Anda di halaman 1dari 20

Dibuat sebagai tugas kelompok Mata Kuliah Bunpou Riron

ILMU MORFOLOGI / KEITAIRON (形態論)

TIM PENYUSUN :

NAMA : Wawan Agung Gumelar(12117069)


: Bella Vanessa (12117001)
: Adelia Rahma (12117024)
: Naufal Rizaldi (12117131)
: Aam Aminah (12117094)
: Dhika Fadilah (12117059)
: Adena Umar Alqoimu A (12117107)
PRODI : SASTRA JEPANG
DOSEN PEMBIMBING : Aulia Arifbillah A, S.S., M.Hum.

SEKOLAH TINGGI ILMU BAHASA ASING (STIBA) INVADA


CIREBON

Jl.Bridgen Darsono No.20, Kertawinangun, Kedawung, Cirebon, Jawa Barat


45153
KATA PENGANTAR

Puji syukur tim penyusun panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Dalam makalah ini kami akan membahas materi yang berjudul “ILMU

MORFOLOGI / KEITAIRON (形態論)”.


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan
wawasan kepada pembaca mengenai definisi dan kajian-kajian ilmu morfologi dalam
Bahasa Jepang.
Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang
dimiliki tim penyusun dan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun
demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang
dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik. Untuk itu kritik dan saran dari semua
pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Harapan tim penyusun, makalah ini dapat menjadi bahan pembelajaran di
kelas dan dapat memudahkan mahasiswa dalam memahami materi tentang morfologi
beserta kajiannya dalam bahasa Jepang. Semoga dapat bermanfaat untuk semua
pembaca khususnya bagi pembelajar bahasa Jepang.

Cirebon, 19 Juni 2020

Tim Penyusun,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah................................................................ 2
1.3. Tujuan...................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ 3
2.1. Pengantar Morfologi............................................................... 3
2.2. Definisi Morfologi.................................................................... 3
2.3. Pengertian Morfologi.............................................................. 4
2.4. Pengertian Kata....................................................................... 6
2.5. Kedudukan Morfologi Dalam Bidang Linguistik ............... 8
2.6. Tipologi Bahasa Jepang.......................................................... 10
2.7. Tipologi Morfologi.................................................................. 11
2.8. Proses Morfologi...................................................................... 12
BAB III PENUTUP
A. Simpulan.................................................................................... 16
B. Saran........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 


Bahasa memiliki keterikatan terhadap manusia sebagai penggunanya. Dalam
penggunaan bahasa, berbeda maksud dan pikiran oleh penutur, maka berbeda
pula bentuk dan tata bahasa yang digunakan dalam menyampaikan maksud dan
pikiran tersebut kepada lawan bicara.
Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada
seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis, orang tersebut bisa
menangkap apa yang kita maksud, tidak lain karena dia memahami makna (imi)
yang dituangkan melalui bahasa tersebut. (Sutedi, 2003 : 2). Untuk dapat
mengerti makna dari bahasa tersebut, maka dibutuhkan bahasa yang sama-sama
di mengerti oleh penutur maupun pendengar.
Morfologi merupakan salah satu kajian ilmu dalam lingustik selain fonologi,
sintaksis, dan semantik. Dalam morfologi dipelajari bagaimana kata dibentuk serta
perubahan bentuk-bentuk kata, sehingga pembicaraan morfologi tidak keluar dari
batas kata.
Morfologi dalam bahasa Jepang disebut keitairon, menurut Nomura (1992:56)
adalah :
文法論の一部門。形態素語を対象とし、主としてそれらの形態化を研究する部門。
具体的には。品詞論が中心的内容になる。
Bunpooron no ichibumon. Keitaiso go o taisyou toshi, shutoshite sorera no keitaka o
kenkyuu suru bumon. Gutaiteki ni wa hinshiron ga chuushin tekinaiyou ni naru .

Dari kutipan tersebut diketahui bahwa morfologi merupakan salah satu cabang
dari ilmu linguistik yang membahas tentang bagaimana kata itu dibentuk dari
bagian-bagiannya sehingga terjadi proses morfologis, yaitu dibentuk dari morfem-
morfem sehingga membentuk sebuah kata.

1.2. Perumusan Masalah

1
2

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka kami


merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan morfologi?
2. Kajian-kajian apa saja yang terkandung dalam ilmu morfologi?

1.2. Tujuan 
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi tentang ilmu morfologi dalam Bahasa Jepang.
2. Mengetahui tentang kajian-kajian ilmu morfologi dalam Bahasa Jepang.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengantar Morfologi


Dalam linguistik bahasa Jepang ( 日 本 語 学 /Nihon go-gaku) terdapat
berbagai macam istilah untuk menyebut cabang-cabang dalam linguistik,
diantaranya adalah Fonetik (音声学‘onseigaku’), fonologi (音韻論‘on-in-ron’),
morfologi (形態論‘keitairon’), sintaksis ( 統語論 ‘tougoron’), semantik (意味論
‘imiron’), pragmatik (語用論 ‘goyouron’), sosio-linguistik (社会言語学‘shakai
gengogaku’) dan lain-lain (Dedi Sutedi, 2003 : 6) . Dalam makalah ini dibahas
secara khusus mengenai bidang morfologi (形態論 ‘keitairon’)

2.2. Definisi Morfologi


Morfologi merupakan bidang ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk
pembentukan kata. Istilah morfologi dalam bahasa Jepang disebut keitairon.
Verhaar (1984:52) berpendapat bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang
mempelajari susunan bagian kata secara gramatikal. Begitu pula Kridalaksana
(2001) yang mengemukakan bahwa morfologi, yaitu (1) bidang linguistik yang
mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; (2) bagian dari struktur bahasa
yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yaitu morfem. Sejalan dengan
pendapat tersebut, Koizumi (1993: 89) mengatakan:
形態論は語形の分析が中心となる。
Keitairon wa gokei no bunseki ga chusin to naru.
‘Morfologi adalah suatu bidang ilmu yang meneliti pembentukan kata’.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa morfologi


adalah bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara morfem yang satu
dengan morfem yang lain untuk membentuk sebuah kata. Singkatnya, morfologi
(keitairon/形態論) merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang
kata dan proses pembentukannya.
2.3 Pengertian Morfologi

3
4

Dalam ilmu linguistik, terdapat pembagian objek kajian yang dibagi menjadi
dua kelompok yaitu mikrolinguistik dan makrolinguistik. Mikrolinguistik
mempelajari bahasa secara internal (sistem bahasa itu sendiri). Sedangkan,
makrolinguistik mempelajari bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor
eksternal (di luar sistem bahasa). Seperti halnya menjelaskan mengenai penerapan
linguistik untuk tujuan praktis.

Ahmad dan Abdullah (2012: 17) mengungkapkan bahwa dalam kelompok


mikrolinguistik terdapat beberapa bidang yang dibahas diantaranya yaitu
fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi. Dari sub-sub kelompok
mikrolinguistikk tersebut, terdapat juga penggabungan bidang. Misalnya
menggabungkan morfologi dan semantik menjadi morfosemantik.

Pada kelompok makrolinguistik bidang-bidang yang dibahas mencakup


sosiolinguistik, psikolinguistik, antropolinguistik, etnolinguistik, stilistika,
filologi, dialektologi, filsafat bahasa, dan neurolinguistik. Bidangbidang ilmu
tersebut dapat bersifat teoretis maupun bersifat terapan. Pembagian bidang ilmu
dalam linguistik tersebut perlu diketahui oleh pembelajar yang mempelajari
bahasa karena menyangkut materi pembelajarannya.

Dari pembagian di atas, bahasa merupakan objek yang dapat diteliti lebih
lanjut. Mengingat dalam kehidupan sehari-hari bahasa selalu digunakan untuk
berkomunikasi. Sebelum melakukan komunikasi, tentunya individu harus
mengetahui hal mendasar yang menunjang seperti mengetahui kosakata dalam
suatu bahasa terlebih dahulu.

Kata atau kosakata (perbendaharaan kata) merupakan hal kecil yang


mendasari dalam berbahasa. Kata dibahas dalam ilmu linguistik yang masuk ke
dalam salah satu kelompok mikrolinguistik yaitu morfologi. Kata morfologi
berasal dari kata morf artinya ‘bentuk’ dan kata logi artinya ilmu. Maka secara
harfiah morfologi adalah ilmu mengenai bentuk. Dalam ilmu linguistik, morfologi
menjelaskan mengenai struktur pembentukan kata.
5

Arifin dan Junaiyah (2009: 2) mengemukakan bahwa morfologi adalah ilmu


bahasa tentang seluk-beluk bentuk kata (struktur kata). Katakata biasanya muncul
dalam rangkaian kalimat. Contohnya dalam kalimat berikut.

“Mahasiswa Fakultas Sastra, Universitas Indonesia Bersatu sedang


mempelajari macam-macam pembentukan kata”.

(Morfologi, 2009: 1)

Contoh kalimat di atas menggunakan beragam kata sebanyak sebelas buah.


Bentuk dari sebelas kata tersebut tidak sama, ada tergolong kata dasar yaitu kata
mahasiswa, fakultas, sastra, universitas, Indonesia, sedang dan kata. Kata-kata
tersebut masing-masing terdiri dari satu morfem. Berbeda halnya dengan kata
bersatu, mempelajari, dan pembentukan yang tergolong kata berimbuhan. Kata
bersatu terdiri dari dua morfem yaitu ber- dan satu. Begitu pun dengan kata
mempelajari terdiri dari tiga morfem yaitu meng-, pelajar-, -i dan kata
pembentukan terdiri dari tiga morfem yaitu pem-, bentuk-, dan -an. Namun untuk
kata macam-macam tergolong kata ulang yang terdiri dari dua morfem yaitu
macam sebagai kata dasar dan macam kedua merupakan kata ulang.

Dari pembahasan rangkaian kata dalam kalimat di atas merupakan objek


yang secara khusus dibahas dalam morfologi. Jadi morfologi merupakan bidang
ilmu yang mempelajari bagaimana proses terbentuknya kata dari kata dasar
menjadi suatu kata yang baru.

Pendapat lain mengenai morfologi, Koizumi (dalam Santoso, 2014: 5)


mengemukakan bahwa:

形態論は語形の分析が中心となる。
Ketairon wa gokei no bunseki ga chuusin to naru.
‘Morfologi adalah suatu bidang ilmu yang meneliti pembentukan kata.’
6

Tidak jauh berbeda dengan pendapat ahli sebelumnya, berdasarkan pendapat


Koizumi, morfologi membahas tentang kata dan proses pembentukannya. Dimana
kata dapat berubah bentuk melalui proses pembentukan kata.

Jika dalam bahasa Jepang sendiri istilah morfologi dikenal dengan sebutan
keitairon (形態論). Objek yang dibahas dalam morfologi seputar kata atau tango (
単 語 ), morfem atau keitaso ( 形 態 素 ), dan proses pembentukan kata atau
gokeisei ( 語形成 ). Kata atau tango merupakan bentuk bebas yang paling kecil,
yaitu kesatuan terkecil yang dapat diucapkan secara berdiri sendiri (Bloomfield,
1933: 178 dalam Sunarni dan Johana, 2010: 21). Lalu, morfem merupakan unsur
terkecil yang termasuk bagian dari kata. Kedua objek tersebut baik kata maupun
morfem merupakan satu-kesatuan yang saling berkaitan dalam morfologi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa morfologi merupakan kajian ilmu yang


mencakup kata di dalamnya terdapat bagian terkecil yaitu morfem yang tidak
dapat diuraikan lagi. Morfem dapat membentuk suatu kata melalui proses
pembentukan kata atau gokeisei.

2.4. Pengertian Kata

Dalam pembahasan mengenai morfologi di atas, kata merupakan kajian


utama yang dibahas di dalamnya. Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu
makna. Pengertian mengenai kata diungkapkan oleh Varro (dalam Chaer, 2003:
338) bahwa kata adalah bagian dari ucapan yang tidak dapat dipisahkan lagi dan
merupakan bentuk minimum. Dalam bahasa Latin terdapat kata-kata yang terjadi
secara analogi (kesepadanan antara bentuk bahasa yang menjadi dasar terjadinya
bentuk lain) dan ada juga yang terjadi secara anomali (penyimpangan dari
normal). Dengan begitu terdapat bentuk kata yang reguler (mengikuti aturan) dan
tidak reguler.
7

Pendapat lainnya mengenai pengertian kata dijelaskan oleh Kageyama (2001: 2)


bahwa:
語は文のミニチュアである。
Go wa bun no minichua de aru.
‘Kata adalah miniatur kalimat.’

Kata merupakan bagian paling kecil apabila terdapat dalam suatu kalimat.
Sebuah kata dapat diuraikan menjadi bagian yang kecil lagi disebut dengan
morfem. Sutedi (2008: 42) berpendapat bahwa morfem merupakan satuan bahasa
terkecil yang memiliki makna dan tidak bisa dipecahkan lagi. Dalam bahasa
Jepang, kata dikenal dengan istilah tango ( 単 語 ) dan morfem disebut dengan
keitaiso ( 形態素 ). Kedua kajian tersebut saling berkaitan karena kata terbentuk
dari morfem dan kumpulan morfem dapat membentuk sebuah kata.
Seperti contohnya kata daigaku (大学) yang dapat dipecahkan lagi menjadi
satuan yang lebih kecil. Secara makna, daigaku memiliki arti ‘universitas’. Kata
tersebut terdiri dari dua huruf kanji yaitu dai ( 大 ) dan gaku ( 学 ). Keduanya
merupakan satuan paling kecil yang tidak dapat dipecahkan lagi yang
mengandung makna. Maka kedua itulah yang disebut dengan morfem. Jika
diartikan secara leksikal morfem dai (大) artinya ‘besar’ dan gaku (学) artinya
‘belajar/ ilmu’ yang membentuk satu kata daigaku.

Dapat disimpulkan kata merupakan unsur yang bebas dan memiliki makna.
Rangkaian beberapa morfem yang membentuk suatu kata dapat terjadi melalui
proses penggabungan, pengulangan, kombinasi, dan sebagainya. Oleh karena itu,
Sunarni dan Johana (2010: 21) berpendapat dari proses tersebut kata akan
berwujud menjadi kata tunggal (kata yang terbentuk dari satu unsur) dan kata
kompleks atau turunan (kata yang terbentuk dari beberapa unsur pembentuknya).
8

2.5. Kedudukan Morfologi Dalam Bidang Linguistik


Kedudukan morfologi (keitaron) merupakan salah satu dari cabang ilmu
linguistik. Pendapat tersebut sesuai dengan pernyataan Sutedi (2003: 41) yang
mengatakan bahwa morfologi merupakan cabang dari linguistik yang mengkaji
tentang kata dan proses pembentukannya. Objek yang dipelajarinya yaitu tentang
kata ( 語・単語 ‘go/tango’) dan morfem 「形態素 ‘ketaiso’」.
Sutedi (2003: 41) juga mengatakan morfem merupakan satuan bahasa terkecil
yang memiliki makna dan tidak bisa di pecah lagi ke dalam satuan makna yang
lebih kecil lagi. Koizumi (1993:91) mengatakan morfem adalah potongan yang
terkecil dari kata yang mempunyai arti. Koizumi (1993:93) membagi morfem
berdasarkan bentuk menjadi dua, yaitu:
1. 自 由 形 ’ jiyuukei’ atau Bentuk bebas : morfem yang dilafalkan/ diucapkan
secara tunggal (berdiri sendiri).
2. 結 合 形 ’ ketsugoukei’ Bentuk terikat : morfem yang biasanya digunakan
dengan cara mengikatnya dengan morfem lain tanpa dapat dilafalkan secara
tunggal (berdiri sendiri).

Sutedi (2003:43) juga mengatakan kata yang bisa berdiri sendiri dan bisa
menjadi suatu kalimat tunggal disebut morfem bebas. Sedangkan kata yang tidak
bisa berdiri sendiri dinamakan morfem terikat. Menariknya dalam bahasa Jepang,
lebih banyak morfem terikatnya daripada morfem bebasnya. Ada beberapa istilah
yang berhubungan dengan morfologi bahasa Jepang, diantaranya morfem
(keitaiso), Sutedi (2003: 44-45) berpendapat, dalam bahasa Jepang, selain
terdapat morfem bebas dan morfem terikat, morfem bahasa Jepang juga dibagi
menjadi dua, yaitu morfem isi dan morfem fungsi.
Morfem isi 内 容 形 態 素 naiyoukeitaiso adalah morfem yang menunjukkan
makna aslinya. Seperti: nomina, adverbia, dan gokan dari verba atau adjektiva.
Sedangkan morfem fungsi 機 能 形 態 素 kinoukeitaiso adalah morfem morfem
yang menunjukan fungsi gramatikalnya, seperti partikel, gobi dari verba atau
adjektiva, kopula dan morfem pengekpresi kala
(jiseikeitaiso).
9

Koizumi (1993:95) juga menggolongkan morfem berdasarkan isinya menjadi dua


yaitu :
1. Akar kata (語幹‘gokan’): morfem yang memiliki arti yang terpisah (satu
per satu) dan kongkrit.
2. Afiksasi (接辞‘setsuji’): morfem yang menunjukkan hubungan gramatikal.
Dapat diketauhi, dalam pembentukan kata dalam bahasa Jepang terdapat dua
unsur penting antara lain dilihat bedasarkan bentuknya, yaitu bentuk bebas dan
bentuk terikat, serta berdasarkan isi, yaitu akar kata dan afiksasi atau dari segi
gramatikalnya.
Hasil dari pembentukan kata dalam Bahasa Jepang sekurang-kurangnya ada 4
macam yaitu :
1. Haseigo
Kata yang terbentuk dari penggabungan naiyou-keitaiso dengan setsuji
disebut haseigo ‘kata jadian’. Proses pembentukannya bisa dalam bentuk
settouji+morfem isi atau morfem isi+setsubiji. Awalan {お o-, ご go-, す su-,
ま ma-, か ka-, す っ suQ-} bias digolongkan ke dalam settouji. Sedangkan
akhiran { さ – sa, み -mi, 的 -teki, す る -suru} termasuk ke dalam setsubiji.
Misalnya: o+nomina = o-kuruma: ‘mobil’ (sopan), go+nomina = go-kazoku:
‘keluarga’ (sopan), su+nomina = su-ashi: ‘kaki telanjang’, ma+nomina = ma-
gokoro: ‘setulus hati’, ka+adjektiva= ka-guroi: ‘hitam pekat’. Contoh akhiran
termasuk dalam setsubiji, antara lain: gokan dari adjektiva+sa = samusa :
dinginnya, gokan dari adjektiva+mi= amami: manisnya, nomina verba+suru=
benkyou suru : belajar, nomina+teki = keizaiteki: ekonomis.
2. Fukugougo/goseigo
Kata yang terbentuk sebagai hasil penggabungan beberapa morfem isi disebut
dengan fukugougo atau gokeisei ‘kata majemuk’. Misalnya:
a. Dua buah morfem isi nomina+nomina ama-gasa : ‘payung hujan’, hon-dana
‘rak buku’
b. Morfem isi+setsuji: nomina+verba =higaeri ‘pulang hari itu’, verba+nomina =
tabemono ‘makanan’; verba+verba =verba: toridasu ‘mengambil’,
verba+verba = nomina: ikikaeri ‘pulang-pergi’
10

3. Karikomi/shouryaku
Merupakan akronim yang berupa suku kata (silabis) dari kosakata aslinya.
Misalnya:
terebishon = terebi : televise
4. Toujigo
Merupakan singkatan huruf pertama yang dituangkan dalam huruf
Alfabet. Misalnya: Nippon Housou Kyoukai = NHK : radio TV Jepang.
Kata yang mengalami perubahan bentuk dalam bahasa Jepang disebut
yougen, sedangkan kata yang tidak mengalami perubahan bentuk disebut
taigen.

2.6. Tipologi Bahasa Jepang

Bahasa Jepang dapat dikatakan sebagai bahasa yang kaya dengan huruf tetapi
miskin dengan bunyi, karena hanya memiliki lima buah vokal dan beberapa buah
konsonan yang diikuti vokal tersebut dalam bentuk suku kata terbuka. Jumlah suku
kata (termasuk bunyi vokal) dalam bahasa Jepang hanya 102 buah, tidak ada suku
kata tertutup atau yang diakhiri dengan konsonan kecuali bunyi [N].
Untuk menyampaikan bunyi yang jumlahnya terbatas tadi (102 bunyi)
digunakan empat macam huruf, yaitu: 1. Huruf Hiragana; 2. Huruf Katakana. 3.
Huruf Kanji dan 4. Huruf Romaji. Huruf Hiragana dan Katakana sering disebut
juga huruf Kana. Hiragana digunakan untuk menulis kosakata bahasa Jepang asli,
apakah secara utuh atau digabungkan dengan huruf Kanji. Huruf Katakana
digunakan untuk menulis kata serapan dari bahasa asing (selain bahasa Cina).
Jumlah huruf Hiragana dan Katakana masing-masing 46 huruf dan dikembangkan
dengan menambahkan tanda tertentu sehingga dapat membentuk bunyi lainnya
yang jumlahnya masing-masing menjadi 56 bunyi.
Huruf-huruf tersebut berbentuk suku kata, sehingga bunyi total bahasa Jepang
kurang lebih hanya 102 suku kata. Huruf Kanji berasal dari Cina, yang jumlahnya
cukup banyak. Huruf Kanji yaitu huruf yang merupakan lambang, ada yang berdiri
sendiri,ada juga yang digabung dengan huruf Kanji lainnya atau diikuti dengan
11

huruf Hiragana. Huruf Kanji dalam bahasa Jepang ada dua macam cara
membacanya, yaitu: (1) ala Jepang (kun-yomi) dan (2) ala Cina (on-yomi).
Sedangkan huruf terakhir adalah Romaji atau huruf Alfabet (latin). (Sutedi,
2003 : 7-9).

2.7. Tipologi Morfologi

Perhatikan Peta Konsep Linguistik berikut ini:

Gengogaku (Linguistik)
Makro Linguistik Mikro Linguistik

Imiron Keitairon
Tougoron Onseigaku
(Makna) (Morfologi
(Sintaksis) (Fonetik-Fonologi)
)

On-inron Goyouron
(Semanti
k) (Pragmati
k)

Tipologi morfologis yang menghasilkan tiga tipe bahasa, yaitu bahasa

isolatif, bahasa aglutinatif, dan bahasa fleksi.

2. Bahasa isolatif, yaitu bahasa yang dalam menyatakan hubungan gramatikalnya

dinyatakan dan bergantung pada urutan kata, sedangkan bentuk katanya tidak

mengalami perubahan bentuk kata secara morfologis melainkan perubahan yang


12

ada hanya karena perbedaan nada. Dan kata-katanya sering terdiri dari satu

morfem

3. Bahasa aglutinatif, yaitu bahasa yang kata-katanya dapat dibagi dalam

morfemmorfem tanpa kesulitan. Juga hubungan gramatikalnya dah struktur

katanya dinyatakan dengan kombinasi unsur-unsur bahasa secara bebas. Dalam

tipe ini, pembentukan kata dapat dilakukan dengan afiksasi (pembentukan kata

melalui pengimbuhan), komposisi (pembentukan kata melalui pemajemukan), dan

reduplikasi (pembentukan kata melalui pengulangan).

4. Bahasa fleksi, yaitu bahasa yang hubungan gramatikalnya tidak dinyatakan dengan

urutan kata, tetapi dinyatakan dengan infleksi. Bahasa yang bertipe fleksi struktur

katanya terbentuk oleh perubahan bentuk kata. Ada dua macam perubahan bentuk

kata dalam bahasa tipe ini, yaitu dengan deklinasi dan konjugasi. Deklinasi adalah

perubahan bentuk kata yang disebabkan oleh jenis, jumlah, dan kasus. Konjugasi

adalah perubahan bentuk kata yang disebabkan oleh perubahan persona, jumlah,

dan kala.

2.8. Proses Morfologis

Kata terbentuk dari morfem atau morfem-morfem. Terbentuknya kata dari

morfem-morfem itu melalui suatu proses yang disebut proses morfologik atau

morfemik. Jadi, proses morfologi adalah proses terbentuknya kata dari morfem-morfem.

Pada umumnya dikenal delapan proses morfologik, yaitu:

1.  Derivasi
13

Derivasi adalah proses morfologis yang menghasilkan kata-kata yang makna

leksikalnya berbeda dari kata pangkal pembentuknya. Yaitu afiksasi yang

menurunkan kata atau unsur leksikal yang lain dari kata atau unsur leksikal tertentu.

Derivasi menghasilkan kata baru dari suatu kata dasar, yang kadang-kadang

mengubah kelas kata seperti perubahan noun menjadi verb.

2. Afiksasi

Dalam proses ini leksem berubah menjadi kata kompleks. Dengan kata lain,

afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Proses

ini dapat bersifat inflektif dan dapat pula derivatif. Dilihat pada posisi melekatnya

pada bentuk dasar biasanya dibedakan adanya prefiks, infiks, sufiks, konfiks,

interfiks, dan transfiks. Di samping itu masih ada istilah ambifiks dan sirkumfiks.

Proses afiksasi dapat dibagi menjadi lima, yaitu

a. Prefiks

Prefiks dalam bahasa jepang disebut dengan settouji. Koizumi (1993 : 95)

mengatakan settouji atau prefiks yaitu imbuhan yang ditambahkan di depan kata

dasar atau gokan. Bahasa Jepang memiliki ragam hormat yang disebut dengan keigo.

Keigo adalah kata-kata yang sesuai digunakan pada suatu pembicaraan untuk

menunjukan rasa hormat kepada lawan bicara pernyataan bentuk hormat ditentukan

oleh pilihan kosa kata dan sangat terbatas oleh pembentukan kata dngan proses

prefiksasi, seperti prefiks /o-/ dan /go-/ .

b. Sufiks
14

Sufiks dalambahasa Jepang disebut dengan setsubiji. Koizumi (1993:95)

mengatakan setsubiji atau akhiran yaitu imbuhan yang ditambahkan dibelakang kata

dasar. Sebagian imbuhan dalam bahasa Jepang adalah berbentuk sufiks.

c. Infiks

Dalam bahasa Jepang infiks disebut dengan setsuchuji. Koizumi (1993 : 95)

mengatakan setsuchuji adalah imbuhan yang disisipkan ke dalam atau ke tengah akar

kata atau gokan.

d. Kombinasi Afik

Kombinasi afiks adalah kombinasi dari dua afiks atau lebih yang dilekatkan

pada dasar kata, oleh karena verba bahasa Jepang adalah polimorfemik, maka proses

afiksasi dengan kombinasi afiks pada proses kedua akan melekat pada morfem

jadian.

e. Partikel Afiks

Partikel afiks ialah satuan terkecil yang diletakan pada penanda akhir dan

dasar kata. Partikel berfungsi menegaskan kata yang ada di depannya.

3.  Reduplikasi

Dalam proses ini leksem berubah menjadi kata kompleks dengan beberapa

macam proses pengulangan terhadap bentuk dasar , baik secara keseluruhan,

sebagian (parsial), maupun dengan perubahan buyi. Oleh karena itu, lazim dibedakan

adanya reduplikasi penuh, seperti meja-meja (dari dasar meja), reduplikasi sebagian,

seperti lelaki (dari dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti

bolak-balik (dari dasar balik). Selain itu, ada juga yang dinamakan dengan
15

reduplikasi semu, seperti mondar-mandir, yaitu sejenis bentuk kata yang tampaknya

sebagai hasil reduplikasi, tetapi tidak jelas bentuk dasarnya yang diulang.

4. Komposisi

Dalam proses ini dua leksem atau lebih berpadu dan outputnya adalah paduan

leksem atau kompositum dalam tingkat morfologi atau kata majemuk dalam tingkat

sintaksis. Komposisi terdapat dalam banyak bahasa. Dalam bahasa Indonesia,

misalnya lalu lintas, daya juang, dan rumah sakit.

Menurut Koizumi (1993:109) komposisi adalah merupakan penggabungan

beberapa morfem yang terbagi atas berbagai variasi.

5.  Perubahan vokal

Dalam proses ini terjadi perubahan vokal-vokal pada kata, seperti kata dalam

bahasa Inggris foot---feet dan mouse---mice.

Proses morfologis bahasa Jepang adalah apabila dua buah morfem disatukan,

mengakibatkan terjadinya penyesuaian diantara kedua morfem tersebut. Proses

tersebut terjadi dengan cara 「付加’fuka’」atau penambahan, 「消除’kejo’」atau

penghapusan, 「 重 複 ‘ jufuku’ 」 atau penambahan dan 「 ゼ ロ 接 辞 ’ zero

setsuji’ 」 atau imbuhan kosong. Sedangkan morfem adalah potongan terkecil dari

kata yang memiliki arti.


BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan


bahwa morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara
morfem yang satu dengan morfem yang lain untuk membentuk sebuah kata.
Singkatnya, morfologi (keitairon/ 形態論) merupakan salah satu cabang linguistik
yang mengkaji tentang kata dan proses pembentukannya.
Kajian-kajiannnya meliputi kedudukan morfologi dalam bidang linguistik,
tipologi morfologi dan proses-proses morfologi.

B. Saran

Adapun saran yang dapat kami sampaikan yaitu kita sebagai calon pendidik,

harus selalu menggali potensi yang ada pada diri kita. Cara menggali potensi

tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan cara mempelajari makalah ini.

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua kedepannya.

Aamiin.

16
DAFTAR PUSTAKA

Verhaar, J.W.M. 1984. Pengantar Linguistik. Yogjakarta: Gadjah Mada University


Press.

Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia

Sudjianto, Dahidi Ahmad. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta:


Kesaint Blanc.

Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora


Utama Press.

Koizumi, Tamotsu. 1993. Nihongo Kyoushi no Tame no Gengogaku Nyuumon.


Tokyo: Taishuukan Shoten.

Matsumura, Yamaguchi. 1998. Kokugo Jiten. Tokyo: Obunsha

Alwi, Hasan dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga).

Sunarni, Nani dan Jonjon Johana. 2010. Morfologi Bahasa Jepang: Sebuah
Pengantar. Bandung: Sastra Unpad Press.

17

Anda mungkin juga menyukai