PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
jumlah kematian dan 60% dari jumlah beban penyakit global (Anies, 2016).
Diabetes melitus (DM) atau yang sering dikenal kencing manis merupakan
salah satu dari empat prioritas penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi
penyebab utama kebutaan, serangan jantung, stroke, gagal ginjal dan amputasi
kaki (Wordl Health Organization, 2016). Hal ini ditandai dengan peningkatan
kerja isulin, atau keduanya (Smeltzer, 2016). Sehingga tubuh tidak dapat
Rahayu, 2015).
Menurut hasil data yang didapatkan bahwa jumlah klien diabetes di dunia
tahun 2017 sebanyak 425 juta jiwa dan diperkirakan akan terus meningkat
hingga pada tahun 2045 sekitar 629 juta jiwa dari seluruh penduduk dunia.
Mayoritas orang DM berusia antara 20-64 tahun, dan 279 juta jiwa dari 425
wilayah. Pada tahun 2017 sebanyak 159 juta jiwa dan diperkirakan akan naik
1
2
menjadi 183 juta jiwa pada tahun 2045. Sedangkan negara Indonesia
dunia, pada tahun 2017 dengan jumlah sekitar 10,3 juta jiwa yang mengalami
diabetes, dan akan mengalami peningkatan pada tahun 2045 dengan peringkat
ke 7 di dunia dengan jumlah sekitar 16,7 juta jiwa, sedangkan klien yang
belum terdiagnosa pada tahun 2017 sebanyak 7,6 juta jiwa, dan orang dengan
pernah didiagnosis dokter, dan berdasarkan diagnosis atau gejala sebesar 2,1%
Jawa Timur, 2014). Pada tahun 2010 berdasarkan data Profil Kesehatan
sebanyak 3.291 orang dan mengalami peningkatan pada tahun 2014 yaitu
neuropati yang dialami oleh 54% penderita diabetes melitus yang di rawat di
RI, 2014). Data yang didapatkan dari medical record di RSUD. Waluyo Jati
RSUD. Waluyo Jati Kraksaan, diperoleh 138 kien DM dengan gangren dalam
ditakuti. Hal ini dikarenakan sering kaki diabetes berakhir dengan kecacatan
malu dan tidak berharga bagi sebagian penderitanya, yang pada akhirnya
distorsi dan persepsi negatif tentang penampilan fisik mereka (Sutejo, 2017).
atau melihat bagian tubuh tertentu yang strukturnya telah berubah akibat
Nizam dan Hasneli (2010) di Ruang Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad
Responden yang merasa terganggu dengan reaksi orang lain memiliki citra
terganggu dengan perbandingan terhadap orang lain memiliki citra tubuh yang
nyaman secara psikis seperti timbulnya rasa cemas, frustasi dengan indikator
Seringkali seseorang hanya melihat satu waktu saat kita sakit dan melupakan
99 kali saat kita sehat. Kapan saja kita kehilangan rasa syukur, maka kita akan
kehilangan sifat iman kita. Sebagaimana dalam Firman Allah SWT dalam QS.
Ibrahim [14]: 7
]٧:َو اِ ْذ تأ َ َّذ ن َر بُّ ُك ْم لَئِ ْن َشكَرْ تُ ْم أَل َ ِز ْي َد نَّ ُك ْم صلى َو لَئِ ْن َكفَرْ تُ ْم اِ َّن َع َذا بِ ْي لَ َش ِد ْي ْد [ابرهم
Beberapa hal yang harus diamati dalam model stres adaptasi diantaranya
adalah sumber koping, dan mekanisme koping yang digunakan (Yusuf et al.,
(Braine & Wray, 2016). Penggunaan mekanisme koping yang maksimal akan
6
2008).
melitus tipe 2 dengan kaki diabetes, untuk perilaku menyerang berada pada
melitus tipe 2 dengan kaki diabetes berada pada kategori adaptif yaitu 27
bahwa kaki diabetes merupakan salah satu komplikasi kronik DM yang paling
psikologis, khususnya citra tubuhnya. Untuk itu perlu suatu usaha langsung
Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan mengangkat judul
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Kraksaan.
8
D. Manfaat Penilitian
a. Bagi Penulis
a. Bagi Klien
b. Bagi Perawat
dengan gangren.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjaun Teori
a. Definisi
tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (Dyah
Purnamasari, 2014).
(Smeltzer, 2016).
waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah
darah.
kebutuhan.
ketiga).
beta akibat penuaan yang lebih cepat pada orang lebih rentan dari
c. Diagnosis
13
seperti:
(PERKENI, 2015)
Kadar glukosa plasma
Kadar HbA1c Kadar Glukosa darah
Klasifikasi 2 jam setelah TTGO
(%) (mg/dL)
(mg/dL)
Diabetes ≥ 6,5 ≥ 126 mg/dL ≥ 200 mg/dL
Prediabetes 5,7-6,4 100-125 140-199
Normal <5,7 <100 <140
(PERKENI, 2015)
Tabel 2.2 Kadar Glukos Darah Sewaktu dan Kadar Glukosa Darah
Puasa Sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis DM
14
Belum pasti
Parameter Bukan DM DM
DM
kadar glukosa darah plasma vena < 100 100 – 199 ≥ 200
sewaktu mg/Dl darah kapiler < 90 90 – 199 ≥ 200
kadar glukosa darah plasma vena < 100 100 – 125 ≥ 126
puasa mg/dL darah kapiler < 90 90 – 99 ≥ 100
(PERKENI, 2015)
d. Penatalaksanaan
1) Edukasi
b) Bagi pria dengan tinggi badan < 150 cm, rumus dimodifikasi
c) BB normal : BBI ± 10%, kurus : < BBI – 10% gemuk > BBI
+10%
3) Aktivitas Fisik
dan tidak ada 2 hari berturutan tanpa aktifitas fisik. Jika tidak ada
4) Terapi Farmakologis
Sulistianingsih, 2014).
e. Komplikasi
17
a) Hipoglikemia
b) DKA
c) HHNS
f. Pencegahan
2) Tekanan darah
3) Pengendalian lipid
2014b).
a. Definisi
b. Etiologi
Sulistianingsih, 2014)
Tingkat Lesi
Pre atau post tidak terdapat lesi terbuka, mungkin hanya deformitas
0
dan selulitis.
1 Ulkus diabetik superfisialis (partial atau full thicness).
Ulkus meluas mengenai ligament, tendon, kapsul sendi atau otot
2 dalam tanpa abses atau osteomilitis.
3 Ulkus dalam dengan abses, osteomielitis atau infeksi sendi.
4 Gangren setempat pada bagian depan kaki atau tumit.
5 Gangren luas meliputi seluruh kaki.
(Tentolouris, 2010)
Grade
Stage
0 I II III
pre-atau post ulkus ulkus dalam ulkus meluas
A tanpa superfisial (hingga ketendon hingga ke tulang
kerusakan kulit atau kapsul) atau sedi
B Infeksi Infeksi Infeksi Infeksi
C Iskemia Iskemia Iskemia Iskemia
infeksi dan infeksi dan infeksi dan infeksi dan
D
iskemia iskemia iskemia iskemia
20
(Tentolouris, 2010)
d. Patofisiologi
badan yang abnormal. Hal ini dapat berperan dalam terjadinya callus
atau ulserasi pada kaki. Perubahan struktural pada kaki dapat terjadi
merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang kurang
(Waspaji, 2014a)
1) Kontrol Mekanik
pada kaki saat berbaring untuk mencegah lecet pada luka dan
2) Kontrol Metabolik
3) Kontrol Vaskular
4) Kontrol Luka
23
atau tidak.
5) Kontrol Infeksi
6) Kontrol Edukasi
deteksi dini pada kaki yang normal atau sudah ada gangguan
a. Definisi
fungsi, penampilan, serta potensi tubuh saat ini dan masa lalu. Jika
individu menerima dan menyukai dirinya, merasa aman dan bebas dari
25
2012).
roda, dan sebagainya) baik masa lalu maupun sekarang. Citra tubuh
merupakan hal pokok dalam konsep diri. Citra tubuh harus realistis
akan lebih bebas dan merasa aman dari kecemasan sehingga harga
b. Etiologi
2017a)
d) Stabilitas psikologi
citra tubuh adalah stroke, amputasi, buta, tua, hamil, masektomi, DM,
d. Manifestasi Klinis
menjadi:
a) Subjektif
tubuh
27
b) Objektif
berubah
a) Subjektif
fungsi)
b) Objektif
2016).
a. Definisi
diri atau menghindari situasi stres. Stres diatasi dengan kognitif dan
dilakukan.
dan analitis.
lebih baik. Strategi ini baik, terlebih bila masalah terjadi karena
(Sutejo, 2017b).
e. Respon koping
1) Adaptif
2) Maladaptif
Wray, 2016).
1) Input
2) Proses
3) Efektor
a) Fisiologis
d) Ketergantungan
4) Output
masalah adaptasi.
2015). Untuk itu perlu suatu usaha langsung dalam manajemen stres
(Nursalam, 2008).
B. Kerangka Teori
38
komplikasi
BAB III
39
Variabel perancu
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Status Sosial Ekonomi
Dukungan sosial
B. Hipotesis Penelitian
40
hubungan antar variabel. Hipotesis ini biasanya berupa perkiraan numeric atas
populasi yang dinilai berdasarkan data sampel penelitian. Hipotesis nol dan
tidak ada satupun hubungan atau signifikan antara kelompok dalam variabel
(Creswell, 2010).
Citra Tubuh dengan Mekanisme Koping Pada Klien Diabetes Melitus dengan
Ha: Ada Hubungan antara Citra Tubuh dengan Mekanisme Koping pada
Kraksaan.
H0: Tidak ada Hubungan antara Citra Tubuh dengan Mekanisme Koping pada
Kraksaan.
BAB IV
41
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
dilakukan pada satu waktu yang bersamaan. Pada penelitian ini diobservasi
1. Populasi
2. Sampel
N
n=
1 + N (d)2
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Besar populasi
Perhitungan
n= N
1 + N (d)2
n= 138
1 + 138 ( 0,05 )2
n= 138
1 +138 ( 0,0025 )
n= 138
1+0,345
n = 138
1,345
n = 102 + 10%
n = 112 responden
43
Kriteria Inklusi
(Nursalam, 2014).
Kraksaan.
Kriteria Eksklusi
2014).
3. Sampling
mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2014). Ada dua jenis teknik
acak atau Probability Sampling dan sampel tidak acak atau Non
2014).
C. Variabel Penelitian
yang bersifat konkrit, dan secara langsung dapat diukur (Nursalam, 2014).
Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel bebas (
tubuh.
D. Definisi Operasional
45
penelitian atau apa yang akan diukur oleh variabel yang bersangkutan
(Notoatmodjo, 2012).
Tabel 4.1 Hubungan Citra Tubuh dengan Mekanisme Koping pada Klien
Diabetes Melitus dengan Gangren di RSUD. Waluyo Jati
Kraksaan.
Variabel Definisi Parameter/ indikator Alat Skor Skala
operasional ukur ukur
Variabel sikap atau 1. Perasaan negatif K 1. positif = < 36 N
independen cara tentang tubuh U 2. negatif = 37-92 O
citra tubuh pandang 2. Kehilangan bagian E M
klien tentang tubuh, fungsi atau S I
tubuhnya, struktur tubuh I N
mengenai berubah O A
struktur 3. Menghindari melihat N L
tubuh yang dan menyentuh tubuh E
telah 4. Menyembunyikan R
mengalami tubuh
perubahan. 5. Fokus pada
perubahan /
kehilangan
6. Hubungan sosial
berubah
7. Fokus pada
penampilan dan
kekuatan masa lalu.
Variabel Usaha yang 1. Confrontive coping K 1. Adaptif 61-90 N
dependen dilakukan 2. Distancing U 2. Maladaptif < 60 O
mekanisme oleh klien 3. Self controlling E M
koping untuk 4. Seeking social S I
mengatasi/ support I N
mengurangi 5. Accepting O A
stresor responsibility N L
akibat 6. Escape avoidance E
perubahan 7. Planful problem R
yang solving
diterima. 8. positive reapprasial
E. Tempat Penelitan
46
Dalam hal ini peneliti akan melakukan penelitian di RSUD. Waluyo Jati
Kraksaan.
F. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan selama 1 bulan. Yang akan di mulai pada 28
G. Instrumen Penelitian
pernyataan yang harus dijawab oleh responden, dengan tujuan agar peneliti
Meskipun alat ukur yang dipakai adalah alat ukur yang telah
dikembangkan oleh Moeen, Muazzam, & Zubair (2013) dan Lazarus &
Folkman (1985), namun tetap diperlukan pengujian, untuk melihat apakah alat
ukur tersebut dapat dipakai pada subjek yang berbeda, dan selain itu juga
karena adanya sedikit modifikasi pada kedua alat ukur tersebut. Uji alat ukur
47
ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai validitas dan reabilitas dari alat ukur
yang digunakan.
1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-
benar mengukur atau diukur, demikian pula kuisioner sebagai alat ukur
yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita ukur,
maka perlu diuji dengan uji korelasi antara scor (nilai) tiap-tiap item
n ( Σ XY )−( Σ X ) .(Σ Y )
rhitung = 2 2 2
√[ n. Σ X −( Σ X ) ] . [ n. ΣY −( ΣY )2 ]
Keterangan :
rhitung : Koefisien Korelasi ∑Xi : Jumlah Skor Item
∑Yi : Jumlah Skor Total (item) n : Jumlah Responden
48
2. Uji Reliabilitas
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap
asas (ajeg) bila dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama,
yang tinggi, untuk itu sebelum digunakan untuk penelitian harus di tes
atau diuji coba sekurang-kurangnya dua kali. Uji coba tersebut kemudian
2. r b
r 11 =
1+r b
Keterangan :
Dengan digunakan rumus tersebut, untuk alat ukur citra tubuh diperoleh
nilai cronbach alpha 0,957 dan untuk alat ukur mekanisme koping diperoleh
adalah:
Jadid.
2. Mengurus surat ijin penelitian kepada Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik
Kabupaten Probolinggo.
Kraksaan.
informed consent.
di kuesioner.
disediakan.
responden agar bila ada pertanyaan dan pernyataan yang tidak jelas
jawaban responden.
1. Pengelolahan Data
a. Editing
ada jawaban yang ganda atau belum dijawab, jika ada sampaikan
kuesioner tersebut.
b. Coding
c. Scoring
1) Positif = < 36
2) Negatif = 37-92
1) Adaptif = 61-90
53
2) Maladaptif = < 60
d. Tabulating
berbentuk tabel.
2. Analisa Data
program SPSS.
J. Etika Penelitian
isu sentral yang berkembang saat ini. Pada penelitian ilmu keperawatan,
karena hampir 90% subjek yang dipergunakan adalah manusia. Secara umum
1. Prinsip manfaat
c. Risiko
tidak.
1) Informed consent
3. Prinsip keadilan
penelitian.
harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama dan rahasia
(Nursalam, 2014).
56
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Jati Kraksaan pada tanggal 28 april- 29 mei 2018. RSUD Waluyo Jati
RSUD Waluyo Jati Kraksaan yaitu satu dari sekian Rumah Sakit milik
Kraksaan dengan luas areal tanah 35.000 m2, berlokasi di Jl. dr. Soetomo
pada tahun 2002 RSUD Waluyo Jati telah menjadi Rumah Sakit kelas tipe
pelayanan. Pada saat ini RSUD Waluyo Jati telah lulus tingkat lanjut 12
Hampir semua instalasi rawat jalan di RSUD Waluyo Jati di buka 6 hari
2. Data Umum
5.1
usia 45-64 tahun sebanyak 92%, usia > 65 tahun sebanyak 8%.
sebanyak 71,4%.
58
Gangren
dengan Gangren
yang berarti ada hubungan yang bermakna secara statistik antara citra
B. Pembahasan
citra tubuh berdasarkan tabel 5.3 diatas dapat dilihat bahwa 112 klien
sebagian besar dari klien diabetes melitus dengan gangren yang menjalani
yang positif, akan tetapi ada beberapa responden yang memiliki citra
ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan, serta potensi tubuh saat ini dan
citra tubuh positif dari sikap pasien tersebut terlihat ketika pasien
respon yang positif atau terbuka. Bentuk dari emosi pasien tersebut antara
lain respon terhadap diri sendiri yang baik, memiliki keyakinan yang kuat
dalam diri pasien untuk sembuh, dapat menunjukkan ekspresi wajah yang
kooperatif).
individu tentang tubuhnya antara lain seperti klien merasa tidak berguna
bahwa luka yang klien alami sembuhnya lama dan akan membuatnya
persepsi negatif tentang penampilan fisik mereka (Sutejo, 2017). Hal ini
mekanisme koping berdasarkan tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa 112
maladaptif. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar dari klien diabetes
dengan sifat dari mekanisme koping yaitu adaptif dan maladaptif. Koping
membuat masalah tidak segera teratasi (Braine & Wray, 2016). Sehingga
dapat memicu lamanya perawatan luka karena dari dalam diri klien sendiri
sesuai dengan fungsi peran (sosial) yang di berikan. Seringkali konsep diri
sendiri tidaklah cukup, perlu bagi klien kehangatan, cinta, dan memiliki
yang baik dengan keluarga dan orang lain seperti berdiskusi dalam
sakit.
dengan stres, untuk mencapai koping yang adaptif perlu bagi kita ummat
Kraksaan.
koping pada klien diabetes melitus dengan gangren diperoleh hasil ρ value
= 0,000 (ρ lebih kecil dari alpha yaitu 0,05), maka H0 ditolak. Hal ini
memiliki citra tubuh positif dan mekanisme koping adaptif sebanyak 58%,
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
0,002 < 0,05 (alpha), yang menunjukkan ada hubungan antara citra tubuh
Hasil dari penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Vonala & Ernawati (2016) tentang hubungan konsep diri (citra diri
dan harga diri) dengan mekanisme koping pada penderita pasca stroke di
hasil penelitian nilai signifikasi sebesar 0,001 < 0,05 (alpha) yang
hubungan yang erat antara citra tubuh dengan mekanisme koping pada
Hal ini dapat dilihat dari tabel silang yang menunjukkan citra tubuh yang
67
positif pada klien diabetes melitus dengan gangren tercipta ketika mereka
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Vonala & Ernawati
(2016) yang menyatakan bahwa semakin banyak harga diri positif diikuti
dan penerimaan dari orang terdekat merupakan faktor utama dalam proses
RSUD Waluyo Jati Kraksaan dalam penelitian ini yang lebih dominan
(Nursalam, 2008).
68
C. Keterbatasan Penelitian
1. Kualitas Data
2. Waktu Penelitian
kurang sempurna.
D. Implikasi Keperawatan
Temuan dalam praktek ini meneliti bebarapa implikasi bagi lahan praktek,
citra tubuh dengan mekanisme koping pada klien diabetes melitus dengan
dan perlu bagi klien untuk mendapatkan bantuan dan dukungan sosial dari
69
orang lain yang berada dalam lingkaran keluarga, teman, tetangga, dan
rekan kerja.
2. Pendidikan keperawatan
untuk lebih menggali seluruh aspek yang di butuhkan bagi klien, bukan
hanya dari aspek fisik, tetapi juga seluruh aspek kehidupan klien, perlu
citra tubuh dengan mekanisme koping pada klien diabetes melitus dengan
gangren.
70
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
(60,7%).
(62,5%).
3. Ada hubungan yang cukup tinggi dalam penelitian hubungan citra tubuh
B. Saran
1. Bagi Komunitas
proses penyembuhan.