TIM PENYUSUN :
Puji syukur tim penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dalam makalah ini kami akan membahas materi yang berjudul “ILMU
Tim Penyusun,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah................................................................ 2
1.3. Tujuan...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
2.1. Pengantar Morfologi............................................................... 3
2.2. Definisi Morfologi.................................................................... 3
2.3. Pengertian Morfologi.............................................................. 4
2.4. Pengertian Kata....................................................................... 6
2.5. Kedudukan Morfologi Dalam Bidang Linguistik ............... 8
2.6. Tipologi Bahasa Jepang.......................................................... 10
2.7. Tipologi Morfologi.................................................................. 11
2.8. Proses Morfologi...................................................................... 12
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.................................................................................... 16
B. Saran........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Dari kutipan tersebut diketahui bahwa morfologi merupakan salah satu cabang
dari ilmu linguistik yang membahas tentang bagaimana kata itu dibentuk dari
bagian-bagiannya sehingga terjadi proses morfologis, yaitu dibentuk dari morfem-
morfem sehingga membentuk sebuah kata.
1
2
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi tentang ilmu morfologi dalam Bahasa Jepang.
2. Mengetahui tentang kajian-kajian ilmu morfologi dalam Bahasa Jepang.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
Dalam ilmu linguistik, terdapat pembagian objek kajian yang dibagi menjadi
dua kelompok yaitu mikrolinguistik dan makrolinguistik. Mikrolinguistik
mempelajari bahasa secara internal (sistem bahasa itu sendiri). Sedangkan,
makrolinguistik mempelajari bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor
eksternal (di luar sistem bahasa). Seperti halnya menjelaskan mengenai penerapan
linguistik untuk tujuan praktis.
Dari pembagian di atas, bahasa merupakan objek yang dapat diteliti lebih
lanjut. Mengingat dalam kehidupan sehari-hari bahasa selalu digunakan untuk
berkomunikasi. Sebelum melakukan komunikasi, tentunya individu harus
mengetahui hal mendasar yang menunjang seperti mengetahui kosakata dalam
suatu bahasa terlebih dahulu.
(Morfologi, 2009: 1)
形態論は語形の分析が中心となる。
Ketairon wa gokei no bunseki ga chuusin to naru.
‘Morfologi adalah suatu bidang ilmu yang meneliti pembentukan kata.’
6
Jika dalam bahasa Jepang sendiri istilah morfologi dikenal dengan sebutan
keitairon (形態論). Objek yang dibahas dalam morfologi seputar kata atau tango (
単 語 ), morfem atau keitaso ( 形 態 素 ), dan proses pembentukan kata atau
gokeisei ( 語形成 ). Kata atau tango merupakan bentuk bebas yang paling kecil,
yaitu kesatuan terkecil yang dapat diucapkan secara berdiri sendiri (Bloomfield,
1933: 178 dalam Sunarni dan Johana, 2010: 21). Lalu, morfem merupakan unsur
terkecil yang termasuk bagian dari kata. Kedua objek tersebut baik kata maupun
morfem merupakan satu-kesatuan yang saling berkaitan dalam morfologi.
Kata merupakan bagian paling kecil apabila terdapat dalam suatu kalimat.
Sebuah kata dapat diuraikan menjadi bagian yang kecil lagi disebut dengan
morfem. Sutedi (2008: 42) berpendapat bahwa morfem merupakan satuan bahasa
terkecil yang memiliki makna dan tidak bisa dipecahkan lagi. Dalam bahasa
Jepang, kata dikenal dengan istilah tango ( 単 語 ) dan morfem disebut dengan
keitaiso ( 形態素 ). Kedua kajian tersebut saling berkaitan karena kata terbentuk
dari morfem dan kumpulan morfem dapat membentuk sebuah kata.
Seperti contohnya kata daigaku (大学) yang dapat dipecahkan lagi menjadi
satuan yang lebih kecil. Secara makna, daigaku memiliki arti ‘universitas’. Kata
tersebut terdiri dari dua huruf kanji yaitu dai ( 大 ) dan gaku ( 学 ). Keduanya
merupakan satuan paling kecil yang tidak dapat dipecahkan lagi yang
mengandung makna. Maka kedua itulah yang disebut dengan morfem. Jika
diartikan secara leksikal morfem dai (大) artinya ‘besar’ dan gaku (学) artinya
‘belajar/ ilmu’ yang membentuk satu kata daigaku.
Dapat disimpulkan kata merupakan unsur yang bebas dan memiliki makna.
Rangkaian beberapa morfem yang membentuk suatu kata dapat terjadi melalui
proses penggabungan, pengulangan, kombinasi, dan sebagainya. Oleh karena itu,
Sunarni dan Johana (2010: 21) berpendapat dari proses tersebut kata akan
berwujud menjadi kata tunggal (kata yang terbentuk dari satu unsur) dan kata
kompleks atau turunan (kata yang terbentuk dari beberapa unsur pembentuknya).
8
Sutedi (2003:43) juga mengatakan kata yang bisa berdiri sendiri dan bisa
menjadi suatu kalimat tunggal disebut morfem bebas. Sedangkan kata yang tidak
bisa berdiri sendiri dinamakan morfem terikat. Menariknya dalam bahasa Jepang,
lebih banyak morfem terikatnya daripada morfem bebasnya. Ada beberapa istilah
yang berhubungan dengan morfologi bahasa Jepang, diantaranya morfem
(keitaiso), Sutedi (2003: 44-45) berpendapat, dalam bahasa Jepang, selain
terdapat morfem bebas dan morfem terikat, morfem bahasa Jepang juga dibagi
menjadi dua, yaitu morfem isi dan morfem fungsi.
Morfem isi 内 容 形 態 素 naiyoukeitaiso adalah morfem yang menunjukkan
makna aslinya. Seperti: nomina, adverbia, dan gokan dari verba atau adjektiva.
Sedangkan morfem fungsi 機 能 形 態 素 kinoukeitaiso adalah morfem morfem
yang menunjukan fungsi gramatikalnya, seperti partikel, gobi dari verba atau
adjektiva, kopula dan morfem pengekpresi kala
(jiseikeitaiso).
9
3. Karikomi/shouryaku
Merupakan akronim yang berupa suku kata (silabis) dari kosakata aslinya.
Misalnya:
terebishon = terebi : televise
4. Toujigo
Merupakan singkatan huruf pertama yang dituangkan dalam huruf
Alfabet. Misalnya: Nippon Housou Kyoukai = NHK : radio TV Jepang.
Kata yang mengalami perubahan bentuk dalam bahasa Jepang disebut
yougen, sedangkan kata yang tidak mengalami perubahan bentuk disebut
taigen.
Bahasa Jepang dapat dikatakan sebagai bahasa yang kaya dengan huruf tetapi
miskin dengan bunyi, karena hanya memiliki lima buah vokal dan beberapa buah
konsonan yang diikuti vokal tersebut dalam bentuk suku kata terbuka. Jumlah suku
kata (termasuk bunyi vokal) dalam bahasa Jepang hanya 102 buah, tidak ada suku
kata tertutup atau yang diakhiri dengan konsonan kecuali bunyi [N].
Untuk menyampaikan bunyi yang jumlahnya terbatas tadi (102 bunyi)
digunakan empat macam huruf, yaitu: 1. Huruf Hiragana; 2. Huruf Katakana. 3.
Huruf Kanji dan 4. Huruf Romaji. Huruf Hiragana dan Katakana sering disebut
juga huruf Kana. Hiragana digunakan untuk menulis kosakata bahasa Jepang asli,
apakah secara utuh atau digabungkan dengan huruf Kanji. Huruf Katakana
digunakan untuk menulis kata serapan dari bahasa asing (selain bahasa Cina).
Jumlah huruf Hiragana dan Katakana masing-masing 46 huruf dan dikembangkan
dengan menambahkan tanda tertentu sehingga dapat membentuk bunyi lainnya
yang jumlahnya masing-masing menjadi 56 bunyi.
Huruf-huruf tersebut berbentuk suku kata, sehingga bunyi total bahasa Jepang
kurang lebih hanya 102 suku kata. Huruf Kanji berasal dari Cina, yang jumlahnya
cukup banyak. Huruf Kanji yaitu huruf yang merupakan lambang, ada yang berdiri
sendiri,ada juga yang digabung dengan huruf Kanji lainnya atau diikuti dengan
11
huruf Hiragana. Huruf Kanji dalam bahasa Jepang ada dua macam cara
membacanya, yaitu: (1) ala Jepang (kun-yomi) dan (2) ala Cina (on-yomi).
Sedangkan huruf terakhir adalah Romaji atau huruf Alfabet (latin). (Sutedi,
2003 : 7-9).
Gengogaku (Linguistik)
Makro Linguistik Mikro Linguistik
Imiron Keitairon
Tougoron Onseigaku
(Makna) (Morfologi
(Sintaksis) (Fonetik-Fonologi)
)
On-inron Goyouron
(Semanti
k) (Pragmati
k)
dinyatakan dan bergantung pada urutan kata, sedangkan bentuk katanya tidak
ada hanya karena perbedaan nada. Dan kata-katanya sering terdiri dari satu
morfem
tipe ini, pembentukan kata dapat dilakukan dengan afiksasi (pembentukan kata
4. Bahasa fleksi, yaitu bahasa yang hubungan gramatikalnya tidak dinyatakan dengan
urutan kata, tetapi dinyatakan dengan infleksi. Bahasa yang bertipe fleksi struktur
katanya terbentuk oleh perubahan bentuk kata. Ada dua macam perubahan bentuk
kata dalam bahasa tipe ini, yaitu dengan deklinasi dan konjugasi. Deklinasi adalah
perubahan bentuk kata yang disebabkan oleh jenis, jumlah, dan kasus. Konjugasi
adalah perubahan bentuk kata yang disebabkan oleh perubahan persona, jumlah,
dan kala.
morfem-morfem itu melalui suatu proses yang disebut proses morfologik atau
morfemik. Jadi, proses morfologi adalah proses terbentuknya kata dari morfem-morfem.
1. Derivasi
13
menurunkan kata atau unsur leksikal yang lain dari kata atau unsur leksikal tertentu.
Derivasi menghasilkan kata baru dari suatu kata dasar, yang kadang-kadang
2. Afiksasi
Dalam proses ini leksem berubah menjadi kata kompleks. Dengan kata lain,
afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Proses
ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula derivatif. Dilihat pada posisi melekatnya
pada bentuk dasar biasanya dibedakan adanya prefiks, infiks, sufiks, konfiks,
interfiks, dan transfiks. Di samping itu masih ada istilah ambifiks dan sirkumfiks.
a. Prefiks
Prefiks dalam bahasa jepang disebut dengan settouji. Koizumi (1993 : 95)
mengatakan settouji atau prefiks yaitu imbuhan yang ditambahkan di depan kata
dasar atau gokan. Bahasa Jepang memiliki ragam hormat yang disebut dengan keigo.
Keigo adalah kata-kata yang sesuai digunakan pada suatu pembicaraan untuk
menunjukan rasa hormat kepada lawan bicara pernyataan bentuk hormat ditentukan
oleh pilihan kosa kata dan sangat terbatas oleh pembentukan kata dngan proses
b. Sufiks
14
mengatakan setsubiji atau akhiran yaitu imbuhan yang ditambahkan dibelakang kata
c. Infiks
Dalam bahasa Jepang infiks disebut dengan setsuchuji. Koizumi (1993 : 95)
mengatakan setsuchuji adalah imbuhan yang disisipkan ke dalam atau ke tengah akar
d. Kombinasi Afik
Kombinasi afiks adalah kombinasi dari dua afiks atau lebih yang dilekatkan
pada dasar kata, oleh karena verba bahasa Jepang adalah polimorfemik, maka proses
afiksasi dengan kombinasi afiks pada proses kedua akan melekat pada morfem
jadian.
e. Partikel Afiks
Partikel afiks ialah satuan terkecil yang diletakan pada penanda akhir dan
3. Reduplikasi
Dalam proses ini leksem berubah menjadi kata kompleks dengan beberapa
sebagian (parsial), maupun dengan perubahan buyi. Oleh karena itu, lazim dibedakan
adanya reduplikasi penuh, seperti meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian,
seperti lelaki (dari dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti
bolak-balik (dari dasar balik). Selain itu, ada juga yang dinamakan dengan
15
reduplikasi semu, seperti mondar-mandir, yaitu sejenis bentuk kata yang tampaknya
sebagai hasil reduplikasi, tetapi tidak jelas bentuk dasarnya yang diulang.
4. Komposisi
Dalam proses ini dua leksem atau lebih berpadu dan outputnya adalah paduan
leksem atau kompositum dalam tingkat morfologi atau kata majemuk dalam tingkat
Dalam proses ini terjadi perubahan vokal-vokal pada kata, seperti kata dalam
Proses morfologis bahasa Jepang adalah apabila dua buah morfem disatukan,
setsuji’ 」 atau imbuhan kosong. Sedangkan morfem adalah potongan terkecil dari
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
Adapun saran yang dapat kami sampaikan yaitu kita sebagai calon pendidik,
harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara menggali potensi
tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan cara mempelajari makalah ini.
Aamiin.
16
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga).
Sunarni, Nani dan Jonjon Johana. 2010. Morfologi Bahasa Jepang: Sebuah
Pengantar. Bandung: Sastra Unpad Press.
17