Anda di halaman 1dari 16

PSIKOLOGI KOMUNITAS

“KOMUNITAS DAN PERUBAHAN SOSIAL”

DOSEN PENGAMPU
Raudatulsalamah, S.Psi., M.A.
DISUSUN OLEH

Mardhatila

11860122366

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
T.A 2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dalam kompleksitas kehidupannya senantiasa mengalami
perkembangan dan perubahan, baik perubahan sikap, pola pikir maupun mental.
Perubahan yang terjadi itu berimplikasi pada perilaku masyarakat dalam
kehidupannya sehari-hari, berkembang hingga saat ini dan akan terus mengalami
perubahan seiring dengan perkembangan zaman.
Perubahan-perubahan yang dialami oleh setiap individu terhadap hubungan
dengan sesamanya dalam suatu sistem sosial, baik pola pikir, tingkah laku, ataupun
perubahan posisi dan fungsi sosial mereka dalam suatu struktur sosial merupakan
salah satu wujud dari perubahan sosial. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
perubahan sosial selalu ditandai oleh adanya hubungan antara setiap individu dengan
kelompoknya, atau antara individu dengan kelompok lain yang ada disekitarnya.
Psikologi komunitas didasarkan pada kepedulian terhadap hubungan antara
sistem sosial dan serta kesejahteraan individu dalam konteks komunitas. Para
psikolog komunitas berkutat dengan serangkaian masalah kesehatan mental dan sosial
melalui riset dan intervensi pada bidang publik dan pribadi pada lingkungan
komunitas. Seorang psikolog komunitas mungkin akan menemukan dirinya
melakukan banyak peranan dalam rentang latar belakang yang luas dan area yang
substantif. Mereka mencoba mencegah masalah bahkan sebelum dimulai, berfokus
pada masalah secara simultan, peduli pada isu peraturan sosial dan kontrol, dengan
meningkatkan karakteristik positif dan kemampuan untuk mengatasi grup sosial
minoritas, anak – anak, dan kalangan lanjut usia.
Karena itulah perubahan sosial dalam psikologi komunitas sangat
berhubungan dengan erat. Orang – orang terlibat dan berpartisipasi dalam perubahan
sosial lebih dari sebelumnya pada masa sekarang ini. Kedua kekuatan elite dan
psikolog komunitas memiliki peran yang melibatkan perubahan struktur sosial dalam
komunitas dan grup. Psikolog komunitas bisa beroperasi sebagai agen perubahan
sosial yang efektif, namun mereka harus lebih waspada, memiliki kemampuan dan
mampu menanggung kemungkinan efek dari perancangan sosial yang dibuat oleh
pihak yang terancam oleh perubahan. Berdasarkan uraian penjelasan ini, selain guna
memenuhi tugas psikologi komunitas, pnulis ingin membahas lebih jauh tentang
komunitas dan perubahan sosial.

1.2 Rumusan Masalah


Topik yang penulis bahas pada makalah ini perlu diberikan rumusan masalah
agar lebih memudahkan dan tidak terjadi kesalah pahaman dalam menjawab
permasalahannya. Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis berikan ada
beberapa rumusanan sebagai pertanyaan dalam makalah ini. Berikut rumusan
masalah dari makalah ini.
A. Apa definisi Komunitas
B. Apa ciri ciri Komunitas
C. Bagaimana konsep Komunitas
D. Apa saja bentuk-bentuk Komunitas
E. Apa definisi Perubahan Sosial
F. Apa saja bentuk-bentuk Perubahan Sosial
G. Apa saja faktor pendorong dan penghambat Perubahan Sosial
H. Bagaimana individu sebagai agen perubahan
I. Apa itu sense of comunity

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari makalah ini bersesuaian dengan rumusan masalah yang telah
disampaikan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mempermudah melakukan penulisan
berdasarkan masalah yang akan dibahas. Berikut tujuan dari permasalahan dalam
makalah ini.
A. Memberikan pemahaman tentang definisi Komunitas
B. Menjelaskan ciri ciri Komunitas
C. Menjelaskan konsep Komunitas
D. Menjelaskan bentuk bentuk Komunitas
E. Memberikan pemahaman tentang definisi Perubahan Sosial
F. Menjelaskan bentuk bentuk Perubahan Sosial
G. Menjelaskan faktor pendorong dan penghambat Perubahan Sosial
H. Menjelaskan individu sebagai agen perubahan
I. Memberikan pemahaman tentang sense of community
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Komunitas


Komunitas merupakan kelompok sosial dari berbagai organisme dengan
bermacam-macam lingkungan, pada dasarnya mempunyai habitat serta ketertarikan
atau kesukaan yang sama. Di dalam komunitas, individu-individu di dalamnya
mempunyai kepercayaan, kebutuhan resiko, sumber daya, maksud, preferensi dan
berbagai hal yang serupa atau sama. Menurut Kertajaya Hermawan (2008),
komunitasiiadalahiisekelompok manusia yang memiliki rasa peduli satu sama lain
lebih dari yang seharusnya. Dapat diartikaniibahwa komunitas adalahiikelompok
orang yang saling mendukung dan saling membantu antara satu sama lain.
Menurut Muzafer Sherif di dalam buku Dinamika Kelompok (2009:36),
Kelompok sosial adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu
yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teraratur, sehingga di
antara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, dan norma-norma
tertentu. Komunitas juga suatu sistem sosial yang meliputi sejumlah struktur sosial
yang tidak terlembagakan dalam bentuk kelompok atau organisasi dalam
pemenuhannya melalui hubungan kerjasama struktural, komunitas dapat berdiri
sendiri dalam hubungannya dengan fungsi-fungsi yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga sosial yang lebih besar.
Sebuah komunitas merupakan “Sekumpulan individu yang mendiami
lingkungan tertentu serta terkait dengan kepentingan yang sama” (Iriantara, 2004:
22). Maka sebuah komunitas merupakan sebagian kecil dari wadah yang bernama
organisasi, dapat di katagorikan bahwa komunitas tidak jauh berbeda dengan sebuah
organisasi yang dimana di dalamnya terdapat kebebasan dan hak manusia dalam
kehidupan sosial untuk berserikat, berkumpul, berkelompok serta mengeluarkan
pendapat. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013
tentang “ Organisasi Kemasyarakatan” mengatakan bahwa: Organisasi yang didirikan
dan dibentuk oleh masyarakat secara sekarela berdasarkan kesamaan aspirasi,
kehendak, kebutuhan, kepentingan, kegiatan, dan tujuan untuk berpartisipasi dalam
pembangun demi terapainya tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.2 Ciri ciri Komunitas


Dari buku Dinamika Kelompok karya Santosa (2009:37), ciri-ciri komunitas
menurut Muzafer Sherif adalah sebagai berikut:
a Adanya dorongan/motif yang sama pada setiap individu sehingga terjadi
interaksi sosial sesamanya dan tertuju dalam tujuan bersama.
b Adanya reaksi dan kecakapan yang berbeda di antara individu satu dengan
yang lain akibat terjadinya interaksi sosial.
c Adanya pembentukan dan penegasan struktur kelompok yang jelas, terdiri
dari peranan dan kedudukan yang berkembang dengan sendirinya dalam
rangka mencapai tujuan bersama.
d Adanya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku
anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok
dalam merealisasi tujuan kelompok.

2.3 Konsep Komunitas


Menurut Montagu dan Matson dalam Ambar Sulistiyani, terdapat sembilan
konsep komunitas yang baik dan empat kompetensi masyarakat, yakni:
a Setiap anggota komunitas berinteraksi berdasar hubungan pribadi dan
hubungan kelompok
b Komunitas memiliki kewenangan dan kemampuan mengelola kepentingannya
secara bertanggungjawab
c Memiliki vialibitas, yaitu kemampuan memecahkan masalah sendiri
d Pemerataan distribusi kekuasaan
e Setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi demi
kepentingan bersama
f Komunitas memberi makna pada anggota
g Adanya heterogenitas dan beda pendapat
h Pelayanan masyarakat ditempatkan sedekat dan secepat kepada yang
berkepentingan
i Adanya konflik dan managing conflict.
Kemudian untuk melengkapi sebuah komunitas yang baik perlu ditambahkan
kompetensi sebagai berikut:
a Kemampuan mengidentifikasi masalah dan kebutuhan komunitas
b Menentukan tujuan yang hendak dicapai dan skala prioritas
c Kemampuan menemukan dan menyepakati cara dan alat mencapai tujuan
d Kemampuan bekerjasama secara rasional dalam mencapai tujuan

2.4 Bentuk-bentuk Komunitas atau Paguyuban


Dalam kaitan komunitas yang diartikan sebagai paguyuban atau gemeinschaft,
paguyuban dimaknai sebagai suatu bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya
diikat oleh hubungan batin yang murni, alamiah, dan kekal, biasanya dijumpai dalam
keluarga, kelompok kekerabatan, rukun tetangga, rukun warga dan lain sebagainya.
Ciri-ciri gemeinschaft menurut Tonnies dalam Soerjono yaitu hubungan yang intim,
privat dan eksklusif.
Tipe gemeinschaft sendiri ada tiga yaitu:
a. Gemeinschaft by blood, hubungannya didasarkan pada ikatan darah atau
keturunan
b. Gemeinschaft of place, hubungannya didasarkan pada kedekatan tempat
tinggal atau kesamaan lokasi
c. Gemeinschaft of mind, hubungannya didasarkan pada kesamaan ideologi
meskipun tidak memiliki ikatan darah maupun tempat tinggal yang
berdekatan.
Menurut Mac Iver dalam Mansyur, keberadaan communal code (keberagam
aturan dalam kelompok) mengakibatkan komunitas terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Primary group, hubungan antar anggota komunitas lebih intim dalam jumlah
anggota terbatas dan berlangsung dalam jangka waktu relative lama. Contoh:
keluarga, suami-istri, pertemanan, guru-murid, dan lain-lain.
b. Secondary group, hubungan antar anggota tidak intim dalam jumlah anggota
yang banyak dan dalam jangka waktu relatif singkat. Contoh: perkumpulan
profesi, atasan-bawahan, perkumpulan minat/hobi, dan lain-lain.

2.5 Definisi Perubahan Sosial


Menurut Kingsley Davis, perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi
pada struktur dan fungsi dalam masyarakat. Misalnya, mencakup organisasi-
organisasi buruh dalam masyarakat kapitalis modern, menyebabkan perubahan dalam
hubungan antara buruh dan majikan, yang selanjutnya menyebabkan perubahan-
perubahan dalam organisasi ekonomi dan politik. Sedangkan Selo
Soemardjan memberi penegasan bahwa perubahan–perubahan pada lembaga–
lembaga yang ada di dalam suatu masyarakat akan turut memberi pengaruh kepada
sistem sosial termasuk nilai, sikap dan pola perilaku yang ada diantara kelompok
masyarakat.
Samuel Koening Mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan modifikasi-
modifikasi atau penyesuaian-penyesuaian yang terjadi dalam pola-pola kehidupan
manusia. Modifikasi tersebut terjadi karena adanya sebab-sebab yang berasal dari
dalam lingkungan masyarakat itu sendiri (intern) maupun sebab-sebab yang berasal
dari luar (ekstern). Selain itu Gillin dan Gillin Mengatakan bahwa perubahan sosial
adalah suatu variasi dari cita-cita hidup, yang disebabkan oleh faktor perubahan-
perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi,
maupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat
tersebut.
Dari berbagai pengertian tentang Perubahan sosial yang disebutkan oleh para
ahli, dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial merupakan suatu proses perubahan,
modifikasi, atau penyesuaian-penyesuaian yang terjadi dalam pola hidup masyarakat,
yang mencakup nilai-nilai budaya, pola perilaku kelompok masyarakat, hubungan-
hubungan sosial ekonomi, serta kelembagaan-kelembagaan masyarakat, baik dalam
aspek kehidupan material maupun nonmateri.
Proses dinamika atau perubahan sosial pada dasarnya dapat dianalisis atau
diamati lebih dalam. Untuk menganalisis proses-proses dinamika serta perubahan
masyarakat dan kebudayaan, maka diperlukan pemahaman dalam konsep-
konsepperubahan sosial itu sendiri yang meliputi internalisasi Konsep-konsep
perubahan sosial tersebut memiliki pengertian seperti berikut:
a Internalisasi, yaitu proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia
hampirmeninggal. Dalam proses ini, seorang individu belajar untuk
menanamkan segala perasaan, hasrat, nafsu, dan emosi yang diperlukan
selama hidupdalam kepribadiannya.
b Sosialisasi, proses yang dilalui seseorang sejak masa kanak-kanak hingga
masa tuanya, dimana proses itu bertujuan untuk mempelajari pola-pola
tindakan dan juga untuk berinteraksi dengan berbagai macam individu di
sekelilingnya, serta agar individu tersebut bisa menempati posisi danperan
sosial tertentu dalam masyarakat.
c Enkulturasi, yaitu proses seorang individu dalam mempelajari dan
menyesuaikanpikiran serta sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma, dan
peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses ini sudah
dimulai sejak kecil di dalam lingkungan keluarga dan teman sepermainan atau
disekolah. Seorang individu seringkali belajar dengan meniru berbagai
tindakan, kemudian dari tindakan tersebut diinternalisasi (termasuk) dalam
kepribadiannya. Dengan berkali-kali meniru, tindakannya menjadisuatu pola
yang mantap dan norma yang mengatur tindakannya atau menjadi tindakan
berbudaya.
d Difusi, yaitu suatu proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dan sejarah
hingga ke seluruh dunia. proses penyebaran ini juga setara denganpenyebaran
dan migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi
e Akulturasi, yaitu proses sosial yang timbul ketika seorang individu/
masyarakat bertemusuatu kebudayaan tertentu dengan unsur-unsur dari suatu
kebudayaan asingdan kemudian unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun
diterima dandiolah ke dalam kebudayaan itu sendiri tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian budaya tersebut. Secara sederhana, akulturasi dipahami
sebagai bentuk percampuran kebudayaan asing dan lokal, dengan
masihmempertahankan unsur kepribadian budaya lokal.
f Inovasi atau penemuan, yaitu suatu proses pembaruan dari penggunaan
sumber-sumber alam, energi,dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan
penggunaan teknologi baru yang kesemua hal tersebut akan menyebabkan
adanya sistem produksi, dandibuatnya produk-produk yang baru. Inovasi
biasanya berkaitan denganpembaruan kebudayaan yang khusus mengenai
unsur teknologi dan ekonomi

2.6 Bentuk bentuk Perubahan Sosial


Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat di bedakan atas
beberapa bentuk yaitu sebagai berikut:
a Perubahan Evolusi Dan Perubahan revolusi
Yang dimaksud dengan perubahan evolusioner adalah perubahan yang
membutuhkan waktu yang cukup lambat dan tanpa ada kehendak tertentu dari
masyarakat yang bersangkutan. Perubahan ini berlangsung mengikuti
perkembangan masyarakat, yaitu sejalan dengan usaha masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan kata lain perubahan itu terjadi
karena dorongan dari usaha-usaha masyarakat dalam rangka menyesuaikan
diri terhadap kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada
waktu tertentu. Sedangkan perubahan yang bersifat revolusi adalah perubahan
yang berlangsung dengan dan tidak ada kehendak atau perencanaan
sebelumnya. Secara sosiologi perubahan revolusi adalah perubahan yang
terjadi pada elemen masyarakat atau lembaga masyarakat belangsung cukup
cepat
b Perubahan yang di rencanakan dan Perubahan yang tidak di rencanakan
Perubahan yang di rencanakan adalah perubahan-perubahan terbadap
lembaga-lembaga masyarakat yang di dasarkan pada perencanaan yang
dimatangkan oleh pihak-pihak yang menginginkan perubahan. Perubahan
yang di rencanakan selalu di bawah pengendalian atau pengawasan.
Perubahan tidak hanya terjadi pada lembaga kemasyarakatan tertentu, tetapi
juga diarahkan pada perubahan dewan komunitas yang lain. Perubahan yang
di rencanakan paling bagus pada masyakat yang sebelumnya belum pernah
mengadakan perubahan dan ingin berubah. Sedangkan perubahan tidak di
rencanakan adalah perubahan yang berlangsung di luar perencanaan atau
pengawasan masyarakat. Perubahan keengganan ini lebih cenderung
menyebabkan konflik-konflik yang merugikan kehidupan orang yang
bersangkutan. Dalam kondisi yang demikian angota masyarakat pada
umumnya lebih sulit diinstruksikan untuk melakukan perubahan - perubahan,
kekecewaan mereka yang mendalam.

2.7 Faktor Pendorong dan Penghambat Perubahan Sosial

a Faktor Pendorong Perubahan


Proses perubahan sosial dalam psikologi komunitas akan berlangsung dengan
baik apabila mendapatkan faktor – faktor yang mendukung kemajuannya. Faktor –
faktor yang turut menyumbang kepada kemajuan proses perubahan antara lain:

1) Adanya kontak dengan kebudayaan lain


2) Kemajuan sistem pendidikan
3) Penghargaan akan hasil karya seseorang dan juga timbulnya keinginan
untuk maju
4) Adanya toleransi pada perbuatan menyimpang dalam masyarakat
5) Sistem masyarakat terbuka
6) Heterogenitas penduduk
7) Adanya ketidak puasan masyarakat pada bidang – bidang tertentu
8) Orientasi ke masa depan
9) Nilai – nilai yang meningkatkan taraf hidup masyarakat
b Faktor Penghambat Perubahan
Sebaliknya, proses perubahan sosial dalam psikologi komunitas juga bisa
terhambat hingga menyebabkan prosesnya tidak lancar disebabkan oleh faktor –
faktor tertentu, antara lain:
1) Kekurangan jalinan hubungan dengan masyarakat lain
2) Terlambatnya perkembangan ilmu pengetahuan
3) Masyarakat yang bersikap tradisional
4) Adanya kepentingan yang sangat kuat tertanam diantara masyarakat
(vested interest)
5) Ketakutan bahwa integrasi kebudayaan akan goyah
6) Prasangka terhadap hal – hal yang asing atau baru
7) Hambatan pada perbedaan ideologis, kebiasaan dan nilai – nilai.

2.8 Individu sebagai agen perubahan


Mengenai perubahan sosial dalam kehidupan masyarakat, diibaratkan seperti
mendapatkan hukum karma yang biasa diistilahkan dalam masyarakat. Di satu sisi,
individu merupakan salah satu target perubahan sosial atau di sini lain bertindak
sebagai agen perubahan sosial yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Individu
merencanakan, menciptakan, dan mengembangkan ide atau gagasan dalam meraih
prestasi yang semata-mata untuk mencapai tujuan individu tersebut. Pada pandangan
Weber, bahwa manusia makhluk yang mampu untuk berkarya serta siap
mengembangkan pemikirannya. Perubahan sosial didasarkan pada asumsi bahwa
individu mengalami perubahan dan mempengaruhi segala tatanan sosial baik secara
kelompok atau organisasi. Artinya, individu semata-mata tidak menguntungkan
dirinya sendiri melainkan ada tujuan yang besar dalam rangka meraih keuntungan
kelompok atau organisasi untuk meningkatkan hubungan atas tindakannya. Selain itu,
individu yang merupakan sebagai target perubahan pasti memerlukan waktu luang
yang tidak sebentar melainkan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
mengarahkan serta mencerahkan sistem, struktur atau tatanan yang berkembang
dalam aktivitas kehidupan masyarakat sehari-hari.
2.9 Sense of Community

Menurut McMillan & Chavis (1986) Sense of Community adalah perasaan


dimana sekelompok orang merasa saling memiliki, dan merasa saling
ketergantungan satu sama lain, dan percaya bahwa kebutuhan mereka akan
terpenuhi melalui komitmen kebersamaan.
Lebih lanjut McMillan dan Chavis (1986) menjelaskan bahwa Sense of
Community memiliki empat elemen, yaitu:
a. Membership
Merupakan perasaan memiliki dan menjadi bagian dari grup. Tentang
memaknai bagaimana rasanya berada dalam suatu tatanan. Apa yang
boleh dan tidak boleh. Apa hak dan kewajibannya.
b. Influence
Merupakan konsep dua arah dari ketertarikan dan pengaruh dari seorang
terhadap kelompok dan sebaliknya. Perasaan dihargai ketika dapat
memberi pengaruh dan perasaan terekskalasi ketika diberi pemahaman
akan meningkatkan keeratan individu tersebut terhadap komunitasnya.
Tentang sejauh apa kita dapat memberi dan seberapa besar kita dapat
menerima untuk selanjutnya dapat diturunkan lagi sehingga akan muncul
suatu siklus.
c. Integration and Fulfilment of Needs
Perasaan dimana kebutuhan para anggotanya akan terpenuhi dari sumber-
sumber yang diterima melalui keanggotaan grup. Dimensi ini
disederhanakan dengan sebuah kata “reinforcement” atau penguatan.
Reinforcement dan kebutuhan untuk pemenuhan adalah fungsi primer
dari sebuah tatanan yang kuat. Hal ini merupakan bergaining yang
dimiliki sebuah tatanan agar anggotanya tetap solid. Terdapat begitu
banyak kebutuhan yang tidak bisa dideskripsikan, dapat terpenuhi saat
seseorang berada dalam sebuah komunitas karena pemenuhan kebutuhan
tersebut berasal dari nilai yang dimiliki individu lain dalam tatanan
tersebut. Komunitas yang kuat akan mempertemukan orang-orang yang
memiliki kebutuhan dan mereka saling memenuhi kebutuhan mereka satu
sama lain.
d. Shared Emotional Connection
Perasaan akan suatu hubungan, berbagi cerita, dan ‘semangat’ akan
tatanan tersebut. Tentang seberapa intens dan berkualitasnya interaksi
yang ada di dalam suatu tatanan. Interaksi di sini tidak terbatas pada
ruang lingkup tatanan tersebut, bisa jauh lebih intim. Keintiman obrolan
akan memunculkan keterikatan antar satu dengan yang lain. Lewat
interaksi formal dan non-formal ini lah yang akan memunculkan rasa.
BAB III
SIMPULAN
Pendekatan komunitas pada intinya tidak menempatkan atau menekankan
pada gangguan yang terjadi pada individu dan tidak menyalahkan lingkungan
sepenuhnya, namun menekankan fokus kepada interaksi orang – orang dengan
lingkungannya. Tujuannya untuk mengurangi masalah pada individu dan
memberdayakan individu serta kelompoknya agar dapat lebih menyesuaikan diri
dengan situasi. Disitulah pentingnya aspek perubahan sosial dalam psikologi
komunitas. Peranan nyata dari psikologi komunitas antara lain untuk melakukan
penelitian yang tujuannya untuk mengidentifikasi masalah komunitas dan
menganalisanya, membuat pola – pola untuk pelayanan sosial, mengevaluasi program
sosial tertentu, meneliti sikap masyarakat, dan berpartisipasi aktif dalam program
sosial pengembangan masyarakat dengan merancang lingkungan sosial yang akan
meminimalkan kesulitan penyesuaian diri.
DAFTAR PUSTAKA

Cholil Mansyur, (1987). Sosiologi Masyarakat Desa dan Kota. Surabaya: Usaha
Nasional

Soerjono Soekanto, (1983). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press

Etzioni, Eva and Amiatai Etzioni (1967). Social Change: Sources, Pattern, and
Consequences. New York: Basic Books, Inc, Publishers.

Hoselitz, Bert FR.., and Wilbert E Moore (1963). Industrialization and Society.
Unecso Mouton.

Soekanto, Soerjono (i987). Sosiologi, suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit CV


Rajawali.

Suwarsono, dan Alvin Y. (1991). Perubahan Sosial dan Pembangunan di Indonesia.


Jakarta: LP3S.

Taneko, Soleman B. (1993). Struktur dan Proses Sosial. (Cetakan II). Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.

McMillan, D.W., & Chavis, D.M. (1986). Sense of community: A definition and
theory. American Journal of Community Psychology

Anda mungkin juga menyukai