Anda di halaman 1dari 11

Tugas Makalah

MENGEMBANGKAN MODAL SOSIAL

DISUSUN OLEH :

NAMA : KASMIATI SUKRI

NIM : 019140049

PROGRAM STUDY S2 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

STIK TAMALATEA MAKASSAR

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam keseharian kita sering menjumpai potret kehidupan yang sulit
dipahami. Pencapaian pembangnan kita selalu terpuruk. Pemerintahan silih berganti
tetapi kita seperti jalan ditempat. Pengangguran terus bertambah. Kemiskinan
semakin sulit dikendalikan. Kriminalitas meningkat dimana-mana. Investasi swasta
semakoin sulit berkembang. Perusahaan-perusahaan industry dalam negeri semakin
sulit bersaing. Apa yang sebenarnya terjadi ?
Di negeri yang besar seperti Indonesia dan dengan kompleksitas
persoalannya, dimensi modal sosial hampir diabaikan, jauh berada di luar alam pikir
pembangunan.  Padahal, di berbagai  belahan dunia dewasa ini, kesadaran kan
pentingnya faktor tersebut cukup tinggi dan sedang menjadi kepedulian bersama. 
Modal sosial (social capital)  diyakini sebagai salah satu komponen utama dalam
menggerakkan kebersamaan, ide, kesaling percayaan dan saling menguntungkankan
untuk mencapai kemajuan bersama. Sebuah komunitas terbangun karena adanya
ikatan-ikatan sosial di antara anggotanya. Kita sering mendengar komunitas petani,
komunitas tukang becak, perkumpulan nelayan, asosiasi insinyur dan sebagainya.
Kualitas ikatan sosial akan terbangun apabila di antara warga saling berinteraksi
pada waktu yang relatif lama dan mendalam. Biasanya kualitas ikatan sosial tadi
akan lebih baik apabila sesama warga tergabung untuk melakukan kegiatan-
kegiatan bersama dalam berbagai kelompok atau organisasi atau kegiatan kegiatan
yang sifatnya sesaat. Adanya ikatan sosial yang kuat akan berujung pada
peningkatan kesejahteraan.  Modal sosial memegang peranan yang sangat penting
dalam memfungsikan dan memperkuat masyarakat modern.
Salah satu bagian dari modal sosial yang sangat berpengaruh dewasa ini
adalah modal sosial kepercayaan (trust) yang dapat memberikan andil yang besar
dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Ikatan-iktan sosial yang ada dalam
masyarakat harus direkatkan dengan kepercayaan.  Modal dasar dari adanya ikatan
sosial yang kuat adalah adanya kerjasama di antara anggota kelompok atau
organisasi dalam hal komunitas kelurahan ikatan sosial akan terbanguan apabila ada
kerjasama di antara semua warga masyarakat. Kerjasama akan terbangun dengan
baik apabila berlandaskan kepercayaan di antara para anggotanya. Jika warga
masyarakat  saling bekerjasama dan saling percaya yang didasarkan kepada  nilai-
nilai universal yang ada , maka tidak akan ada sikap saling curiga, saling jegal,
saling menindas dan sebagainya sehingga ketimpangan-ketimpangan antara
kelompok yang miskin dengan yang kaya akan bisa diminimalkan.  Hal inilah yang
menjadi latar belakang dari pembuatan makalah ini.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah “Modal Sosial: Kepercayaan” adalah sebagai berikut,
antara lain :
1. Apa sebenarnya modal sosial itu ?
2. Apa pengertian kepercayaan ?
3. Korelasi modal sosial dengan pembangunan ekonomi ?
4. Bagaimana  potret kepercayaan yang ada di Indonesia ?
5. Bagaimana urgensi kepercayaan dalam pembangunan masyarakat dan
perekonomian ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Modal Sosial

Modal sosial adalah sumber daya yang dapat dipandang sebagai investasi
untuk mendapatkan sumber daya baru.  Seperti diketahui bahwa sesuatu yang disebut
daya (resource) adalah sesuatu yang dapat dipergunakan untuk dikonsumsi, disimpan
dan diinvestasikan.  Sumber daya yang digunakan untuk investasi disebut sebagai
modal.  Dimensi modal sosial cukup luas dan kompleks.  Modal sosial berbeda
dengan istilah populer lainnya yaitu modal manusia (human capital).  Pada modal
manusia segala sesuatunya lebih merujuk ke dimensi individual yaitu daya dan
keahlian yang dimiliki oleh seorang individu.  Pada modal sosial, lebih menekankan
pada potensi kelompok dan pola-pola hubungan antar individu dalam suatu kelompok
dan antar kelompok dengan ruang perhatian terhadap pada jaringan sosial, norma,
nilai, dan kepercayaan antar sesama yang lahir dari anggota kelompok dan  menjadi
norma kelompok.  Modal sosial juga sangat dekat dengan terminologi sosial lainnya
seperti yang dikenal sebagai kebajikan sosial (social virtue).  Perbedaan keduanya
terletak pada dimensi jaringan.  Kebajikan sosial akan sangat kuat dan berpengaruh
jika di dalamnya melekat perasaan keterikatan untuk saling berhubungan yang
bersifat timbal balik dalam suatu bentuk hubungan sosial (Hasbullah, 2006). 
Menurut Eva Cox (1995) mendefinisikan modal sosial sebagai suatu
rangkaian proses hubungan antar manusia yang ditopang oleh jaringan, norma-norma,
dan kepercayaan sosial yang memungkinkan efisien dan efektifnya koordinasi dan
kerjasama untuk keuntungan dan kebajikan bersama.  Francis Fukuyama (1995)
menekankan pada dimensi yang lebih luas yaitu segala sesuatu yang membuat
masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan, dan di
dalamnya diikat oleh nilai-nilai dan norma-norma yang tumbuh dan dipatuhi.  Situasi
tersebutlah yang akan menjadi resep kunci bagi keberhasilan pembangunan di segala
bidang kehidupan, dan terutama bagi kestabilan pembangunan telah terbiasa dengan
bergotong royong serta bekerjasama dalam kelompok atau organisasi yang besar
cenderung akan merasakan kemajuan dan akan mampu, secara efisien dan efektif,
memberikan kontribusi penting bagi kemajuan negara dan masyarakat. Dalam
Anonim1 (2011) kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan
bersama di dalam berbagai kelompok dan organisasi disebut modal sosial.
Kemampuan bekerjasama muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah
masyarakat atau di bagian-bagian paling kecil dalam masyarakat. Modal sosial bisa
dilembagakan (menjadi kebiasaan) dalam kelompok  yang paling kecil ataupun dalam
kelompok  masyarakat yang besar seperti negara.
B. Modal Sosial : Kepercayaan
Trust atau rasa percaya (mempercayai) adalah suatu bentuk keinginan untuk
mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang di dasari oleh perasaan
yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan
senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak
akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya.  Dalam pandangan Fukuyama
(1995), trust adalah sikap saling mempercayai di masyarakat yang memungkinkan
masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada
peningkatan modal sosial (Hasbullah, 2006).
Cara Membangun Kepercayaan
Menurut Anonim2 (2011) kepercayaan tidak akan tercapai dengan sendirinya,
memerlukan proses untuk membangun kepercayaan secara terus menerus. Untuk
menumbuhkan kepercayaan setiap kelompok (komunitas) paling tidak membutuhkan
4 hal yang mendasar, yaitu :
a) Penerimaan
Sejak awal hubungan, setiap orang membutuhkan jaminan bahwa mereka
diterima sepenuhnya, termasuk rasa aman untuk mengemukakan pendapat dan
berkontribusi dalam kegiatan kelompoknya. Membutuhkan suasana saling
menghargai untuk tumbuhnya penerimaan dalam kelompok, sehingga kelompok
tersebut akan tumbuh menjadi komunitas yang kuat. Dalam perkembangan ikatan
sosial sebuah komunitas,  saling mengenal dengan baik merupakan awal dari
tumbuhnya komunitas tersebut, kepercayaan tidak akan tumbuh terhadap orang baru
dengan begitu saja, perlu pembuktian dalam sikap dan perilaku masing–masing
dalam waktu yang relatif lama. Sikap dan perilaku yang berdasarkan kepada nilai–
nilai universal yang diyakini sebagai nilai yang berlaku di seluruh tempat di dunia
seperti jujur, adil, kesetiaan, saling melindungi di antara sesama semua warga
komunitas. Apabila salah satu warga  melakukan kecurangan, maka kepercayaan
terhadap orang tersebut otomatis akan luntur.
b) Berbagi Informasi dan Kepedulian
Setiap orang yang berhubungan dalam satu komunitas, agar bisa memecahkan
masalah bersama, membutuhkan informasi  mengenai :
 Kehidupan, pengalaman, gagasan, nilai masing–masing.
 Masalah–masalah yang dianggap penting dalam kehidupan mereka.
Untuk menumbuhkan kepercayaan,pertukaran  informasi yang diberikan di
antara warga haruslah informasi yang jujur dan terbuka. Informasi yang diberikan
tidak akan berarti apabila dalam hubungan–hubungan tadi tidak didasari kepedulian.
Setiap warga yang berhubungan dalam masyarakat akan menggunakan dan terlibat
untuk memecahkan masalah di lingkungannya apabila ada kepedulian di antara
mereka. Apabila warga masyarakat mempunyai kemampuan dan kemauan saling
berbagi, saling peduli , maka  kepentingan–kepentingan individu akan mengalah
kepada kepentingan–kepentingan komunitas kelompok.
c) Menentukan Tujuan
Kebutuhan yang ketiga adalah untuk menentukan tujuan bersama. Setiap
anggota (warga) tidak akan tertarik dan memberikan komitmen yang dibutuhkan
apabila tidak terlibat dalam perumusan tujuan. Proses pengambilan keputusan akan
menentukan komitmen warga dalam pelaksanaan pemecahan masalah bersama. 
d) Pengorganisasian dan Tindakan
Pada tahap awal dalam menentukan tujuan yang hendak dicapai oleh seluruh
anggota (warga masyarakat), memastikan ada yang akan bertanggung jawab untuk
menggerakan semua kegiatan untuk mencapai tujuan, untuk itu diperlukan seorang
atau sekelompok pemimpin. Dalam organisasi, kelompok, atau komunitas warga
masyarakat peranan sikap dan perilaku pemimpin sangat dominan untuk
menumbuhkan kepercayaan anggotanya. Perilaku pemimpin yang jujur, adil, peduli
dan melindungi  anggotanya (warga), akan menumbuhkan kepercayaan dari semua
unsur komunitasnya.
Berbagai tindakan kolektif yang didasari atas rasa saling mempercayai yang
tinggi akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam berbagai ragam bentuk dan
dimensi terutama dalam konteks membangun kemajuan bersama.  Kehancuran rasa
saling percaya dalam masyarakat akan mengundang hadirnya berbagai problematika
sosial yang serius.  Masyarakat yang kurang memiliki perasaan perasaan saling
mempercayai akan sulit menghindari berbagai situasi kerawanan sosial dan
ekonomi yang mengancam.  Semangat kolektifitas tenggelam dan partisipasi
masyarakat untuk membangun bagi kepentingan kehidupan yang lebih baik akan
hilang.  Lambat laun akan mendatangkan biaya yang tinggi bagi pembangunan
karena masyarakat cenderung bersikap apatis dan hanya menunggu apa yang akan
diberikan oleh pemerintah.  Jika rasa saling mempercayai telah luntur maka yang
akan terjadi adalah sikap-sikapyang menyimpang dari nilai dan norma yang
berlaku.  Kriminalitas akan meningkat, tindakan-tindakan destruktif dan anarkis
gampang mencuat, kekerasan dan kerusuhan massa akan cepat tersulut dan
masyarakat tersebut cenderung pasif, sendiri-sendiri dan pada akhirnya akan muncul
perasaan keterisolasian diri.  Pada situasi yang tersebut terakhir ini, masyarakat
akan gampang terserang berbagi penyakit kejiwaan seperti kecemasan, putus asa
dan kemungkinan akan melahirkan tindakan-tindakan fatal baik bagi dirinya,
masyarakat dan negara  (Putnam, 1993).
Trust akan kehilangan daya optimalnya ketika mengabaikan salah satu
spektrum penting yang ada di dalamnya, yaitu rentang rasa mempercayai (the radius
of trust).  Pada kelompok, asosiasi atau bentuk-bentuk group lainnya yang
berorientasi inward looking cenderung memiliki the radius of trust  sempit. 
Kelompok ini kemungkinan akan memiliki kesempatan yang lebih kecil untuk
mengembangkan modal sosial yang kuat dan menguntungkan (Hasbullah, 2006).
C. Modal Sosial dan Pembangunan Ekonomi
Modal sosial saat ini dipandang sebagai bumbu vital bagi perkembangan
pembangunan ekonomi masyarakat dunia.  Francis Fukuyama menunjukkan hasil-
hasil studi di berbagai negara bahwa modal sosial yang kuat akan merangsang
pertumbuhan barbagai sektor ekonomi karena adanya tingkat percaya yang tinggi dan
kerekatan hubungan dalam jaringan yang luas tumbuh antar sesama pelaku ekonomi
(Anonim1, 2011).
Perkembangan ekonomi yang begitu cepat dialami oleh Asia Timur misalnya
tidak terlepas dari kenyataan bahwa mereka memiliki tingkat kohesifitas jaringan
yang tinggi.  Koneksi-koneksi yang terbentuk di Asia Timur meliputi baik koneksi
keluarga maupun koneksi yang berbasis suku-suku dari China.  Walaupun berbasis
keluarga atau suku, tetapi kelebihan mereka terutama pada pembentukan rasa percaya
diri (networks of trust) yang dibangun melewati batas-batas keluarga , suku, negara
dan agama.  Di awal abad ke 21 ini, seiring dengan keterbukaan terus dicanangkan,
China telah jauh melangkah maju membangun jaringan-jaringan bisnis secara luas
dan memelihara semangat saling mempercayai yang tinggi (Hasbullah, 2006).
Modal sosial (social capital) sangat tinggi pengaruhnya terhadap
perkembangan dan kemajuan berbagai sektor ekonomi.  Di sektor pertanian misalnya,
upaya pemerintah terutama di negara-negara agraris Asia, untuk meningkatkan
produksi seringkali mengalami kegagalan walaupun berbagai input modal telah
mengucur ke pedesaan seperti pupuk, perlatan-perlatan modern, irigasi modern, dan 
berbagai fasilitas kredit yang melimpah.  Tanpa mengabaikan beberapa tekanan
struktural, seperti misalnya yang bersumber dari disparitas yang tinggi atas
penguasaan lahan,  kegagalan meningkatkan produksi sangat berkait erat dengan
spektrum modal sosial yang sangat lemah.  Faktor ini sama sekali tidak mendapatkan
perhatian dari pemerintah (Putnam, 1993).
Pembangunan industri, baik industri besar, sedang mupun industri kecil akan
mengalami hambatan di negara yang memiliki tingkat modal sosial yang rendah. 
Modal sosial akan menghasilkan energi kolektif yang memungkinkan
berkembangnya jiwa dan semangat kewirausahaan di tengah masyarakat, yang
selanjutnya akan mendorong berkembangnya dunia usaha.  Industri besar yang akan
dimiiliki para investor lokal maupun asing akan mungkin bertumbuih kembali di
tengah masyarakat yang memiliki tradisi dan nilai kejujuran (trust), terbuka (positive
externalities), dan memiliki tingkat empati yang tinggi.  Tanpa itu investor akan
menghindar karena suasana ketidakjujuran, kebencian, sakwasangka, intrik dan
hilangnya toleransi.  Faktor ini hampir tidak mendapat perhatian dari umumnya
negara-negara berkembang sebagai dari upaya promosi investasi (Fukuyama,1995).
D. Potret Kehancuran Kepercayaan (trust) di Indonesia
Indonesia mengalami kemiskinan trust.  Ini tidak selalu berarti kebudayaan
suku-suku di Indonesia memiliki rasa saling percaya yang tipis dengan sesama
anggota masyarakat dalam keluarga, kelompok dan atau asosiasi yang ada di dalam
sukunya.  Kepercayaan itu, dalam beberapa hal, ada, tetapi bobot orientasinya yang
miskin. Dalam perjalanan waktu dan terutama setelah mengalami lebih dari 30 tahun
Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Soeharto trust yang miskin itu mengalami
situasi yang bertambah parah.  Kehancurannya tidak dapat dielakkan terutama dengan
beroperasinya dua mesin penghancur sekaligus yaitu faktor internal kebudayaan (dari
dalam entitas sosial itu sendiri) dan oleh faktor-faktor yang berasal dari luar
(kebijakan rezim dan perilaku negatif para tokoh masyarakat) (Anonim2, 2011).
Nilai dan norma yang membentuk pola budaya masyarakat suku-suku
Indonesia hampir tidak mengalami revitalisasi dan berusaha menyesuaikan dengan
tuntutan perkembangan zaman.  Apa yang dari dulu dilakukan secara turun-temurun
hingga kini tetap berlaku, sedikit sekali penyesuain-penyesuain yang sejalan dengan
tuntutan baru kehidupan.  Ketidak pedulian untuk melakukan revitalisasi budaya ini
telah menyebabkan individu-individu yang ada dalam kelompok kebudayaan tersebut
semakin baik, tuntutan kebutuhan ekonomi rumah tangga yang semakin berat, maka
kohesifitas sosial yang pernah terjalin juga mengalami kehancuran (Hasbullah, 2006).
Kekerasan fisik berwujud pada tindakan represi bagi siapa yang berbicara
tidak sejalan dengan apa yang diinginkan oleh pemerintahan otoriter.  Dalam situasi
seperti  ini kemungkinan adanya inisiatif-inisiatif untuk menyatakan ide yang berbeda
relatif tertutup.  Kemungkinan munculnya kreatifitas yang datang secara sukarela
untuk membentuk kelompok-kelompok swadaya mengalami kemandulan. 
Masyarakat hidup dalam situasi takut untuk berbuat yang tidak sejalan dengan apa
yang diinginkan oleh pemerintah (Putnam, 1993).
Lembaga-lembaga pendidikan formal misalnya, dimana anak-anak dididik
guna mendapatkan dan memiliki pengetahuan, dan juga sebagai temapt pembentukan
kepribadian dan moralitas yang baik, justru ikut berkontribusi memperlemah tingkat
rasa saling mempercayai (trust) di tengah masyarakat.  Ketidakpercayaan terhadap
kejujuran para pengelola lembaga pendidikan tetentu mencapai puncaknya terutama
berkaitan dengan komersialisasi dan eksploitasi terhadap orang tua si anak melalui
penjualan buku yang harus dibeli oleh orang tua.  Di atas semuanya, penyalahgunaan
kekuasaan dan korupsi diduga tetap berlangsung dimana-mana.  Di pemerintahan, di
lembaga legislatif, di lembaga penegak hukum, di perusahaan-perusahaan BUMN dan
di berbagai lembaga dan organisai lainnya, dan berlangsung dalam skala yang
massive dan terorganisir.  Masyarakat yang kehilangan kepercayaan dan hidup dalam
semangat kelompok yang inward looking akan mendorong tumbuh suburnya korupsi,
tetapi pemerintahan dan masyarakat yang korup juga akan mendorong hilangnya
modal sosial. Sesuatu  hal yang saling pengaruh mempengaruhi (Anonim1, 2011).
E. Urgensi Kepercayaan (trust) dalam Pembangunan Masyarakat dan
Perkonomian
Para tokoh yang dewasa ini berada di balik konsep modal sosial semuanya
menyepakati akan peran penting trust sebagai energi pembangunan masyarakat. 
Trust  erat kaitannya dan menjadi salah satu unsur dan sumber kekuatan modal
sosial.  James Coleman (1998) menyatakan, sistem yang terbentuk dari rasa saling
percaya merupakan komponen modal sosial sebagai basis dari kewajiban-kewajiban
dan harapan masa depan.  Putnam (1993) lebih jauh mengemukakan bahwa trust atau
perasaan saling mempercayai, merupakan sumber kekuatan modal sosial yang dapat
mempertahankan keberlangsungan perekonomian yang dinamis dan kinerja
pemerintahan yang efektif.  Suatu bangsa atau masyarakat yang kurang memiliki atau
telah kehilangan rasa saling mempercayai, akan menjadi lemah dan sulit keluar dari
berbagai krisis yang dihadapinya.  Dinamika kehidupan masyarakat akan cenderung
tumpul.  Kegiatan lembaga kemasyarakatn dan perkumpulan-perkumpulan yang
terbentuk di tengah masyarakat akan kehilangan orientasi dan jati diri.  Mereka akan
dihadapkan pada beragam kesulitan dalam melakukan berbagai kegiatannya secara
efisien dan efektif.  Rasa saling percaya adalah ruh dari institusi sosial.
Negara yang memiliki tingkat rasa saling percaya rendah (low trust)
disebabkan oleh pola budaya yang berkembang terutama kaitannya dengan budaya
yang terbiasa menempatkan rasa saling mempercayai hanya pada lingkungan
keluarga dan kalangan teman dan relasi yang sangat terbatas.  Dengan kata lain, suatu
masyarakat yang memiliki pola budaya dengan rentang rasa percaya yamg pendek
cenderung akan memiliki modal sosial  yang lemah dan memperlemah masyarakat
atau negara tersebut.  Ini umumnya terjadi pada negara atau daerah yang masih
terbelakang dengan pola-pola kehidupan tradisional yang masih kuat mendominasi
nilai, norma dan pandangan hidup masyarakatnya (Hasbullah, 2006).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan di atas, diantaranya sebagai
berikut :
1. Modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai
tujuan bersama di dalam berbagai kelompok dan organisasi.
2. Trust atau rasa percaya (mempercayai) adalah suatu bentuk keinginan untuk
mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang di dasari oleh
perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan
dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung,
paling tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya.
3. Untuk menumbuhkan kepercayaan setiap kelompok (komunitas) paling tidak
membutuhkan 4 hal yang mendasar, yaitu :
a) Penerimaan

b) Berbagi Informasi dan Kepedulian

c) Menentukan Tujuan

d) Pengorganisasian dan Tindakan

4. Modal sosial (social capital) sangat tinggi pengaruhnya terhadap perkembangan

dan kemajuan berbagai sektor ekonomi. Pembangunan industri, baik industri

besar, sedang mupun industri kecil akan mengalami hambatan di negara yang

memiliki tingkat modal sosial yang rendah.  Modal sosial akan menghasilkan

energi kolektif yang memungkinkan berkembangnya jiwa dan semangat

kewirausahaan di tengah masyarakat, yang selanjutnya akan mendorong

berkembangnya dunia usaha.

5. Suatu bangsa atau masyarakat yang kurang memiliki atau telah kehilangan rasa

saling mempercayai, akan menjadi lemah dan sulit keluar dari berbagai krisis

yang dihadapinya. Trust atau perasaan saling mempercayai, merupakan sumber

kekuatan modal sosial yang dapat mempertahankan keberlangsungan

perekonomian yang dinamis dan kinerja pemerintahan yang efektif.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2011.Kepercayaan, Modal Sosial, Cegah Bencana. http://nasional


Kompas.com.  Diakses pada tanggal 06 Mei 2011.

Anonim.2011.Modal Sosial.http:// ovalhanif.wordpress.com.  Diakses pada tanggal


06     Mei 2011.

Coleman, J.S.1988.Social capital in the creation of human capital.The American


Journal of Sociology, 94(Suplplement).

Cox, Eva.1995. A Truly Civil Society. ABC Books: Sydney.

Fukuyama, Francis.1995.The end of History and the last man.NY: Free Press.

Hasbullah, Jousairi.2006. Social Capital (menuju keunggulan budaya manusia


Indonesia).  MR-United Press: Jakarta.

Putnam, Robert.1993.Social Capital. Pricenton University: Princenton.

Anda mungkin juga menyukai