Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Dosen Pengampu:
Dra. Kurniana Bektiningsih, M. Pd.
Disusun oleh :
Putri Wulan Agustina
(1401419275)
ROMBEL J
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia serta ridhoNya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah “Perkembangan Sosial dan Moral”.
Penyusun menyadari bahwa pada penulisan makalah ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Allah SWT
2. Orang tua yang selalu mendukung kegiatan penyusun
3. Dra. Kurniana Bektiningsih, M. Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi
Pendidikan.
4. Teman – teman yang selalu mendukung penyusun
Penyusun menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Penyusun
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan para pembaca.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................................2
A. Pengertian Teori Belajar Humanistik.........................................................................................2
B. Tokoh-tokoh Teori Belajar Humanistik......................................................................................3
C. Prinsip-prinsip Teori Belajar Humanistik.......................................................................................7
D. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik...................................................................9
E. Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam pembelajaran..............................................................10
F. Implikasi Teori Belajar Humanistik..............................................................................................11
BAB III..................................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................................................14
B. Saran...........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri peserta didik.
Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti
perubahan pengetahuanya, sikap dan tingkah laku ketrampilan, kecakapanya,
kemampuannya, daya reaksinya dan daya penerimaanya. Jadi,belajar adalah suatu
proses yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada peserta didik.
Belajar merupakan suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui
situasi yang ada pada peserta didik.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahui Teori Pembelajaran Humanistik
2. Mengetahui pendapat para tokoh mengenai Teori Belajar Humanistik
3. Mengetahui prinsip-prinsip Teori Belajar Humanistik
4. Mengetahui kekurangan dan kelebihan Teori Belajar Humanistik
5. Mengetahui aplikasi dan implikasi Teori Belajar Humanistik.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut teori belajar humanistik, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar humanistik
sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan
psikoterapi, dari pada bidang kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan
isi yang dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri serta lebih banyak berbiacara tentang
konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang
proses belajar dalam bentuk yang paling ideal.
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu
sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam
kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam
bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam
bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita
amati dalam dunia keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk
“memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.
Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab
tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si belajar, maka tidak akan terjadi asimilasi
pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Teori belajar humanistik
berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk
memanusiakan manusia yaitu mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri
orang yang belajar, secara optimal.
Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar
lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini
berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut
pandang pengamatnya.(Uno, 2006: 13)
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si peserta didik untuk mengembangkan
dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka.
Jadi, teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengedepankan
bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu mengembangkan potensi
dirinya. Teori belajar humanistik bersifat sangat eklektik yaitu memanfaatkan atau
merangkumkan berbagai teori belajar dengan tujuan untuk memanusiakan manusia dan
mencapai tujuan yang diinginkan karena tidak dapat disangkal bahwa setiap teori mempunyai
kelebihan dan kekurangan.
1. Carl Rogers
Carl R. Rogers dalam Hadis (2006: 71) kurang menaruh perhatian kepada mekanisme
proses belajar. Belajar dipandang sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Mereka berpendapat
bahwa belajar yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual
maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori belajar humanisme bahwa
motifasi belajar harus bersumber pada diri peserta didik.
Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu: (1) belajar yang bermakna dan (2) belajar yang
tidak bermakna. Belajar yang bermakna terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan
aspek pikiran dan perasaan peserta didik, dan belajar yang tidak bermakna terjadi jika dalam
proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan
peserta didik. Bagaimana proses belajar dapat terjadi menurut teori belajar humanisme?
Orang belajar karena ingin mengetahui dunianya. Individu memilih sesuatu untuk dipelajari,
mengusahakan proses belajar dengan caranya sendiri, dan menilainya sendiri tentang apakah
proses belajarnya berhasil.
Menurut Roger, peranan guru dalam kegiatan belajar peserta didik menurut pandangan teori
humanisme adalah sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam : (1) membantu menciptakan
iklim kelas yang kondusif agar peserta didik bersikap positif terhadap belajar, (2) membantu
peserta didik untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan kebebasan kepada
peserta didik untuk belajar, (3) membantu peserta didik untuk memanfaatkan dorongan dan
cita-cita mereka sebagai kekuatan pendorong belajar, (4) menyediakan berbagai sumber
belajar kepada peserta didik, dan (5) menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari
berbagai peserta didik sebagaimana adanya. (Hadis, 2006: 72)
2. Kolb
Pandangan Kolb tentang belajar dikenal dengan “Belajar Empat Tahap” yaitu:
Honey dan Mumford menggolongkan orang yang belajar ke dalam empat macam atau
golongan, yaitu:
a. Kelompok aktivis
Yaitu mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai
kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
b. Kelompok reflector
Yaitu mereka yang mempunyai kecenderungan berlawanan dengan kelompok aktivis.
Dalam melakukan suatu tindakan kelompok ini sangat berhati-hati dan penuh
pertimbangan.
c. Kelompok teoris
Yaitu mereka yang memiliki kecenderungan yang sangat kritis, suka menganalisis, selalu
berpikir rasional dengan menggunakan penalarannya.
d. Kelompok pragmatis
Yaitu mereka yang memiliki sifat-sifat praktis, tidak suka berpanjang lebar dengan teori-
teori, konsep-komsep, dalil-dalil, dan sebagainya
4. Habermas
Menurut Habernas, belajar baru akan tejadi jika ada interaksi antara individu dengan
lingkungannya. Ia membagi tipe belajar menjadi tiga, yaitu:
5. Arthur Combs
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi
yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika
atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa
sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu
sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang
tidak akan memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perilaku peserta
didik dengan mencoba memahami dunia persepsi peserta didik tersebut sehingga apabila
ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan peserta
didik yang ada.
Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak
guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa peserta didik mau belajar apabila materi
pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu
pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si peserta didik
untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya
dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar
dan kecil) yang bertitik pusat pada satu.. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi
diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari
persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang
mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
Bloom dan Krathmohl lebih menekankan perhatiannya pada apa yang mesti dikuasai oleh
individu (sebagai tujuan belajar), setelah melalui peristiwa-peristiwa belajar. Tujuan
belajarnya dikemukakan dengan sebutan Taksonomi Bloom, yaitu:
a. Domain kognitif, terdiri atas 6 tingkatan, yaitu:
1) Pengetahuan
2) Pemahaman
3) Aplikasi
4) Analisis
5) Sintesis
6) Evaluasi
Roger sebagai ahli dari teori belajar humanisme mengemukakan beberapa prinsip belajar
yang penting yaitu: (1). Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa
ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi
dan asimilasi pengalaman baru, (2). Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang
dipelajari relevan dengan kebutuhan peserta didik, (3) belajar dapat di tingkatkan dengan
mengurangi ancaman dari luar, (4) belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari pada
belajar secara pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri,
(5) belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran maupun
perasaan akan lebih baik dan tahan lama, dan (6) kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri
dalam belajar dapat ditingkatkan dengan evaluasi diri orang lain tidak begitu penting. (Dakir,
1993: 64)
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat
negatif.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses
yang umumnya dilalui adalah :
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini tepat untuk diterapkan. Keberhasilan aplikasi
ini adalah peserta didik merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi
perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Peserta didik diharapkan
menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur
pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau
melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah
berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator, yaitu:
Teori belajar humanistik akan sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar
pada dimensi yang lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan pada konteks
manapun akan selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori
humanistik sering dikritik karena sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis dan
dianggap lebih dekat dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dari pada
bidang pendidikan, sehingga sulit diterjemahkan ke dalam langkah-langkah yang lebih
konkret dan praktis. Namun sumbangan teori ini amat besar. Ide-ide, konsep-konsep,
taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskannya dapat membantu para pendidik dan
guru untuk memahami hakikat kejiwaan manusia.
Dalam praktiknya teori ini cenderung mengarahkan siswa untuk berpikir induktif,
mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
belajar.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang
mengedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya. Kelebihan Teori Humanistik : Sifat demokratis lebih
mendominasi, Peserta didik cenderung akan lebih aktif, sehingga output belajar lebih
maksimal, Terciptanya susana saling menghargai dan menghormati, Sifatnya membentuk
kepribadian siswa sesuai potensi, Melatih guru menerima siswa apaadanya. Kekurangan
Teori Humanistik : Tidak bisa di uji dengan mudah, Terjadian bias dalam tujuan, Sulitnya
membedakan mana yang serius dan mana yang tidak, Kebebasan yang di berikan biasanya
malah disalah gunakan.
Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran
yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik
adalah menjadi fasilitator bagi para peserta didik sedangkan guru memberikan motivasi,
kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik. Sedangkan peserta didik
sebagai pelaku utama.
B. Saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasna
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul
makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dapat memberikan kritik
dan saran yang membangun untuk penulisan makalah dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Darsono, Max. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. 2001.
F., Azies dan A. Chaedar Alwasilah, Pengajaran Bahasa Komunikatif; Teori dan Praktek.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996.
Sukmadinata, dan Nana Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Cet. IV, Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2007.
Uno, Hamzah B. Orientasi Baru Dalam Psikologi Perkembangan. Jakarta: Bumi aksara,
2006