Anda di halaman 1dari 9

DIPONEGORO LAW REVIEW

Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

TANGGUNG JAWAB APOTEKER DALAM PEMBERIAN OBAT RESEP


PASIEN SELAKU KONSUMEN BILA TERJADI MEDICATION ERROR
(STUDI PADA APOTEK DI KOTA SOLO)

Amelia Nastiti*, Bambang Eko Turisno, Aminah


Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : amelianastiti@gmail.com

ABSTRAK

Apotek adalah toko tempat meramu dan menjual obat berdasarkan resep dokter serta
memperdagangkan barang medis. Pasien selaku konsumen apabila membutuhkan obat akan
membeli obat di apotek. Dalam pelayanan kefarmasian di apotek, peranan apoteker menjadi
perhatian utama karena apoteker merupakan penanggung jawab dalam praktek pelayanan
kefarmasian di apotek. Pasien Selaku konsumen apabila mengalami kerugian akibat medication
error (kesalahan pengobatan) dapat meminta pertanggung jawaban kepada apotek melalui
apoteker. Penulisan hukum ini disusun untuk mengetahui tanggung jawab Apoteker dalam
pemberian obat resep pasien selaku konsumen bila terjadi medication error serta untuk
mengetahui penyelesaian dan penerapan sanksi bila terjadi medication error yang dilakukan
apoteker pada pasien selaku konsumen
Dalam penelitian ini, digunakan metode pendekatan yuridis empiris. Data dalam
penelitian ini diperoleh dengan melakukan wawancara terhadap obyek penelitian. Selanjutnya data
yang diperoleh akan dianalisis dengan mempergunakan teknik deskriptif analisis. Hasil analisa
tersebut kemudian akan disusun dan disajikan secara sistematis dan jelas.

Dari hasil penelitian diketahui tentang tanggung jawab apoteker dalam pemberian obat
resep pasien selaku konsumen bila terjadi medication error yaitu apoteker bertanggung jawab
dengan memberikan atau mengganti obat yang benar sesuai dengan resep yang dimaksud dan
memberi uang ganti rugi kepada pasien atas obat yang salah diberikan sebelumnya selain itu
apoteker juga menambahkan informasi yang lengkap tentang cara pengunaan obat, efek samping
obat. Bentuk penyelesaian apoteker bila terjadi medication error banyak diselesaikan dengan jalan
damai dengan pasien selaku konsumen tanpa melalui jalur pengadilan. Dalam pekerjaannya,
apoteker dibina dan diawasi oleh Dinas Kesehatan dan IAI (Ikatan Apoteker Indonesia). Mereka
dapat mengeluarkan sanksi organisasi dan sanksi administratif yang akan ditujukan pada pihak
apoteker bila terjadi medication error yang merugikan pasien selaku konsumen.

Kata kunci: Tanggung Jawab, Apoteker, Medication Error, Konsumen

ABSTRACT

Pharmacy is a shop where the gathering and selling of drugs based on prescription
and medical goods trade. Patients as consumers will buy when needed medications at a pharmacy.
In the pharmaceutical services in pharmacies, the role of the pharmacist is a major concern
because the pharmacist has big responsible in pharmacy services. As a consumer if the patient
suffered a loss due to medication errors can ask for accountability to pharmacies through a
pharmacist. Legal writing is structured to determine the responsibility of pharmacists in the
delivery of prescription drugs the patient as a consumer in case of medication error and to
determine the completion and implementation of sanctions in the event of an error committed
pharmacist medication to patients as consumers
In this study, the method used empirical juridical approach. The data in this study were
obtained through interviews with the object of research. The acquired data will be analyzed by

1
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

using descriptive analysis techniques. The analysis results will be compiled and presented in a
systematic and clear.
The survey results revealed about the responsibilities of pharmacists in the delivery of
prescription drugs the patient as a consumer in case of medication error that pharmacists are
responsible to provide or change your medications correctly according to the recipe in question
and provide compensation to the patients on the wrong medication and than pharmacist also
added detailed information how the use of drugs or drug side effects. Forms of settlement
pharmacist if there is a lot of medication error resolved by peaceful means with the patient as a
consumer without going through the courts. In her job, pharmacist fostered and overseen by the
Department of Health and IAI (Indonesian Pharmacist Association). They can issue
organizational sanctions and administrative sanctions that will be aimed at the pharmacist in case
of medication errors that harm patients as consumers.

Keywords: Responsibility, Pharmacist, Medication Error, Consumer

dibebankan kepada pihak-pihak


I. PENDAHULUAN terkait.1
A. Latar Belakang
Tenaga kesehatan dalam Salah satu contoh kasus
bidang kefarmasian adalah Apoteker. mengenai tanggung jawab apoteker
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor terhadap pemberian obat resep
51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan pasien yaitu2 Pimpinan Klinik Budi
kefarmasian, pasal 21 ayat (2) Rosari meminta maaf karena terjadi
dijelaskan bahwa yang boleh kesalahan yang dilakukan oleh
melayani pemberian obat Apotekernya yang memberikan obat
berdasarkan resep adalah Apoteker. dalam resep pasien. Pihak dokter
Hubungan hukum antara Apoteker sudah benar memberikan resep obat,
dengan pasien berdasarkan Undang- namun apotekernya yang salah
Undang Nomor 8 Tahun 1999 membaca resep, mengingat
Tentang Perlindungan Konsumen, Komposisi obat tersebut terbilang
(UUPK) yaitu apoteker dapat sama, hanya fungsinya yang berbeda.
bertindak sebagai pelaku usaha dan
pasien bertindak sebagai konsumen, Kasus lain juga terjadi pada
yakni pemakai jasa layanan bulan Desember 2014 yang lalu di
kesehatan. Oregon USA, pasien operasi otak
Prinsip tentang tanggung meninggal akibat pemberian obat
jawab merupakan perihal yang yang salah. Dokter Boileau yang
sangat penting dalam hukum menangani pasien merasa benar
perlindungan konsumen. Dalam meresepkan fosfenitoin untuk
kasus-kasus pelanggaran hak mengurangi kejang tetapi seorang
konsumen, diperlukan kehati-hatian pekerja farmasi yaitu seorang
dalam menganalisis siapa yang harus apoteker justru keliru memberi obat
bertanggung jawab dan seberapa
jauh tanggung jawab yang dapat 1 Sidharta, Hukum Perlindungan
Konsumen, (Jakarta;Grasindo:2000),
Halaman 59
2
http://batam.tribunnews.com/2012/
05/22/pimpinan-klinik-budi-rosari-minta-
maaf diunduh pada 28 Oktober 2015

2
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

rocuronium yaitu obat yang berfungi B. Perumusan Masalah


untuk melumpuhkan.3
Perumusan masalah dalam
Pasien yang menderita penulisan hukum ini adalah sebagai
kerugian akibat tindakan kesalahan berikut:
tenaga kesehatan selama dalam 1. Bagaimana tanggung jawab
pelayanan kesehatan, maka pasien Apoteker dalam pemberian
tersebut berhak menuntut ganti rugi obat resep pasien selaku
kemudian pihak yang tidak konsumen bila terjadi
melakukan apa yang telah medication error?
diperjanjikannya, salah satu pihak 2. Bagaimana penyelesaian dan
lalai atau ingkar janji atau salah satu penerapan sanksi bila terjadi
pihak melanggar apa yang medication error yang
diperjanjikannya atau salah satu dilakukan apoteker pada
pihak melakukan atau berbuat sesuai pasien selaku konsumen?
yang tidak boleh dilakukannya maka
harus bertanggung jawab Hukum
Perdata. II. METODE PENELITIAN
Apoteker dalam melakukan Metode pendekatan yang
pekerjaannya harus bekerja digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan prosedur yang berlaku adalah metode pendekatan yuridis
dan mampu mempertanggung empiris. Metode pendekatan empiris
jawabkan obat yang akan diberikan yaitu suatu cara prosedur yang
kepada pasien selaku konsumen. digunakan untuk memecahkan
Dalam pertanggung jawaban obyek masalah penelitian dengan meneliti
berupa ganti rugi atas barang atau data sekunder terlebih dahulu untuk
benda pemenuh kebutuhan biasa, kemudian dilanjutkan dengan
akan tetapi hal tersebut tidak sama mengadakan penelitian terhadap data
dengan obyek penjualan obat, disini lapangan.4 Dalam kaitannya dengan
juga ada aspek lainnya yaitu aspek penelitian ini, selain berdasarkan
kesehatan dari konsumen obat penelitian lapangan, penulis juga
tersebut, yang tentu saja mempunyai melakukan penelaahan secara
sifat yang berbeda dengan benda atau mendalam terhadap peraturan
barang tak hidup pada umumnya. perundang-undangan yang berkaitan
Oleh karena itu, judul yang dipilih dengan tanggung jawab Apoteker
dalam jurnal ilmiah ini adalah: dalam pemberian obat resep pasien
“Tanggung Jawab Apoteker Dalam selaku konsumen bila terjadi
Pemberian Obat Resep Pasien medication error ditinjau dari
Selaku Konsumen Bila Terjadi peraturan perundang-undangan yang
Medication Error (Studi Pada terkait.
Apotek di Kota Solo)”

3
http://www.nydailynews.com/new
4
s/national/brain-surgery-patient-dies-wrong- Soerjono Soekanto, Pengantar
drug-article-1.2038982 diunduh pada 28 Penelitian Hukum (Jakarta;UI Press:1986)
Oktober 2015 halaman 43

3
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

III. HASIL PENELITIAN DAN yang diakibatkan karena kelalaian


PEMBAHASAN atau kesalahan maka apoteker dapat
dikatakan tidak memenuhi unsur
A. Tanggung jawab Apoteker ketentuan pada pasal 9 yang
dalam pemberian obat resep tercantum pada kode etik apoteker
pasien selaku konsumen bila tersebut sehingga dapat merugikan
terjadi medication error pasien selaku konsumen obat.
Medication error yang Medication error (kesalahan
terjadi pada beberapa apotek di Kota pengobatan) pada kelompok
Solo terhadap pelayanan obat yang dispensing yang terjadi dalam kasus
tidak tepat atau membahayakan kesalahan pemberian obat yang tidak
pasien terjadi pada kelompok sesuai dengan resep maka melanggar
Dispensing (kesalahan pemberian ketentuan pada pasal 8 ayat (1) huruf
obat tidak sesuai dengan resep) dan b, c, d, e Undang-Undang Nomor 8
Administering (kekurangan informasi tahun 1999 tentang Perlindungan
obat antara lain berupa: kurang Konsumen. Kemudian medication
informasi mengenai kegunaan dari error pada kelompok administering
obat yang dikonsumsi, kemudian khususnya pada kasus seorang pasien
informasi yang tidak jelas mengenai tidak diberitahu informasi mengenai
cara pemakaian, dan kurangnya efek lain atau efek samping dari obat
informasi mengenai efek samping yang dikonsumsi maka seorang
obat). Pelayanan kefarmasian yang apoteker dikatakan telah melanggar
dilakukan apoteker apabila masih larangan-larangan yang telah diatur
terjadi medication error (kesalahan dalam pasal 8 ayat (1) huruf a bahwa
pengobatan) dalam pemberian obat pelaku usaha dilarang
resep pasien selaku konsumen, maka memperdagangkan barang dan/atau
hal tersebut tidak memenuhi standar jasa tidak memenuhi atau tidak
dalam pelayanan kefarmasian karena sesuai dengan standar yang
di dalam peraturan terdapat standar dipersyaratkan dan ketentuan
pelayanan yang wajib dipatuhi oleh peraturan perundang-undangan.
apoteker yang bersangkutan. Standar
pelayanan ini tertuang dalam Selain itu di dalam penjelasan
Peraturan Menteri Kesehatan Peraturan Pemerintah No 51 tahun
Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
2014 tentang Standar Pelayanan dari penjelasan dalam PP No 51
Kefarmasian di Apotek (“Permenkes tahun 2009 tersebut penulis
35/2014”). Standar Pelayanan berpendapat apabila terjadi
Kefarmasian adalah tolak ukur yang medication error maka apoteker di
dipergunakan sebagai pedoman bagi dalam pelayanannya belum sesuai
tenaga kefarmasian dalam dengan pelayanan komprehensif
menyelenggarakan pelayanan yang bertujuan untuk meningkatkan
kefarmasian. kualitas hidup dari pasien dan kurang
Bila terjadi medication error mengantisipasi terjadinya medication
seperti yang terjadi dalam kasus error (kesalahan pengobatan) yang
kesalahan pemberian obat yang tidak dampaknya bisa merugikan pasien
sesuai dengan resep (dispensing)

4
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

dari akibat yang ringan sampai akibat pertanggung jawaban yang sesuai
yang berat atau fatal. dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku bila terjadi
Pasien selaku konsumen medication error yang merugikan
apabila membutuhkan atau membeli pasien selaku konsumen. Bentuk
obat berdasarkan resep dokter akan pertanggung jawaban apoteker
dilayani oleh seorang apoteker. Pihak dengan memberikan atau mengganti
apotek dengan pasien selaku obat yang benar sesuai dengan resep
konsumen melakukan transaksi jual yang dimaksud disertai dengan
beli obat resep, yang merupakan pemberian informasi yang
salah satu bentuk perjanjian jual beli dibutuhkan pasien selaku konsumen
obat bentuknya tertulis di dalam dalam mengkonsumsi obat, telah
resep. Resep dalam arti yang sempit sesuai dengan pertanggung jawaban
ialah suatu permintaan tertulis dari yang diamanatkan pada Pasal 19 ayat
dokter, dokter gigi, atau dokter (1) Undang-Undang Nomor 8 tahun
hewan kepada apoteker untuk 1999 tentang Perlindungan
membuatkan obat dalam bentuk Konsumen. Perawatan kesehatan
sediaan tertentu dan belum pernah diberikan karena
menyerahkannya kepada penderita.5 pasien selaku konsumen tidak pernah
mengalami akibat yang berat dari
Apabila mengalami suatu kejadian medication error di apotek.
kerugian yang ditimbulkan akibat
wanprestasi dapat meminta B. Penyelesaian dan Penerapan
pertanggung jawaban kepada apotek sanksi bila terjadi medication
melalui apoteker. Wirjono error yang dilakukan apoteker
Prodjodikoro mengatakan6: pada pasien selaku konsumen
“Wanprestasi adalah berarti
ketiadaan suatu prestasi dalam Berdasarkan ketentuan di
hukum perjanjian, berarti suatu hal dalam pasal 29 Undang-Undang
harus dilaksanakan sebagai isi dari Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009
suatu perjajian. Barangkali dalam berbunyi “Dalam hal tenaga
Bahasa Indonesia dapat dipakai kesehatan diduga melakukan
istilah pelaksanaan janji untuk kelalaian dalam menjalankan
prestasi dan ketiadaan pelaksanaan profesinya kelalaian tersebut harus
janji untuk wanprestasi”. diselesaikan terlebih dahulu melalui
mediasi”.
Apoteker pengelola apotek
(A.P.A) sebagai pengelola sebuah Pada kenyataannya bentuk
apotek yang mempergunakan sarana penyelesaian yang dilakukan antara
dari pemilik sarana apotek (P.S.A) lain sebagai berikut:
pada intinya telah melakukan 1. Pada kelompok Dispensing
yaitu kesalahan yang terjadi
dalam peracikan atau
5
Nanizar Zaman, Resep yang pengambilan obat di apotek.
Rasional (Surabaya; Airlangga University
Press:1990) halaman 7
Upaya penyelesaian yang
6
Wirjono Prodjodikoro, Op.cit., ditempuh adalah dengan jalan
halaman 18 damai berupa penggantian

5
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

obat dan mengembalikan tahun 2009 tentang Pekerjaan


uang pembeliannya. Dengan Kefarmasian dan Undang-Undang
ini berarti bahwa sengketa Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009
konsumen diselesaikan pada pasal 178 j.o pasal 182.
terlebih dahulu dengan IAI (Ikatan Apoteker
pertemuan langsung antara Indonesia) dan Dinas Kesehatan
apoteker dengan pasien Kota Solo selalu berusaha
selaku konsumen. Pada saat melakukan koordinasi dan telah
apoteker menemui pasien berupaya untuk dapat mewujudkan
selaku konsumen maka tenaga kesehatan yang profesional
terjadilah negosiasi sebagai agar dapat melayani masyarakat
suatu proses dan mencapai dengan baik. Pembinaan dan
kesepakatan terhadap penerapan sanksi organisasi
penyelesaian konsumen yang dilakukan oleh IAI (Ikatan Apoteker
terjadi antara apoteker Indonesia) Pengurus Cabang Solo.
dengan konsumen. Pembinaan dilakukan oleh IAI
2. Pada kelompok dengan mengadakan pelatihan dalam
Administering merupakan pengetahuan dan atau keterampilan
kesalahan dalam dengan melalui seminar wajib yang
proses berkaitan dengan hal- harus diikuti oleh apoteker demi
hal yang bersifat administrasi meningkatkan kompetensinya dalam
pada saat obat diberikan atau pelayanan kefarmasian menghindari
diserahkan kepada pasien. kejadian medication error (kesalahan
Penyelesaian yang terjadi pengobatan). Kemudian penerapan
adalah pihak pasien selaku sanksi organisasi akan dilakukan
konsumen menghubungi oleh IAI apabila telah mendapat surat
pihak apoteker untuk keterangan tembusan dari Dinas
meminta penjelasan yang Kesehatan bahwa apoteker perlu
benar atas obat yang dibina. Langkah selanjutnya akan
diminum. Atas kekurangan ditindak lanjuti dengan pemberian
informasi obat tersebut maka sanksi oleh Majelis Etik dan Disiplin
secara langsung apoteker di daerah akan memberikan sanksi
akan memberikan informasi, berdasarkan aturan dalam organisasi
mendengarkan keluhan serta profesi IAI (Ikatan Apoteker
menjelaskan dengan jelas Indonesia).
berkenaan dengan obat yang
dipakai atau dikonsumsi oleh Pengawasan dan penerapan
pasien selaku konsumen sanksi administratif oleh Dinas
Kesehatan Kota Solo telah dilakukan
Peran organisasi profesi IAI sesuai dengan peraturan perundang-
(Ikatan Apoteker Indonesia) dan undangan. Dinas Kesehatan belum
Dinas Kesehatan sudah sesuai pernah mengeluarkan sanksi
dengan peraturan yang mengatur administratif berupa pencabutan izin,
pembinaan dan pengawasan yang namun bila Dinas Kesehatan kota
tercantum pada pasal 58 dan 59 Surakarta menemui kegiatan
dalam Peraturan Pemerintah No 51 pelayanan kefarmasian yang tidak

6
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

sesuai maka akan memberikan V. DAFTAR PUSTAKA


teguran tertulis kepada pihak
apoteker. Ketentuan dalam BUKU
pemberikan sanksi oleh Dinas
Kesehatan sudah sesuai dengan Adi, Rianto. 2004. Metodologi
kewenangannya yang tercantum pada Penelitian Sosial dan Hukum.
pasal 188 Undang-Undang Jakarta : Granit
Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009. Anief, moh. 2007. Apa yang Perlu
Diketahui tentang Obat.
IV. KESIMPULAN Yogyakarta: Gajahmada
1. Perlu adanya pengkajian ulang University Press
terhadap PP No 51 tahun 2009
tentang pekerjaan kefarmasian Dewi, Alexandra Indriyanti. 2008.
mengenai aturan sanksi yang Etika dan Hukum Kesehatan.
jelas bagi tenaga kefarmasian, Yogyakarta: Putaka Book
sehingga diharapkan dimasa Publisher
yang akan datang apoteker Jas, A. 2009.Perihal Resep & Dosis
sudah memiliki payung hukum serta Latihan Menulis Resep.
yang jelas didalam menjalankan Ed 2. Medan: Universitas
profesinya. Sumatera Utara Press
2. IAI (Ikatan Apoteker Indonesia) Katalog Dalam Terbitan Departemen
perlu mengubah pembinaan Kesehatan RI. 2008. Buku
yang berupa konsep seminar ke saku tanggung jawab
konsep pelatihan. Konsep apoteker terhadap
seminar saat ini dianggap kurang keselamatan pasien (patient
memberikan kontribusi yang safety). Jakarta: Departemen
baik dalam peningkatan Kesehatan RI
kapasitas seorang apoteker
terhadap pelayanan kefarmasian Mertokusumo, Sudikno. 1986.
sehingga harus diubah menjadi Penemuan Hukum Suatu
konsep pelatihan yang betul- Pengantar, Yogyakarta:
betul melibatkan apoteker agar Liberty
dapat melayani pasien selaku Miru, Ahmadi., dan Sutarman Yodo.
konsumen dengan lebih baik. 2014.Hukum Perlindungan
3. Pelaksanaan pengawasan Konsumen. Jakarta: PT.
langsung sebaiknya dilakukan RajaGrafindo Persada
oleh Dinas Kesehatan secara
Prodjodikoro, Wirjono. 1991. Hukum
rutin dan menyeluruh pada
Perdata tentang Persetujuan-
apotek di Kota Solo agar
Persetujuan Tertentu.
kualitas standar pelayanan
Bandung: Sumur
kefarmasian yang dilakukan
apoteker lebih terjamin dan Purba, Anny Victor. 2007.
pasien selaku konsumen lebih Kesalahan Dalam Pelayanan
terlindungi. Obat dan Usaha
Pencegahannya. Surabaya:

7
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Badan Penelitian dan . 1990. Aspek


Pengembangan Kesehatan Hukum Apotik dan Apoteker.
Bandung:
Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Buku
Pintar Apoteker. Yogyakarta: Mandar Maju
Diva Press Soemitro, Ronny Hanitjo.
Siahaan, N.H.T. 2005. Hukum 1982.Metodologi Penelitian
Konsumen Perlindungan Hukum. Jakarta : Ghalia
Konsumen dan Tanggung Indonesia
Jawab Produk, Jakarta: Panta
Rei Supranto, J. 2003. Metode Penelitian
Sidabalok, Janus. 2010. Hukum Hukum dan StatistiK. Jakarta
Perlindungan Konsumen di : PT Rineka Cipta
Indonesia. Bandung: PT.Citra Syamsuni,H.A. 2006. Ilmu Resep.
Aditya Bakti Jakarta: EGC
Sidharta, 2000, Hukum Perlindungan Widjaja, Gunawan., dan Ahmad
Konsumen, Jakarta: Grasindo Yani. 2000. Hukum tentang
Shidarta., dan Muchtar Perlindungan Konsumen.
Kusumaatmadja. 2000. Jakarta: PT. Gramedia
Pengatar Ilmu Hukum; Suatu Pustaka Utama
Pengenalan Pertama Ruang Zaman,Nanizar.1990. Resep yang
Lingkup Berlakunya Ilmu Rasional. Surabaya:
Hukum, Buku I. Bandung: Airlangga University Press
Alumni
Subekti, R. 1987. Hukum Perjanjian,
Jakarta: Intermasa PERATURAN PERUNDANG-
Sugiyono. 2010. Statistik untuk UNDANGAN
Penelitian. Bandung: Peraturan Pemerintah Republik
Alfabeta Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
Surahmad, Winarno. 1973. Dasar tentang Pekerjaan Kefarmasian
dan Tehnik Research :
Pengertian Metodologi Peraturan Menteri Kesehatan
Ilmiah, Bandung : CV. Republik Indonesia Nomor 35 Tahun
Tarsito 2014 Tentang Standar Pelayanan
Soekanto., dan Sri Mamudji. 2001. Kefarmasian di Apotek
Penelitian Hukum Normatif Undang- Undang No. 8 Tahun 1999
Suatu Tinjauan Singkat. tentang Perlindungan Konsumen
Jakarta: PT Raja Grafindo
Undang-Undang No 36 tahun 2009
Persada
tentang Kesehatan
Soekanto,Soerjono. 1986.Pengantar
Penelitian Hukum. Jakarta : UI Press
. 1987.Pengantar
Hukum Kesehatan. Jakarta:
Remadja Karya

8
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

WEBSITE http://pharmacyapotek.blogspot.co.id
diunduh pada 28 Oktober 2015
www.batam.tribunnews.com/2012/0
5/22/pimpinan-klinik-budi-rosasri- http://www.ikatanapotekerindonesia.
minta-maaf diunduh pada 28 net/ diunduh pada 17 Februari 2016
Oktober 2015
www.nydailynews.com/news/nationa
l/brain-surgery-patient-dies-wrong-
drug-article-1.2038982 diunduh pada
28 Oktober 2015

Anda mungkin juga menyukai