php/home/detail/detail_koleksi/0/SKR/judul/000000000
00000097459/#
http://repository.trisakti.ac.id/usaktiana/index.php/home/detail/detail_koleksi/2/SKR/2019/000000000
00000090220/0#
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/1611/130600007.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
file:///C:/Users/Ayu%20Sakura/Downloads/adoc.pub_bab-2-tinjauan-pustaka.pdf
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2010/06/penatalaksanaan_trauma_gigi_pada_anak.pdf
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/21540/6.%20BAB%20II.pdf?
sequence=5&isAllowed=y
https://www.academia.edu/16642995/276034848_FRAKTUR_DENTOALVEOLAR
ETIOLOGI
Fraktur dentoalveolar sering disebabkan oleh banyak jenis trauma. Penyebab paling umum adalah jatuh,
kecelakaan kendaraan bermotor, cedera olahraga, perkelahian, pelecehan anak dan kecelakaan di
tempat bermain. Jatuh yang menyebabkan banyak luka, dimulai ketika anak mulai berjalan dan puncak
kejadian sebelum usia sekolah.20 Etiologi utama terjadinya fraktur pada anak biasanya sama dengan
etiologi fraktur pada orang dewasa yakni khususnya kecelakaan lalu lintas, terjatuh, olahraga maupun
perkelahian. Biasanya anak-anak menjadi penumpang sepeda motor atau naik sepeda, akibat
kecelakaan lalu lintas maka mereka menjadi korban.21 Menurut penelitian Nilatty tahun 2010 yang
dilakukan di Turki, jatuh adalah penyebab paling umum dari trauma dentoalveolar pada semua
kelompok umur (42,7%) dibandingkan dengan etiologi lainnya seperti, memukul (18%), olahraga (16%),
tabrakan dengan objek (14,7%) dan kecelakaan lalu lintas hanya (3,3%). Sebuah penelitian di Brazil juga
menunjukkan jatuh menjadi penyebab paling umum dari fraktur dentoalveolar (72,4%) diikuti oleh
kecelakaan lalu lintas jalan (6,8%).7 Dimple dkk. menyebutkan bahwa etiologi terbesar fraktur
dentoalveolar berdasarkan penelitiannya tahun 2010 adalah jatuh (56%), diikuti kecelakaan lalu lintas
(24%), terbentur oleh suatu objek (12%), kecelakaan saat berolahraga dan bermain (8%).16 Universitas
Sumatera Utara 7 Selain faktor-faktor yang sudah disebutkan sebelumnya terdapat beberapa faktor
resiko terjadinya fraktur dentoalveolar, yaitu :18 1. Perkembangan gigi dan rahang. Anak-anak lebih
beresiko tinggi dikarenakan pergerakannya yang belum terkontrol. 2. Kekuatan tekanan. Jumlah, arah,
lokasi dan kecepatan maksimal dari suatu tekanan. 3. Anatomi tulang rahang. Prognasi maksila dan
mandibula lebih beresiko mengalami trauma. 4. Posisi gigi dalam tulang rahang. Proklinasi gigi insisivus
memiliki resiko lebih besar. 5. Kesehatan periodontal. Kesehatan periodontal yang inadekuat
meningkatkan resiko avulsi pada gigi meskipun hanya dengan trauma kecil.
1. Etiologi Traumatik Injuri
Traumatic Dental Injury terjadi oleh benturan yang dapat menyebabkan energi mekanis
yang cukup untuk menghasilkan suatu injuri/luka. Peristiwa TDI terjadi karena aktivitas yang
menyebabkan kejadian TDI seperti jatuh, benturan, aktivitas fisik diwaktu senggang,
kecelakaan lalu lintas, permaian yang kasar, kekerasan, penggunaan gigi yang tidak sesuai,
serta menggigit benda keras. Perilaku manusia seperti pengambilan resiko, masalah
hubungan dengan kawan, hiperaktivitas, dan perilaku stress juga merupakan penyebab
terjadinya TDI.
Sering terjadi pada anak dan orang tua. Seperti jatuh dari tangga, di garasi, teras, dan anak2
Olahraga beresiko tinggi terhadap Tdi contohnya American football, hockey, ice hockey,
lacrosse, martial sport, rugby, dan skating. Olahraga yang beresiko medium misalnya basket,
Termasuk kedalamnya pejalan kaki, sepeda, dan mobil/motor. Trauma disini didominasi oleh
multiple dental injuri, meliputi tulang pendukung, jaringan lunak, bibir, dan dagu.
TDI dapat terjadi pada pasien pemakai tindikan pada lidah dan oral. Tindikan telah
dilaporkan dapat mengakibatkan potong dan frakturnya suatu gigi dan restorasi, kerusakan
Penderita epilepsi, cerebral palsy, anemia, dan kepusingan beresiko mengalami TDI.
7. Penyiksaan fisik
Penyiksaan dan pemukulan terhadap anak atau orang sering mengakibatkan terjadinya TDI.
Pasien-pasien tersebut dibawa ke rumah sakit karena trauma fasial. Penyembuhan fraktur
multipel pada gigi atau rahang, terutama dengan tahapan penyembuhan yang berbeda dapat
menjadi tanda terjadinya suatu penyiksaan. Pukulan saat berkelahi pun termasuk pada
kategori ini. Penyiksaan ini sering mengakibatkan kegoyangan, avulsi, atau fraktur gigi dan