HIPERPARATIROIDISME
OLEH:
YESI HASNELI, MNS
UNIVERSITAS RIAU
2021
HIPERPARATIROIDISME
A. Definisi
Hiperparatiroidisme adalah suatu keadaan dimana kelenjar-kelenjar paratiroid memproduksi
lebih banyak hormon paratiroid dari biasanya. Pada pasien dengan hiperparatiroid, satu dari
keempat kelenjar paratiroid yang tidak normal dapat membuat kadar hormon paratiroid tinggi
tanpa mempedulikan kadar kalsium.
Dengan kata lain satu hormon mensekresi hormon paratiroid yang banyak walaupun kadar
kalsium dalam darah normal atau meningkat.
Jika jumlah hormon paratiroid yang disekresi lebih banyak daripada yang dibutuhkan maka ini
kita sebut hiperparatiroidisme primer. Jika jumlah yang disekresi lebih banyak karena kebutuhan
dari tubuh maka keadaan ini disebut hiperparatiroidisme sekunder.
B. Angka Kejadian
Di Amerika Serikat sekitar 100.000 orang diketahui terkena penyakit ini tiap tahun.
Perbandingan wanita dan pria sekitar 2 banding 1. Pada wanita yang berumur 60 tahun keatas
sekitar 2 dari 10.000 bisa terkena hiperparatiroidisme.
Di Indonesia sendiri kira-kira sekitar 1000 orang diketahui terkena hiperparatiroidisme tiap
tahun. Wanita yang berumur 50 tahun keatas mempunyai resiko yang lebih besar 2 kali dari pria.
C. Etiologi
Salah satu penyebab hiperparatiroidisme dari banyak hiperfungsi kelenjar adalah adenoma soliter
(penyakit von Recklinghausen). Secara umum bahwa kelainan kelenjar yang biasanya tunggal
ditemukan ± 80 %. Kelainan pada kelenjar biasanya neoplasma yang benigna atau adenoma
sedangkan paratiroid karsinoma sangat jarang. Beberapa ahli bedah dan ahli patologis
melaporkan bahwa pembesaran dari kelenjar yang multiple umumnya jenis adenoma yang ganda.
Pada ± 15 % pasien semua kelenjar hiperfungsi, contohnya chief cell parathyroid hyperplasia,
biasanya herediter dan frekuensinya berhubungan dengan kelainan endokrin lainnya, yaitu
Multiple Endocrine Neoplasia (MEN). Hiperparatiroidisme yang herediter dapat terjadi tanpa
kelainan endokrin lainnya tetapi biasanya bagian dari Multiple Endocrine Neoplasia syndrome.
MEN 1 (Wermer’s syndrome) terdiri dari hiperparatiroidisme dan tumor dari pituitary dan
pancreas, juga berhubungan dengan hipersekresi gaster dan ulkus peptikum (Zollinger-Ellison
syndrome).
Klasifikasi Hiperparatiroidisme
1. Primary hiperparathyroidism (hiperparatiroidisme primer)
Definisi masalah
Kebanyakan pasien yang menderita hiperparatiroidisme primer mempunyai konsentrasi serum
hormon paratiroid yang tinggi. Kebanyakan juga mempunyai konsentrasi serum kalsium yang
tinggi, dan bahkan juga konsentrasi serum ion kalsium yang juga tinggi. Tes diagnostik yang
paling penting untuk kelainan ini adalah menghitung serum hormon paratiroid dan ion kalsium.
Penderita hiperparatiroid primer mengalami peningkatan resiko terjangkit batu ginjal sejak 10
tahun sebelum didiagnosis. Pengangkatan paratiroid mereduksi resiko batu ginjal hingga 8.3%,
dan bahkan setelah 10 tahun sejak pengangkatan, resiko menjadi hilang.
Etiologi
Kira-kira 85% dari kasus hiperparatiroid primer disebabkan oleh adenoma tunggal. Sedangkan
15% lainnya melibatkan berbagai kelenjar (contoh berbagai adenoma atau hyperplasia). Sedikit
kasus hiperparatiroidisme utama disebabkan oleh paratiroid karsinoma. Etiologi dari adenoma
dan hyperplasia pada kebanyakan kasus tidak diketahui. Kasus keluarga dapat terjadi baik
sebagai bagian dari berbagai sindrom endrokin neoplasia, syndrome hiperparatiroid tumor atau
hiperparatiroidisme turunan. Familial hypocalcuric dan hypercalcemia dan neonatal severe
hyperparathyroidism juga termasuk kedalam kategori ini.
Patologi
Adapun patologi hiperparatiroid primer adalah:
1. Mungkin akibat dari hiperplasia paratiroid, adenoma atau karsinoma.
2. Parathormon yang meningkat menyebabkan resorpsi tulang, ekskresi ginjal menurun dan
absorpsi kalsium oleh usus meningkat.
3. Perubahan pada tulang (osteitis fibrosa sistika), nefrokalsinosis atau nefrolitiasis, dan
kalsifikasi kornea.
Hiperparatiroidisme didiagnosis ketika tes menunjukkan tingginya level kalsium dalam darah
disebabkan tingginya kadar hormone paratiroid. Penyakit lain dapat menyebabkan tingginya
kadar kalsium dalam darah, tapi hanya hiperparatiroidisme yang menaikkan kadar kalsium
karena terlalu banyak hormon paratiroid. Tes darah mempermudah diagnosis hiperparatiroidisme
karena menunjukkan penilaian yang akurat berapa jumlah hormon paratiroid. Sekali diagnosis
didirikan, tes yang lain sebaiknya dilakukan untuk melihat adanya komplikasi. Karena tingginya
kadar hormon paratiroid dapat menyebabkan kerapuhan tulang karena kekurangan kalsium, dan
pengukuran kepadatan tulang sebaiknya dilakukan untuk memastikan keadaan tulang dan resiko
fraktura. Penggambaran dengan sinar X pada abdomen bisa mengungkapkan adanya batu ginjal
dan jumlah urin selama 24 jam dapat menyediakan informasi kerusakan ginjal dan resiko batu
ginjal.
Tes laboratorium
Sebaiknya dilakukan pengukuran jumlah kadar kalsium dan albumin atau kadar ion kasium.
Hiperkalsemia sebaiknya ditandai dengan lebih dari satu penyebab sebelum didirikan diagnosis.
Uji coba kadar hormon paratiroid adalah inti penegakan diagnosis. Peningkatan kadar hormon
paratiroid disertai dengan peningkatan kadar ion kalsium adalah diagnosis hiperparatiroidisme
primer. Pengukuran kalsium dalam urin sangat diperlukan. Peningkatan kadar kalsium dengan
jelas mengindikasikan pengobatan dengan cara operasi.
Penyembuhan
Operasi pengangkatan kelenjar yang semakain membesar adalah penyembuhan utama untuk 95%
penderita hiperparatiroidisme. Apabila operasi tidak memungkinkan atau tidak diperlukan,
berikut ini tindakan yang dapat dilakukan untuk menurunkan kadar kalsium:
a. Memberikan cairan
b. Pembatasan memakan kalsium
c. Mendorong natrium dan kalsium diekskresikan melalui urin dengan menggunakan larutan
garam normal, pemberiaqn Lasix, atau Edrecin.
d. Pemberian obat natrium, kalium fosfat, kalsitonin, Mihracin atau bifosfonat.
e. Obati hiperkalsemia dengan cairan, kortikosteroid atau mithramycin)
f. Operasi paratiroidektomi
g. Obati penyakit ginjal yang mendasarinya.
Etiologi
Pada keadaan gagal ginjal, ada banyak factor yang merangsang produksi hormon paratiroid
berlebih. Salah satu faktornya termasuk hipokalsemia, kekurangan produksi vitamin D karena
penyakit ginjal, dan hiperpospatemia. Hiperpospatemia berperan penting dalam perkembangan
hyperplasia paratiroid yang akhirnya akan meningkatkan produksi hormon paratiroid.
Patofisiologi
Produksi hormon paratiroid yang berlebih disertai dengan gagal ginjal dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit tulang, penyakit tulng yang sering terjadi adalah osteitis fibrosa
cystica, suatu penyakit meningkatnya resorpsi tulang karena peningkatan kadar hormon
paratiroid. Penyakit tulang lainnya juga sering terjadi pada pasien, tapi tidak muncul secara
langsung.
Gambaran klinis
Hiperparatiroidisme sekunder biasanya disertai dengan penurunan kadar kalsium serum yang
normal atau sedikit menurun dengan kadar PTH tinggi dan fosfat serum rendah. Perubahan
tulang disebabkan oleh konsentrasi PTH yang tinggi sama dengan pada hiperparatiroidisme
primer. Beberapa pasien menunjukkan kadar kalsium serum tinggi dan dapat mengalami semua
komplikasi ginjal, vaskular, neurologik yang disebabkan oleh hiperkalsemia.
Tes laboratorium
Semua pasien yang menderita gagal ginjal sebaiknya kadar kalsium, fosfor, dan level hormon
paratiroidnya dimonitor secara reguler. Pasien hiperparatiroidisme biasanya mempunyai kadar
kalsium yang dibawah normal dan peningkatan kadar hormon paratiroid.
Penyembuhan
Tidak seperti hiperparatiroidisme, manajemen medis adalah hal yang utama untuk perawatan
hiperparatiroidisme sekunder. Penyembuhan dengan calcitriol dan kalsium dapat mencegah atau
meminimalisir hiperparatiroidisme sekunder. Kontrol kadar cairan fosfat dengan diet rendah
fosfat juga penting. Pasien yang mengalami predialysis renal failure, biasanya mengalami
peningkatan kadar hormon paratiroid. Penekanan sekresi hormon paratiroid dengan low-dose
calcitriol mungkin dapat mencegah hiperplasia kelenjar paratiroid dan hiperparatiroidisme
sekunder.
Etiologi
Penyebabnya masih belum diketahui. Perubahan mungkin terjadi pada titik pengatur mekanisme
kalsium pada level hiperkalsemik.
Patofisiologi
Hiperparatiroidisme tersier paling umum diamati pada pasien penderita hiperparatiroidisme
sekunder yang kronis dan yang telah menjalani cangkok ginjal. Kelenjar hipertrophied paratiroid
gagal kembali menjadi normal dan terus mengeluarkan hormon paratiroid berlebih, meskipun
kadar cairan kalsium masih dalam level normal atau bahkan berada diatas normal. Pada kasus
ini, kelenjar hipertropid menjadi autonomi dan menyebabkan hiperkalsemia, bahkan setelah
penekanan kadar kalsium dan terapi kalsitriol. Penyakit tipe ketiga ini sangat berbahaya karena
kadar phosfat sering naik.
Presentasi klinis
Manifestasi klinis dari hiperparatiroidisme tersier meliputi hiperparatiroidisme yang kebal
setelah pencangkokan ginjal atau hiperkalsemia baru pada hiperparatiroidisme sekunder akut.
Pengobatan
Pengobatan penyakit hiperparatiroidisme tersier adalah dengan cara pengangkatan total kelenjar
paratiroid disertai pencangkokan atau pengangkatan sebagian kelenjar paratiroid.
D. Faktor Pencetus
Kelenjar paratiroid mengeluarkan hormon paratiroid (parathiroid hormone, PTH) yang bersama-
sama dengan Vit D3 (1.25-dthydroxycholccalciferal), dan kalsitonin mengatur kadar kalsium
dalam darah. Sintesis PTH dikendalikan oleh kadar kalsium plasma, yaitu dihambat sintesisnya
bila kadar kalsium tinggi dan dirangsang bila kadar kalsium rendah. PTH akan merangsang
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal, meningkatkan absorbsi kalsium pada usus halus,
sebaliknya menghambat reabsorbsi fosfat dan melepaskan kalsium dari tulang. Jadi PTH akan
aktif bekerja pada tiga titik sasaran utama dalam mengendalikan homeostasis kalsium yaitu di
ginjal, tulang dan usus.
E. Patofisiologis
Sekitar 6-10 % kasus berawal dari adenoma pada lobus inferior kelenjar paratiroid. Adenoma
paratiroid bisa terdapat di thymus, tiroid, pericardium, esophagus bagian belakang. Adenoma
biasa beratnya 0,5-5 gram tapi bisa juga beratnya 10-20 gram. Chief cells sering dominan pada
hiperplasia atau adenoma. Adenoma kadang-kadang encapsulated berbentuk lingkaran dengan
jaringan sekitar. Dengan hiperplasia chief cell, pembesaran bisa asimetrik yang terlihat sangat
nyata.
Karsinoma paratiroid biasanya karakternya tidak agresif. Daya hidup jangka panjang tanpa
rekurens jika operasi yang dilakukan dalam mengangkat kelenjar tanpa menimbulkan rupture
dari kapsul. Karsinoma paratiroid yang rekuren biasanya tumbuhnya lambat dengan
penyebarannya ke leher, dan operasi untuk koreksi ulang mungkin dapat dilakukan. Karsinoma
paratiroid akan lebih agresif jika ada metastasis (ke paru, hepar, dan tulang) ditemukan pada saat
permulaan operasi. Jika kadar kalsium antara 3,5-3,7 mmol / L (14-15 mg / dL) merupakan tanda
awal adanya karsinoma dan tindakan yang harus dilakukan adalah mengangkat kelenjar yang
abnormal dengan perhatian akan rupturnya capsul.
H. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium:
a. Kalsium serum meninggi
b. Fosfat serum rendah
c. Fosfatase alkali meninggi
d. Kalsium dan fosfat dalam urin bertambah
Foto Rontgen:
a. Tulang menjadi tipis, ada dekalsifikasi
b. Cystic-cystic dalam tulang
c. Trabeculae di tulang
PA: osteoklas, osteoblast, dan jaringan fibreus bertambah
I. Penatalaksanaan
a. Kausal: Tindakan bedah, ekstirpasi tumor.
b. Simptomatis: Hiperkalsemia ringan (12 mgr % atau 3 mmol / L) dan Hidrasi dengan infus
c. Sodium chloride per os
d. Dosis-dosis kecil diuretika (furosemide) Hiperkalsemia berat (> 15 mgr % atau 3,75 mmol /
L):
e. Koreksi (rehidrasi) cepat per infus
f. Forced diuresis dengan furosemide
g. Plicamycin (mitramcin) 25 ug / kg BB sebagai bolus atau infus perlahn-lahan (1-2 kali
seminggu)
h. Fosfat secara intravena (kalau ada indikasi)
i. Dialysis peritoneal, kalau ada insufisiensi ginjal.
J. Komplikasi
Krisis hiperkalsemia akut dapat terjadi pada hiperparatiroidisme. Keadaan ini terjadi pada
kenaikan kadar kalsium serum yang ekstrim. Kadar yang melebihi 15 mg/dl (3,7 mmol/L) akan
mengakibatkan gejala neurologi, kardiovaskuler dan ginjal yang dapat membawa kematian.
Pembentukan batu pada salah satu atau kedua ginjal yang berkaitan dengan peningkatan ekskresi
kalsium dan fosfor merupakan salah satu komplikasi hiperparatiroidisme yang penting dan
terjadi pada 55% penderita hiperparatiroidisme primer. Kerusakan ginjal terjadi akibat presipitasi
kalsium fosfat dalam pelvis dan ginjal parenkim yang mengakibatkan batu ginjal (renal calculi),
obstruksi, pielonefritis serta gagal ginjal.
Pencegahan Komplikasi
a. Minum banyak cairan, khususnya air putih. Meminum banyak cairan dapat mencegah
pembentukan batu ginjal.
b. Latihan. Ini salah satu cara terbaik untuk membentuk tulang kuatn dan memperlambat
kerapuhan tulang.
c. Penuhi kebutuhan vitamin D. sebelum berusia 50 tahun, rekomendasi minimal vitamin D yang
harus dipenuhi setiap hari adalah 200 International Units (IU). Setelah berusisa lebih dari 50
tahun, asupan vitamin D harus lebih tinggi, sekitar 400-800 IU perhari.
d. Jangan merokok. Merokok dapat meningkatkan pengrapuhan tulang seiring meningkatnya
masalah kesehatan, termasuk kanker.
e. Waspada terhadap kondisi yang dapat meningkatkan kadar kalsium. Kondisi tertentu seperti
penykit gastrointestinal dapat menyebabkan kadar kalsium dalam darah meningkat.
K. Prognosis
Pengobatan hiperparatiroidisme sekunder pada kebanyakan pasien berhasil. Pasien yang
menjalani pengangkatan kelenjar paratiroid mempunyai kira-kira 10% resiko kumatnya penyakit.
Hal ini mungkin berkaitan dengan fungsi yang berlebihan atau hilangya kelenjar dileher atau
hiperplasia. Adakalanya pasien yang telah menjalani operasi tetap mengalami
hiperparatiroidisme, jika jaringan telah dicangkkok, adakalanya pencagkokan dapat
membalikkan hipoparatiroidisme.
L. Pengkajian
Data yang dikumpulkan pada klien dgn hiperparatiroid adalah :
a. Adanya riwayat ISK atau pernah Obstruksi batu.
b. Makan dan Minum
c. Adanya riwayat klien mengkonsumsi makan/minuman diet tinggi kalsium/susu
d. Nyeri / rasa nyaman
e. Adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan.
f. Mengkonsumsi obat antibiotik terlalu lama.
g. Riwayat Penyakit Keluarga
h. Adanya riwayat Penyakit Ginjal, ISK.
i. Pengetahuan
j. Pemeriksaan Diagnostik.
k. Pemeriksaan urin
l. Pemeriksaan darah lengkap.
m. Radiologi / x-ray
n. IVP
o. CT. Scan
p. USG
Pada pemeriksaan fisik, kelainan bentuk skletal dicatat, deformitas spinal, dan deformitas yang
bengkok dari tulang panjang mungkin memberikan ketidakbiasaan penampilan pada pasien dan
cara berjalan loyo/lemah. Mungkin terdapat kelemahan otot, pasien mungkin menjadi tidak
senang dengan penampilannnya.
M. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan kelemahan dan kemungkinan fraktur. meningkatnya kontraksi
ureter, trauma jaringan, terbentuknya edema.
b. Gangguan Pola eliminasi buang air kecil berhubungan dengan iritasi ginjal/ureter, obstruksi
mekanik, implamasi, stimulasi kandung kencing oleh batu.
c. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan prosedur perawatan.berhubungan dengan
informasi yang salah.
N. Rencana Keperawatan
Tujuan
1. Rasa nyaman nyeri teratasi.
2. Gangguan pola eliminasi teratasi.
4. Klien akan membuka diri meminta informasi.
Intervensi
a. Amati & catat lokasi, durasi, intensitas penyebaran nyeri.
b. Jelaskan penyebab nyeri.
c. Lakukan gate kontrol pada punggung.
d. Ajarkan teknik relaksasi.
e. Beri intake cairan 3000 ml – 4000 ml / hari.
f. Kolaborasi pemberian obat-obatan.
g. Monitor intake / out put.
h. Amati buang air kecil
i. Siapkan urine laboratorium.
j. Observasi keadaan kandung kemih.
k. Kolaborasi pemeriksaan laboratorium.
l. Monitor tanda vital.
m. Beri diet sesuai program.
n. Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
o. Jelaskan pentingnya intake cairan 3000 – 4000 ml/hr.
p. Jelaskan tentang pengaturan diet.
q. Diskusikan bersama klien/keluarga tentang aturan pengobatan & jenis makanan.
r. Anjurkan untuk bergerak ringan pada waktu pengkajian misalnya dengan mengubah posisi
secara berulang-ulang untuk membantu mengurangi gejala ketidaknyamanan dengan
immobilitas.
s. Beri aktivitas yang mengalihkan perhatian pasien ke hal lain seperti mengajak bicara, nonton
TV, dan tehnik distraksi lain, hal tersebut akan mengurangi persepsi klien terhadap nyeri.
t. Analgetik dibutuhkan untuk mengurangi rasa nyeri, respon pasien terhadap pengobatan
dimonitor sebagai respon keadaan untuk terapy.
u. Pemahaman tentang proses penyakit dan prosedur perawatan. Pendidikan kesehatan tentang
penyebab osteomalasia dan pendekatan untuk pengawasan penyakitnya. Pasien dianjurkan untuk
diet sumber kalsium dan vitamin D (susu, sereal, telur dan hati ayam). Dosis yang tinggi dari
vitamin D dapat menjadi racun dan faktor penunjang untuk terjadinya hypercalsemia, yang
terpenting adalah memonitor tekanan rata-rata serum kalsium.
O. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
a. Mencapai pengurangan rasa nyeri.
• Pasien melaporkan adanya perasaan nyaman.
• Pasien melaporkan berkurangnya kelemahan tulang
b. Pemahaman tentang proses penyakit dan prosedur perawatan.
• Pasien mengetahui proses perjalanan penyakit dan prosedur perawatan.
• Penggunaan sesuai kebutuhan terapi calsium dan vitamin D.
• Memonitor rata-rata serum kalsium untuk kelanjutan kesembuhan penyakit.
• Selalu follow up tentang semua ketetapan perawatan kesehatan..
DAFTAR PUSTAKA
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/kedokteran/penyakit-kelenjar-paratiroid
http://ismailskep.wordpress.com/2008/11/17/asuhan-keperawatan-klien-nefrolitiasis/
http://keperawatanperkemihan.blogspot.com/
http://ns-nining.blogspot.com/2008/03/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan-ca.html
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/05/05/askep-osteomalasia/
Saputra, Lyndon dr.2002.Kapita selekta kedokteran jilid 1. Batam:Binarupa Aksara. Hal 164-
165.
Sjamsuhidayat, R, Wim de Jong. 2004.Buku Ajar Ilmu Bedah-Ed.2.Jakarta: EGC. Hal 695
Stephen J. Marx, M.D. “Hyperparathyroid And Hypoparathyroid Disorders”. The New England
Journal of Medicine. Volume 343:1863-1875. December 21, 2000