&
Cholelitiasis
Bayhakki, PhD
Cholesistitis
• Batu empedu
Seringkali kolesistitis merupakan hasil dari partikel-partikel keras yang
berkembang di kantong empedu. Batu ini dapat menghalangi jalan keluar
empedu untuk keluar dari kantong empedu.
• Tumor
Tumor mengakibatkan proses keluarnya empedu menjadi tidak lancar dan
tertimbun di dalam sehingga menyebabkan peradangan.
• Infeksi.
AIDS dan beberapa infeksi virus dapat memicu radang kandung empedu.
Faktor Risiko
• Riwayat keluarga dengan batu empedu, terutama dari sisi ibu kandung
• Penyakit Crohn
• Diabetes
• Penyakit jantung koroner
• Gagal ginjal
• Hiperlipidemia, yakni kadar kolesterol dan lemak yang tinggi dalam darah
• Penurunan berat badan yang cepat atau drastis
• Obesitas
• Usia tua
• Kehamilan
• Persalinan yang lama juga dapat merusak kantong empedu dan meningkatkan
risiko kolesistitis dalam beberapa minggu setelahnya.
Manifestasi Klinis
• Batu biasanya menyumbat duktus sistikus yang menyebabkan stasis cairan empedu dan terjadi distensi
kandung empedu.
• Distensi kandung empedu menyebabkan aliran darah dan limfe menjadi terganggu sehingga terjadi
iskemia dan nekrosis dinding kandung empedu.
• Meskipun begitu, mekanisme pasti bagaimana stasis di duktus sistikus dapat menyebabkan kolesistitis
akut, sampai saat ini masih belum jelas.
• Diperkirakan banyak faktor yang dapat mencetuskan respon peradangan pada kolesistitis, seperti
kepekatan cairan empedu, kolesterol, lisolesitin dan prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding
kandung empedu yang diikuti oleh reaksi inflamasi dan supurasi.
• Peradangan yang disebabkan oleh bakteri mungkin berperan pada 50 sampai 85 persen pasien kolesistitis
akut.
• Organisme yang paling sering dibiak dari kandung empedu para pasien ini adalah E. Coli, spesies
Klebsiella, Streptococcus grup D, spesies Staphylococcus dan spesies Clostridium.
• Endotoxin yang dihasilkan oleh organisme – organisme tersebut dapat menyebabkan hilangnya lapisan
mukosa, perdarahan, perlekatan fibrin, yang akhirnya menyebabkan iskemia dan selanjutnya nekrosis
dinding kandung empedu.
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
• Dari pemeriksaan laboratorium pada pasien akut
kolesistitis, dapat ditemukan leukositosis dan
peningkatan kadar C-reactive protein (CRP)
2. USG
• Adapun gambaran di USG yang pada kolesistitis
akut diantaranya adalah cairan perikolestik,
penebalan dinding kandung empedu lebih dari 4
mm
3. CT Scan
Pemeriksaan dengan CT – scan dapat
memperlihatkan adanya abses perikolesistik yang
masih kecil yang mungkin tidak terlihat pada
pemeriksaan USG.
4. Skintigrafi
• Skintigrafi saluran empedu mempergunakan zat
radioaktif HIDA atau 96n Tc6 Iminodiacetic acid
mempunyai nilai sedikit lebih rendah dari USG
tapi teknik ini tidak mudah. Normalnya gambaran
kandung empedu, duktus biliaris komunis dan
duodenum terlihat dalam 30-45 menit setelah
penyuntikan zat warna. Terlihatnya gambaran
duktus koledokus tanpa adanya gambaran
kandung empedu pada pemeriksaan
kolesistografi oral atau scintigrafi sangat
menyokong kolesistitis akut
5. MRCP
• Magnetic resonance cholangio-
pancreatography (MRCP) adalah jenis
pemeriksaan pencitraan dengan teknologi MRI.
Prosedur ini menghasilkan gambar organ hati,
kantung empedu, saluran empedu, pankreas,
dan saluran pankreas yang lebih mendetail.
Penatalaksanaan
1. Terapi konservatif
→ Dapat diberikan ampisilin/sulbactam dengan dosis 3 gram / 6 jam, IV,
cefalosporin generasi ketiga atau metronidazole dengan dosis awal 1 gram, lalu
diberikan 500 mg / 6 jam, IV.
→ Bila terdapat mual dan muntah dapat diberikan anti – emetik atau dipasang
nasogastrik tube.
2. Terapi bedah
• Kolesistektomi adalah pengangkatan kantung empedu, hal ini merupakan standar untuk terapi
pembedahan kolesistitis.
• Kolesistektomi laparoskopik adalah standar untuk terapi pembedahan kolesistitis.
• Penelitian menunjukkan semakin cepat dilakukan kolesistektomi laparoskopik, waktu perawatan di
rumah sakit semakin berkurang.
•Pengkajian
→Pengkajian riwayat kesehatan sebelumnya
→ riwayat penyakit
→Pemeriksaan fisik
→Pemeriksaan lab dan penunjang
Diagnosa Keperawatan
•Keturunan
•Obesitas
•Penurunan berat badan yang cepat
•Kehamilan
•Obat penurun kolesterol
JENIS BATU EMPEDU
Terdapat tiga jenis batu empedu:
→ Batu empedu kolesterol → dari sekresi kolesterol yang berlebih
oleh sel hepar
→ Batu empedu pigmen hitam keras
→ Batu empedu pigmen cokelat lembut.
❑ Biasanya batu empedu keluar tubuh melalui tinja secara “diam-
diam”.
❑ Pada saat lainnya, batu empedu menyangkut di salah satu saluran
sehingga mengakibatkan gangguan.
❑ Kolelitiasis pigmen hitam disebabkan produksi bilirubin yang
berlebih akibat pemecahan heme yang tinggi, seperti pada penderita
hemolitik kronis atau sirosis hepatis.
❑ Kolelitiasis pigmen coklat disebabkan oleh kolonisasi bakteri akibat
sumbatan pada duktus empedu, seperti striktur bilier.
• Pada batu jenis kolesterol, faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi misalnya jenis kelamin wanita, usia >40 tahun,
dan genetik.
• Sedangkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi
adalah obesitas, penurunan berat badan drastis karena diet
sangat ketat, peningkatan hormon estrogen seperti pengguna
kontrasepsi hormonal, dan gaya hidup tidak sehat.
• Lumpur bilier atau biliary sludge adalah campuran lendir di
dalam kantung empedu yang mengental dan mengandung
kristal kolesterol yang diduga menjadi prekursor batu
empedu.
• Lumpur bilier dapat bersifat sementara atau menetap.
• Faktor resiko terbentuknya lumpur bilier adalah kehamilan, stasis
kantung empedu, nutrisi parenteral total, penurunan berat
badan drastis, dan puasa terus-menerus.
• Lumpur bilier juga dapat disebabkan penggunaan obat-obatan,
seperti seftriakson, octreotide, dan diuretik thiazide.
• Obesitas merupakan faktor risiko penting dari kolelitiasis.
• Obesitas, terutama pada wanita, dapat meningkatkan risiko
kolelitiasis kolesterol dengan meningkatkan sekresi bilier.
PATOFISIOLOGI