tugas berdasarkan
nilai dasar, kode etik dan kode perilaku ASN.
Pada tingkat pusat, tahun 2018 mayoritas Kementerian dan LPNK sudah mencapai
kategori lll, yang artinya sudah memenuhi sebagian besar kriteria system merit. Sementara itu
yang sudah mencapai kategori IV baru ada 6 Kementerian. Sedangkan pada tingkat provinsi,
mayoritas Pemerintah Provinsi masih berada di kategori Il, artinya baru memenuhi Sebagian
kriterian yang ditetapkan. Terdapat 6 provinsi yang sudah mencapai kategori lll dan
semuanya berada di Pulau Jawa. Sedangkan untuk wilayah timur, masih terdapat provinsi
yang masuk dalam kategori 1. Provinsi Jawa Barat, sebagai salah satu provinsi di lndonesia
yang layak memasuki kuadran empat dalam penerapan system merit . memperhatikan
ketentuan kualifikasi minimal, standar kompetensi serta kinerja sehingga pada akhirnya
terbentuk profesionalitas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang yang telah dijelaskan di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan, "Bagaimanakah Implementasi Sistem Merit dalam Manajemen ASN Di
Provinsi Jawa Barat dan Kab Garut ?"
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang penerapan Sistem Merit pada Manajemen
ASN di Provinsi Jawa Barat dan Kab Garut untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi
serta mencari alternatif solusi untuk mengarasi permasalahan tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI
Penerapan Sistem Merit dalam Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN) telah
diamanatkan dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(ASN). Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) sebagai lembaga yang diberi tugas mengawasi
dan memastikan kebijakan tersebut terlaksana. Menurut UU No.5 tahun 2014, sistem merit
adalah kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan
kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna
kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.
Aparatur Sipil Negara merupakan salah satu unsur penyelenggaraan negara. ASN memiliki
tugas dalam membantu pemerintah untuk melayani kebutuhan masyarakat atau pelayanan
publik, tugas pemerintahan dan tugas pembangunan. Agar dapat melaksanakan tugasnya
secara produktif sebagai alat kelengkapan negara, aparatur sipil negara perlu memiliki sistem
manajemen kepegawaian yang baik sesuai dengan perkembangan zaman.
Namun sering terdengar bahwa kurangnya integritas yang dimilliki oleh ASN,
mengakibatkaan pelanggaran demi pelanggaran yang sering dilakukan, baik itu melanggar
kaidah asusila, agama, sopan santun, maupun melanggar kaidah hukum yang berlaku. Hal
seperti inilah yang kemudian mempengaruhi proses pelayanan publik menjadi buruk. Alhasil
ketidakpercayaan (distrust) masyarakat terhadap ASN semakin meningkat.
Solusi yang bisa diterapkan adalah dengan adanya tahapan pengadaan rekrutmen yang
dilakukan secara selektif dengan memprioritaskan kandidat yang mempunyai kualitas dan
integritas. Salah satunya dengan peneapan sistem merit dalam manajemen ASN. Hal tersebut
merupakan salah satu bentuk dari reformasi birokrasi yang sedang dikembangkan
penggunaannya dalam prinsip pemerintahan di Indonesia.
Secara harfiah, merit memiliki arti “kebaikan” atau “manfaat”. Sistem merit merupakan salah
satu cara atau bentuk manajemen kepegawaian yang sedang dikembangkan dalam pengisian
jabatan publik. Sistem merit digunakan untuk menunjuk orang-orang terbaik yang dipilih
berdasarkan kualitas dan kemampuannya dalam pengisian jabatan-jabatan publik. Untuk
dapat melaksanakan tugasnya secara baik dan produktif perlu adanya manajemen pengolahan
ASN untuk mneghasilkan ASN yang profesional, memiliki nilai-nilai dasar, etika profesi,
bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Maka
digunakanlah sistem merit dalam perekrutan ASN. Penerapan sistem merit tersebut bertujuan
untuk memastikan jabatan yang ada di birokrasi pemerintah diduduki pegawai yang
memenuhi persyaratan kualifikasi dan kompetensi. Dengan demikian maka tujuan
pembangunan bidang SDM Aparatur untuk mewujudkan pegawai ASN yang profesional,
berintegritas, netral dan berkinerja tinggi dapat diwujudkan.
Adapun tujuan dari penerapan sistem merit yaitu :
1. Merekrut ASN yang profesional dan berintegritas, serta menempatkan mereka pada
jabatan-jabatan birokrasi pemerintah sesuai kompetensinya.
2. Mempertahankan ASN melalui pemberian kompensasi yang adil dan layak.
3. Mengembangkan kemampuan ASN melalui bimbingan dan diklat.
4. Melindungi karier ASN dari politisasi dan kebijakan yang bertentangan dengan
prinsip merit (nepotisme, primordialisme).
Salah satu bentuk penerapan sistem merit adalah pelaksanaan seleksi terbuka dan kompetitif
bagi pengisian jabatan pimpinan tinggi (JPT). Tujuan seleksi terbuka adalah untuk:
• Memastikan kandidat dipilih semata-mata berdasarkan pertimbangan yang obyektif
dan melalui proses yang kompetitif;
• Menghindari pengangkatan dan promosi yang didasarkan pada hubungan politik dan
pribadi;
• Menjamin pengangkatan pejabat hanya dari pelamar yang memenuhi persyaratan.
Seleksi terbuka merupakan salah satu cara untuk memilih pejabat pimpinan tinggi secara
obyektif dan juga diharapkan dapat mengurangi praktek pengangkatan Jabatan Pimpinan
Tinggi (JPT) yang didasarkan pada koneksi politik yang mendorong terjadinya keberpihakan
dalam pembuatan kebijakan maupun penyelenggaraan pelayanan publik. Sistem tersebut
tidak hanya menimbulkan rasa keadilan di kalangan pegawai, juga dapat mendorong
peningkatan kompetensi dan kinerja. Undang- Undang No. 5 Tahun 2014 membawa
perubahan mendasar dalam manajemen ASN. antara lain:
a) Perubahan dari pendekatan personal administration yang hanya berupa pencatatan
administrasi kepegawaian menjadi manajemen sumber daya manusia yang menganggap
aparatur negara adalah SDM sebagai aset negara yang harus dikelola, dihargai dan
dikembangkan dengan baik:
b) Perubahan dari pendekatan close-career system yang sangat berorientasi kepada senioritas
dan kepangkatan, menjadi open-career system yang mengedepankan kompetisi dan
kompetensi ASN dalam promosi dan pengisian jabatan;
c) Menghadirkan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) untuk menciptakan
atmosfir baru dalam pemerintahan;
d) Reward and punishment berbasis kinerja yang lebih tegas;
e) Meningkatkan perlindungan ASN dari intervensi politik.
BAB III
PEMBAHASAN
Contoh penerapan sistem merit yaitu pada seleksi terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi.
Dalam pelaksanaannya terbagi menjadi dua bagian yaitu seleksi jabatan tinggi melalui seleksi
terbuka bagi instansi yang belum melaksanakan sistem merit (Pasal 108-120 UU ASN)
Pengisian JPT melalui seleksi terbuka dan kompetitif merupakan salah satu bentuk
penerapan sistem merit dalam manajemen ASN. Sebagaimana diatur dalam UU ASN,
rencana pengisian JPT diumumkan paling tidak di tingkat Provinsi untuk JPT Pratama dan di
tingkat nasional untuk JPT Madya dan Utama. Seleksi dilaksanakan oleh Panitia Seleksi yang
dibentuk oleh PPK dan beranggotakan wakil-wakil dari internal dan eksternal instansi.
Seleksi dilakukan berdasarkan pertimbangan kualifikasi, kompetensi, kinerja dan rekam
jejak, serta dilakukan secara transparan.
Pengecualian terhadap pelaksanaan seleksi terbuka, menurut Pasal 111 UU ASN, dapat
diberikan kepada instansi yang sudah menerapkan sistem merit, dalam arti telah menerapkan
prinsip merit di setiap aspek manajemen ASN. Pengecualian tersebut dengan persetujuan
KASN dan untuk itu KASN menyusun tata cara penilaian penerapan sistem merit.
Pada tahun 2018 dan 2019, provinsi jawa barat mendapatkan poin 268 dan 277 dengan
predikat Baik. Walaupun sudah memiliki predikat baik, namun hal tersebut masih dirasa
kurang memuaskan. Gubernur Jawa Barat langsung melakukan perombakan besar-besaran
pada sektor manajemen ASN. Mulai dari proses penerimaan, pemberian tunjangan, dan
pemetaan talenta terus diperbaiki oleh provinsi Jawa barat melalui Leading Sector Badan
Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa barat.
Semua pendataan ASN provinsi Jawa Barat pun saat ini terus membuat sistem-sistem
untuk manajemen ASN, baik berupa perbaikan sistem BIG data melalui aplikasi SIAP
JABAR sehingga untuk pengambilan data ASN provinsi Jawa barat dapat lebih mudah. Ada
pula Pembuatan sistem TRK (Tunjangan Remonisasi Kinerja) untuk proses penilaian kinerja
individu berdasarkan penilaian diri sendiri untuk pemberian tunjangan remonisasi kinerja
yang telah terintegrasi dengan sistem SIM JAWARA (Sistem Informasi Manajemen Jabar
Juara) sebagai sistem untuk menentukan pegawai yang akan di promosikan dan juga akan
diberikan pendidikan ataupun diklat.
Dalam proses penerapan sistem yang dilakukan oleh pemerintah provinsi Jawa Barat pasti
didukung pula oleh regulasi yang dibuat. Regulasi-regulasi tersebut membantu mendukung
pemerintah provinsi Jawa Barat dalam menerapkan sistem manajemen ASN tersebut. Mulai
dari regulasi tentang perencanaan kebutuhan ASN samapai kepada regulasi tentang proses
promosi ASN.Maka dari itulah, pada tahun 2020 pemerintah Provinsi Jawa Barat
mendapatkan hasil nilai sistem merit yang cukup besar dan membanggakan.
Provinsi jawa barat menduduki peringkat nomor 1 (satu) dari instansi pusat dan 5 daerah
dengan poin yang cukup besar yaitu sebesar 375, dengan kategori 4 atau Amat Baik. seluruh
kesuksesan tersebut tidak terlepas dari solidnya perjuangan Badan Kepegawaian Daerah dan
juga Tim Akselerasi Pembangunan provinsi Jawa Barat serta di dukung oleh seluruh
Perangkat Daerah provinsi Jawa Barat.
Semua pendataan ASN provinsi Jawa Barat pun saat ini terus membuat sistem-sistem untuk
manajemen ASN, baik berupa perbaikan sistem BIG data melalui aplikasi SIAP JABAR
sehingga untuk pengambilan data ASN provinsi Jawa barat dapat lebih mudah. Ada pula
Pembuatan sistem TRK (Tunjangan Remonisasi Kinerja) untuk proses penilaian kinerja
individu berdasarkan penilaian diri sendiri untuk pemberian tunjangan remonisasi kinerja
yang telah terintegrasi dengan sistem SIM JAWARA (Sistem Informasi Manajemen Jabar
Juara) sebagai sistem untuk menentukan pegawai yang akan di promosikan dan juga akan
diberikan pendidikan ataupun diklat. Adapula sistem-sistem lainnya penunjang mnanajemen
ASN yang telah dibuat oleh provinsi jawa barat untuk proses meritrokasi di pemerintah
provinsi Jawa Barat.
Dalam proses penerapan sistem yang dilakukan oleh pemerintah provinsi Jawa Barat pasti
didukung pula oleh regulasi yang dibuat. Regulasi-regulasi tersebut membantu mendukung
pemerintah provinsi Jawa Barat dalam menerapkan sistem manajemen ASN tersebut. Mulai
dari regulasi tentang perencanaan kebutuhan ASN sampai kepada regulasi tentang proses
promosi ASN. Diharapkan dengan hasil tersebut, pemerintah provinsi Jawa Barat akan
menularkan imunya kepada seluruh kabupaten kota di provinsi jawa barat pada khususnya
dan seluruh pemerintah daerah di Indonesia pada umumnya, sehingga meritrokasi tersebut
dapat segera di gunakan pada seluruh instansi di Indonesia.
B. Saran
Untuk mengatasi berbagai tantangan terkait penerapan Sistem Merit pada Manajemen
ASN, maka kedepannya diharapkan Menyediakan peraturan perundang - undangan yang
diperlukan bagi pelaksanaan UU ASN, khususnya terkait pangkat dan jabatan, pedoman pola
karier dan lain - lain; Mendorong dan membina Instansi Pemerintah yang tingkat penerapan
sistem merit manajemen ASNnya masih belum baik (Kategori I dan l) untuk meningkatkan
penerapan sistem meritnya ke kategori yang lebih baik ke depan; Melakukan akreditasi
terhadap assessment center dan sertifikasi manajemen kinerja dan membina pelaksanaannya
agar penilaian kinerja lebih terukur dan obyektif, Menyiapkan peraturan dan pedoman terkait
penyusunan strategi dan program diklat yang didasarkan pada kesenjangan kompetensi dan
kinerja dan Mendorong Instansi Pemerintah menyediakan dukungan anggaran dalam
penyiapan manajemen ASN yang berbasis merit.
DAFTAR PUSTAKA